COMMITMENT [Chapter 6-8]

12
2
Deskripsi

“Bagaimana dulu kalian saling mencintai ?“

“Kami seperti pohon dan ranting yang baik menghasilkan buah yang manis, menikmati madu yang diminum dalam cawan setiap hari, penuh keindahan, dunia baru yang memenuhi seluruh sisi-sisi kalbu.“

“Pantas kau ditinggalkan Hinata, kau terlalu bodoh dan naif.“   Sai melanjutkan, “Cinta itu terbentuk oleh satu jiwa dengan dua raga.“

“Ketika kedua raga itu membentuk satu jiwa maka cinta menjadi lingkaran cahaya yang mengikat kalian menjadi awal dan akhir.“...

Story by : HinataLight8

Rate : M

Genre: Hurt, Family, Healing, Friendship & Romance.

Diclaimer: All Characters of Naruto is belongs to Masashi Kishimoto.

This story is mine.

Warning: All Typo(s), Out Of Chara, If you dislike this story, please turn back with peace. No flames with barbarian's words, Be Nice for critic, Typo and others. Thank you.


.

.

Commitment 6 : Sesal

.

"Beberapa pintu tertutup selamanya.. Pintu lainnya terbuka di tempat yang tak terduga."

Lord Varys.

.

Akita Hotel & Convention Center, Konoha.

Gedung mewah berlantai dua puluh satu, sabtu malam ini terpantau sangat riuh. Akita Hotel & Convention Center terpilih oleh Federasi Bisnis menggelar perhelatan Anugrah kepada para pengusaha yang berkontribusi besar disektor ekonomi, budaya dan lingkungan di Jepang.

Acara penghargaan ke=18, di akhir tahun 2020 ini kembali digelar olehNippon Keizai-dantai Rengokai selaku Federasi Bisnis sejak berdirinya federasi ini pada tahun 2002. Federasi yang diketuai oleh Masakasu Tokura merupakan bentuk Achievement terbesar bagi para pengusaha.

Maka tak heran sederat Petinggi Perusahaan, CEO, Presiden Direktur, Direktur, Pemegang saham, beserta pemangku kepentingan lainnya hadir pada acara malam ini.

Round table yang disusun secara simetris, memudahkan setiap tamu undangan mendapatkan sudut pandang langsung ke arah stage. Para undangan sudah ditempatkan pada guests table berdasarkan klasifikasi dari panitia acara sesuai dengan daftar perusahaan berjasa menurut Federasi Bisnis Jepang.

Table terdepan itu hanya terisi empat tamu undangan. Sekiranya table diperuntukan bagi delapan tamu undangan dari empat perwakilan Big Coreporate, dimana setiap perusahaan mewakilkan dua orang sebagai tamu undangan.

"Anda terlihat sangat bersemangat hari ini, Madara-sama." Sabaku Rasa, salah satu dari tamu undangan table terdepan, terseyum memulai interaksi dengan senior colega bisnisnya.

Sesuai dengan list tamu, seharusnya table itu diperuntukkan bagi delapan perwakilan dari empat perusahaan.

Namikaze Jiraya & Namikaze Minato, perwakilan NamiUzu Corporate.

Uchiha Madara & Uchiha Fugaku, perwakilan Uchiha Holding & Company.

Hyuga Hiasi & Huga Neji, perwakilan Hyuga Corp.

Sabaku Rasa & Sabaku Garra, perwakilan Sabaku Tech.

"Tentu saja, tidakkah kau juga terlihat terlalu bahagia hari ini Rasa-san."

Hanya perwakilan dari Uchiha dan Sabaku yang hadir pada hari ini, bukan rahasia umum lagi dikalangan para pebisnis bahwa Namikaze dan Hyuga yang awalnya di gadang-gadang semakin tak tersentuh karna penyatuan bisnis, akhirnya tercerai-berai selepas pengumuman pembatalan pernikahan yang dirilis oleh media.

"Saya tak pernah berfikir bahwa –kesempatan dalam kesempitan- terasa seperti memakan buah masak tanpa memetik dari pohon. Saya pikir anda tak akan menyia-nyiakannya. Bukan begitu, Madara-sama ?"

"Seperti kau tidak saja, ha..ha..ha..."

Acara Penghargaan oleh Nippon Keizai-dantai Rengokai malam ini berjalan dengan sukses, masing – masing pemenang dan perwakilan telah menerima Achievement sesuai dengan kategori yang diberikan.

Terakhir, acara ini di tutup dengan prakata dari ketua baru Federasi Bisinis Jepang terpilih 2021, Uchiha Madara.

Selesai dengan sambutan dan penutupan acara Madara kembali menuju kediaman dengan mobil mewahnya. Sesaat sebelum Fugaku menutup pintu mobl itu, Madara berpesan

"Fugaku, suruh bocah itu selesaikan pekerjaan secepatnya. Aku akan memberikan posisi itu jika dia bisa mengambil kesempatan ini."

"Baik, Ayah."

Di waktu yang sama, di tempat parkir gedung yang berdekatan,

"Garra, kau sudah selesai dengan wanita itu ?"

"Sudah, Ayah."

"Kau melihatnya malam itu bukan, ambil kesempatan ini dengan baik."

"Aku mengerti."

….

Malam tahun baru atau omisoka di Jepang mengelar banyak festival rakyat. Tradisi toshikoshi soba menjadi magnet utama setiap perayaan omisoka disusul setelahnya dengan tradisi Joya no Kane.

Joya no Kane yaitu tradisi memukul genta yang terdapat diberbagai kuil di Jepang sebanyak 108 kali sebagai perlambang 108 jenis nafsu jahat manusia yang harus dihalau.

Kebahagiaan dan antusiasme masyarakat pada malam omisoka di setiap sudut jalan maupun ruang keluarga digambarkan begitu estetik di tiap laporan berita media elektronik.

Sayangnya... keriuhan omisoka tak nampak sama sekali pada Mansion megah itu. Hanya ada seorang Pemuda yang sedari tadi berdiri didepan pintu gerbang megah itu dengan tatapan sendu.

Malam ini adalah malam kedua Naruto bertandang kekediaman Hyuga, setelah kesehatannya membaik dua hari lalu.

Naruto langsung kembali ke Kohona bersama kedua orang tuanya, dan hal pertama yang mereka lakukan adalah mendatangi keluarga Hyuga dengan membawa sejuta penyesalan dan maaf.

Lagi, hanya kepala pelayan rumah tangga itu yang menerima kunjungan Naruto.

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Kao, kepala pelayan rumah tangga Hyuga, bahwa Hiasi beserta keluarga inti sedang melakukan perjalanan ke Cina untuk bertemu dengan calon besannya, kedua orang tua Teten.

Hinata...

Hatiku telah hancur berkeping-keping sejak hari aku menyakitimu, Sayang. Maafkan aku.

Entah berapa kali kalimat itu terus keluar dari bibir Naruto.

Ketika kau pergi, hatiku pergi bersamamu sayang, aku kosong di dalam.

Tolong... kembalilah ke pelukanku Hina, agar aku bisa menunjukkan betapa berartinya dirimu bagi kehidupanku dan menebus kesalahanku.

Hi-Na-Ta....

Tinta air mata menjadi saksi atas rangkaian penyesalan yang terkata tanpa wujud akhir, sendu yang dibayangi oleh kenangan mengalir seperti air yang mengikuti tanah yang lebih rendah.

Hanya usapan angin malam dan tetesan salju yang menemani Naruto berdiri didepan gerbang Manion megah itu. Angan mendirikan bahtera rumah tangga yang dibangun indah, goyah dan runtuh.

….

Naruto POV.

"Naruto carilah wanita seperti Ibu, yang mencintai Ayahmu."

Bagiku perkataan ibu saat itu adalah buku panduan dalam mencari separuh jiwa, mencari sesosok wanita yang akan kutitipkan hati kecil ini.

Saat masa awal Senior High School akhirnya Aku menemukan Sakura, kekaguman dan keterpesonaan pada gadis serupa dengan Ibuku tak dapat kubendung. Sakura cantik, bergitu ceria, pintar, percaya diri, bertekad kuat, kokoh, teguh dan setia dalam mencinta.

Rasa itu terus berkembang dalam cangkang persahabatan antara diriku dan Sakura. Tapi semua keindahan Sakura bukan untukku karna semua keindahan itu hanya tertuju pada pemuda lain, Uchiha Sasuke sahabatku.

Lingkaran persahabatan yang selalu berusaha kujaga dengan memendam keinginan memiliki dan selalu berjuang untuk ada disisi Sakura.

Aku tidak ingin kehilangan persahabatan ini, aku tidak ingin kehilangan cintaku kepada Sakura atau persahabatanku dengan Sasuke.

Hingga gadis itu hadir, sahabat dari temanku diklub sepakbola, Inuzuka Kiba. Hinata namanya, gadis yang baik hati, gadis yang cantik, bukan... sangat cantik.

Aku ingat dulu pernah satu almamater di Junior High School tapi kami tidak dekat, apalagi Hinata pindah sekolah saat kelas dua.

Hinata itu pendiam, pemalu, kikuk, wajahnya selalu memerah, ucapannya selalu terbata didepanku entah mengapa aku tidak tau pada saat itu.

Sifat Hinata ini sangat berbanding terbalik dengan gadis impianku Sakura, tapi.. anehnya saat aku bersamanya hanya ada satu kata yang dapat menggambarkan keberadaanku saat itu. Nyaman.

Menikmati gerakan lembutnya, meratapi teduh tatapan matanya, menikmati manis senyumannya, mendengarkan halus tutur katanya, menghayati belaian tangan lembutnya di suraiku menyadarkanku untuk terus bangkit dari keterhempasanku karna rasa tak sampai pada Sakura.

Bersama Hinata membuatku menjadi orang yang sangat berguna, membuatku ingin menjadi dewasa dan selalu melindunginya.

Aku dan Hinata memutuskan untuk lebih dekat, kami sering berdua diatap sekolah menikmati bekal buatan Hinata sambil berbincang. Tentu akulah orang yang aktif dalam bercerita, Hinata hanya tersenyum menanggapi leluconku.

Awalnya aku memang memulai pertemanan dengan Hinata, Kiba dan Shino sebagai tempat pelarian disaat aku cemburu melihat kebersamaan Sakura dan Sakuke.

Aku tau itu awal yang buruk, tapi berikutnya pertemanan ini kulakukan dengan sangat tulus, bahkan waktu berkumpulku dengan mereka melebihi waktu bersama Sahabat-sahabatku.

"Naruto-kun, aku menyukaimu."

Hinata akhirnya menyatakan cintanya padaku. Aku bahagia tentu, mana bisa aku menolak seorang gadis seperti Hinata, walau terselip rasa bersalah karna aku masih menyukai Sakura.

"Hm, ayo kita lakukan."

Hinata mengejabkan matanya berkali-kali, gadis ini memang lucu. Hinata harusnya kau memelukku karna aku menerima cintamu !

"Naruto-kun, aku tau siapa yang ada di hatimu. Aku hanya ingin menyatakan cintaku sebelum aku focus mempersiapkan kelulusan, aku tidak ingin ada penyesalan sebelum akhirnya kita berpisah nanti."

Lihat!! dimana lagi kau bisa menemukan gadis seperti ini.

"Benar... Sakura masih ada didalam hatiku, tapi aku mulai menyukaimu Hinata. Mari kita berjuang bersama, Hinata."

"Hmm baiklah, mari kita berjuang bersama Nauto-kun.. janji!"

"Janji."

Jari kelingking kami saling tertaut sebagai materai perjuangan bersama dalam membina hubungan ini.

Hari itu adalah hari dimana aku seharusnya berjuang bersama yang tanpa kusadari menjadi hari dimana aku mulai menanam benih kesedihan dan rasa bersalah kepada Hinata.

Toko buku, toko kue, Ichiraku ramen dan Taman Kota menjadi tempat tujuan kencan pertama kami. Aku sangat menyukainya, sangat sederhana naum begitu meyenangkan. Sayangnya, ini mejadi benih kesedihan pertama yang kutanam.

Aku meninggalkan Hinata di taman begitu saja, karna sebuah panggilan dari Sakura. Saat itu Sakura kebingungan membawa Sasuke ke rumah sakit, tubuh Sasuke memar karna sengaja bersinggungan dengan preman dijalan.

Sasuke dan masalah keluarganya, hanya itu yang selalu membuat sahabatku merasa tidak berguna.

"Tidak apa Naruto-kun, masalah mereka jauh lebih penting dari pada kencan itu, kita bisa melakukannya dilain waktu."

Hinata tersenyum hangat mengatakan hal itu, disaat aku meminta maaf keesokkan harinya. Aku pria brengsek, aku mengulangi lagi dan lagi di tiap kencan atau waktu berdua kami, demi Sakura dan Sasuke.

Waktu terus berjalan, hubungan kami berkembang dengan cepat dan memutuskan bertunangan saat di bangku kuliah.

Lagi, aku menjadi brengsek. Sebelum acara pertunangan selesai aku meninggalkan tempat acara karna Sakura.

Hari itu Sasuke akhirnya memutuskan pergi meninggalkan Jepang, setelah kematian Itachi, kakak kesayangan sekaligus kakak yang Ia benci.

Sakura sungguh menyedihkan, nyaris kehilangan hidupnya karna meminum obat tidur melebihi dosis.

Aku selalu berada disisi Sakura saat itu merawat dan menyemangatinya. Aku sudah berjanji selalu bersama saat mereka, Sakura dan Sasuke butuhkan. Sehingga tanpa sadar bahwa Aku sedang membunuh jiwaku secara perlahan.

Hinata marah, ini adalah kali pertamanya. Aku tau Ia marah bukan hanya karna dirinya, tapi karna keluarganya.

Saat aku merawat Sakura, Hinata tidak pernah mengghubungiku, tidak pernah menanyakan kabarku, tidak pernah memberikanku bekal, Hinata... mengabaikanku.

Aku disini bersama Sakura, peduli padanya karna aku masih mencintainya kan ?

Lucu, kenapa saat bersama Sakura tubuh ini seperti raga dengan jiwa yang kosong.

Tidak, cukup... cukup tiga hari ini saja Hinata mengabaikanku.

Brengsek.... Aku tersesat.

Ego menolakku untuk tertekan oleh provokasi realitas bahwa hidupku digenggam oleh Hinata.

Jiwaku terhubung dengan objek kasih sayang yang sedang kupaksa untuk menderita.

Setulus hati aku memohon maaf kepada Hinata dan keluarganya, memohon kesempatan bersama. Hinata memberiku kesempatan.

"Naruto-kun, aku memaafkanmu bukan kana aku melupakan kesalahanmu, tapi bagiku ini adalah kemenangan terbaik yang aku pilih."

Detik itu setelah Hinata memberikan maaf dan kesempatan, aku bersumpah selalu menjadikan Hinata yang utama. Iya, aku membuktikannya selama dua tahun ini, Hinata kembali percaya hingga kami memutuskan menikah.

Aku melamarnya di hari bersalju, dihari kelahiran kekasih hatiku, dan Cintaku menerimanya.

Sampai akhirnya itu terjadi.....

Malam dimana aku meninggalkan Hinata dialtar menciptakan tangisan yang menyungai dari kedua mata kecubung itu, membuat semua rasa jatuh dan berlebur menjadi kenangan menyakitkan.

Hinata memutuskan pergi....

Inikah kisah cinta
Yang aku sesali
Kini kau tinggalkan diriku
Ku tahu ini semua kesalahanku
Yang selalu membuatmu terluka

Kalimat ibu dulu mejadi bayangan semu dari Hakikat cinta
Aku 'bingung' menempatkan cinta.
Rasa cinta atas kehadiran gadis impian,

Ternyata... rasa kagum dan keterpesonaan belaka.

Rasa sayang kuanggap sebagai bentuk kasihan dari rasa bersalah, ternyata... sejatinya 'cinta'.

Maafkanlah sayangku
Dengarkan janjiku

Aku tau kalian akan meragu padaku.
Merendahkan cintaku.
Menertawakan perasaanku.

Tapi, percayalah Hinata...

Selama jantung ini berdetak
Ku akan selalu menjagamu
Hingga akhir waktu
Selama nafas ini berhembus
Tak akan ada cinta yang lain
Hingga Tua Bersama

Aku tidak akan pernah berhenti mencari mu.

Aku tidak akan pernah berhenti mendapatkan maafmu.

Aku tidak akan pernah melepasmu.

Aku akan melakukan segala demi memiliki kembali cintamu, Hinata—Cintaku.

Ku mohon kembalilah dalam pelukanku
Lihatlah diriku tanpamu
Maafkanlah sayangku
Dengarkan janjiku

Selamanya... aku berjanji padamu, Hinata.

Selama jantung ini berdetak
Ku akan selalu menjagamu
Hingga akhir waktu
Selama nafas ini berhembus
Tak akan ada cinta yang lain
Hingga Tua Bersama

Kuharap, kau dapat mendengarkan permohonanku dimanapun kau berada, Hinata.

Hati ini Tak Akan Mungkin
Tanpa cintamu yang begitu tulus
Mencintaiku

Aku berharap waktu menjadi keadilan yang menguji diriku yang bersalah.

Sekarang, ijinkan Aku berjuang untukmu.. Hinata.

Narotu POV End.

.

Naruto tau kah kau ?

Sering kita kehilangan banyak sekali KESEMPATAN hanya karena kita
'tidak siap'.

Berdoa dan berusahalah agar waktu mau memberi kemurahan
hati dalam rupa
'KESEMPATAN KEDUA'.

.

to be continued.....
.

.


.

.

Commitment 7 : Hapus

.

-"Benar.. Sakura masih ada didalam hatiku, tapi aku mulai menyukaimu Hinata. Mari kita berjuang bersama, Hinata"-

Ckk... berjuang bersama!

Kalimat yang masih Hinata ingat dengan jelas, sekarang terdengar sangat menggelikan di telinganya.
….

Hari ini adalah sesi konseling kedua yang Hinata lakukan bersama dengan Sai. Sebelumnya disesi konseling pertama Sai menyuruhnya menikmati masa tenang dengan berekreasi ketempat wisata disekitar Sapporo.

Menurut dokter muda yang juga sepupunya itu alam mampu menenangkan jiwa manusia. Sai mengatakan alam mengajarkan makna ditiap kehidupan.

"Hinata, lihat awan yang bergerak di langit. Ingatan itu tak ayal serupa dengan awan dimana memori, pikiran, perasaan semuanya akan muncul kemudian lenyap."

Tepat.. semuanya muncul kemudian leyap. Saat ini Ia hanya perlu menjalani sebuah proses.

Diteras samping villa terdapat taman kecil yang indah, disuguhi hidangan seteko dan dua gelas teh hangat beserta dua piring kudapan. Sesi konseling terasa seperti obrolan ringan yang ditemani kehangatan mentari pagi.

"Bagaimana rasanya?" Sai memulai sesi konselingnya.

"Entahlah, mungkin karna malam itu semua rasa sudah melebur jadi satu."

"Aku melihat semuanya dengan sempurna, terlebih padanya. meletakkan cermin kepercayaan, menitipkan hatiku, menciptakan dunia kecil untuknya. Terdengar klise bukan ?"

"Disini terasa sakit, dia memberikan harapan dan kesia-siaan." Hinata meremas erat dada sebelah kirinya.

"Terkadang aku berharap kenangan ini ditulis dengan pensil, sehingga aku bisa menghapus dan menulisnya kembali dengan alur yang berbeda."

"Apa kau membencinya ?"

"Malam itu... iya." Hinata menjeda.

"Sampai aku terjaga pagi harinya dirumah sakit setelah melakukan kebodohan terbesar dalam hidupku. Ada yang harus aku lepaskan dan itu membuat perasaaanku lega."

"Gadis pintar." Sebagai psikiater, tentu Sai mampu mengenali kejujuran dan kesungguhan dari perkataan Hinata, tapi satu hal itu masih tertanam di hati sepupunya.

"Apa kau masih mencintainya ?"

Hinata terdiam, Ia menunduk kemudian mengeleng.

Sai tau hanya satu hal ini yang perlu dijadikan focusnya. "Kau ingat Yuki ?"

"Yuki ?"

"Hm.. Haneda Yuki, gadis yang menjadi sahabat pertamamu dikelas tiga Kozoki Junior High School, saat kau bersekolah bersamaku di Sapporo."

"Haneda Yuki....?"

Ingatan Hinata menerawang kemasa sepuluh tahun lalu saat Ia berada di kelas dua Junior High School. Hinata pindah dari Kohona ke Sapporo karna pengembangan bisnis perternakan baru. Ayahnya mengajak serta dirinya dan Hanabi, sedang Neji tetap bersekolah di Konoha.

Saat bersekolah di Sapporo Hinata dan Sai memang tidak pernah memberitahu jati diri mereka. Hinata dan Sai hanya memperkenalkan diri sebagai Hyuga Hinata dari klan bawah begitu juga dengan Shimura Sai.

Karenanya tidak ada satupun yang mengetahui mereka adalah saudara sepupu, bahkan pihak sekolahpun tidak mengetahui hal itu.

Haneda Yuki, gadis cantik, ceria dan supel. Hinata dan Yuki sekelas di tingat tiga. Yuki mendekatinya, menjadi sahabat wanita pertamanya.

Ironisnya Yuki menjadi pengkhianat pertama dalam hidup Hinata, hanya karna pemuda yang disukainya menyukai Hinata.

Yuki memfitnah Hinata mencuri uang kas kelas yang di pegangnya, Yuki juga menyebar foto dirinya yang tengah menaiki mobil mewah di ujung gang sekolah dengan mengatakan Hinata menjual dirinya kepada pria tua.

Hinata mendapatkan pandangan miring, cemoohan, hinaan hanya karna rasa iri Yuki pada hal yang bahkan Hinata tidak tau sebabnya.

Demi Tuhan saat itu dirinya hanya gadis berusia empat belas tahun, kenapa fitnah itu begitu kejam dilakukan oleh sahabatnya.

Tapi percayalah disetiap kejahatan, Tuhan akan menyelipkan kebaikannya. Sai, sepupunya diam-diam melindungi dan membantunya membongkar semua kebohongan Yuki.

Sai ternyata telah lama mengamati tingkah laku Yuki, Ia bahkan memfoto ketika Yuki ketika menaruh dompet kas kelas kedalam tas Hinata, Sai juga menyuruh supir keluarga Hinata datang kesekolah bersaksi perihal Hinata adalah anak dari Hyuga Hiasi.

Yuki yang terlanjur malu pindah sekolah, tanpa permintaan maaf kepada Hinata.

Hinata sempat bertanya kepada Sai, mengapa tidak memberitahunya sejak Yuki menaruh dompet itu kedalam tasnya sehingga Ia tidak akan mengalami hinaan seperti itu,
Sai berkata padanya...

"Kau itu bodoh... jika tidak ada kejadian ini, aku berani bertaruh kau akan terus percaya kepadanya, walau sebanyak apapun bukti yang aku tunjukkan."

Benar, Sai... benar. Hinata adalah orang bodoh yang selalu memberikan kepercayaan dan maaf pada orang yang tidak pantas.

"Ahhh, sial.... sahabat maupun cinta pertamaku pengkhianat."

Sai tersenyum, ini adalah fase untuk hinata melupakan cintanya. "Kau ingat dulu, bagaimana aku membantumu keluar dari kesedihan itu ?"

"Aku ingat." Hinata ingat, Sai mengajarkannya untuk marah, benci, memaafkankan kemudian menghapus orang tersebut dari hidupnya.

"Lakukan hal itu pada Naruto."

Hal pertama yang harus Hinata lakukan sekarang adalah memutar kembali kenangan itu, dan mencari alasan sebaliknya dari semua memori yang ada di kepalanya.

Kenangan pertama yang muncul di ingatannya...

"Benar.. Sakura masih ada didalam hatiku, tapi aku mulai menyukaimu Hinata. Mari kita berjuang bersama, Hinata."

Ck... berjuang bersama !

Kalimat yang masih Hinata ingat dengan jelas, sekarang terdengar sangat menggelikan di telinganya.

Berjuang bersama ?

Hanya dirinya yang berjuang, sedang Naruto berjuang tetap berada disisi Sakura dengan memanfaatkan dirinya.

"Hinata, kau mau kemana saat kencan pertama kita? Aku ingin ke Ichiraku ramen."

Hinata merasa spesial, Naruto mengajaknya kekedai ramen favoritnya. Brengsek, kenapa sekarang baru dia ingat Sakura tidak menyukai ramen.

"Hinata, rambutmu sangat lembut aku suka membelainya, aku juga bahagia saat kita bergandengan tangan seperti ini."

Dungu, setiap Naruto membelai rambutnya, memeluknya, dan menggandeng tangannya semburat merah itu selalu bertengger di pipinya.

Sialan, mungkin hal itu Naruto lakukan karna perhatian tak sampainya kepada Sakura.

Kendatipun hal yang dilakukan Naruto dulu adalah sebuah ketulusan atau tidak, saat ini sistem kerja otak Hinata sedang mereset kenangan Naruto dalam memorinya.

"Kau benar Sai, acapkali kenangan itu muncul maka samar-samar semuanya menjadi sebuah kepalsuan."

"Bagaimana dulu kalian saling mencintai ?"

"Kami seperti pohon dan ranting yang baik menghasilkan buah yang manis, menikmati madu yang diminum dalam cawan setiap hari, penuh keindahan, dunia baru yang memenuhi seluruh sisi-sisi kalbu."

"Pantas kau ditinggalkan Hinata, kau terlalu bodoh dan naif."

Sai melanjutkan, "Cinta itu terbentuk oleh satu jiwa dengan dua raga."

"Ketika kedua raga itu membentuk satu jiwa maka cinta menjadi lingkaran cahaya yang mengikat kalian menjadi awal dan akhir."

"Sayangnya cinta yang kau miliki hanya separuh jiwa dari satu raga, karna itu cintamu laksana racun dari ular berbisa, racun itu tampak segar seperti embun pagi sehingga jiwamu yang kehausan meminumnya kemudian sakit dan mati perlahan-lahan."

Wajah Hinata memerah, tangannya mengepal dan hatinya bagai dirajam puluhan belati.

Sepupunya ini punjangga gila, kenapa bisa mengatakan kebenaran yang menyakitkan tanpa belas kasihan, sedikitpun. Kejam.

"Pria itu, cinta pertamamu hanya Pengecut besar. Naruto adalah pria yang membangunkan cinta seorang wanita tanpa bermaksud untuk balas mencintainya. Membalas cintamu, Hinata."

"Naruto hanyalah sebuah objek imajinatif dari delusi cinta yang kau ciptakan."

"Sekarang kau berhak menghapus Naruto dalam hidupmu."

Hinata tertawa terbahak-bahak, diiringi air mata yang mengalir deras dikedua pipinya. Mengejek dan mengasihi kebodohan dirinya dalam menempatkan cinta, ha..ha..ha... musnah sudah semua harapan palsu itu.

Hatinya begitu kecil, bagaimana bisa Naruto tega menempatkan kesedihan besar didalamnya.

"Ya, aku adalah putri Hyuga Hiasi, Hyuga Hinata.. aku mampu melakukannya."

Hinata akhirnya sadar, selama ini kesalahan terbesarnya adalah mengejar kehidupan cinta yang baik, seharusnya Ia mengejar kehidupan cinta yang menghargai.

….

"Akan ada masa ketika yang disia-siakan berhenti mencintai, sedangkan yang menyia-nyiakan baru mulai mencintai."

.

Shinjuku Apart, Kohona.

"Ino, apa kau sudah menghubungi Shikamaru ?"

Shikamaru adalah Sepupu Ino, model papan atas di Jepang. Setelah malam itu Naruto tidak pernah menghubungi dan bertemu dengan Sakura, Naruto bagai ditelan bumi.

Sudah beberapa kali Sakura menghubungi Naruto tapi sambungan itu selalu tertolak. Sama halnya ketika Sakura menghubungi Bibi Kushina dan Paman Minato.

"Sakura sebagai sahabatmu aku tau, aku tak berhak mengatur pilihan hatimu, tapi kumohon jangan menjadi egois biarkan Naruto menyelesaikan masalahnya."

Sore ini setelah pemotretannya selesai, Ino berniat mengujungi sahabatnya dirumah sakit, ternyata Sakura sudah dalam kondisi baik dan melakukan perawatan jalan 2-3 kali terapi diperkirakan kaki kananya sudah bisa berjalan dengan normal kembali. Sekarang mereka sedang berbincang di apartemen Sakura.

"Kau tau bagaimana diriku Ino, jika hatiku sudah memilih aku tak aka ragu sedikitpun."

Inilah yang Ino tidak sukai dari sifat Sakura, terkadang keteguhan hati Sakura lebih terlihat seperti orang yang keras kepala karna tidak mampu menempatkan diri dan batas pada situasi.

"Aku tau, tapi sebagai sahabat aku ingin kau bahagia Sakura, bersabarlah Sasuke akan kembali untukmu."

"Sasuke sudah lama terganti oleh Naruto, Ino. Sejak hari itu, ketika aku mencoba menghilang dari dunia, dan Naruto selalu ada di sisiku "

Ino tertegun, benarkah ini Sakura yang dulu menggilai Sasuke? Mengejar cinta Sasuke? Wow...bravo... Naruto kau hebat, membuat dua gadis cantik bertekuk lutut padamu.

Berat hati Ino memilih mengatakan informasi yang didapatkan dari sepupunya, walau informasi yang Ia sampaikan ini akan mengecewakan, tapi Sakura adalah sahabatnya. Ino tidak ingin Sakura menjadi wanita yang ditinggalkan kedua kalinya.

"Sakura dengar, Naruto terkena hipoksia saat tau Hinata meninggalkannya, Ia dirawat beberapa hari dirumah sakit. Shikamaru mengatakan kepadaku bahwa sekarang Naruto seperti manusia yang tidak berjiwa dan bagiku ini sudah menunjukkan arti Hinata dalam hidup Naruto "

"Ya Tuhan, Naruto..." Sakura tersentak mendengar berita itu, Ia semakin yakin bahwa hanya dirilah yang paling Naruto butuhkan saat ini.

"Hanya aku yang bisa mengembalikan Naruto, mungkin saat ini perasaan bersalah pada Hinata akan terasa membunuhnya. Tapi aku wanita yang Ia cintai bahkan mendengar kecelakaan itu, Naruto meniggalkan pernikahannya begitu saja. Kau tidak bisa menutup mata akan hal itu, Ino."

"Apa maksudmu perkataanmu Sakura? Apa yang Matsuri tanamkan padamu ?" Ino mneggeram.

"Matsuri hanya membantu diriku untuk jujur. Selama ini aku sudah melupakan Sasuke dan menempatkan Naruto dihatiku, tapi karna rasa bersalahku kepada Hinata aku mengalah."

"Sekarang Hinata yang akhirnya melepaskan Naruto, aku tidak pernah merebutnya, Ino. Jadi saat ini aku mengiginkan Naruto."

Lelah dengan perangai Sakura, Ino memilih mundur untuk saat ini membiarkan Sakura menentukan dan menjalankan pilihannya. Tapi hal yang pasti Ino akan tetap berada disisi Sakura sebagai sahabatnya.

"Aku hanya akan mengatakan ini sekali Sakura, jika Naruto benar-benar mencintaimu, dia tidak akan meninggalkanmu pagi itu dan pergi ke Hokkaido. Naruto seharusnya tahu dengan pasti bahwa pernikahan itu tak pernah terjadi. Naruto akan tetap dirumah sakit, Naruto akan berada disini, saat ini bersamamu, Sakura."

"Sadarlah Sakura, Naruto hanya pria brengsek yang melakukan tindakan implusifnya malam itu tanpa tau kesalahan fatal itu akan menghacurkan hidupnya sendiri."

"Kepergiaan Naruto ke Hokkaido membuktikan bagaimana ketakutan Naruto kehilangan cinta Hinata, dia bahkan berfikir Hinata menunggunya di Hokkaido. Bajingan. Dan saat ini hanya ada Hinata dalam hati dan pikiran Naruto, tidak ada dirimu. Kuharap kau memikirkan ulang perkataan ku, Sakura"

"Kau salah Ino, Naruto hanya merasa bersalah, ya.. hanya itu."

Sakura dengan keteguhan hatinya. Keteguhan cinta yang dulunya milik Sasuke, kini berbalik menjadi milik Naruto.

….

Prefektur GuangZhou, China.

Sambil menyelam minum air, rupanya perkataan pepatah itu memang benar adanya. Saat ini Hiasi dan Neji sedang melakukannya, selain karna pembicaraan mengenai pernikahan antara Neji dan Teten, saat ini Hyuga sedang mencari penopang baru untuk bisnisnya.

Keputusan Hiashi sudah bulat, Ia akan memutus kerjasama yang sudah terjalin begitu lama dengan NamiUzu Corp. Hiashi sadar keputusan ini mungkin terlihat kebodohan dimata orang lain, tapi biarlah.

Memutuskan kerjasama ini sebenarnya menitik beratkan kerugian disisi Hyuga, karna selama ini ketergantungan dengan teknologi dan Investment dari NamiUzu Corp belum tergantikan.

Hyuga seolah sedang memotong sebelah tangan dan sebelah kakinya, jelas tidak bisa bergerak dan timpang. Maka, menjalin kerjasama dengan perusahaan sebagai subtitusi adalah jalan yang harus segera ditempuh.

Xiao Inc perusahaan penanaman modal asing dari Cina milik keluarga Teten, perusahaan PMA ini cukup besar setidaknya mampu memberikan sedikit pijakan bagi kaki kiri Hyuga yang terpotong.

"Ayah, sebaiknya kita langsung mengajukan pembatalan kerjasama ke pengadilan setibanya di Jepang."

"Baiklah, Ayah akan meminta Satoshi membantumu."

"Bagaimana dengan Sabaku Tech ?"

"Akan Ayah pertimbangkan."

Inilah yang akan membuat Hyuga cukup terseok-seok, mencari pengganti perusahaan teknologi pengganti NamiUzu Corp. Walaupun Sabaku Tech termasuk perusahaan teknologi besar, sayangnya kapabilitasnya belum terbukti pada teknologi pengembangan Food and Beverages Service.

….

Mansion Uchiha, Konoha.

Makan malam di kediaman Uchiha setiap harinya hanya disertai dengan keheningan. Meja makan besar itu hanya terisi oleh tiga orang Uchiha, Madara, Fugaku dan Mikoto.

"Fugaku, kapan bocah itu akan pulang ?"

"Tak akan lama lagi ayah."

"Dengar, aku akan memberikan kesempatan yang sama kepada mereka. Siapapun yang berhasil mendapatkannya, dia yang akan menjadi penerusku."

Uchiha Madara, sosok pebisnis bertangan besi yang dikenal dengan ide-ide brilian dan pemikiran inovatif, tak ayal dibawah kepemimpinannya Uchiha yang dulu nyaris mengalami kehancuran menjelma menjadi Klan besar dengan kekayaan yang melimpah.

Tak akan ada yang mengira Prodigy Uchiha itu memiliki satu penyesalan terberat dalam hidupnya. Kehilangan.

Kehilangan kesempatan memberikan keinginan satu-satunya dan terakhir bagi cucu tersayang.

Bagai ombak yang bergemuruh dan menghancurkan karang, hati Madara terasa berlubang ketika Ia baru mengetahui keinginan hati dan cinta terpendam dari yang tersayang saat diambang usia, tanpa bisa mengabulkannya.

Rasa pahit yang menggerogoti hatinya hanya bisa disembuhkan dengan menjadikan cinta sang cucu menjadi Uchiha. Tak peduli dengan siapapun cucu yang akan bersama cinta itu.

Yang Madara inginkan hanyalah Hyuga Hinata menjadi Uchiha Hinata.

.

to be continued.......

.

.


.

.

Commitment 8 : Kacau

.

☘️☘️☘️☘️

"Memahami diri sendiri adalah awal dari semua kebijaksanaan."

Aristoteles.

☘️☘️☘️☘️

.

Sebulan telah berlalu dari malam naas itu, sebulan pula Kushina sudah meninggalkan suaminya di Mansion. Bukan, bukan karna ada masalah atau perselisihan dengan suaminya, Minato.

Saat ini Kushina hanya seorang Ibu yang sedang mendampingi dan merawat putranya. Naruto bersih keras tidak mau tinggal di mansion atau di penthouse pribadinya.

Putranya hanya bisa terjaga atau tidur dirumah itu, rumah yang disetiap sudutnya terdapat kenangan akan Hinata.

Rumah berkonsep minimalis berwarna cat Nimbus inilah yang menjadi rumah yang Naruto dan Kushina tinggali sebulan terakhir.

Sesuai dengan nama warna cat rumah ini, Nimbus adalah perpaduan warna abu-abu dan biru yang menggambarkan kesejukan serta membangitkan kenangan akan musim dingin dan pantai yang sepi.

Warna yang juga mencerminkan perpaduan kedua bola mata indah Naruto dan Hinata.

Berdiri dengan dua lantai dilengkapi taman bunga dan pepohonan asri, rumah ini terletak diperumahan mewah distrik Kanai, Konoha. Rumah yang didesain khusus oleh Hinata.

Rumah yang sekiranya dijadikan bahtera dalam kehidupan rumah tangga mereka, Naruto dan Hinata. Rumah yang akhirnya jatuh dan lebur bersama kenangan.

Kushina tidak akan pernah meninggalkan putranya seorang diri dirumah ini, Naruto seperti manusia dengan jiwa yang kering.

Penyesalan, kerinduan, kehilangan dan penolakan yang di lakukan Hyuga hari demi hari perlahan menyiksa dan membuat putranya hancur. Hanya dirumah inilah Naruto mampu bertahan.

Rumah yang dibangun olehnya dan Hinata, rumah yang dalam ingatan Naruto terdapat kenangan yang indah.

Kenangan akan tawa bahagia mereka, kenangan akan pelukan hangat ketika mereka selesai mengecat dinding kamar, kenangan akan debat kecil saat perbedaan pendapat, dan kenangan akan kecupan mesra dan panggutan panjang pada bibir mereka.

Setali tiga uang dengan Hyuga, Sahabat-sahabat Hinata yang notabennya teman Naruto sekarang enggan untuk sekedar bertemu, lebih tepatnya Kiba dan Shino membenci Naruto.

Berulang kali Naruto mengunjungi Kiba untuk mencari tahu tentang keberadaan Hinata. Kiba selalu menolak untuk bertemu dengan alasan sibuk menjalani pelatihan dicamp nasional.

Kiba adalah pesepakbola profesional yang terkenal, Kiba merupakan striker andalan timnas Jepang yang saat ini sedang mempersiapkan diri mengikuti kejuaraan Asian Cup.

Bahkan saat Naruto dengan segala kekuasaan NamiUzu berhasil mencuri kesempatan untuk bertemu, hanya bogem mentah yang didapatkan tanpa ada sedikitpun pembicaraan dengan Kiba.

Lain halnya saat Naruto mengunjungi Shino, Shino mungkin tidak seekspresif Kiba, Shino benci kekerasan. Ia hanya diam mendengar satu persatu kata demi kata yang menjadi kalimat penyesalan dari mulut Naruto.

Shino hanya mengeluarkan satu kalimat diakhir pertemuan mereka yang membuat Naruto menangis sepanjang malam.
"Kau sudah mati bagi kami, saat kau menghancurkan kehidupan sempurna Hinata malam itu."

Bagaimana Kushina bisa mengetahui semua hal terjadi pada Naruto?

Harap kalian ingat semarah dan sekecewa apapun Kushina, Naruto adalah Putra tunggalnya. Seluruh hidupnya bisa Ia berikan untuk Naruto.

Ketika malam omisoka Naruto nyaris mengalami kecelakaan tunggal karna melamun saat berkendara, sejak saat itu Kushina tidak pernah melepaskan pengawasan atas tindak tanduk anaknya.

Kushina menempatkan beberapa bodyguard untuk melindungi, menjaga dan mengikuti kemanapun Naruto pergi.

Malam setelah pertemuan dengan Shino, Kushina hanya bisa terus memeluk erat Putranya yang menangis terisak. Naruto merutuki diri dengan sumpah serapah dengan kedua tangan yang tak henti memukuli kepalanya.

Kushina bahkan tidak tidur atau beranjak sedikitpun dari kamar itu, karna Ia tak sanggup membiarkan Naruto seorang diri.

Kushina takut kejadian yang dilihatnya dikamar Hinata, menimpa Naruto malam itu.

Naruto, Putranya adalah pria Naif yang terlalu menikmati kasih sayang dan cinta berlebih Hinata, sehingga lupa bahwa Hinata hanyalah manusia yang bisa menyerah.

Kenaifan akan persahabatan yang terlalu diagungkan dan menepatkan rasa yang salah pada Sakura, membuat Naruto menyepelekan cintanya sendiri dan berakhir dengan kehancuran hati.

Dengan kedua matanya Kushina menyaksikan sendiri putranya luluh lantak. Oleh sebab itu Kushina menerima saran Shikamaru untuk berjudi agar dirinya bisa menghilangkan keraguan pada Naruto.

….

Mata emerald indah Sakura memandangi rumah luas bergaya minimalis berwarna Nimbus didepannya. Ia akui dengan melihat rumah ini Hinata berhasil menampilkan kombinasi kepribadian antara dirinya dan Naruto.

Sakura akhirnya tau dimana Naruto tinggal. Setelah beberapa kali memaksa Ino untuk mencari tahu keberadaan Naruto dari Shikamaru tanpa ada hasil, Sakura akhirnya secara pribadi menemui Shikamaru.

Masih teringat jelas ingatan tentang pembicaraan dirinya dan Shikamaru, hingga akhirnya Ia berhasil membuat Shikamaru memberitahu keberadaan Naruto saat ini.

"Maaf Sakura, aku rasa bukan saat yang tepat menemui Naruto saat ini. Menurutku dengan melihat dirimu hanya akan membuat Naruto semakin dihantui perasaan bersalah kepada Hinata. Biarkan dia sendiri untuk saat ini."

"Kau berlaku tidak adil padaku Shika, dengan menjauhkan aku dengan Naruto kau hanya menambah beban rasa bersalah padanya."

"Aku adalah wanita yang dicintai Naruto dan kau tau itu, hanya aku yang mampu membawa Naruto keluar dari beban itu. Dan saat ini hatiku telah jatuh dan menjadi milik Naruto, aku akan terus memperjuangkannya bagaimanapun caranya."

Shikamaru hanya bergeming menciptakan keheningan bagi keduanya, hingga beberapa menit berlalu akhirnya Ia kembali membuka suara.

"Berikan aku waktu Sakura, aku akan berbicara dengan Bibi Kushina terlebih dahulu."

"Baiklah, aku harap kau memberikan kabar baik padaku."

Dan pagi ini Shikamaru menghubunginya melalui telepon memberitahukan alamat dimana Naruto tinggal, yaitu rumah yang disiapkan oleh Naruto dan Hinata untuk ditinggali bersama setelah pernikahan, yang sayang sekali tidak terwujud.

Tidak lupa Shikamaru juga memberikan pesan tersirat padanya, "Aku tidak pernah bertindak ataupun berlaku tidak adil padamu dan Hinata, aku tidak pernah berpihak salah satu dari kalian."

"Aku tidak pernah mempengaruhi Naruto saat memilih cintanya. Karna jika aku memihak Hinata, Naruto tak akan perah bisa dirumah sakit malam itu bersamamu karna aku akan terlebih dahulu menghajarnya dan membuatnya kerumah sakit bukan untuk menemuimu tapi karna menerima perawatan."

"Aku hanya akan berjudi bersama bibi Kushina untuk menghilangkan keraguan kami pada Naruto."

Entah apa maksud dari kalimat terakhir Shikamaru, yang utama bagi Sakura saat ini adalah berada disisi Naruto. Sebagaimana dulu Naruto selalu berada disisinya saat menghadapi beban dan kehilangan dalam hidup.

Ting.. tong.. ting...tong.....

Pintu gerbang rumah itu terbuka secara otomatis, Sakura memarkirkan kendaraannya kemudian berjalan menuju pintu utama, disana nampak Kushina menunggu kehadirannya. Kushina akhirnya menghubunginya setelah sebelumnya tidak pernah menerima panggilan telepon dari Sakura.

"Apa kabar Bibi Kushina."

"Seperti yang kau lihat, buruk."

Senyum Sakura pias, setelah mendapat jawaban tak terduga dari Kushina. Memangnya apa yang Ia harapkan Kushina tersenyum lebar menyambut kedatangannya disaat sang putra sedang dalam keadaan kacau.

Tapi Sakura yang pasti Ia berjanji akan segera mengembalikan senyum ceria Kushina seperti sediakala. Tentunya dengan membawa Naruto ekluar dari rasa bersalah terhadap Hinata.

Mereka berdua melangkah menuju lantai dua, tepat didepan kamar itu, jantung Sakura berdegub dengan kencang, rasanya sama seperti dulu saat Ia pertama kali menyatakan cinta kepada Sasuke.

Selangkah lagi menuju pintu itu Sakura masih meragu apakah akan mengatakan pada Naruto bahwa Ia juga telah merasakan perasaan yang sama saat ini atau menunggu waktu yang tepat.

Cinta Naruto tidak lagi bertepuk sebelah tangan, tapi akan bersatu dengan cinta Sakura mulai hari ini.

Tok... tok....

Kushina kemudian membuka pintu itu dari luar karna tidak ada tanggapan dari dalam kamar si pemilik. "Naruto... Sakura datang mengunjungimu."

"Sakura, Bibi akan meninggalkan kalian. Bicaralah dengan baik pada Naruto, saat ini emosinya sedang tidak stabil."

"Baik Bibi, terimakasih."

Kushina meninggalkan kedua orang itu didalam kamar, Ia menutup pintu kemudian berdiri didepan kamar sambil menunggu hasil berjudi yang Ia dan Shikamaru lakukan.

Sakura memandangi kamar bercat ungu pastel, warna yang terkenal di era tahun 1800-an atau disebut era Rococo didunia fashion.

Warna pada dinding kamar itu memberikan kesan lembut yang merelaksasi, ketenangan juga keceriaan kecil yang tidak menggebu-gebu. Aroma lavender juga tercium samar dikamar itu.

Sekali lagi Sakura cukup mengapresiasi Hinata yang menerapkan desain warna cat kamar ini berdasarkan personalisasi kedua pasangan itu--bukan maksudnya, mantan pasangan.

Emeralad Sakura akhirnya mendapati sosok Naruto didalam kamar, Sahabat sekaligus Cinta barunya terlihat sangat mengenaskan persis seperti dirinya saat dulu ditinggalkan Sasuke.

Sakura mungkin tidak akan bertahan sampai saat ini jika bukan karna Naruto disisinya, dan hal yang Naruto lakukan dulu akan Sakura kembalikan mulai detik ini.

Naruto duduk dilantai sisi kanan tempat tidur, posisi duduk tepat menghadap foto prawedding dirinya dan Hinata yang terpajang didinding kamar. Ia menyembunyikan wajahnya ke dalam lipatan tangan dimana kedua siku tanganya ditopang oleh kedua lutut kakinya.

Naruto tak menggrubris siapapun yang masuk kedalam kamar.

Perlahan Sakura mendekat kemudian memegang lembut kedua siku tangan pria itu. "Naruto.. ini aku Sakura."

"Kau akan bertahan percayalah padaku, aku akan selalu ada untukmu."

Sakura kemudian melepas kedua telapak tangannya yang tadi memerat siku tangan Naruto, Ia merubah posisinya setengah bersujud menjadi tegak bersujud hendak memeluk Naruto.

Plakk...

Sakura sedikit goyah kebelakang. Apa ini?

Seumur hidup Sakura tidak pernah sekalipun mendapati penolakan dari Naruto, terlebih tindakan fisik. Naruto baru saja menolak pelukannya dengan menipis tangan Sakura cukup keras.

"Naruto.....?"

"Pergilah Sakura, aku mohon...."

"Naruto, kau membutuhkan aku."

"Tidak... aku sedang membenci diriku, aku tidak ingin membenci dirimu Sakura, pergilah!"

Sakura cukup tersinggung, apa maksud Naruto membenci dirinya, sewajarnya Naruto bahagia karna Ia berada disisinya. Tidak--coba berpikir positif. mungkin saat ini rasa cinta Naruto pada dirinya sedang tertutupi oleh rasa bersalah Naruto pada Hinata.

Baiklah, Sakura memutuskan menyatakan cintanya. Awalnya Ia sempat ragu menyampaikan perasaan saat ini, takut Naruto salah mengartikan cintanya sebagai rasa kasihan.

Sakura hanya ingin Naruto bisa segera bangkit dari perasaan bersalah.

"Naruto, Aku mencintaimu." Tegas Sakura menyatakan cintanya, tipikal Sakura percaya diri.

"KAU.... KAU GILA!!!"

Naruto bangkit berdiri dan tersenyum sinis,

"Jangan membuat diriku bena-benar membencimu Sakura... sekali lagi kau mengatakan itu, aku akan mengkambinghitamkan dirimu atas semua kesalahan yang aku lakukan pada Hinata."

"Jadi sebaiknya kau pergi saat aku memintamu baik-baik, aku butuh ketenangan."

Sakura terdiam sesaat, wajahnya pilu melihat Naruto seperti ini. Tidak Ia sangka rasa bersalah Naruto pada Hinata lebih parah dari yang Ia pikirkan.

Untuk saat ini Sakura akan mengalah dan berfikir dengan kepala dingin bahwa Naruto memang masih butuh waktu sendiri.

"Baiklah Naruto, aku akan pergi untuk saat ini. Tapi Kau harus ingat, aku akan kembali untukmu sebagaimana dulu kau selalu bersamaku disaat titik terendah hidupku. Saat ini adalah titik rendah dalam hidupmu karna itu aku tak akan pernah meninggalkanmu."

Ya, semuanya tidak bisa dikembalikan seperti keadaan semula dengan instan bukan, Sakura berpikir tidak tepat karna percaya diri bahwa Naruto akan kembali setelah pengakuannya.

Sakura meneguhkan hatinya. Ia tidak akan menyerah untuk secara perlahan membuat Naruto kembali ke sisinya, memiliki cinta Naruto seperti dulu.

Cinta yang seharusnya memang menjadi milik Sakura sejak awal.

"Sialan... aku menyesal." gigi Naruto mengertak.

Bagaimana dulu sifat dan sikap sakura yang percaya diri, teguh dan pantang menyerah membuat Naruto memujanya dan merasa jatuh cinta dalam kekaguman dan keterpesonaan, sekarang... Naruto benar-benar benci hal itu.

….

Setelah kepergian Sakura, Kushina tersenyum simpul. Rupanya berjudi tidak buruk. Ia menghasilkan kemenangan bagi dirinya, hilang semua keraguan atas diri Naruto.

Khusina sudah berada di titik bawah, bagaimana bisa mendapatkan maaf dari Hyuga jika dia sendiri sebagai Ibu dari Naruto masih meragukan cinta Naruto untuk Hinata. Karnanya Kushina menyetujui rencana berjudi yang di tawarkan Shikamaru.

Seperti koin yang memiliki dua sisi begitu juga dengan perjudian yang Kushina lakukan.

Kushina akan kalah, apabila pertemuan Naruto dan Sakura mampu membuat Naruto setidaknya terseyum. Ia akan menyerah dan tidak akan melarang hubungan mereka.

Toh... sekuat apapun Kushina menginginkan Hinata tidak akan pernah terwujud jika Naruto mencintai Sakura.

Kushina akan menang, setidaknya cukup dengan Naruto yang menolak Sakura. Ia akan mati-matian membantu Putranya untuk mengembalikan Hinata dikehidupan Naruto.

Dan apa yang terjadi melebihi ekspektasinya. Selepas Sakura pergi, dari dalam kamar Naruto berteriak memanggil dirinya

"IBU....IBU jangan biarkan Sakura datang kembali kerumah ini."

"Jangan membuat aku semakin terlihat seperti seorang penjahat, karna ikut membenci Sakura atas kesalahan yang aku lakukan."

Sekarang fokus utama Kushina adalah kesehatan psikis anaknya, setelahnya Ia akan berusaha menyambung kembali tali yang telah putus. Menjadikan Hyuga sebagai keluarga.

Biarlah Kushina disebut wanita egois, Ia tidak akan pernah peduli. Lagi pula, seluruh Ibu didunia menjadi sama seperti dirinya, melakukan segala untuk kebahagian anaknya.

Kushina beralih pada telepon genggam ditangannya, menghubungi seseorang yang akan membantunya. "Nagato, tolong carikan psikiater terbaik dan dapat dipercaya untuk mendampingi Naruto."

"Baik, secepatnya aku akan memberikan kabar padamu."

Uzumaki Nagato, sepupu dari Kushina dan Ayah dari Uzumaki Karin, sang artis terlaris di Jepang. Nagato merupakan seorang dokter yang menjabat Head officer Departement dirumah sakit Senju, Konoha milik mertuanya Senju Tsunade.

"Aku menunggu kabar baik secepatnya, terimakasih."

Ahh.. mungkin malam ini Kushina akan pulang ke mansionnya menemui Suami kesepiannya. Malam ini Ia akan meminta Iruka untuk menjaga Naruto.

….

Bandara New Chitose, Sapporo.

Lalu lalang keberangkatan pesawat dalam dan luar negri di Bandara Chitose awal tahun ini sangat ramai mungkin karna beberapa festival yang akan di gelar di Sapporo menyambut musim semi.

Hinata ditemani Sai melakukan serangkaian proses boarding keluar negeri di terminal tiga Departure Bandara Chitose.

Prosedur security check point, self check in, bagasi check in dan check point imigrasi yang ada di bandara telah Hinata selesaikan dengan cepat.

Saat ini Hinata sedang menunggu di ruang tunggu luar karna Sai tidak bisa masuk ke ruang tunggu dalam. Ruang tunggu dalam hanya diperuntukkan bagi Pax yang menunggu panggilan boarding pesawat.

Hinata memilih penerbangan malam ke Jerman, karna penerbangan lebih dari delapan jam lebih baik dilakukan dimalam hari agar Ia bisa beristirahat dan tidur di pesawat.

"Hanabi, ingat jangan nakal. Turuti semua perkataan Ayah dan Kak Neji." Saat ini Hinata sedang melakukan panggilan video dengan Hanabi dan Teten.

Hinata melarang keluarganya untuk mengatar kepergiannya ke Jerman malam ini, Ia tidak ingin dilepas dengan air mata melainkan Hinata ingin dilepas dengan senyuman.

"Kakak tenang saja aku sekarang sudah menjadi anak penurut, bahkan Kak Kiba mengganggap aku seperti anak anjing." diseberang telepon Hanabi mendengus, kesal dengan sahabat kakaknya itu si maniak anjing.

"Hinata, Neji dan aku akan kesana mengujungi mu secepatnya setelah pernikahan sekalian honeymoon di Jerman hi.. hi.. hi.."

"Teten, maafkan aku mungkin tidak bisa menghadiri pernikahan kalian."

Hinata sungguh iri pada Neji, padahal kakaknya itu dingin tidak romantis but what ? He's lucky seven.

Sikaku itu mendapatkan cinta yang begitu tulus dari Teten, bahkan setelah resmi bertunangan Ayahnya meminta Teten untuk tinggal dikediaman Hyuga. Jelas sekali ayahnya ini sudah jatuh hati pada calon menantunya.

Tanggal pernikahan kakaknya bertepatan dengan tes masuk di unvirsitas incaran Hinata di Jerman. Ludwig Maximilians University, Munich.

Lagi pula Ayahnya melarangnya untuk hadir dipernikahan itu karna konflik kepentingan dengan Keluarga Naruto yang sampai detik itu masih mencari dirinya, entahlah untuk apa tidak penting baginya.

Selasai melakukan panggilan video dengan kedua wanita kesayangan, Hinata mengalihkan pandangan pada sepupunya.

Sai terlihat antusias pada percakapan di telepon dengan lawan bicaranya. Aneh tidak seperti biasanya sepupunya cukup ekspresif berbicara dengan seseorang.

Selesai dengan pembicaraan ditelepon genggamnya Sai kembali duduk di samping Hinata.

"Hinata aku akan pindah ke Kohona, Kabuto menawarkan pekerjaan yang menyenangkan padaku."

Hinta menyeringitkan dahinya, cukup bingung akan hal yang dapat membuat sepupunya exited seperti ini.

Sai menggeser badannya ke arah hinata, mendekatkan bibirnya pada telinga Hinata kemudian berbisik ".................."

Setelahnya Sai tertawa nyaris terbahak-bahak membuat mereka menjadi pusat perhatian diruang tunggu bandara.

Hinata tergelak. "Kau GILA, Sai...!"

Sudahlah, objek dari pekerjaan yang akan menjadi kesenangan Sai bukan urusan Hinata lagi. Ia akan fokus pada pendidikannya dengan harapan lulus dalam dua setengah tahun sesuai targetnya.

….

Bandara Internasional Flughafen, Munich Jerman.

"Aku kembali, Sakura."

.

to be continued....

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya COMMITMENT [Chapter 9-10]
12
2
Tuhan tidak pernah mengecewakan usahamu, tidak peduli hatimu diliputi ketulusan atau berbau kebusukan. Akulah buktinya, setelah daya kulakukan untuk menciptakan perlintasan tak kunjung selesai, Tuhan menyiapkan lintasan layang untukku. Gadis itu, cinta terdalam Itachi mencintai dan menggilai Naruto, Sahabatku. Kau sungguh tidak beruntung Aniki. Menyenangkan melihat hujan kembali ke langit.Hubunganku semakin intens dengan Sakura, membuat Naruto menjaga jarak. Sekali lagi maafkan aku Naruto, aku sengaja melakukannya. Membuatmu merasa terabaikan dalam persahabatan agar kau semakin dekat dengan gadis itu, agar semakin dekat pula kehancuran Itachi. Sedang Itachi memilih mengamini nasib derita cinta. Hanya mampu menatap rebah kerinduan kemudian menarik batas untuk menepi dalam semak-semak tangis keheningan. Apa benar Itachi seorang Uchiha? Aku meragukannya.Aku selalu terkalahkan oleh Itachi, membuatku ingin membalas tepat dijantung hatinya. Naruto yang berulangkali meninggalkan gadis itu demi diriku dan Sakura berubah menjadi alat tak kasat mata untuk menghancurkan Itachi. Sebab jika Hyuga Hinata menderita maka ratusan kali tercipta penderitaan untuk Itachi.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan