The Truth 4 : Petualangan, Bertemu Teman Lama.

37
7
Deskripsi

Menjadi anggota pasukan Anbu, Hinata menanggalkan identitas aslinya sebagai Putri bangsawan Klan Hyuga.

Sungguh... Hinata menikmati ini bagai petualangan seperti yang pernah Neji ceritakan dalam mimpinya. Selalu saja ada cerita menegangkan dibalik aksi-aksinya dan tim saat melaksanakan misi memata-matai musuh.

Percayalah, diri sendiri adalah perjalanan yang tidak dapat diprediksi.

Hinata yang pemalu dan kikuk tak pernah membayangkan diri sebagai seorang mata-mata.

Story by : HinataLight8

Rate : M

Genre: Faith, Romance, Hurt, Friendship, Regret.

Diclaimer: All Characters of Naruto is belongs to Masashi Kishimoto.

This story is mine.

Warning: All Typo(s), Out Of Chara, If you dislike this story, please turn back with peace. No flames with barbarian's words, Be Nice for critic, Typo and others. Thank you.

.

.

*****

Waktu akan terasa cepat ketika seseorang menikmati perjalanan hidup. Hinata mengamini itu, dua tahun terlewati tanpa disadari ketika Ia begitu menikmati pekerjaannya--petualangannya.

Menilik sepak terjangnya di Tim 8, tidak mengherankan Hokage ke-6 menempatkan Hinata dalam Regu 3 Divisi Khusus Investigasi dan Pengintaian. Identitas Hinata sebagai pasukan Anbu dikenal hanya oleh Hokage, Ketua Anbu dan sebagian orang dalam Regu 3 termasuk dua rekannya di Tim 8. 

Para Anbu biasanya mengenakan topeng bahkan di desa sendiri. Hinata adalah satu-satunya Anbu yang tidak mengenakan topeng didesanya, sebab secara resmi Ia adalah anggota Tim 8 bersama Kiba dan Shino. Dan hal ini menjadi bentuk lain menyamarkan Identitas secara unik. 

Meski terbilang sebagai pasukan Anbu junior, Hinata mendapatkan kepercayaan dari Hokage ke-6 untuk melaksanakan misi khusus tingkat tinggi selama dua tahun di tiga desa yang memiliki relasi kepentingan dengan Konohagakure ketiga desa itu antara lain desa Iwagakure, desa Kirigakure dan desa Sunagakure.

Kepercayaan Hokage ke-6 memberikan misi tingkat tinggi pada Hinata bukannya tak berdasar. Menjadi seorang pengintai memerlukan kapasitas bertarung dan bertahan yang sama baiknya.

Jutsu-jutsu Hinata yang mengkombinasikan teknik Juken dan kemampuan Byakugan memiliki kekuatan dahsyat untuk memutus aliran chakra dari diri lawan secara cepat, sehingga meminimalisir terjadi pertarungan berbahaya dalam misi pengintaian.

Teknik Byakugan tingkat tinggi ini memungkinkan Hinata untuk mengetahui kelemahan musuh dan membuat strategi bertarung yang efektif. Terlebih, Hinata memiliki kemampuan menyamarkan cakra nyaris sempurna sehingga target tidak dapat mengenali keberadaannya.

Pasukan Anbu adalah pahlawan dibalik layar. Mereka adalah orang-orang yang siap mati--- bertaruh nyawa setiap menjalankan misi demi kedamaian Konoha tanpa mengharapkan bintang jasa atau pengakuan.

Menjadi anggota pasukan Anbu, Hinata menanggalkan identitas aslinya sebagai Putri bangsawan Klan Hyuga.

Sungguh... Hinata menikmati ini bagai petualangan seperti yang pernah Neji ceritakan dalam mimpinya. Selalu saja ada cerita menegangkan dibalik aksi-aksinya dan tim saat melaksanakan misi memata-matai musuh.

Percayalah, diri sendiri adalah perjalanan yang tidak dapat diprediksi.

Hinata yang pemalu dan kikuk tak pernah membayangkan diri sebagai seorang mata-mata. Nyatanya kini Hinata bahkan melampaui ekspektasi. Menyamarkan diri dengan nama kode yang berbeda, bergerak dalam diam, bertindak cepat dan berpikir tepat dalam setiap misi pengintaian, dan hanya dalam dua tahun Hyuga Hinata menjelma menjadi mata-mata handal.

Dikalangan pasukan Anbu, dalam waktu singkat Hinata berhasil mencuri banyak perhatian dan menjadi buah bibir. Sosoknya yang lembut nan tangguh bagaikan bunga Aconitum musim dingin yang mampu mekar meski tertimbun salju. Tak jarang diantara mereka mengagumi gadis itu secara terang-terangan.

Keberhasilan serta determinasi yang tinggi dalam menyelesaikan misi panjang selama dua tahun di tiga desa tanpa pernah sekalipun menginjakkkan kaki ke Konoha berhasil membawa Hinata menjadi pemimpin regu-- Buntaichō merupakan posisi yang cukup dihormati.

Tibalah saatnya setelah waktu dua tahun berlalu, Hinata akhirnya menginjakkan kaki di Konoho untuk melaporkan hasil misi. Selain itu, kembalinya ke konoha juga dikarenakan menerima misi baru dari ketua Anbu, Yamato Kaichō.

.

.

Markas Anbu, Konohagakure.

Tok..tok..tok...

“Permisi Yamato Kaichōsaya datang untuk melaporkan hasil misi.”

“Ohh.. Hinata, masuklah.” Yamato terseyum simpul pada gadis cantik didepannya. “Aku ucapkan selamat atas jabatan barumu, Buntaichō.”

“Terimakasih Yamato Kaichō.” Jawab Hinata dengan senyuman kecil. Hinata kemudian menyerahkan laporan hasil misi di meja kerja Yamato. 

Gulungan kertas itu hanya dibiarkan oleh Yamato begitu saja, ada misi penting yang harus Ia beritahukan pada Hinata untuk segera dilaksanakan.

“Hinata, kau sudah tau alasan aku memintamu kembali ke Konoha untuk melaksanakan misi baru.”

Hinata mengangguk. “Saya sudah mendengar informasi ini dari Yugao senpai.”

“Misi kali ini sangat penting, kau ditugaskan mengawal Hokage kepertemuan para Kage di Suna tiga hari kedepan. Nantinya disana kau akan menjadi asisten sementara Hokage dalam pertemuan itu.”

Dahi Hinata mengernyit, nampak kebingungan. Seingatnya Hokage ke-6 memiliki dua orang asisten yaitu Shizune dan Shikamaru.

“Maaf, Yamato Kaichō. Bukankah Hokage ke-6 memiliki dua orang asisten, apa tejadi sesuatu pada Shizune-san dan Shikamaru-san?”

Sudut bibir Yamatu membentuk simpul penuh arti. “Shizune sudah tidak menjadi asisten semenjak menikah, dan Shikamaru harus menjaga desa sekaligus merawat istrinya yang sedang hamil.”

Kedua alis Hinata semakin tertaut, perkataan Yamato makin membuatnya kebingungan. “Istri? Hamil? Jadi Shikamaru-san sudah menikah dan istrinya sedang hamil?” Hinata melebarkan matanya, kaget.

Yamato tergelak atas repon Hinata, “Aku lupa mengatakannya padamu, banyak yang berubah dalam dua tahun. Kau terlalu bersemangat menjalankan misi tanpa pernah kembali ke Konoha, barang tentu kau ketinggalan banyak informasi.”

“Begitu ya...” Sontak wajah Hinata merona malu, dia seperti tertangkap basah. Dalam dua tahun Hinata tidak mengetahui kabar desa kelahirannya sama sekali, misi pengintaian membuatnya fokus pada informasi seputar target.

“Manfaatkan waktu dua hari untuk beristirahat agar kondisimu pulih, Hokage sepertinya terlalu bersemangat untuk memintamu mengawalnya ke Suna.”

Netra Hinata memincing. Baru saja selesai dengan kebingungan sekarang Ia justru merasa aneh dengan permintaan Hokage ke-6 yang menugaskannya menjadi pengawal merangkap asisten ke pertemuan para Kage di desa Suna. 

Kaichō.. Maaf, bukankah sebaiknya misi ini diberikan pada Shinobi atau pasukan Anbu yang lebih berpengalaman?”

Tolak ukur untuk memilih seorang pengawal Hokage adalah kekuatan hebat yang dimiliki. Hinata tidak bermaksud  merendahkan diri, hanya saja Ia berpikir logis. Shinobi dan Konuichi Konoha yang lebih hebat dan lebih berpengalaman darinya lebih pantas untuk misi kali ini.

“Ini adalah perintah langsung dari Hokage. Soal kemampuan memilih shinobi yang menjadi pengawalnya Hokage memiliki pertimbangan tersendiri. Sebagai Anbu kau seharusnya tau perintah seorang Hokage adalah sebuah keharusan.”

“Haikkk.. Kaichō. Saya mengerti.” Balas Hinata patuh.

.

.

Hembusan angin melambaikan dedaunan membawa aroma khas bunga liar memanjakan penciumannya dalam perjalanan pulang. Menyelami kesejukan angin malam Hinata memilih berjalan kaki seraya mengulas setumpuk rindu. 

Saat melewati jalan setapak menuju kediaman Hyuga, sebuah ingatan merusuk dalam pikiran Hinata. Pertemuan tidak terduga dengan Sakura ketika Ia sedang menjalankan misi di desa Sunagakure.

Enam bulan yang lalu...

“Hinata..benar itu kau Hinata?”

“Sakura-san.”

Sontak Hinata kaget ketika tubuhnya dipeluk erat oleh Sakura. Entah bagaimana Sakura bisa mengenali dirinya, padahal saat ini Hinata sedang menyamarkan chakranya. Tak salah jika Sakura disematkan sebagai  Konuichi terkuat saat ini.

“Aku nyaris tidak mengenalimu, kau sangat hebat menyamarkan chakra.” Sakura tersenyum hangat, Ia masih dalam posisi memeluk Hinata.

“Sakuran-san.” Tersenyum kecil, Hinata pun balas menepuk lembut punggung Sakura. 

Sakura melepaskan pelukannya, Ia memegang tangan Hinata menariknya ke sebuah kedai kecil tak jauh dari tempat mereka betemu. Keduanya memulai perbincangan seperti teman yang sudah tidak lama bertemu. Mulai dari hal kecil atau sekedar kegiatan sehari-hari.

Suasana perbincangan ringan berlarih menjadi kurang nyaman bagi Hinata ketika Sakura membawa Naruto didalamnya.

“Hinata... maafkan aku. Naruto sudah menceritakan apa yag terjadi diantara kalian berdua. Sungguh, aku tidak menduga terjadi kesalahpahaman seperti itu.”

Bukannya menjawab, pandangan mata Hinata justru terlihat tidak fokus. Sakura yang melihat tingkah gadis didepannya terkekeh ringan, Ia tau gadis Hyuga ini pasti berpikir Ia sedang melakukan misi bersama Tim 7. Dan Sakura yakin temannya ini masih enggan bertemu dengan sahabatnya.

“Naruto tidak ada di Suna, dia sedang ada misi penting dengan Hokage. Aku kesini karena memiliki beberapa urusan dengan Gaara.” Suara Sakura melembut diakhir kalimat.

‘Gaara’, Hinata sedikit terkejut saat Sakura menyebut nama Kazekage kelima desa Sunagakure dengan nama kecilnya. Apakah Sakura memang seakrab itu dengan pria yang juga merupakan sabahat dari Naruto, ntahlah.

“Hinata yang Ino katakan tidak benar, percayalah. Ia juga sangat ingin bertemu denganmu dan meminta maaf atas perkataannya padamu.” Sakura coba menjelaskan.

“Semua sudah berlalu, Sakura-san. Lagipula apa yang perlu dimaafkan, justru aku merasa bersalah karena dulu terlalu kekanakan.” Bibirnya melengkung membentuk senyuman. Dua tahun cukup mengajarkan Hinata sebuah pelajaran hidup.

Meski Naruto pernah menyakitinya, namun Hinata tidak akan menutup mata bahwa pria itu mengambil peranan sangat besar dalam perkembangan jati dirinya. 

Naruto adalah Inpirasinya untuk terus bergerak maju. Dan untuk itu, Hinata sangat berterimakasih kepada Naruto.

“Justru aku merasa tak enak padamu, Sakura-san. Saat itu aku belum sempat berbicara langsung denganmu, mungkin karna kepergianku yang mendadak dari desa kau berpikir aku marah pada kalian. Tapi sungguh, bukan karena itu.” 

Hinata menggenggam tangan Sakura yang berada diatas meja. “Sakura-san, kuharap kau tidak perlu menahan hatimu lagi. Biarkan Naruto memilikinya, aku sudah bahagia,  sekarang aku juga ingin melihat kalian berbahagia.”

Sakura tertawa lepas. “Kau sunggh lucu... haha....haa...”

Hinata mengangkat sebelas alis mata. Apa dimata Sakura niat tulusnya terlihat seperti sebuah lelucon?

“Kau akan tau nanti ketika bertemu dengan sibodoh itu.” Sakura memberikan seringai miring.

“Hinata, apa yang membuatmu meragukan Naruto. Apa karna kau berpikir bahwa aku menaruh hati pada Naruto dan Naruto masih menyukaiku, benar begitu?”

Hinata hanya diam, namun beberapa detik kemudian Ia mengangguk.

“Baiklah aku akan jujur padamu. Benar. Ada satu titik dimana aku pernah menaruh hati pada Naruto.”

Sakura mulai menerawang, “Tepatnya ketika aku benar-benar hancur karena kehilangan dua sosok yang aku cintai sekaligus, Sasuke dan calon bayi kami. Selama masa penyembuhan dengan genjetsu beberapa kali aku sadar bahwa Narutolah yang selalu ada disisiku.'

“Rasa ketergantungan padanya membuatku mulai menaruh hati. Tapi kemudian aku tersadar untuk tidak membodohi diriku.”

“Benar, Naruto akan melakukan apapun untuk membantuku, berada disisiku saat itu. Namun, semua itu adalah bentuk kasih sayang. Kasih sayang Naruto sebagai seorang sahabat, kasih sayang Naruto sebagai seorang saudara. Kau pasti tau bagaimana setiakawannya si bodoh itu kan?”

“Hanya sebatas itu Hinata. Sebab, sepotong hati Naruto sudah diberikan kepada seseorang, yang tersisa hanya sepotong hati untuknya bertahan hidup.”

Sakura menyentuh dada kirinya. “Sasuke tetap ada disini. Meski nantinya aku ditakdirkan memiliki cinta pria lain, tentu pria itu bukan Naruto, akan ada pria lain.” suara Sakura kembali melembut diakhir kalimat.

.

.

Kantor Hokage.

Setelah menghabiskan dua hari liburnya beristirahat dikediaman Hyuga, pagi ini Hinata sudah berada didepan kantor Hokage untuk misi pengawalan sekaligus menjadi asisten sementara Hokage ke-6 pada pertemuan para Kage di desa Suna.

Seketika melangkahkan kaki kedalam ruangan Hokage, Hinata merasakan nuansa yang berbeda dengan dua tahun yang lalu saat terakhir kali dirinya menginjakkan kaki diruangan itu. 

Hinata mengenali aroma ini, citrus.

Hokage duduk dikursinya menghadap kearah jendela, memunggungi pengawal dadakan yang baru saja masuk ke ruangan. Sesaat Hokage memutar kursinya kearah berlawanan, pengawal didepannya justru seperti mematung.

Hokage menatap asisten sementaranya dengan netra berkilat seraya tersenyum hangat.

“Lama tak berjumpa.... Hinata.”

.

.

.

to be continued.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya The Truth 5 : Aku hanya mencintaimu.[End]
27
3
Hinata mengangguk lantas mendekat pada Naruto, Ia sedikit tersentak ketika pria itu menarik telapak tangannya tanpa permisi dan memakaikan cincin di jari manisnya. “Hokage-sama.. ini?”“Aku ingin membeli cincin untuk melamar seseorang sekembalinya ke Konoha dan sepertinya kalian punya ukuran jari yang sama.” Kedua bola mata Naruto nampak berbinar.Deghhh...‘Apakah gadis yang akan dilamar itu adalah sepotong hati Naruto seperti yang Sakura katakan padanya waktu itu?’-- “Saya senang bisa membantu anda, Hokage-sama.” Hinata membuat simpul disudut bibirnya turut berbahagia untuk Naruto, mengacuhkan sesuatu yang terasa menyesakkan disudut terdalam hatinya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan