
Pada minggu keempat atau satu bulan setelah pengakuan Naruto malam itu ketika mabuk, Hinata akhirnya bangkit. Semua kebangkitan Hinata karena Ia menyadari bahwa dirinya ternyata begitu berharga.
Semalam Neji mendatanginya dalam mimpi, menyemangatinya, memberinya penghiburan, mengatakan bahwa Ia adalah gadis yang begitu berharga.
Ketika terbangun dari mimpi sekali lagi Hinata menangis, namun kali ini bukan lagi karena Naruto atau kehancuran hatinya. Namun, kali ini Hinata menangis karena bahagia menyadari dirinya begitu berharga dimata orang yang menyayanginya.
Story by : HinataLight8
Rate : M
Genre: Faith, Romance, Hurt, Friendship, Regret.
Diclaimer: All Characters of Naruto is belongs to Masashi Kishimoto.
This story is mine.
Warning: All Typo(s), Out Of Chara, If you dislike this story, please turn back with peace. No flames with barbarian's words, Be Nice for critic, Typo and others. Thank you.
.
.
******
Naruto dan Hinata dikabarkan menjalin kasih setelah menyelesaikan misi di bulan. Warga desa menyambut hangat hubungan keduanya yang dianggap sebagai pahlawan yang menghentikan serangan bulan ke bumi.
Kisah romantis sang pahlawan desa menjadi menu pendamping makanan sehari-hari mereka. Terkhususnya ketika mereka menyaksikan dengan kedua mata sendiri bagaimana indahnya ciuman fenomenal sang pahlwan pada sang gadis berlatar keindahan bulan.
Tapi semua cerita itu sekarang, tinggalah kenangan. Tak ada yang menyangka pasangan fenomanenal itu telah berpisah ditahun pertama sejak mereka dikabarkan merajut kasih.
Sang Pahlawan desa kini dikabarkan telah menjalin kasih dengan sahabatnya, cinta masa kecil sang pahlawan, Haruno Sakura. Sedang sang gadis Hyuga dari berita sumpang siur yang beredar telah menjadi pasukan Anbu Konoha sebagai tim elit regu mata-mata Kohona.
Banyak mereka yang menyayangkan kegagalan kisah romantis yang ternyata hanya terjalin dalam waktu singkat hanya karna cinta sesaat sang pahlawan desa. Tapi toh urusan hati manusia siapa yang bisa menebak, bahkan Kamisama sekalipun enggan ikut campur.
.
.
Enam Bulan Sebelumnya, Konoha.
Kabar menggemparkan menerpa Kohoha hari ini, kematian Uchiha terakhir sungguh diluar dugaan. Uchiha Sasuke sang Nukenin telah gugur dalam misi penebusan dosa.
Tidak ada yang mengira ninja terkuat yang disinyalir mampu menandingi Uzumaki Naruto sang pahlawan meregang nyawa karena terperangkap genjetsu yang sehingga tak mampu menepis tertusuk kunai beracun dari musuh.
Sudah bisa ditebak dua orang yang paling hancur ketika mendengar berita ini adalah sang kekasih dan sang sahabat dari Uchiha terakhir. Mereka adalah Haruno Sakura dan Uzumaki Naruto, sang pahlawan desa.
Dan tanpa satu orangpun menyadari, bahwa hari itu juga merupakan hari dimana Hyuga Hinata mulai kehilangan cintanya.
Meski Naruto masih berstatus kekasih Hinata, pria itu tidak pernah menyambanginya. Semua perhatian dan kasih sayang Naruto tercurahkan sepenuhnya pada sahabatnya yang sedang terpuruk karena kehilangan cinta.
.
.
Bulan keenam setelah kematian Uchiha Sasuke.
Malam itu bulan purnama nampak penuh ditemani keindahan guguran bunga sakura musim semi, Hinata menyaksikkan sepasang sahabat berciuman meluapkan perasaan mereka yang terpendam.
Pada akhirnya Hinata menyadari dirinya adalah benalu yang menghalangi kedua sahabat yang saling mencintai itu.
Flashback. (Bulan ketiga setelah kematian Uchiha Sasuke)
“Hinata gomenasai.”
Kata itu terus mengalir dari bibir Naruto. Entah apa maksudnya, Hinata belum sepenuhnya mengerti.
Tadi Konohamaru meminta Hinata mengikutinya karna Naruto mabuk dan terus-menerus menyebut namanya dikedai Sake. Adik Angkat Naruto itu membawa Hinata ke Taman Hokaga tempat Konohamaru meninggalkan Naruto sebelum akhirnya membawa Hinata ke tempat ini.
“Maaf Hinata, aku tidak bisa memegang janjiku untuk bersamamu.” Mendengar perkataan Naruto, Hinata hanya bisa tersenyum masam.
“Maafkan aku Hinata...” Naruto memeluk Hinata.
Kondisi Naruto yang mabuk berat membuatnya tak menyadari yang dipeluknya adalah Hinata atau sekedar bayangan Hinata.
“Jadi... begitu ya...” Hatinya tercabik-cabik, Hinata tak henti terisak meneteskan air mata dalam pelukan Naruto.
“Sakura sangat mencintai Sasuke, kebahagiannya ada pada Sasuke. Tapi saat ini hanya aku yang bisa menjaga Sakura.” Ditengah mabuk Naruto masih memeluk Hinata sembari terus meracau.
“Naruto sendiri bagaimana? Apa kau mencintai Sakura?” Hinata membutuhkan kejujuran dari pria mabuk itu.
Naruto makin mengeratkan pelukannya pada Hinata. “Maafkan aku Hinata.”
Hinata anggap jawaban itu sebagai kata ‘Iya’
“Pergilah... jangan khawatir. Aku akan selalu berbahagia untuk kalian berdua.” Apa lagi yang bisa Hinata ucapkan selain untaian kata-kata penyemangat?
Flashback off.
Malam itu Hinata masih mengantarkan Naruto yang mabuk sampai didepan pintu apertemen. Hinata membiarkan Naruto tergeletak didepan pintu setelahnya Ia kembali pulang.
Hinata mengurung diri dikamar tanpa satu orangpun tau apa yang terjadi padanya. Hinata hancur, itu sudah pasti. Hinata ingin mati, mungkin saja. Hinata membenci Naruto dan Sakura yang berkhianat, inginnya seperti itu.
.
.
Bulan keempat setelah kematian Uchiha Sasuke.
Nyatanya seminggu pertama Hinata hanya diam menangis sendiri dikamarnya. Diminggu kedua dan ketiga Hinata menjadi lebih pendiam. Hinata makan, menjalan misi dan beraktifitas seperti biasa namum orang disekitar mulai merasakan keanehannya terutama Kiba dan Shino.
Pada minggu keempat atau satu bulan setelah pengakuan Naruto malam itu ketika mabuk, Hinata akhirnya bangkit. Semua kebangkitan Hinata karena Ia menyadari bahwa dirinya ternyata begitu berharga.
Semalam Neji mendatanginya dalam mimpi, menyemangatinya, memberinya penghiburan, mengatakan bahwa Ia adalah gadis yang begitu berharga.
Ketika terbangun dari mimpi sekali lagi Hinata menangis, namun kali ini bukan lagi karena Naruto atau kehancuran hatinya. Namun, kali ini Hinata menangis karena bahagia menyadari dirinya begitu berharga dimata orang yang menyayanginya.
Neji menyayanginya hingga rela mengorbankan nyawa, bahkan dalam kondisi berbeda alam kakak sepupunya itu selalu ada disampingnya. Ohhh, betapa beruntung dirinya.
Sungguh pagi ini Hinata menangis bahagia, belum lagi kehadiran sahabat seperti Kiba dan Shino yang selalu menjaga dan melindunginya.
Uzumaki Naruto.... Nama itu sekarang, menjadi asing dihati dan telinga Hinata.
.
.
Bulan ketujuh setelah kematian Uchiha Sasuke.
Malam itu ketika Hinata melihat sepasang sahabat yang berciuman, Ia tidak menangis apalagi sampai bersedih justru Ia tersenyum simpul.
Terselip rasa bersalah dihati Hinata sebab statusnya masih sebagai kekasih Naruto seakan menjadi benalu yang menghalangi perasaan diantara dua sejoli yang saling mencintai.
Berdiri mematut diri didepan cermin, Hinata mengenakan seragam misinya. Ia memutar tubuhnya kekiri dan kekanan.
“Cantik..” Hinata terkekeh geli mengatakan diri sendiri cantik.
Setelah berpikir panjang dan mengingat Hyuga telah menetukan Hanabi sebagai penerus, Hinata telah memutuskan untuk mengabdi pada desa Konoha.
Hinata ingin merasakan sebuah petualangan yang diceritakan Neji dalam mimpinya. Maka dua bulan yang lalu Hinata mendaftarkan diri menjadi pasukan Anbu.
Keputusan Hinata sempat membuat Hiashi kaget. Namun setelah melihat senyum dan binar dimata putrinya alhasil Hyuga Hiasi mengerti dan tanpa perlu penjelasan apapun dari Hinata, Ia menyadari cinta anak gadisnya telah usai.
Keputusan itu juga sudah disampaikan Hinata pada rekannya di Tim 8. Meski tak rela, kedua sahabat itu menghargai dan mendukung keputusan gadis yang sudah mereka anggap sebagai adik sendiri.
Saat ini Hinata memang masih berstatus kekasih Naruto. Ia pikir kenapa juga harus dirinya yang mencari pria itu untuk meminta kejelasan, Ia malah menunggu pria itu untuk datang dan memutuskannya.
Hinata tidak mau repot-repot mencari alasan memutuskan hubungan. Toh, sampai dengan saat ini Naruto belum juga datang padanya sejak malam pria itu mabuk.
Lagi pula... Hinata malas dicap sebagai gadis tak tau diri karena berani memutuskan pahlawan desa, padahal dirinya juga korban perasaan sama seperti Naruto dan Sakura.
Fokusnya sekarang menyiapkan diri dan berlatih karena Tiga hari kedepan Ia akan berangkat untuk memenuhi tugas misi pertamanya setelah diterima sebagai pasukan Anbu.
Mungkin setelah misi pertamanya selesai Naruto belum juga menemuinya, mau tidak mau Hinata yang akan mencari pria itu untuk memutuskan hubungan.
Secara resmi Hinata masuk dalam tim regu mata-mata Anbu Kohona dan misi pendek selama dua bulan di desa Gakure adalah misi pertama yang harus Ia selesaikan. Tidak terlalu sulit tapi cukup menantang.
Sebelum menjalankan misi dan meninggalkan desa selama dua bulan, Hinata membuat jadwal bermain seharian dengan Kiba dan Shino untuk bersenang-senang. Seharian ini mereka rencananya akan berkeliling ke gunung dan pantai sekitaran desa Konoha dan desa tetangga.
Disisi lain Para Nakamana mulai menyadari perubahan Hinata. Tidak seperti dulu yang terkesan pemalu, Hinata yang mereka lihat sekarang lebih percaya diri meski tetap pendiam.
Dipertengahan jalan menuju tempat temu janji dengan Kiba dan Shino, Hinata bertemu dengan Ino. Konuichi cantik itu mengajaknya kesebuah kedai ice cream karena ingin membicarakan sesuatu.
“Hinata, Apa kabar?” Ino membuka percakapan terlebih dahulu.
“Baik, Ino-san.” Hinata menjawab dengan tenang.
Ino berdehem, menyiapkan hati serta menyusun kata-kata agar tidak terlalu menyinggung Hinata. “Hinata, maafkan aku.”
Hinata mengangkat satu alis, bingung. “Maaf? Untuk?”
Katakanlah Ino kejam, Hinata merupakan temannya sedari kecil. Tapi Sakura adalah sahabat Ino, kehancuran Sakura karena kehilangan Sasuke membuatnya ikut bersedih.
Beruntung kehadiran Naruto yang selalu berada disisi Sakura membuat sahabatnya bangkit dari keterpurukan. Ino juga menyadari perlahan Sakura membuka hatinya untuk Naruto, dan pria itu pun terlihat masih mencintai Sakura. Namun status Hinata sebagai kekasih Naruto, menghalangi Sakura untuk berani menerima hati Naruto.
“Maaf, mungkin ini terdengar egois bisakah kau melepaskan Naruto?”
Hinata berpura-pura tidak mengerti. “Maksud Ino-san?”
“Naruto masih mencintai Sakura. Keduanya saat ini saling mencintai.” Ino menarik nafas dalam-dalam. “Maaf, aku harus mengatakan ini. Naruto tidak mencintaimu, tapi statusmu sebagai kekasih dan janjinya pada Neji menghalanginya untuk bersama dengan Sakura.”
Hinata diam tidak tau harus membalas kalimat terakhir Ino. Jadi... seperti ini pandangan orang-orang terhadap dirinya. He..hee... ironis tapi lucu.
Hinata yang terkekeh kecil membuat Ino kebingungan. “Hinata?”
“Aku tak marah Ino-san. Hanya lucu membayangkan ternyata aku semacam benalu bagi kisah cinta Naruto dan Sakura.” lagi Hinata terkekeh geli.
Deghhh....
Seketika Ino merasa dipukul rasa bersalah. Ino menyadari ucapannya memang kejam, tapi tidak pernah sedikitpun Ia berniat membuat Hinata merasa seperti benalu, terlalu jahat. “Hinata Ma---“
“Tak perlu merasa bersalah Ino-san.” Hinata memotong perkataan Ino. Telinganya cukup lelah mendengar kata maaf dari wanita pemilik toko bunga itu.
“Aku sudah menyadari perasaan mereka, bahkan aku melihat mereka berciuman malam itu. Benar yang kau katakan mereka saling mencintai.”
“Hinata...” Ino menunduk malu.
“Aku pun turut berbahagia untuk hubungan mereka. Mungkin orang lain melihatku menyedihkan, tapi sungguh aku sudah merelakan cintaku berakhir.”
“Begini saja, bisa tolong kau sampaikan pada Naruto atau Sakura untuk bicara langsung padaku, rasanya kurang etis kau mewakili mereka berdua.”
Setiap kalimat yang keluar dari bibir Hinata, tegas dan penuh keyakinan.
“Apa masih ada yang ingin kau sampaikan, Ino-san? Kalau tidak ada maaf aku harus pergi, permisi.”
Dengan raut muka bersalah dan menyesal Ino menggelengkan kepala, bertanda sudah tak lagi memiliki pembicaraan.
Hinata beranjak pergi, namun sebelum meninggalkan Ino, Ia ingin sedikit memberi ucapan ‘terimkasih’ pada gadis berisik itu.
“Kurasa sekarang, aku mengerti perasaanmu waktu itu Ino-san. Bagaimana sedihnya saat kau terpaksa merelakan cintamu pada Sasuke demi Sakura. Kuharap aku bisa menjadi sekuat dirimu.” Hinata tersenyum simpul meninggalkan Ino yang terhantam rasa bersalah.
Setelah kepergian Hinata, Ino menangis terisak. Menyesal, “Maafkan aku..Hinata.”
Dan sekarang bagaimana bisa kekejaman yang pernah Ino rasakan dulu, sekarang justru Ia lakukan pada Hinata? Gadis itu tak ubahnya adalah gambaran dirinya dimasa lalu yang harus merelakan cinta sama seperti dirinya.
Ino tau betapa hancur dan sedih hatinya kala itu saat harus merelakan cintanya untuk Sasuke demi Sakura. ’Kau jahat Ino.’
.
.
to be continued…..
Story Canon pertama, temanya Hurt-adited 🤣🤣
Tenang cuma awal aja plus ada plot twist chapter 2 nanti.
Story ini Gratis sampai tamat lima chapter ya 😊😊
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
