Ringkasan Cerita:
Malam itu Bagas terpaksa pergi ke kelab malam karena tak ingin mendengar hinaan lagi dari Gilang yang bilang dia kampungan.
Namun Bagas tak menyangka akan menjadi mangsa dari laki-laki yang diselamatkannya di toilet.
***
Disclaimers: Semua karakter Just Friends yang dipakai dalam fanfiksi ini bukanlah milik saya. Mereka adalah milik CL NOV. Namun cerita fanfiksi ini adalah hasil imajinasi saya.
Setting: Alternate Universe
Rating: T
Genre(s): Supernatural, Drama, Romance, etc.
Status: Chaptered/Work...
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Bagas Adnan menjejakkan kakinya ke dalam kelab malam. Pemuda kelahiran Bandung itu sebenarnya lebih suka nongkrong di restoran cepat saji ketimbang tempat hiburan dewasa yang biasa buka larut malam ini. Tetapi karena tak ingin terus dihina kampungan oleh teman kampusnya, Gilang Jaelani Solihin, dengan setengah hati dan terpaksa akhirnya Bagas mengiyakan untuk datang.
Bagas memutuskan untuk memakai pakaian seperti biasanya dia pergi ke kampus. Kaus hitamnya dipadukan dengan kemeja lengan panjang abu-abu bergaris, celana jins hitam, dan sepatu sneaker putih. Ia tampak lega begitu dari kejauhan melihat beberapa pria juga berpakaian kasual saat memasuki kelab malam itu.
Tadi Gilang mengirim pesan kalau dia sudah menunggu di dalam. Bagas menarik napas panjang, berusaha membuat dirinya tidak terlalu gugup, sebelum akhirnya dia melangkah masuk. Melewati pintu utama, suara musik yang dimainkan DJ di atas panggung langsung terdengar mendominasi tempat itu. Bagas sempat terkesima. Lautan manusia menari mengikuti irama musik di lantai dansa. Bahkan ada yang menari-nari erotis.
"Oi, Bagas!" Gilang menepuk punggung pemuda itu dari belakang. "Aku pikir nggak bakal datang! Ayo ikut!"
Tanpa menunggu jawaban, Gilang merangkul pundak Bagas dan menyeretnya ke tempat teman-teman lainnya. Sofa yang membentuk setengah lingkaran itu sudah dipenuhi teman-teman Gilang; dua laki-laki dan empat perempuan. Para perempuan langsung menyambut Bagas dengan penuh suka cita.
Kedua teman laki-laki Gilang langsung badmood begitu melihat para perempuan saling berebutan untuk duduk di samping Bagas. Gilang juga baru menyesali keputusannya mengajak Bagas ke sini. Padahal niatnya hanya ingin menambah satu personil laki-laki supaya semuanya bisa berpasangan. Tetapi ternyata Bagas jadi laku.
"Bagas, kamu udah punya pacar?" tanya perempuan berambut pendek yang duduk di sebelah kiri.
Bagas menggeleng dengan bibir tersenyum.
"Kenapa belum punya?" Kali ini perempuan berambut panjang yang duduk di sebelah kanan bertanya dengan suara sengaja dibuat sok imut.
"Ah. Aku ingin fokus dengan kuliah dulu sih." Bagas menjawab masih dengan senyum di bibir. Tak ingin bilang yang sebenarnya kalau dia lebih tertarik ke sesama jenis alias homo.
"Bagas pacaran denganku aja, yuk!"
"Heh! Nggak bisa! Bagas punyaku!
"Enak aja! Bagas hanya boleh untukku!"
"Kalian nggak level! Aku yang harusnya jadi pacar Bagas!"
Mendadak keempat perempuan itu jadi beringas memperebutkan Bagas. Sementara yang jadi rebutan hanya bisa membatu di tempat duduk. Gilang dan kedua teman laki-lakinya jadi ngeri melihat hyena-hyena betina di depan mereka. Kalau nekat turun tangan melerai pasti hanya akan dicakar beramai-ramai.
Tiba-tiba Bagas berdiri. Keributan di sekitarnya sesaat terhenti. "Maaf, aku permisi ke toilet dulu." Sempat diliriknya Gilang agar membantunya menahan para perempuan itu kalau ada yang berniat mengekorinya. Gilang mengangguk dan langsung memberi isyarat dengan gerakan matanya agar Bagas segera kabur.
Bagas baru bisa menghela napas lega begitu dia sudah jauh. Setelah hampir tersesat karena mencari-cari di mana letak toilet, Bagas akhirnya berhenti saat melihat tanda toilet di pertigaan koridor. Kedua kakinya kembali melangkah di koridor tanpa jendela yang agak lengang. Beberapa meter sebelum mencapai toilet, Bagas melihat ada dua laki-laki. Salah satunya tampak menarik setengah memaksa untuk masuk ke dalam toilet.
Bagas mengerjap. Jangan bilang kalau akan ada adegan pemerkosaan di dalam toilet. Seperti tersengat, Bagas melangkah cepat. Saat Bagas masuk, dia melihat laki-laki berkemeja merah marun itu sudah mendorong laki-laki yang tadi ditariknya ke dalam bilik toilet. Tepat sebelum laki-laki itu menyusul masuk, Bagas langsung mencegatnya.
"Tunggu, apa yang akan kau lakukan padanya?" Sebelah tangan Bagas mencengkram pundak laki-laki itu.
"Siapa kau?" Laki-laki itu menatap Bagas dengan alis terangkat. Raut wajahnya terlihat jengkel.
"Kebetulan aku melihat kau menarik laki-laki itu ke sini."
"Jangan ikut campur!"
"Kalau kau berniat melakukan sesuatu yang buruk padanya, aku akan ikut campur!"
Laki-laki itu menggeram marah. Kepalan tangannya terangkat, berniat menghantam wajah Bagas. Tapi Bagas refleks menghindar.
"Aku nggak ingin pakai kekerasan."
"Kau sudah membuatku marah, bajingan!"
Bagas kembali menghindar ketika laki-laki itu kembali menyerangnya dengan pukulan. Tadinya Bagas hanya berniat takkan melawan. Namun beberapa pukulan laki-laki itu sudah mengenai tubuhnya. Bahkan terus memakinya dan memanggilnya banci karena tak melawan. Kehabisan sabar, Bagas akhirnya melayangkan pukulan telak di ulu hati. Laki-laki itu mengerang sakit dan nyaris terjengkang.
"Sialan! Awas saja kau nanti!" Mungkin karena dia merasa takkan menang dari Bagas, laki-laki itu akhirnya pergi dari toilet.
Bagas menarik napas panjang dan menghembuskannya lewat mulut. Kemudian dia menoleh ke arah bilik toilet. Sejak baku hantam tadi, laki-laki yang ada di dalam bilik toilet itu tak keluar sama sekali. Mungkin dia ketakutan di dalam sana.
Tok tok tok!
Jemarinya mengetuk pintu di depan.
"Maaf, kamu nggak apa-apa? Laki-laki yang tadi membawamu ke sini udah pergi. Jadi kamu bisa keluar kok," kata Bagas dengan suara lunak.
Tak ada jawaban.
Tidak ada pilihan, Bagas akhirnya meminta izin untuk membuka pintu. Ia mengira akan melihat sosok yang sedang meringkuk ketakutan, tapi ternyata—
"Kau sudah membuat mangsaku malam ini pergi."
—laki-laki bersurai eboni sedang duduk di atas toilet duduk dengan kedua tangan terlipat di depan dada, kaki menyilang, dan dagu terangkat angkuh.
"A-Apa maksudmu? Laki-laki tadi mangsamu?" Bagas bingung.
"Ya udahlah, lagipula aku udah dapat pengganti..." laki-laki itu mengangkat bahu cuek, sembari berdiri. "Perkenalkan aku Aaron. Kamu yang akan jadi mangsaku sekarang."
Kedua alis Bagas terangkat, "Aku jadi mangsamu? Tunggu, jadi kamu itu ho—" kalimatnya urung tuntas begitu melihat sepasang sayap hitam seperti kelelawar mendadak muncul dari balik punggung Aaron, dan kedua pupil matanya berubah seperti ular.
Tercekat, Bagas seolah merasa ada paku besar yang menancap di kedua kakinya hingga membuatnya tak bisa bergerak. Aaron berjalan mendekatinya dan berhenti persis di hadapannya. Kedua tangannya terulur, melingkari leher Bagas. Sambil berjinjit, bibirnya mendekat ke arah telinga pemuda itu.
"Aku jarang memperlihatkan wujud asliku. Tapi karena mulai hari ini kau akan jadi mangsaku, aku akan terus berada di sampingmu."
.
.
.
Bersambung...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰