Summary:
[Sekuel dari `Ini Jelas Tidak Ada Dalam Novel!`]
Begitu sadar dari keadaannya, hal yang terpikirkan di benak Yoo Joonghyuk adalah mencari Kim Dokja.
***
Disclaimers: Semua karakter yang dipakai dalam fanfiksi ini bukanlah milik saya. Mereka adalah milik Sing n Song, Sleepy-C, Umi. Namun karya fanfiksi ini adalah sepenuhnya milik saya.
Relationship: Seme!Yoo Joonghyuk × Uke!Kim Dokja
Genre(s): Drama, General.
Status: Oneshot
PERINGATAN: fanfiksi ini bertema Boys Love dan Yaoi; yang menampilkan hubungan...
Tring!
[Waktu dimulainya Skenario Keempat sudah dekat!]
Layar biru yang memperlihatkan notifikasi membuat Kim Dokja sedikit terkejut begitu ia berhasil menyingkirkan Joonghyuk dari atas tubuhnya. Dengan satu tangan berkacak pinggang, Dokja menatap pria yang terbaring di bawah kakinya. Kira-kira karma apa ya akan menimpanya nanti kalau nekat menginjak atau menendang wajah tampan si tokoh utama novel 'Tiga Cara Untuk Bertahan Hidup Di Dunia Yang Hancur' yang masih tak sadarkan diri ini? Atau boleh juga kalau digalinya kuburan untuk Joonghyuk sekarang, lalu menimbunnya hidup-hidup; mumpung pria itu masih tak sadar.
Dokja terdiam memikirkan ide gilanya. Astaga, ia sering menyebut Joonghyuk psikopat, ternyata dirinya juga tak beda jauh. Baiklah, untuk kali ini ia akan menahan diri. Tapi jangan harap ia akan lupa dengan ciuman pertamanya yang dirampas tanpa izin!
Lihat saja nanti, Yoo Joonghyuk! Aku pasti akan membuatmu menyesal karena berani menciumku secara paksa! batin Dokja dalam hati dengan dendam kesumat level tak terbatas, sebelum akhirnya ia berbalik pergi.
Skenario Keempat akan segera dimulai, jadi lebih baik jika ia turun ke bawah dan berkumpul bersama companion-nya.
Sepanjang koridor yang dilewatinya, Dokja tampak tenggelam dalam pikirannya. Kejadian saat Joonghyuk menciumnya tadi kempali terputar bagaikan video di dalam benaknya. Meski enggan mengakui, tapi hatinya tak bisa menyangkal; ciuman Joonghyuk nyaris saja membuatnya terlena jika saja pria itu tidak kembali ambruk. Langkah Dokja mendadak terhenti. Jantungnya berdetak tak wajar dan wajahnya memerah.
Apa-apaan ini? Ada apa denganku? Dokja menggelengkan kepalanya. Berusaha mengenyahkan pikiran aneh yang bermunculan di benaknya. Kim Dokja, sadarlah! Jangan sampai terpesona dengan bedebah sialan yang merampas ciuman pertamamu itu! Dia itu pasti sudah keluar jalur karena sesuatu, dan kau masih normal—masih di jalan yang lurus!
Setelah menampar kedua pipinya beberapa kali, Dokja menarik napas panjang dan kembali berjalan. Lebih baik cari cara untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Jihye, Hyunsung, dan Gilyoung—yang salah paham karena melihat kejadian ia dan Joonghyuk saling menindih seperti sandwich.
Dari posisinya berjalan, Dokja melihat Sangah dan Heewon yang sedang bicara di dekat tangga. Kedua wanita itu mendadak berhenti mengobrol saat melihat Dokja yang mendekat dengan bibir tersenyum.
"Sangah, Heewon, apa kalian melihat Jihye, Hyunsung, dan Gil—"
"Dokja," Heewon memotong ucapan pria itu. "Apa benar kau dan Yoo Joonghyuk itu punya anak?"
Senyuman Dokja seketika lenyap. Ya, Tuhan. Apa lagi ini?
"Tentu saja tidak," bantah Dokja dengan suara tenang, tapi urat pertigaan kecil muncul di pelipisnya. Memangnya kapan ia melakukan proses berkembangbiak dengan Joonghyuk? Seluruh dunia sudah terkena bencana seperti kiamat begini, bagaimana ada waktu untuk melakukan itu? Tidak, bukan itu masalahnya. Sudah jelas ia laki-laki! Mana mungkin bisa hamil dan melahirkan! Sepertinya Dokja tahu siapa oknum yang menyebarkan gosip tidak valid ini.
"Heewon unnie!"
Umur panjang. Yang dicari mendadak muncul. Lee Jihye yang melihat Dokja langsung berkata sambil menatap ke arah lain, "Ah, Ahjussi. Aku tidak bilang apa-apa kok."
Jelas tidak ada yang lain selain kamu tahu! dengus Dokja dalam hati. Menahan diri agar tidak menabok kepala gadis remaja itu. Tahan, Dokja. Nanti Sangah jadi berpikir kau itu laki-laki yang akan melakukan KDRT kalau menikah nanti.
"Jadi, Dokja..." Atensi Dokja langsung teralih pada Sangah, "Kau benar-benar punya anak dengan Joong—"
"Jangan percaya dengan apa yang dikatakan Jihye. Dia hanya salah dengar!" Dokja menghela napas berat. Tak menyangka Sangah juga percaya dengan gosip begitu.
"Tapi Ahjussi memberikan surat cinta pada Master."
"Itu bukan surat cinta!"
Bagaimana caranya meluruskan kesalahpahaman ini? Mungkin lebih baik ia menunggu Joonghyuk sadar dan meminta pria itu memberi konfirmasi kalau sebenarnya mereka tak ada hubungan apa-apa—apalagi punya anak!
Heewon tiba-tiba menyipitkan matanya saat menyadari sesuatu yang berbeda. "Dokja, lehermu ada tanda merah, tuh. Perasaan tadi tidak ada, sebelum kau naik ke atas."
Refleks, Dokja memegang lehernya dengan tangan kiri. Ah, sial. Ia lupa kalau si Regressor sialan itu memberi tanda di lehernya tadi. "Ini digigit serangga." Jelas bohong. Ketiga perempuan di depannya menatapnya dengan satu ekspresi yang sama, 'Memangnya kami ini anak kecil yang bisa dibohongi?'. Dokja memaksa tersenyum, meski dalam hati ia mengutuk Joonghyuk habis-habisan.
Tring!
[Skenario Keempat akan dimulai dalam lima menit!]
Rasanya Dokja ingin sujud syukur begitu melihat notifikasi di depan matanya. Dengan begini semuanya akan terfokus untuk menyelesaikan Skenario Keempat dan tak lagi mempertanyakan hubungannya dengan Joonghyuk.
***
"Master!"
Suara familiar itu yang terdengar lebih dulu saat Joonghyuk membuka mata. Butuh beberapa menit baginya untuk mengumpulkan semua kesadarannya, sebelum akhirnya ia bergerak bangun dari posisi berbaring. Jihye menatap lega ke arah gurunya yang tampak sudah sedikit membaik setelah beristirahat seharian lebih.
"Master, ini ada sedikit makanan dan minuman," Gadis remaja itu mengulurkan jatah makanan yang sengaja disisihkan untuk gurunya.
Joonghyuk terdiam sejenak dan mengambil botol air minuman di tangan Jihye, sebelum berdiri. Sudah hafal di luar kepala sifat gurunya yang jarang bicara, Jihye mengikuti di belakang tanpa suara.
Hal pertama yang terpikirkan oleh Joonghyuk saat membuka matanya adalah mencari Kim Dokja. Entah kenapa ia melihat pria itu dalam mimpinya. Ada banyak pertanyaan memenuhi tempurung kepalanya. Bagaimana bisa Kim Dokja mengalahkan Pemilik Theater Simulacrum yang mengontrol dirinya dalam pertarungan? Sejak pertama kali bertemu, pria itu sudah menarik perhatiannya; meski seorang pemula tapi dia tetap tenang dan cepat beradaptasi dengan bencana yang terjadi di negara ini.
"Master, apa tadi Master sudah sadar saat melakukan itu dengan Dokja ahjussi?"
Langkah Joonghyuk seketika terhenti dan ia menoleh ke belakang dengan tatapan tajamnya yang mematikan. Apa? Memangnya apa yang dilakukannya dengan Dokja? Padahal ia baru sadar sepenuhnya tadi.
"Jelaskan apa yang terjadi?"
Jihye tampak ragu-ragu untuk menjawab. Tapi melihat sorot mata gurunya yang membuatnya seperti merasa ada pedang menempel di depan lehernya, mana mungkin dia abstain. "Umm—itu, Master dan ahjussi itu ... b-berciuman..." Suaranya mengecil di kata terakhir. Semburat merah tipis terlihat di pipinya.
[Karakter Yoo Joonghyuk mengaktifkan skill Deteksi Kebohongan.]
[Deteksi Kebohongan mengonfirmasi kebenaran ucapan Anda.]
Si Regressor membelalak tak percaya. "Dia menciumku?!"
Gadis remaja itu menggeleng, "Master yang mencium ahjussi itu..."
[Deteksi Kebohongan mengonfirmasi kebenaran ucapan Anda.]
Rasanya seperti dihantam oleh gadah raksasa, Joonghyuk membeku di posisinya. Jelas tak percaya dengan apa yang didengarnya, tapi Deteksi Kebohongan tidak pernah error.
"Master!"
Jihye tak berusaha mengejar karena dia tahu, gurunya pasti pergi mencari Dokja.
***
"Dokja, kau yakin berniat menyerang stasiun itu lebih dulu?" Dari kaca besar wastafel, Dokja menatap refleksi Hyunsung yang berdiri di sebelahnya sambil mencuci tangan.
"Iya, aku sudah yakin." Dokja mengangguk. "Kau juga sudah siap, 'kan?"
Tentara dengan jabatan Letnan Satu itu balas mengangguk. Mau tak mau, dia harus siap. Karena situasi mereka sekarang sedang diburu waktu. "Apa orang itu tak akan kau beritahu rencanamu—" kalimat Hyunsung urung selesai. Dokja dengan cepat membekap mulutnya dengan sebelah tangan saat menyadari kedatangan Joonghyuk.
Di ambang pintu toilet, si Regressor menatap Dokja dan Hyunsung bergiliran. Sebagian wajahnya tampak gelap dengan aura berbahaya. Ia yakin Joonghyuk kemari mencarinya bukan untuk menggunakan toilet. Entah karena merasa sedikit terancam, Dokja tanpa sadar berdiri di belakang punggung Hyunsung yang lebih tinggi darinya.
"Kau pikir tameng lemah seperti itu bisa menghentikanku?"
Meski yang dihina Hyunsung, tapi yang merasa tersinggung malah Dokja. Sebisa mungkin ia tak ingin berurusan dengan bedebah sialan itu sampai Skenario Keempat selesai. Tapi sepertinya tidak mungkin.
"Hyunsung, kembalilah ke tempat yang lain sedang berkumpul," kata Dokja dengan tenang. Ia tak ingin Hyunsung cidera serius karena melawan Joonghyuk yang jelas bukan tandingannya. Mereka berdua melawan Joonghyuk sekarang juga pasti akan kalah. "Aku akan menyusul setelah mengatasi Terminator itu."
Hyunsung melotot tak percaya. Mulutnya ternganga. Dia tak salah dengar, 'kan? Barusan Dokja menyebut si Regressor sebagai Terminator. Tapi memang benar juga. Yoo Joonghyuk memang selalu berniat membunuh Dokja sejak awal bertemu. "Baiklah." Dengan sorot mata khawatir, ia berjalan menuju pintu. Saat melewati Joonghyuk, bisa dirasakannya tatapan mematikan pria itu lewat ekor mata. Sekilas Hyunsung bergidik. Mungkin begini rasanya bertemu Malaikat Maut.
"Jadi, apa maumu? Jangan buang waktuku di sini karena Skenario Keempat sudah dimulai sejak beberapa jam lalu."
Rahang Joonghyuk mengeras. Harusnya dia yang bilang begitu! "Kau—kenapa aku menciummu?"
Kedua alis Dokja terangkat. Agak kaget. "Apa Jihye yang memberi tahu?" Tidak ada bantahan. Tebakannya benar. Dokja menarik napas panjang, "Harusnya aku yang tanya kenapa kau menciumku saat kau setengah tak sadar, hah?"
"Aku tidak mungkin melakukan itu kalau tak ada sesuatu yang kau perbuat padaku."
"Hah? Sebentar. Maksudmu, aku yang menggodamu? Yang benar saja! Aku masih normal!"
Keduanya saling pandang dengan sengit.
Dokja sudah akan mengakhiri pembicaraan, jika saja ia tidak teringat sesuatu. "Ngomong-ngomong, bukan hanya menciumku dengan paksa. Tapi kau juga, menandaiku di sini," diperlihatkannya lehernya yang masih ada tanda merah kecil, "Ini pelecehan seksual, kau tahu. Kalau saja negara ini tidak hancur, aku pasti sudah menyeretmu ke kantor polisi."
Joonghyuk tak berkedip. Dengan langkah cepat, ia sudah berada di hadapan Dokja. Sebelah tangannya mencengkeram kerah depan pria yang lebih pendek darinya. Tatapannya berbahaya. Tapi Dokja tidak takut dan balas menantang dengan senyum sarkastis.
"Jadi, apa kau akan bertanggung jawab, Yoo Joonghyuk?"
Si Regressor tak langsung menjawab. Tiba-tiba diseretnya Dokja ke salah satu bilik toilet. Dokja meringis pelan begitu tubuhnya dihempaskan di toilet duduk. Pintu ditutup dari dalam. Joonghyuk menatap pria di depannya dengan mata berkilat tajam. "Kau menyuruhku bertanggung jawab?" Lebih terdengar seperti mengancam dari pada bertanya.
"Kalau memang tidak mau bertanggung jawab, menyingkir. Aku mau keluar dari sini!" Mati-matian Dokja membuat dirinya tenang. Bohong kalau dirinya tak merasa terdesak karena Joonghyuk menguncinya di dalam bilik toilet sempit ini.
Joonghyuk mendengus, hampir tertawa. "Kau takut?"
"Kata siapa aku takut?"
[Karakter Yoo Joonghyuk mengaktifkan skill Deteksi Kebohongan.]
[Deteksi Kebohongan mengonfirmasi ucapan Anda tidak benar.]
Sialan! rutuk Dokja dalam hati. Tenang. Pasti ada cara keluar dari sini tanpa berurusan panjang dengan bedebah ini.
Sayangnya, Joonghyuk tak memberi kesempatan bagi Dokja untuk berpikir. Sekarang. Di tempat ini. Ada sesuatu yang harus dilakukannya pada pria ini.
"Jika aku harus bertanggung jawab, maka aku harus melakukan kesalahan dulu."
Perasaan Dokja mendadak tidak enak. Berusaha menebak-nebak apa yang akan dilakukan Joonghyuk. Apa mungkin psikopat ini akan memotong-motong tubuhnya, lalu membuangnya ke dalam lubang kloset? Membayangkannya saja sudah membuat Dokja merinding.
"Akan kuberi dua opsi," sebelah tangan Joonghyuk mencengkeram rahang Dokja. Sementara tangannya yang lain bergerak melepas sesuatu. Dokja tercekat. Sepasang matanya tak dibuat menoleh ke arah lain. "Kau suka mana? Mulutmu ini atau mulut yang bawah?"
Pria ini pasti sudah tak waras! Dokja tak percaya dengan penglihatannya sendiri. "Kau bercanda, 'kan?" Tubuhnya bergetar. Pupil matanya terguncang. "M-MANA MUNGKIN ICHTHYOSAURUS-MU ITU MASUK KE DALAM MULUTKU!"
Entah pujian atau hinaan. Joonghyuk tak merespon.
Dokja berusaha melepas tangan Joonghyuk yang masih mencengkeram rahangnya. Sebelum ia sempat menduga, Joonghyuk tiba-tiba menariknya hingga berdiri, kemudian mendorongnya ke arah dinding. Kedua tangannya ditahan di belakang punggung. Dokja memekik tertahan saat celananya dilucuti. Wajahnya memucat. Sesuatu yang panjang dan tegang menempel di antara bokongnya.
"Ja-Jangan berani kau—UMPH?!" Kedua matanya membelalak. Dengan tangannya yang bebas, Joonghyuk meraih dagu Dokja ke samping dan menciumnya. Tubuhnya tersentak. Dari celah antara kedua pahanya, sesuatu menerobos dan menggesek organ genitalnya dari bawah. Tanpa perlu melihat ke bawah, Dokja tahu kedua pedang tumpul mereka saling bergesekan.
Dahi Dokja menempel di dinding begitu Joonghyuk menyudahi ciuman. Meski pandangannya sedikit kabur karena air mata, Dokja bisa melihat apa yang dilakukan si Regressor padanya di bawah sana. Ini jelas pengalaman pertamanya melakukan ini dengan sesama jenis. Sebagian dirinya menolak, tapi sebagiannya tak keberatan. Batasan antara logika dan nafsunya sudah menipis. Ini pemanasan. Joonghyuk benar-benar berniat masuk ke dalam dirinya.
Sesuai dugaan, Joonghyuk sudah bersiap di depan pintu masuk. Dokja menggigit bibir bawahnya. Rasa sakitnya seperti tubuhnya dirobek jadi dua.
"U-Ungh—Pelan-pelan. Kumohon ... Nnh—pelan-pelan..." Sebenarnya Dokja hanya berniat mengatakan dalam hati, tapi malah tak sadar terucap keluar dari bibirnya.
Hanya dalam satu sentakan, Joonghyuk masuk sepenuhnya. Mulut Dokja terbuka menganga, rasa sakitnya sampai membuatnya tak bisa menjerit. Sekujur tubuhnya menegang kaku. Benda asing itu berdenyut dan rasanya panas. Tanpa perlu menunggu Dokja beradaptasi, Joonghyuk sudah bergerak. Dilepaskannya kedua tangan Dokja. Pria itu mencari-cari sesuatu sebagai pelampiasan rasa sakit. Menyadari lengan Joonghyuk yang melingkari pinggangnya, Dokja langsung menancapkan kesepuluh jarinya.
Tanpa melepaskan tautan tubuh mereka, Joonghyuk duduk di atas toilet sambil menarik tubuh Dokja hingga terduduk di atas pangkuannya. Kedua tangannya melebarkan paha pria itu. Dagunya menopang di atas pundak yang masih bergetar. Bisa didengarnya isak tangis Dokja di antara erangan yang berhamburan dari bibir. Kenapa baru sekarang rasa bersalahnya muncul setelah mendengar pria ini menangis?
***
Merasa posisi tidurnya yang sangat tidak nyaman, Dokja membuka matanya perlahan. Hal pertama yang dilihatnya adalah dada rata laki-laki yang memakai pakaian serba hitam. Tidak perlu mendongak untuk melihat wajah tampan Joonghyuk. Ia pasti pingsan saat melakukan seks tadi. Bagian bawah tubuhnya sakit dan hampir mati rasa.
Tanpa suara Dokja turun dari pangkuan. Mengambil celananya yang teronggok di lantai dan memakainya kembali. Joonghyuk memerhatikan tanpa suara. Suasana mendadak canggung. Apa-apaan ini? Harusnya emosinya meledak-ledak karena bedebah sialan itu memerkosa dirinya. Tapi kenapa ... Dokja meneguk ludah. Rasanya ia ingin lenyap dari sini sekarang juga.
Melihat si Regressor hanya diam tanpa mencegat kepergiannya, Dokja sudah akan ambil langkah cepat. Namun baru saja pintu dibuka, Dokja merasa pergelangan tangan kanannya ditahan. Saat ia menoleh ke belakang, sepasang mata Joonghyuk menatapnya lekat, tak berkedip.
Tanpa menoleh, Joonghyuk menarik tangan Dokja ke arah wajahnya dan menempelkan telapak tangan pria itu di pipi kirinya. Sekejap ia memejamkan mata.
"Cukup!" Dokja menarik tangannya, lalu berjalan pergi.
"Kim Dokja." Mendengar namanya dipanggil, Dokja refleks berhenti. Bibir itu mengatup rapat. Dasar patung hidup! Mau tak mau, Dokja menggunakan skill khususnya.
[Sudut Pandang Pembaca Mahatahu—diaktifkan.]
Dokja langsung membuang wajahnya ke arah lain. Jantungnya tiba-tiba bergemuruh. Ia bisa tahu isi pikiran Joonghyuk yang masih terus menatapnya.
"Aku bukan pemeran utama wanita, asal kau tahu!"
Dokja akhirnya pergi tanpa menoleh ke belakang sedikit pun. Meninggalkan Joonghyuk yang masih bergeming. Ada senyum kecil yang sekilas menggembang di bibir itu.
.
.
.
Selesai
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰