Ringkasan Cerita:
Kisah Dokja dan teman-temannya saat sedang berpuasa...
***
Disclaimers: Semua karakter yang dipakai dalam fanfiksi ini bukanlah milik saya. Omniscient Reader Viewpoint adalah milik Sing-Shong, Sleepy-C, Umi. Namun karya fanfiksi ini adalah sepenuhnya milik saya.
Setting: Alternate Universe; College!AU
Pairing(s): Yoo Joonghyuk × Kim Dokja, Sangah×Sooyoung, Hyunsung×Heewon.
Genre(s): Friendship, Humor.
Status: Oneshot
PERINGATAN: fanfiksi ini bertema Boys Love, Girls Love and Straight...
Dengan langkah setengah berlari, Han Sooyoung menapaki anak-anak tangga ke lantai tiga. Pagi ini ada kuliah yang harus diikutinya. Sesekali ia melirik arloji yang melingkari pergelangan tangannnya, masih ada waktu sepuluh menit. Begitu sampai di depan pintu ruangan tujuannya, Sooyoung berhenti untuk menarik napas panjang, sebelum melangkah masuk. Untunglah dosen yang mengajar belum datang. Namun ruangan sudah hampir penuh dengan mahasiswa yang duduk di bangku masing-masing.
Sepasang mata Sooyoung mengedar ke sekeliling ruangan, mencari bangku yang masih kosong. Ada satu bangku kosong di barisan kedua dari belakang dekat jendela. Kebetulan juga di deretan bangku itu ada yang dikenalinya sejak masih mahasiswa baru dulu.
"Hei! Aku duduk di sini, ya!" Tanpa menunggu jawaban kedua pemuda yang duduk di samping kanan, Sooyoung menghempaskan pantatnya di bangku. "Kenapa kau, Dokja?" tanyanya begitu melihat pemuda bersurai eboni itu menyembunyikan wajahnya di antara kedua lengannya yang terlipat di atas meja.
Tak ada respon. Sooyoung beralih menatap Joonghyuk yang duduk di samping kanan Dokja. Pemuda itu melirik Dokja sekilas sebelum menjawab dengan nada datar.
"Dia berak habis sahur."
Sooyoung mengerjap, dan seketika tergelak geli.
"Ini gara-gara kau masak yang enak-enak pas sahur tadi! Ujung-ujungnya habis makan aku langsung nyetor di toilet!" Dokja mengangkat wajahnya dan menunjuk-nunjuk wajah Joonghyuk dengan kesal.
"Terus salah aku, gitu?" Kedua alis Joonghyuk terangkat, agak kesal. "Bukannya bersyukur sudah kubuatkan makanan, malah begitu reaksimu?"
Tawa Sooyoung akhirnya berhenti dan dia buru-buru melerai. "Oi, sudah, sudah, jangan berantem! Ingat, ini lagi puasa! Nanti batal lho!"
Joonghyuk dan Dokja mendengus hampir bersamaan, sebelum membuang wajah berlainan arah.
"Kau pasti bisa tahan kok sampai pas buka nanti." Sooyoung berusaha menyemangati Dokja yang masih memasang wajah bete.
"Masalahnya sekarang perutku sudah keroncongan!" jawab Dokja setengah memelas. "Apa aku batal saja jam dua belas siang nanti?"
"Heh, memangnya kau itu masih anak SD?"
"Diam kau!" Kedua mata Dokja melotot ke arah Joonghyuk yang barusan berkomentar dengan nada mengejek. "Sooyoung, aku mau duduk di bangkumu, kau duduk di bangkuku. Padahal seingatku semua iblis pas bulan puasa disekap, tapi masih ada saja yang lolos!"
Sudut bibir Joonghyuk berkedut. Secara tak langsung merasa tertohok dengan perkataan Dokja. Mati-matian ia menahan dirinya agar tidak kembali terpancing emosi. Sooyoung akhirnya duduk di tengah-tengah kedua pemuda itu sambil geleng-geleng kepala. Hampir setiap hari ada saja perkara sepele yang diributkan Joonghyuk dan Dokja, tapi kedua pemuda itu akan kembali berdamai. Kadang Sooyoung heran karena keduanya bisa tinggal satu apartemen; padahal kelakuan mirip anjing dan kucing.
Dosen yang mengajar akhirnya muncul. Sooyoung mengeluarkan buku dari dalam tasnya, siap untuk mencatat.
***
"Ada apa dengan Dokja?" tanya Heewon yang baru muncul bersama Hyunsung di taman belakang kampus; tempat mereka biasa berkumpul untuk menunggu kuliah selanjutnya.
"Dia sudah merasa lemas," jawab Sooyoung sambil kembali mengetik sesuatu di laptop yang ada di atas pangkuannya.
"Halah, dasar cemen!" dengus Heewon. Dokja yang sedang duduk bersandar di sebuah batang pohon sontak menoleh.
"Heewon, kalau kau cuma ingin membuatku marah, mending jauh-jauh sana!"
"Eits, tidak boleh marah! Nanti puasamu batal!" Heewon menyeringai, sebelum duduk di sebelah Sooyoung. "Mana Joonghyuk? Tumben tidak kelihatan? Dia dan Dokja 'kan seperti sepasang kaos kaki."
"Tadi dia bilang ke perpus mau mengembalikan buku." Sooyoung kembali menjawab tanpa menoleh dari laptopnya.
"Hyunsung! Sini duduk di sebelah aku, jangan di samping Heewon!" Dokja menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya. "Aku tahu kalian pacaran, tapi ini lagi puasa. Haram kalau dekat-dekatan. Stay halal, Bro."
Tak ada pilihan, Lee Hyunsung hengkang dari samping kekasihnya, lalu duduk di sebelah Dokja.
"Nah, gitu dong!" Senyum Dokja merekah begitu Hyunsung sudah duduk di sebelahnya. "Aku pinjam bahumu sebagai tempat bersandar sementara, ya?" Tanpa menunggu izin yang bersangkutan, Dokja sudah menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata.
Ternyata ada maunya. Heewon, Sooyoung, dan Hyunsung kompak membatin dalam hati.
"Kim Dokja, apa yang kau lakukan?" Suara Joonghyuk tiba-tiba terdengar.
Tanpa perlu membuka matanya, Dokja menjawab dengan nada malas, "Kau tidak lihat, aku sedang hibernasi."
"Tapi kenapa harus bersandar pada Hyunsung?" Wajah Joonghyuk sudah berubah setengah gelap.
"Lupa, ya? Kita 'kan masih berantem. Jadi jaga jarak denganku sampai aku sudah tak marah lagi padamu."
[KUMENANGIIIIIIIIISSSSSS~♪♪♪]
Sepasang mata Joonghyuk seketika menyambar ke arah Sooyoung; oknum yang memutar lagu dari laptopnya.
"Ups, maaf. Tidak sengaja kepencet." Sooyoung nyengir dengan wajah tak berdosa.
"Hei, ternyata kalian semua ada di sini, ya?" Yoo Sangah berjalan mendekat sambil melambaikan sebelah tangannya.
[KAU CANTIK HARI INI. DAN AKUUU SUKAAA~♪♪♪]
Dengan cepat, Sooyoung menampik tangan Heewon yang sengaja memutar lagu di laptopnya. Dia jadi salah tingkah begitu Sangah tersenyum manis ke arahnya.
"Apa kalian masih ada jam kuliah nanti?" tanya Sangah begitu sudah duduk di depan Heewon dan Sooyoung.
Heewon mengangguk, "Ada jam tiga sore nanti."
"Aku, Dokja dan Joonghyuk juga sama, hanya beda ruangan saja," sahut Sooyoung. "Memangnya ada apa?"
"Kita bukber, yuk!"
Semuanya saling pandang, sebelum menatap Sangah bersamaan.
"Tapi kalau puasa begini, biasanya kafe atau restoran selalu ramai pas sudah dekat berbuka. Jadi pasti bakal sulit mencari tempat." Heewon bersuara mewakili suara yang lain.
"Tenang saja. Aku sudah reservasi di kafe tempat kenalanku!" Sangah tersenyum. "Jadi, apa kalian mau?"
"Tentu saja mau!" seru Sooyoung dengan semangat. Semburat merah tipis langsung muncul di kedua pipinya begitu melihat Dokja dan Heewon meliriknya.
"Giliran diajak Sangah, dia yang paling semangat. Kemarin-kemarin pas diajak bukber alasan terooos!" kata Dokja dengan senyum menyebalkan.
"Dokja, mending kau hibernasi saja terus sampai kiamat!" Sooyoung membalas dengan wajah memerah; malu bercampur kesal.
Sangah tertawa geli melihat ekspresi menggemaskan Sooyoung. Nyaris saja sebelah tangannya terulur untuk mencubit pipi gadis bertubuh mungil yang disukainya itu. "Kalau begitu sebentar habis kuliah, kita kumpul di depan gerbang, ya?"
"Okeee!"
***
Dokja meneguk ludahnya. Di atas meja sudah tersaji berbagai makanan dan minuman. Masih ada waktu setengah jam sebelum waktu berbuka dan ia sudah nyaris tak bisa menahan diri. Sebelah tangannya sudah terulur tanpa sadar untuk mengambil minuman ice lemon tea, tapi langsung tertahan sebelum sempat menyentuh gelas.
"Tahan dirimu. Hanya tinggal setengah jam lagi." Joonghyuk berkata dengan nada lunak.
Bibir Dokja mengerucut manyun. Sesi berantemnya dengan Joonghyuk sudah berakhir saat memasuki kafe tadi. Makanya ia tak keberatan saat pemuda itu duduk di sebelahnya sekarang.
Untuk mencegah agar tangan Dokja tak lagi kelayapan mengambil sesuatu di atas meja, Joonghyuk akhirnya menautkan jemarinya dengan pemuda itu di bawah meja. Dokja akhirnya memilih untuk mengalihkan perhatiannya di ponsel pintarnya. Sementara yang lain—Sangah dan Sooyoung, Heewon dan Hyunsung—juga sibuk mengobrol dengan pasangan masing-masing di seberang meja.
"Hei, sudah terdengar suara bedug. Sudah waktunya berbuka!"
Keenam orang yang duduk di depan meja makan itu hampir bersamaan meneguk minuman di gelas masing-masing setelah membaca doa.
Joonghyuk hanya bisa geleng-geleng kepala begitu melihat Dokja dengan kalap menjejelkan kue-kue ke dalam mulutnya hingga penuh. Bahkan sampai menyambar kue di piring Sooyoung.
"Oi, Dokja! Itu kueku!" Sooyoung melotot tidak terima.
"Sudah, sudah. Kau bisa makan kue di piringku kok." Dengan senyum di bibir, Sangah memberikan kuenya.
"E-Eh? Makasih..." Rasa kesalnya pada Dokja langsung reda. Namun kembali menjerit histeris begitu Dokja mencicipi pudingnya.
Mengabaikan kerusuhan kecil yang dibuat Dokja dan Sooyoung, Heewon dan Hyunsung makan dengan tenang seperti orangtua yang sudah terbiasa melihat kenakalan anak-anak mereka.
***
"Saking kenyangnya, aku sudah tak sanggup makan apapun lagi." Dokja menepuk-nepuk perutnya saat melangkah masuk ke dalam apartemen. Di belakangnya, Joonghyuk menarik pintu hingga kembali menutup. "Hei, aku mandi duluan, y—" kalimatnya urung tuntas begitu sebelah lengannya ditahan dan bibirnya dikecup.
"Lain kali jangan bersandar pada Hyunsung. Aku cemburu, kau tahu." Kedua alis hitam tebalnya menukik turun dengan raut wajah setengah kesal.
Dokja mengerjap, sebelum terkekeh geli. "Kau 'kan tahu Hyunsung dan Heewon pacaran."
"Aku tahu, tapi aku tak mau melihatmu dekat dengan laki-laki lain!" dengus Joonghyuk.
"Baiklah, pacarku yang pencemburu!" Dengan kedua kaki berjinjit, Dokja mencium pipi Joonghyuk. "Aku mau mandi, tapi kalau kau mau ikut mandi bersama, aku tak keberatan," katanya sembari berlalu.
Joonghyuk sempat mematung sesaat, sebelum tiba-tiba mengangkat tubuh Dokja ke atas salah satu pundak lebarnya. "Aku tidak perlu pakai kondom, 'kan?" Sebelah tangannya menepuk bokong Dokja dengan gemas.
Kedua mata dokja sontak melotot, "Hei! Aku hanya mengajak mandi bersama! Bukan untuk berbuat mesum di—!" protesnya tak diacuhkan Joonghyuk yang menutup pintu kamar mandi dengan sebelah kaki.
.
.
.
Selesai
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰