Keluarga Baruku Bab 1

40
6
Deskripsi

Menceritakan kisah mengenai Andra dan keluarga barunya. 

Waktu demi waktu menatap layar komputer, bekerja di bidang desain grafis tentu saja tidak lepas akan hal tersebut. Hari hari ku habiskan di ruangan kecil yang di sebut sebagai kamar ini. Namaku Andra dan di umurku yang ke 20 tahun ini, aku ingin memperkenalkan kalian kepada keluarga baruku. Keluarga baru? iya karena 5 bulan yang lalu ayahku menikah lagi dengan seorang wanita yang juga sudah memiliki anak. Namun sayangnya semenjak 3 bulan yang lalu ayahku menghilang tanpa kabar setelah berangkat merantau ke luar negeri. Menurut desas desus yang tersebar, ayahku dikabarkan terpincut dengan wanita lain di tempat rantauan nya. Aku tidak terlalu sering ikut campur urusan pribadi ayahku, namun satu hal yang aku ketahui bahwa dia pantas disebut sebagai seorang bajingan. Ibu kandungku meninggal ketika aku berusia 6 tahun dan tentu saja itu membuatku tidak terlalu mengingat masa masa yang ku habiskan bersamanya. Semenjak ibuku meninggal, ayahku sering membawa berbagai wanita menginap di rumah. Hampir setiap bulan ia selalu bergonta ganti wanita, bahkan hingga aku tak dapat menghitung seberapa banyak aku berkenalan dengan ‘teman’ wanita ayahku itu. Maka dari itu ketika aku mendengar rumor bahwa ia berselingkuh di luar negeri itu tidak membuatku terlalu terkejut. Namun tetap saja, masih tersisa sepeser harapan di hatiku bahwa ia akan berubah setelah menikah. Aku pikir dia akan mulai serius membangun rumah tangga bersama pasangannya kali ini, namun kenyataannya manusia hanya bisa merencanakan. Bajingan itu malah menghilang tanpa kabar meninggalkan anaknya bersama istri baru, adik ipar serta anak tirinya. Dengan kepergian ayahku jelas membuat posisiku di rumah saat ini benar benar tidak nyaman, aku merasa sangat bersalah atas kelakuan ayahku. Yang dapat ku lakukan saat ini hanyalah membantu perekonomian keluarga dari gaji hasil kerjaku serta menyediakan rumah yang nyaman bagi mereka. Syukurlah keluarga baruku tetap memperlakukan diriku dengan sangat baik meskipun tentu saja mereka merasa sakit hati dan kecewa dengan perilaku ayahku. Intinya entah apa yang terjadi pada ayahku sekarang, aku tetap berharap supaya dia baik baik saja di sana.

Cukup mengenai ayahku, sekarang mari kita bahas tentang keluarga batuku. Ibu tiri ku bernama Dewi dan dia kini sudah menginjak usia yang ke 37 tahun. Meskipun usia nya sudah berkepala 3 namun penampilannya masih nampak seperti wanita berumur 25 tahunan. Ia memiliki rambut panjang berwarna hitam pekat hingga hampir menutupi pinggangnya, kulit sawo matang ciri khas ras asia dan tubuh yang sangat proporsional. Semenjak menikah dengan ayahku ia memilih keluar dari pekerjaannya dan menjadi ibu rumah tangga, akan tetapi karena ayahku yang menghilang sejak 3 bulan yang lalu, kini terkadang Bu Dewi mengambil job seperti membuat kue maupun cathering.  

Sementara itu anaknya yang bernama Lia kini berusia 18 tahun, 2 tahun lebih muda dariku. Tidak seperti diriku yang langsung bekerja, dia melanjutkan pendidikannya dan memilih berkuliah. Sama seperti ibunya, Lia juga memiliki rambut hitam namun lebih pendek dari Bu Dewi. Rambut indahnya itu biasa dia ikat menjadi ponytail sehingga menampakkan tengkuk lehernya.  Tubuhnya juga terhitung proporsional jika dibandingkan dengan perempuan seumurannya. Dia adalah tipe orang yang sederhana, tidak pernah merengek maupun berperilaku yang aneh aneh.

Selain itu aku juga tinggal bersama adik dari ibu tiri ku, namanya Tante Luna. Tante Luna sendiri berusia 28 tahun, 9 tahun lebih muda dari Bu Dewi. Akan tetapi karena pekerjaannya dia dituntut untuk sering berpergian ke luar kota yang membuat dia jarang berada di rumah. Diantara 3 anggota keluarga baruku, Tante Luna memiliki rambut yang paling pendek yaitu hanya sebahu. Ia juga mengenakan kaca mata karena pengelihatannya yang sedikit terganggu.

Dengan situasi yang telah ku jelaskan tadi, sudah jelas bahwa hanya akulah satu satu nya pria di rumah ini. Aku pun selalu merasa tidak enak pada Bu Dewi karena ayahku yang menghilang tanpa kabar. Untungnya dengan pekerjaanku aku masih bisa membantu perekonomian keluarga. Kami saat ini tinggal di rumah milik ayahku, keluarga Bu Dewi yang sebelumnya mengontrak pindah ke rumahku yang lebih nyaman dan luas.

Ah, satu lagi yang ingin ku ceritakan, meskipun sudah berstatus sebagai keluarga, setiap kali aku melihat Bu Dewi, Tante Luna, maupun Lia, aku masih saja melihat mereka sebagai lawan jenis. Terlebih ketika mereka mengenakan pakaian yang memperlihatkan banyak area kulitnya. Dan juga setiap kali mereka ingin pergi ke luar atau bahkan ketika sedang di rumah, mereka selalu mengenakan masker. Ada apa dengan masker? Yah, biar ku beritahu, aku ini tertarik dengan sesuatu yang di sebut sebagai Bondage. Contohnya Ketika Lia berangkat kuliah ia memakai masker scuba 2 lapis, awalnya aku bertanya tanya, 'bukankah itu terlalu berlebihan?' Namun setelah aku tanyakan padanya, Lia berkata bahwa dia memiliki alergi terhadap debu. Yah, mau apapun alasannya, melihat dia mengenakan masker seperti itu, tetap saja membuat fantasiku menjadi liar. Selain itu, tante Luna juga selalu memakai slayer ketika akan berangkat kerja, ditambah lagi dia memakai slayer nya dengan kencang, sehingga hidungnya benar benar tertekan dan nampak ketat. Lalu tak ketinggalan juga, Bu Dewi hampir setiap hari selalu memakai masker bahkan ketika di rumah, entah itu masker kesehatan maupun masker dari slayer.

Ambil saja contoh seperti saat ini, jam dinding menunjukan pukul 07.30 malam dan kebiasaan di rumah ini adalah makan bersama di ruang makan. Aku menuruni tangga dari lantai 2 tempat dimana kamarku berada menuju lantai bawah dimana ruang makan berada. Di sana Bu Dewi dan Lia sedang menyiapkan makanan di meja. Dan seperti biasa Bu Dewi memakai masker 2 lapis dimana lapisan pertama berwarna putih, sedangkan lapisan terluarnya berwarna hitam.


Di sisi lain nampaknya Lia tidak mengenakan masker apapun kali ini. Dilihat dari rambutnya yang masih basah kemungkinan ia baru saja selesai mandi.

"Masak apa buat malam ini, bu? " tanyaku sambil menghampiri mereka.

"Bikin sayur bayam sama goreng ikan asin nih, tadi di tukang sayur cuman sisa itu doang soalnya, " jawab Bu Dewi sambil mengangkat piring berisi sayur menuju meja makan.

Aku pun berinisiatif untuk membantu mengangkat piring yang berisi masakan lainnya, namun Lia menghentikanku.

"Udah ga usah kak, biar Lia aja yang bantu, kakak duduk aja, kan pasti capek juga sama kerjaan, " Lia berkata sambil mengambil piring yang hendak ku angkat.

"Yaudah deh, makasih ya Lia, " Aku pun menanggapi sambil tersenyum pada Lia.

Singkat cerita kami pun makan bersama sembari berbalas beberapa cerita tentang hari yang telah kami lewati. Selesai makan, aku pun kembali ke kamarku karena segera ingin merokok. Di temani dopping secangkir kopi dan rokok, aku kembali bergelut dengan pekerjaan yang memaksaku untuk lembur menyelesaikan proyek. Tak terasa jam dinding telah menunjukan pukul 11 malam, pekerjaanku pun sudah hampir selesai, hingga akhirnya aku menyadari bahwa baterai di ponselku tak terisi selama ini. Setelah aku mencoba memeriksanya, kelihatannya kabel charger nya yang bermasalah. Sedangkan baterai ponselku saat ini hanya tersisa 3%. Mau tidak mau aku akan mencoba meminjam kabel data dari Bu Dewi maupun Lia. Dan tempat pertama yang ku tuju adalah kamar Lia, karena tidak enak bagiku mengganggu Bu Dewi selarut ini. Aku sudah mencoba mengirim pesan ke Lia, namun itu tidak di bacanya, yah mungkin dia sedang sibuk belajar karena sebentar lagi ujian akan datang.

Sampai ke depan kamarnya, aku berniat untuk mengetuk pintu, namun ternyata pintu kamarnya tidak tertutup sepenuhnya. Tanpa sadar, aku menatap ke dalam kamarnya. Namun seketika jantungku berdetak sangat kencang, apa yang aku saksikan adalah Lia yang sedang terikat di atas kasurnya. Di wajahnya terdapat semacam kain yang diikatkan dibawah telinganya sehingga menutupi area hidung sampai dagunya. Aku pun mematung di tempat mencoba memproses apa yang ku lihat saat ini. Namun aku tetap mencoba berpikir jernih, ini bisa jadi situasi gawat kalau semisal ulahnya seorang pencuri. Aku tidak mendengar pergerakan yang lain kecuali suara Lia yang bergerak di kasur, aku pun mencoba memberanikan diri untuk masuk ke kamar. Ku buka pintu dengan penuh keyakinan, dan akhirnya kini aku bisa melihat seluruh penampakan kamarnya hingga tubuh Lia yang terikat.

Menyadari seseorang membuka pintu, Lia pun nampak sangat terkejut dan menatapku dengan wajah yang ketakutan

"Hmmpphhh...!? " erang Lia ketika melihatku membuka pintu

Aku pun sejenak hanya diam dan saling bertatapan dengan Lia. Ia mengenakan kaos putih dan celana pendek berwarna hitam dengan list berwarna putih. Pergelangan tangannya diikat dibelakang punggunya, lalu setelah ku amati dengan cukup seksama, aku hampir yakin bahwa yang menutupi hidung, mulut, serta dagunya ialah slayer hitam polos dengan bahan yang cukup tebal. Setelah beberapa saat bertatapan, Lia pun memalingkan wajahnya, aku pun juga kembali tersadar dengan situasi saat ini.

"Lia..!? kok kamu diikat gini? Ada maling, kah? Bentar biar aku lepasin," aku berkata sembari berjalan menuju Lia.

Baru setengah jalan menghampiri Lia, aku mendengar suara langkah kaki menghampiri kami. Menyadari itu jantungku kembali berdegup kencang, dengan panik aku mencoba untuk bersembunyi di balik pintu menunggu sang pencuri lengah. Suara langkah kakinya semakin dekat, hingga akhirnya ia sampai di depan pintu.

"Ehh, kok pintunya kebuka? Perasaan tadi udah ku tutup deh, "

Aku mendengar suara seseorang yang aku asumsikan sebagai pencuri tersebut. Suara nya sangat amat familiar hingga aku yakin bahwa itu suara dari ibu tiriku sendiri, Bu Dewi.

"Bodo amat lah, yang penting sekarang aku udah ambil jilbab yang kamu pakai tadi dari tempat cucian kotor, kamu pasti udah ga sabar juga kan, Lia? " Tanya Bu Dewi sembari berjalan menuju Lia.

"Nnghhhh mmpfffhh...! " Lia mengerang sambil menggelengkan kepalanya dengan wajah yang panik sambil mengisyaratkan bahwa ada diriku di sini.

Melihat Lia yang panik dan sejauh ini aku juga bisa menarik kesimpulan apa yang sedang terjadi di sini dan tentu saja ini bukanlah sebuah pencurian, melainkan sesuatu yang lain. Aku pun berjalan keluar dari balik pintu dan menghampiri mereka.

"Andra..!? K-kok kamu disini? " tanya Bu Dewi dengan panik.

"I-iya bu, kabel dataku rusak, terus niatnya mau pinjem ke Lia, tapi pas ke sini Lia nya malah kayak gitu, ku kira ada maling, " aku menjelaskan apa yang terjadi pada Bu Dewi.

"Eng-engga ada maling kok, ini.. ini cuman... " Dengan cukup terbata bata Bu Dewi mencoba menjelaskan situasinya, namun tidak ada satupun penjelasan yang keluar dari mulutnya.

Situasinya kini benar benar menjadi canggung, Bu Dewi memalingkan wajahnya, sedangkan Lia hanya bisa menunduk. Aku dapat melihat raut wajah Lia yang bahkan hampir ingin menangis.

"Gapapa bu jujur aja, aku bakal terima kok apapun penjelasannya, " memecah keheningan, aku mencoba menenangkan Bu Dewi.

Butuh waktu sejenak bagi Bu Dewi untuk menghela nafas dan mulai merangkai kata kata.

"Ini memang memalukan dan mungkin setelah ini kamu bakal merasa ilfeel bahkan benci sama kami, tapi sebenarnya selama ini Ibu sama Lia suka main ikat ikatan gini, bahkan jauh lama sebelum nikah sama ayahmu, " Bu Dewi menjelaskan padaku meskipun nampaknya setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa sangat amat berat.

"Jadi, yang ikat Lia ini ibu, kan?" tanyaku sekali lagi memastikan.

Bu Lia menanggapi pertanyaanku dengan anggukan ringan.

"Maaf Andra, habis ini ibu bakal beres beres, maaf bikin kamu ga nyaman, " Bu Dewi berkata sambil menundukan kepalanya dan menahan tangisannya.

"Beres beres gimana maksudnya, bu? " tanyaku kebingungan.

"Biar kami cari kontrakan aja, kamu pasti ga nyaman kan setelah ini? Dan ayahmu kayaknya udah ga peduli sama kami juga, dia hilang tanpa kabar sampai saat ini, pasti karena Ibu memang ga menarik, aku ini memang…." Bu Dewi menjelaskan sembari sekuat tenaga  menahan air matanya menetes.

"Hah? Aku ga akan mikir kayak gitu bu, meskipun cuma sebentar, kalian udah aku anggap keluargaku sendiri, aku ga akan setuju kalau kalian pergi cuma gara gara ini! " seru diriku yang tanpa sadar mengeluarkan nada suara cukup tinggi.

Tidak ada satupun kebohongan maupun perkataan yang dilebih lebihkan dari ucapanku barusan. Faktanya dari lubuk hatiku aku merasa nyaman tinggal bersama keluarga baruku ini. Untuk pertama kalinya ada orang yang peduli dan menyayangiku dengan tulus. Tidak ada lagi makanan cepat saji yang ku simpan di kulkas untuk makan esok hari, kini aku dapat merasakan sesuatu yang dinamakan ‘maskan ibu’. Tiada lagi yang namanya kesepian dan murung karena aku kini memiliki adik yang selalu menyemangatiku. Tidak perlu lagi cemas mengenai masa depanku karena aku mempunyai tante yang selalu membimbingku dengan tekun dan cekatan. Untuk pertama kalinya aku memahami apa yang dimaksud dengan ‘Harta yang paling berharga adalah keluarga’. Aku tidak ingin kehilangan mereka! Aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama mereka,bergurau,saling berbagi cerita dan mendukung satu sama lain. Tidak akan ku biarkan keluargaku hancur karena masalah ini, apapun yang terjadi aku ingin kami tetap bersama.

"Tapi.... " Bu Dewi mencoba membalas perkataanku, namun nampaknya masih ragu dan cemas.

"Sebenernya... aku juga suka sama ikat ikatan gini, " Aku berkata sembari memalingkan wajah.

Mendengar pernyataanku mereka tampak terkejut seakan tak percaya. Akan tetapi, dengan situasi yang seperti ini, satu satunya cara yang terbaik adalah berkata jujur, dengan begini baik diriku maupun Bu Dewi dan Lia bisa saling menerima satu sama lain.

"Kamu ini memang anak yang baik ya El, bahkan kamu rela berbohong dan pura pura supaya kami merasa baikan, " balas Bu Dewi yang mengira pernyataanku adalah bohong.

"Aku serius bu, selama ini aku diam diam suka hal hal tentang Bondage, bahkan ketika kalian pakai masker pun aku kadang jadi memikirkan hal yang aneh, " aku pun menjelaskan dengan cukup belepotan bahkan aku rasa bahasaku jadi tidak sopan.

"Ahh maaf..! sekarang pasti malah kalian yang ngerasa ga nyaman ya, seriusan bukan berarti aku ngeliat kalian dengan pandangan cabul kok! " dengan panik aku mencoba menjelaskan pada mereka.

Namun meskipun aku telah selesai menjelaskan tidak ada respon yang ku terima. Setelah aku memalingkan wajah dan menatap Bu Dewi serta Lia, mereka berdua sedang terpaku melihat ke arah bagian bawah diriku. Dan tanpa ku sadari ternyata P ku sudah tegang hingga menonjol di celana kolor ku.

Dengan reflek aku menahan P ku dengan tangan agar tidak terlalu menonjol dan mengalihkan pandanganku.

"Hmmmphhh... " erang Lia yang juga turut mengalihkan pandangannya dariku.

"Jadi... kamu beneran suka, ya? " tanya Bu Dewi yang nampak sudah menjadi yakin setelah melihat P ku tegang.

"Iya.. bu, " aku menjawab sambil masih mengalihkan pandangan karena malu.

"Ka-kalau emang kamu suka, emmm anu... Coba ikat ibu sekarang, " Bu Dewi berkata dengan raut wajah yang nampak malu dan grogi.

"Ehh? " mendengar hal tersebut aku tak bisa menahan keterkejutan ku.

"Mmpffhh..!? " Bahkan Lia yang masih terikat pun ikut terkejut

"I-ikat ibu sekarang, dengan begitu ibu bakal yakin kalau kamu emang suka beginian, " tambah Bu Dewi menjelaskan.

Menyadari situasiku saat ini, aku menelan ludahku dan mencoba menenangkan pikiranku. Tidak perlu ada yang dikhawatirkan, bukankah ini sudah semacam mimpi yang jadi kenyataan? Aku akhirnya bisa mengikat perempuan secara nyata, terlebih lagi Bu Dewi dan Lia adalah perempuan yang bisa digolongkan sebagai tingkat atas lho. Sebagai pria, satu satunya hal yang harus ku lakukan disini adalah meladeninya. Aku akan melakukannya!

 

Bersambung… . 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Keluarga Baruku Bab 2
30
10
Menceritakan kisah mengenai Andra dan keluarga barunya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan