Ringkasan Cerita:
Malam itu Bagas terpaksa pergi ke kelab malam karena tak ingin mendengar hinaan lagi dari Gilang yang bilang dia kampungan.
Namun Bagas tak menyangka akan menjadi mangsa dari laki-laki yang diselamatkannya di toilet.
***
Disclaimers: Semua karakter Just Friends yang dipakai dalam fanfiksi ini bukanlah milik saya. Mereka adalah milik CL NOV. Namun cerita fanfiksi ini adalah hasil imajinasi saya.
Setting: Alternate Universe
Rating: T
Genre(s): Supernatural, Drama, Romance, etc.
Status: Chaptered/Work...
Bagas mengerjap. Wujud asli? Mangsa? Ia masih butuh waktu untuk memamahbiak perkataan pemuda bersurai eboni di depannya.
"Kamu—sedang bercanda, ya? Sayap di punggungmu itu palsu, 'kan?"
Aaron memutar kedua bola matanya. Menarik bibirnya dari depan telinga Bagas, dia membuat wajahnya sejajar dengan pemuda itu.
"Aku ini Incubus. Dikenal sebagai iblis penggoda. Dan aku—" jeda, "—bisa membuat jiwamu keluar dari raga semudah membalikkan telapak tangan."
Dalam sekedip mata, Bagas merasa tubuhnya sesaat melayang di udara, sebelum gravitasi menariknya jatuh.
"A-AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Bagas berteriak ngeri. Ia seperti melakukan terjun payung dari ketinggian empat ribu meter, tapi tanpa diberikan parasut. Sementara Aaron terbang di samping pemuda itu dengan kedua tangan terlipat di belakang kepala.
"Sudah percaya padaku sekarang?"
Bagas menoleh cepat dengan wajah pucat pasi. Panik. "BAIKLAH! AKU PERCAYA! SELAMATKAN AKU SEBELUM JATUH MENGHANTAM TANAAAAAHHH!"
Hanya dengan jentikan jari, Aaron membuat Bagas kembali di dalam toilet. Merasa kedua tungkai kakinya yang mendadak lemas, Bagas jatuh terduduk di lantai. Tubuhnya gemetar hebat. Napasnya terengah-engah. Bahkan keringat dingin bercucuran jatuh dari wajahnya yang masih pucat.
Bagaimana mungkin makhluk astral yang seharusnya hanya ada dalam legenda bisa muncul di depan matanya sekarang? Ini jelas tak masuk akal. Bagas berpikir mungkin ia hanya berhalusinasi, tapi setelah tadi merasakan dirinya dijatuhkan dari langit, mau tak mau ia akhirnya harus percaya.
"Ja-Jadi, kamu akan memangsaku? Kamu akan memakanku?!" Bagas menahan napas tanpa sadar saat bertanya.
Aaron menyeringai. Sengaja dia tak langsung menjawab dan menggerakkan ujung jari telunjuknya; memberi isyarat agar Bagas kembali berdiri. Masih dengan tubuh yang belum pulih sepenuhnya dari gemetar, Bagas bergerak berdiri.
"Aku takkan langsung memakanmu. Tapi aku—"
Brak!
Pintu toilet tiba-tiba terbuka dari luar sebelum Aaron menyelesaikan kalimatnya. Gilang masuk dengan ekspresi habis diancam.
"Bagas! Itu cewek-cewek ngancem aku supaya bawa balik kamu! Ayo ikut aku lagi deh!" Melihat sosok laki-laki yang tak dikenalinya berdiri di samping Bagas, Gilang tak bisa menahan diri untuk bertanya, "Dia siapa?"
Bagas menoleh ke arah Aaron. Sepasang sayap hitamnya sudah tak kelihatan. Bola matanya juga sudah hitam. "Gilang, dia—" niatnya untuk memberitahu Gilang kalau laki-laki itu bukanlah manusia melainkan iblis langsung urung, begitu Aaron menatapnya dingin. Sorot mata itu seperti pisau yang siap mengorok lehernya hingga putus. "—dia ... teman SMA-ku dulu..." Bagas akhirnya berbohong.
"Oh." Gilang mengangguk tanpa curiga. Dia sempat mengira laki-laki itu perempuan tadi karena wajahnya yang manis.
"Aku mau pulang aja. Tiba-tiba aku merasa nggak enak badan nih."
"Kamu ikut aku dulu deh jelasin ke cewek-cewek itu sebelum pulang!"
Bagas mengangguk. Bersama Gilang, keduanya berjalan keluar dari toilet. Aaron mengekor dari belakang tanpa suara.
Sesampainya di tempat teman-temannya Gilang sedang duduk menunggu, Bagas langsung menjelaskan ke para perempuan itu kalau dia mendadak tidak enak badan dan ingin segera pulang. Kontan saja membuat mereka kecewa.
"Bagas, aku anterin pulang, ya? Kebetulan aku bawa mobil kok!"
"Sama aku aja, Bagas! Mobilnya kecil!"
"Bagas mending sama aku aja naik taksi onlen!"
"Aku telepon supirku dulu nih supaya bisa menjemputku dan sekalian anterin kamu pulang!"
Sama seperti tadi, keempat perempuan itu tak mau mengalah dalam memperebutkan Bagas. Sementara yang direbutkan hanya bisa menarik napas sambil memijat pelipisnya. Entah dia harus pakai cara apa untuk menenangkan para ladies itu.
"Kalian nggak usah repot-repot, karena Bagas pulang denganku." Aaron yang sejak tadi diam akhirnya bersuara. Keempat perempuan itu kompak menoleh. Baru sadar dengan eksistensi Aaron yang berdiri di sebelah Bagas.
"Kamu siapa sih?" Salah satu perempuan akhirnya bertanya mewakili.
Aaron mengangkat dagunya dengan angkuh sebelum menjawab, "Aku ini Inc—Hmph!?"
"Dia ini teman SMA-ku dulu!" kata Bagas sambil membekap mulut Aaron dengan sebelah tangannya. Entah kenapa firasatnya bilang kalau Aaron akan mengatakan dirinya Incubus. Mana mungkin mereka percaya? Sudah pasti akan disangka gila! "Kalau begitu aku pamit, ya!"
Tanpa menunggu balasan, Bagas bergegas pergi dari situ sambil menarik sebelah lengan Aaron.
"Kenapa kau menyela ucapanku tadi?" Aaron akhirnya bertanya begitu keduanya sudah berdiri di pinggir jalan menunggu kendaraan umum.
"Kamu mau bilang ke mereka kalau kamu itu Incubus?" Bagas balas bertanya dengan alis terangkat.
"Tentu saja!" Aaron mendengus.
"Mereka takkan percaya dan menganggapmu gila kalau kamu bilang begitu!" Bagas jadi gemas. Meski bertampang manis dan polos, siapa yang akan mengira kalau pemuda itu sebenarnya titisan iblis penggoda.
Malam sudah semakin larut. Bagas menghentikan angkot yang akhirnya lewat. Hanya ada ia dan Aaron saja di dalam, dengan supir yang asyik mendengarkan lagu dangdut dari pemutar musik di dashboard.
"Ternyata meski berwajah tampan, tapi kamu itu kere, ya. Masih pake angkot ke mana-mana," celetuk Aaron yang duduk di depannya.
"Aku biasa pake motor kok! Cuma kebetulan motorku lagi masuk bengkel," jawab Bagas dengan bibir manyun. Teringat sesuatu, ia kembali melanjutkan, "Tadi kamu bisa membuatku melayang jatuh dari langit. Itu artinya kamu bisa teleportasi, 'kan? Kenapa malah ikutin aku naik angkot ini?"
"Aku nggak mau buang-buang energi."
Hening.
Tak ada pembicaraan lagi setelah itu.
***
Bagas menutup pintu kamarnya. Tak jauh di depannya, Aaron berdiri sambil memandang ke sekeliling. Kamar kostnya memang tidak besar, juga tidak kecil. Tapi cukup untuk dirinya sendiri. Ia juga tak perlu keluar untuk menggunakan kamar mandi, karena sudah ada di dalam kamar.
"Kamu mau makan atau minum?"
Aaron menoleh dengan alis terangkat. Sebagai iblis penggoda, dia tak perlu makan dan minum seperti manusia. Karena yang dibutuhkannya sekarang—
"Hei, kemari."
Bagas berjalan mendekat tanpa curiga. Sebelum ia sempat menduga, Aaron tiba-tiba mendorong tubuhnya hingga jatuh terlentang di atas tempat tidur. Dalam sekedip mata, Aaron sudah duduk di atas perutnya. Bagas mendadak panik saat kedua tangan Aaron menyusup masuk ke dalam kaus hitamnya.
"Tunggu, tunggu, tunggu!" Dengan cepat Bagas menahan kedua pergelangan tangan Aaron. "Ka-Kamu mau apa?!"
Aaron memutar kedua bola matanya malas, "Aku sudah lapar sejak tadi tau!"
"Makanya 'kan tadi aku menawarimu mau makan atau minum! Kenapa malah ingin—"
"Dasar bego! Aku nggak makan dan minum seperti manusia! Selama ini aku mengambil energi dari mangsaku untuk bertahan hidup!"
"Energi dari mangsamu? Bagaimana caranya?"
"Melakukan hubungan seksual."
Satu detik. Tiga detik. Lima detik.
"HAHHH?!" Bagas ternganga. Kaget. Terbelalak tak percaya. Kehabisan kata-kata.
"Kamu belum pernah melakukan itu dengan manusia? Aku pikir kamu udah berpengalaman. Visualmu lady killer begitu pasti mudah mengajak cewek ke ranjang."
"Aku homo."
"Aku udah tahu sejak kita bertatapan di toilet."
Bagas berkedip dua kali. Baru saja bibirnya akan terbuka lagi, Aaron tiba-tiba merendahkan wajahnya hingga bibir mereka nyaris bersentuhan. Sepasang mata itu berubah menjadi merah menyala dengan pupil vertikal. Napas Bagas seketika tercekat di tenggorokan.
"Udah cukup bicaranya..." Aaron berkata dengan suara yang membuat bulu-bulu kuduk Bagas berdiri. "Sekarang ... Aku akan mulai menikmatimu."
Baru saja Aaron bergeser turun ke bagian selatan tubuh pemuda itu, kembali terdengar suara, "Tu-Tunggu!"
Aaron berdecak kesal, "Apa lagi sih, Kampret?!"
"A-Aku—" Bagas menggigit bibir bawahnya sekilas, "—mau pipis..."
.
.
.
Bersambung...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰