The Truth 2 : Kesalahpahaman

41
8
Deskripsi

Sesuai dengan rencananya diawal, Hinata memang ingin memutuskan status sebagai kekasih Naruto sepulangnya dari misi pertama, tentu jika pria itu tidak memutuskannya terlebih dahulu. Tapi, untuk berbicara sekarang Hinata cukup malas dan lelah, ingin berendam air hangat dan tidur sebentar.

“Baiklah, aku akan mejemputmu jam tujuh malam.” Naruto menawarkan.

“Tak perlu.” Tolak Hinata cepat, “Kita bertemu direstoran Yakiniku saja.”  Setelah mengatakan itu Hinata langsung pergi begitu saja tanpa memandang Naruto.

Tinggallah Naruto mematung ditempat. Hatinya tercubit dengan perubahan dan penolakan terang-terangan dari Hinata.

Story by : HinataLight8

Rate : M

Genre: Faith, Romance, Hurt, Friendship, Regret.

Diclaimer: All Characters of Naruto is belongs to Masashi Kishimoto.

This story is mine.

Warning: All Typo(s), Out Of Chara, If you dislike this story, please turn back with peace. No flames with barbarian's words, Be Nice for critic, Typo and others. Thank you.

.

.

*******

Dua bulan telah berlalu Hinata dan tim pasukan Anbu telah menyelesaikan misinya. Berbeda pada saat di Tim 8 dulu yang harus melaporkan hasil misi, pasukan Anbu hanya diwakilkan oleh komandan pasukan untuk melaporkan hasil misi pada Hokage.

Raut wajah Hinata nampak ceria karena berhasil menyelesaikan misi mata-mata pertamanya sebagai pasukan Anbu. Namun, sesaat memasuki gerbang Konoha wajah bahagianya luntur seketika mendapati sosok pahlawan desa yang berdiri tegak menyambutnya.

“Hinata, selamat datang.”  Naruto tersenyum menyapa kekasihnya.

“Naruto sedang apa disini?”  Balas Hinata datar.

Senyum Naruto pias. “Hinata ada yang ingin aku bicarakan.”

“Hm, baiklah. Nanti malam saja kita bertemu aku juga ingin bicara padamu, saat ini aku cukup lelah dan ingin beristirahat terlebih dahulu.”

Sesuai dengan rencananya diawal, Hinata memang ingin memutuskan status sebagai kekasih Naruto sepulangnya dari misi pertama, tentu jika pria itu tidak memutuskannya terlebih dahulu. Tapi, untuk berbicara sekarang Hinata cukup malas dan lelah, ingin berendam air hangat dan tidur sebentar.

“Baiklah, aku akan mejemputmu jam tujuh malam.” Naruto menawarkan.

“Tak perlu.” Tolak Hinata cepat, “Kita bertemu direstoran Yakiniku saja.”  Setelah mengatakan itu Hinata langsung pergi begitu saja tanpa memandang Naruto.

Tinggallah Naruto mematung ditempat. Hatinya tercubit dengan perubahan dan penolakan terang-terangan dari Hinata.

Ino sudah memberitahukan padanya terkait pembicaraan dengan Hinata. Gadis pirang itu berulang kali meminta maaf padanya karna telah dengan lancang mengatakan tentang perasaannya kepada Hinata tanpa mengetahui kebenaran yang ada. 

Sungguh... jika saja Ino bukanlah seorang wanita, Naruto pasti menghajarnya hingga babak belur.

.

.

Naruto POV. 

Aku tidak mencintai Hinata?

APA KALIAN PIKIR AKU GILA? HAH!!!

Bagaimana mungkin aku tidak mencintai Hinata. Aku mencintai gadisku sangat, teramat sangat. 

Terserah... kalian percaya atau tidak, Aku tidak peduli!

Aku bertanya-tanya mengapa orang masih meremehkan keaslian hubungan dengan Hinata. Aku jatuh cinta dengan jiwanya bahkan sebelum aku bisa menyentuh kulitnya. 

Jika itu bukan cinta sejati, tolong beri tahu aku apa itu?

Kalian tau bagaimana aku jatuh cinta pada Hinata?

Aku jatuh cinta pada waktu ketika dia tersenyum. Membuat duniaku berhenti sesaat. Merasakan sesuatu yang tak dapat kukatakan dan aku selalu berharap dapat menentukan kapan waktu boleh berputar kembali demi terus melihat senyumnya.

Tidak, aku tidak sanggup kehilangan Hinata untuk yang kedua kali. Cukup saat peristiwa dengan Toneri sudah membuatku trauma. Jika Hinata meninggalkanku lagi, aku akan bertukar tempat dengan Sakura menjadi pasien Tsunade Baa-chan.

Semua kesalah pahaman ini bermula dari kematian sahabatku, Uchiha Sasuke. Kepergiannya menghancurkan Sakura. Sahabatku hancur, jika aku masih memiliki Hinata yang selalu berada disisiku, lain halnya dengan Sakura, dia hanya memiliki aku sebagai tempat berbagi.

Kesedihan berlarut membuat Sakura kehilangan calon bayi dalam kandungannya. Hanya aku dan Tsunade Baa-chan, Hokage dan Orochimaru Sensei yang mengetahui masalah ini.

Kami tidak ingin nama baik Sakura tercoreng, aku takut keadaan dan musibah yang menimpa Sakura akan menjadi buah bibir warga desa. Hamil, keguguran dan kehilangan Ayah dari bayi yang dikadungnya.

Aku akui aku salah. Aku terlalu mengutamakan Sakura. Tapi pikirkan jika kalian diposisiku? Sahabatku baru saja meninggal, dan sahabatku yang lain yang merupakan kekasih dari sahabatku terpuruk dan kehilangan bukti cinta mereka. 

Apa aku sekejam itu untuk membiarkan Sakura seorang diri?

Semua orang mengatakan bahwa Sakura adalah wanita yang kuat. Tidak! mereka salah, aku yang paling tau. Sakura hanya terlihat kuat diluar namun sejatinya rapuh didalam. Sedari kecil Ia hidup bahagia dalam keluarga normal tanpa tuntutan, bertemu Sasuke lah yang membuatnya mengerti arti kehidupan.

Lain hal dengan Hinata yang terlihat lemah lembut, sejatinya kekasihku sesungguhnya adalah wanita yang sangat kuat. Tekanan, tuntutan, dan rasa terbuang yang dialami Hinata sedari kecil tidak membuat gadisku itu patah arah. 

Hinata adalah gadis terkuat yang pernah hadir dalam hidupku.

Kesalahanku terbesarku adalah mengabaikan Hinata seorang diri tanpa memberi kejelasan ketika aku mencurahkan waktu sepenuhnya dalam pemulihan mental Sakura. 

Kakashi sensei bahkan mengurangi misi agar aku bisa fokus membantu Tsunade Baa-chan dalam proses kesembuhan Sakura. Biar bagaimanpun bagi Konoha Sakura adalah aset besar Ninja medis dimasa depan.

Tapi, tiba-tiba sesuatu tak terduga terjadi...

Ino datang menangis tersedu-sedu menceritakan semuanya padaku, perihal perkataan jahatnya pada Hinata. 

Bagaimana bisa Ino berkata seperti itu pada Hinata?

Wanita gila itu bilang aku masih mengejar cinta Sakura dan tidak pernah mencintai Hinata. Dia bahkan mengatakan aku hanya kasihan pada Hinata dan berpacaran karena tanggungjawabku pada Neji.

Jalang!!!! Aku ingin mengamuk dan menghajarnya saat itu juga andai saja Shikamaru dan Sai tidak menahan dan menyadarkanku bahwa Ino adalah seorang Wanita.

Ketakutanku memuncak saat Ino mengatakan bahwa Hinata melihat aku dan Sakura berciuman malam itu. 

Demi Kamisama itu hanya kecelakaan. 

Saat itu Sakura dalam penagaruh genjetsu yang ditanamkan oleh Orochimaru Sensei sebagai bagian dalam proses penyembuhan mental Sakura.

Ketika malam itu aku yang terus mengawasi Sakura dari belakang, mengejar Sakura yang berlari dan berteriak memanggil-manggil nama Sasuke karena pengaruh dari genjetsu yang diberikan Orochimaru Sensei belum hilang sepenuhnya. 

Sakura mengira aku adalah Sasuke dan menciumku dengan paksa.

Setelah kuingat kembali malam itu, jika dipandang dari sudut pandang lain dari kejauhan Aku dan Sakura memang terlihat seperti saling membalas ciuman. 

Posisi kepala Sakura yang mendongak dengan wajah nyaris menempel dengan wajahku, kakinya yang berjinjit, kedua tangannya yang menarik bajuku sehingga terlihat dia sedang menciumku.

Begitupula dengan posisiku yang seakan terlihat membalas ciuman Sakura. Kedua tanganku mencengkram pundak Sakura, kepalaku tertunduk karena tarikan pada bajuku, belum lagi pergerakan kepalaku kekiri dan kekanan yang berusaha menolak ciuman pastilah terlihat sedang saling berbalas cumbuan dalam pandangan Hinata.

Demi Kamisama... Tidak ada ciuman seperti yang dibayangan Hinata, Sakura hanya berhasil mencuri satu kecupan ringan sebelum akhirnya aku membuatnya pingsan.

Dan kalian tau kesialanku tidak berhenti sampai disitu.

Brengsekk kau Yamanaka Ino!  Wanita sialan itu baru mengatakan pertemuannya dengan Hinata padaku seminggu setelah kepergian Hinata keluar desa menjalankan misi selama dua bulan. Wanita itu bilang terlalu takut karena merasa bersalah. 

Sialan, kalau dia takut kenapa dari awal berani berbicara sembarang tanpa tau resiko apa yang akan menimpa orang lain.

Setelah mendengar semua itu aku lantas segera menghadap Kakashi Sensei. Aku meminta bantuannya selaku Hokage agar mengijinkanku menyusul Hinata ke desa Gakure menyelesaikan masalah agar tidak berlarut-larut. Tapi, sialnya Hokage melarangku.

Hokage ke-6 itu mengatakan, masa ini adalah masa terbaik Hinata. Kakashi sensei bilang, belum pernah melihat Hinata seantusian itu menjalankan tugas. Dan keberadaanku hanya akan menjadi lalat yang menggangu Hinata dalam menyelesaikan tugas. 

Brengsekk...!!!

Bujangan tua itu juga mengatakan ini adalah salah satu cara melatih kepemimpinanku untuk menjadi Hokage masa depan, menahan diri dan emosi agar tidak gegabah mengambil langkah. 

Disamping itu, mempertimbangkan keadaan mental Sakura yang hampir pulih menahanku untuk bertindak gegabah.

Setelah pikiranku jernih, aku memahami kenapa Ino atau siapapun bisa berpikir seperti itu. Keterdiamanku yang tidak memberitahukan perkara Sakura dalam pengaruh genjetsu membuat semua orang menilai Sakura menaruh hati padaku. 

Yang terparah adalah aku telah mengabaikan Hinata dan tidak jujur sehingga semua berakhir dengan kesalahpahaman seperti ini. 

Semua warga desa bahkan mengira aku dan Sakura saling mencintai. Mereka semua berpikir selama ini aku menjalin hubungan dengan Hinata hanya karna cinta sesaat lalu mencapamkan Hinata demi mendapatkan cinta Sakura.

Kalian boleh membunuhku sekarang juga! Aku akan diam tanpa perlawan jika memang aku adalah lelaki bajingan yang seperti mereka tuduhkan.

Dua bulan, aku harus bersabar selama itu untuk bertemu gadisku dan kuharap Ia memberikan kesempatan untuk menjelaskan semuanya dan meminta maaf.

Beruntung selama menunggu dalam tempo dua bulan ini, kondisi Sakura jauh berkembang pesat. Sakura sudah normal dan mulai bekerja kembali dirumah sakit dibawah pengawasan Tsunade Baa-chan. Bahkan Sakura sudah meminta maaf karna tidak sadar memaksa menciumku. 

Namun perkara Hinata aku belum menceritakannya, takut Sakura merasa bersalah dan kembali terganggu mentalnya. Perlahan aku akan menjelaskan semuanya, yang penting aku sudah mengancam agar Ino tidak lagi membuka mulutnnya sembarangan.

Dan dua bulan pun berlalu....

Hari yang kutunggu sangat dengan sangat tidak sabar....

Hinata akan kembali hari ini. 

Diselimuti rasa takut akan penolakan dari Hinata, sedari pagi buta aku sudah menunggunya digerbang desa.

Ha...Ha...ha....

Rasa takut herannya selalu saja terlaksana. 

Lihat, Hinata tak lagi memandangku dengan tatapan malu dan merona. Tak ada lagi sorot cinta dimatanya. Hinata terlihat berbeda, tegas, acuh dan tidak peduli padaku.

Ha...Ha...ha....

Selamat menikmati kehilangan untuk yang kedua kali karena kebodohanmu sendiri...... Uzumaki Naruto.

Naruto POV End.

.

.

.

to be continued….

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya The Truth 5 : Aku hanya mencintaimu.[End]
27
3
Hinata mengangguk lantas mendekat pada Naruto, Ia sedikit tersentak ketika pria itu menarik telapak tangannya tanpa permisi dan memakaikan cincin di jari manisnya. “Hokage-sama.. ini?”“Aku ingin membeli cincin untuk melamar seseorang sekembalinya ke Konoha dan sepertinya kalian punya ukuran jari yang sama.” Kedua bola mata Naruto nampak berbinar.Deghhh...‘Apakah gadis yang akan dilamar itu adalah sepotong hati Naruto seperti yang Sakura katakan padanya waktu itu?’-- “Saya senang bisa membantu anda, Hokage-sama.” Hinata membuat simpul disudut bibirnya turut berbahagia untuk Naruto, mengacuhkan sesuatu yang terasa menyesakkan disudut terdalam hatinya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan