86 CINTA [02-86C Rumah Dinasku]

1
0
Deskripsi

Penulis Jasmine Cindhy

"Bagaimana dek Rev, tadi malam tidurnya nyenyak? Nyaman kan tidur di rumah dinas?"

"Emm anu Bu.. itu.." ucapku terbata.

"Loh memang dek Reva tinggal di rumah dinas yang mana Bu As?" Tanya dokter Bayu , loh ngapain dokter satu ini masih disini aja? Sejak kapan masih berdiri disampingku.

"Eh dokter Bayu, kok mau tau aja..hehe.. " Bu Asni terkikik. "itu lho dokter, dek Reva tinggal di Rumah Dinas wilayah 5.." jelas Bu Asni.

"Wah cocok sekali dek Reva tinggal disana.."dokter Bayu tampak...

02-86C Rumah Dinasku


Aku memasuki IGD Puskesmas yang lumayan luas dan nyaman. Tampak beberapa pekerja sedang duduk di meja jaga dan satu lainnya sedang memasukkan botol infus ke dalam lemari penyimpanan. Kulangkahkan kakiku menuju meja jaga milik dokter yang letaknya di pojok depan dekat pintu masuk.

"Selamat siang mbak, silahkan duduk. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya ramah dari dokter cantik yang nampak seumuran dengan kakak kedua ku, kak Daffa Saffaras Tj. Apa kabarnya kakak ku yang satu itu ya? Kan... Kan... Kan... Mulai baper lagi kalau ingat keluarga. Dih... Kuat Rev!

"Nama saya Revalina Shanum Tjokroaminoto Bidan ASN, saya mendapat SK kerja untuk bertugas di Puskesmas ini Bu.." jawabku sembari mengulurkan amplop coklat berisi SK yang ku punya.

"Oh mbak orangnya? Alhamdulillah bidan kita tambah ya mbak..!" Seru dokter itu pada beberapa perawat yang ada di ruangan itu. "Kenalkan nama saya Almayra Ghossan, panggil saya Alma. Saya salah satu dokter di Puskesmas ini." Bu Alma mengulurkan tangannya, aku pun menjabat tangan Bu Alma dengan senyuman.

"Selain saya, masih ada 3 dokter lagi. Dokter Yanne saskara adalah kepala puskesmas,kemudian dokter Gulardi Hastugkara , dan dokter Bayu Pranadipta, khusus dokter Bayu itu dokter gigi kita, dan masih jomblo Lo..." kekeh dokter Alma, wah tak ku sangka di pertemuan pertama ku, dokter Alma adalah orang yang sangat ramah dan humoris. Mendengar penuturannya aku tersenyum sambil mengangguk angguk paham.

Setelah itu aku berkenalan dengan 2 perawat yang sedang berjaga, ada mas Wayan dan mbak Netty, mereka sangat ramah, setelah berkenalan mereka tampak melanjutkan pekerjaannya, mungkin. Sebentar lagi saatnya visit dokter, karena Bu Alma tampak sudah siap dengan jas putih dan stetoskop yang bergelantung di lehernya. "Semangat ya, karena besok sudah bergabung.." lagi-lagi aku hanya mengangguk , tapaknya dokter Alma menangkap signal kegalauan ku.

"Bu Asni.." teriak dokter Alma pada seorang wanita paruh baya yang memakai baju putih-putih. Wanita paruh baya berkacamata itu mulai mendekat ke arah meja dokter Alma.

"Ini Bu anggota baru nya, sudah sampai.." dokter Alma memberi jeda sembari bersiap untuk melakukan visit dokter.

"Saya visit dulu ya Bu As.. Bu Reva saya permisi dulu, silahkan dilanjut sama BiKor nya ya.." pamit dokter Alma pada Bu Asni dan padaku.

"Iya dokter terimakasih, nanti saya menyusul," ujar Bu Asni di balas anggukan dan senyuman dokter Alma.

Bu Asni menatapku seperti menilai, haduh matilah kau Revalina dapat senior galak! Rutukan iblis hatiku. kini ku ulurkan tangan dan mencium punggung tangan Bu Asni. Beberapa saat kemudian tatapan Bu Asni mulai lunak bahkan nampak tersenyum. Aku lega bukan main melihat senyuman Bu Asni. Aku memperkenalkan diriku, Bu Asni melihat SK yang ku bawa sekilas dan mengembalikan amplop coklat beserta isinya.

"Lalu kamu sudah dapat kontrakan,atau kost dek Rev?" Tanya Bu Asni kemudian.

"Oh itu Bu saya belum cari Bu, sebentar lagi saya mau pamit berkeliling Bu mencari kost atau kontrakan."

"Ini sudah sore dek, kamu yakin dapat kost? Atau kamu nginep saja di ruang inap tempat praktik saya? Tapi nunggu pasiennya pulang dulu dek, mungkin malam jam 7 pulangnya."Bu Asni baik sekali, tapi aku merasa tidak enak kalau harus merepotkan beliau.

"Maaf bukan maksud saya menolak Bu, tapi saya benar-benar tidak enak sama Bu Asni." Tolak ku halus, tapi aku juga tidak yakin mendapat tempat kost. Hah matilah kau Reva.. bakal tidur di pinggir jalan kau Rev ..😥

"Ya ampun ibu lupa, tunggu sebentar.." aku hanya mengangguk. Bu Asni bangkit dari duduknya dan mengambil sesuatu di dalam laci.

"Begini ini kunci Pustu dan rumah dinas yang ada di wilayah 5, jaraknya Ndak jauh kok dari sini mungkin 300 meter. Tahun lalu saya pernah menawarkan rumah Dinas ini ke dokter Bayu tapi beliau menolak karena ribet membersihkan rumah yg besar, maklum bujangan cari yang praktis. Dia masih jomblo lho.." Bu Asni terkekeh pelan. Haha yang dibicarakan lagi-lagi dokter Bayu. Jadi penasaran sama dokter Bayu deh, kok bisa-bisanya pasang iklan di Puskesmas ya? kalau dia lagi jomblo??

Bu Asni meneruskan penjelasnya. "Untuk perabotan lumayan lengkap dek sudah ada tempat tidur, kursi, meja, kamar mandi siap pakai, tapi tidak dapat tv nya ya dek. Mungkin kamu perlu membersihkan sedikit. kamu bisa tinggal di rumah dinas kan dek? sekalian kamu saya beri tanggung jawab pegang wilayah 5." alamak dapet rejeki tempat tinggal geratis padahal belum juga kerja .

"Iya bu terimakasih, saya akan tinggal di rumah dinas. Sekali lagi terimakasih ya bu.." terimakasih ku sembari menerima kunci dari Bu Asni .

Bu Asni sumringah dengan jawabanku barusan. Setelah mendengar arah-arah letak Pustu wilayah 5 aku segera berpamitan, dan bergegas menuju tempat tinggal ku yang baru.

Aku memasuki halaman Pustu di wilayah 5, bangunanya sederhana dan masih sangat layak ditempati mungkin aku hanya perlu menanam bunga di pekarangan agar tampak indah dan asri. Aku mulai membuka kunci, betapa terkejutnya aku. Kardus obat, dan berkas-berkas di letakkan asal, oh apa ini berantakan sekali? Sepertinya siang ini aku harus kerja rodi.

Tanpa memindahkan barang-barangku terlebih dahulu, aku mulai memasuki rumah dinas ini. Rumah yang terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang tamu, ruang makan, dapur dan kamar mandi, oh ini benar benar lebih dari cukup. Mulai ku tumpuk kardus demi kardus yang berisi file-file Puskesmas. Cukup banyak dan sangat menyita waktu, hingga siang ini terasa sangat melelahkan menurutku.

Ruang tamu belum selesai ku bersihkan, kakiku mulai melenggang ke kamar tidur. "Semoga saja keadaan kamar tidak begitu parah, setidaknya aku bisa tidur unik malam ini.." gumamku. Jreng jreeeng... "Apa lagi ini?? Kasurnya tidak ada?? Tamatlah tidur cantikmu malam ini Rev..." Pekikku lirih. Dan kamar kedua yang kulihat nyata nyata kosong tak ada barang apapun hanya beberapa kursi roda yang sudah termakan usia.

Oh Bu Asni indah sekali rumah ini. Kurasa malam ini lebih cocok tidur di kamar periksa, aku menatap ruangan 3x3 itu dengan tatapan nanar.

Pasalnya seumur hidup aku tak pernah merasakan sakit yang harus memaksaku rawat inap, atau sekedar checkup di ruang periksa.

Dan malam ini aku harus menerima kenyataan kalau harus tidur disana. "Di meja gynekologi yang bisa dirombak menjadi bed pasien? Ayolah Reva itu tidaklah buruk, bahkan saat di akademi kamu pernah tidur di lantai beralaskan tikar demi jaga malam di ruang neonatus (ruang bayi).." batinku menyemangati, lantas senyumku mengembang kembali.

Kulanjutkan aktivitasku mengangkat kardus-kardus coklat nan indah ini, karena aku tak kunjung menemukan sapu dan kawan-kawan. Kini aku mulai kelelahan peluh ku bercucuran membasahi kemeja putih dengan lengan panjang yang ku lipat kearah siku. celana kain berwarna krem yang tadinya bersih dan rapi sekarang sudah seperti kain pel.

Kusandarkan tubuhku pada daun pintu. Tak berselang lama saat aku tengah beristirahat, telingaku menangkap suara yang sepertinya sebuah salam dari halaman.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam" jawabku lalu menuju pintu ruang tamu.

Kulihat seorang ibu-ibu paruh baya. Kami berkenalan ternyata ibu-ibu itu bernama Bu Sumi, tapi beliau minta dipanggil mbok Sum. Mbok Sum terlihat sangat senang karena mendapat tetangga baru. Ketika melihat kondisi rumah dinasku, mungkin mbok Sum merasa kasihan sehingga beliau menawarkan kamar di rumahnya untuk tempat menginap di malam ini.

Keadaan badanku tidak bisa membohongi mbok Sum rupanya, beliau memaksa ku agar mau menginap saja dirumahnya.
Rasanya tidak enak juga kalau menolak niat baik tetangga baru, benar kan? lagian benar juga kata Mbok Sum aku memang capek sekali dan sangat lapar karena belum sempat makan siang.

Akhirnya aku menurut untuk menginap di rumah Mbok Sum malam ini. Rumah Mbok Sum terletak disebelah rumah dinas dan Pustu hanya dibatasi pagar tanaman hias.

Setelah membantu Mbok Sum memasak, dengan lahap aku makan siang ditemani mbok Sum. Saat bertemu pertama kali, terlihat sekali mbok Sum adalah orang yang sangat baik. Ahhh beruntungnya aku hari ini bertemu orang-orang baik, maka dari itu harus sering-sering bersyukur bukan?? Mulai bertemu dg Polisi ramah sampai dengan bertemu Mbok Sum.

Setelah selesai membereskan bekas makananku, kini aku beristirahat di kamar tamu Mbok Sum, kamarnya tampak rapi dan anehnya aku mencium bau maskulin. Ah otakku tak bisa diajak mikir , untuk sekarang lebih baik aku harus istirahat agar besok bisa masuk kerja, dan bisa kerja rodi membersihkan rumah dinasku.

Ku rasa cukup lama aku tertidur, karena ku lihat hari sudah gelap, lampu kamar belum ku nyalakan, bergegas aku bangun dan menyalakan lampu. Pandangan ku menyapu seluruh ruangan, benar saja sekarang aku di rumah Mbok Sum.

Kulihat jam menunjukkan pukul 10 malam, wah aku tidur udah sepeti orang mati aja, lama bener.. Tunggu baju siapa yang bertengger dipunggung kursi, lalu sepatu ini milik siapa??? Ku dekati benda-benda asing tersebut, astaga!! Itu baju polisi!! milik siapa sih, kenapa bisa masuk kamar orang sembarangan? sungguh tidak sopan apalagi tadi aku sedang tertidur pulas.

Padahal baru tadi siang ada Polisi yang baik hati yang ku temui, nah ini siapa lagi sih naruh barang seenaknya!!??
Aku mulai melangkah keluar kamar hendak menuju kamar kecil. Ketika melewati depan tv yang masih menyala, lagi-lagi aku kaget bukan main karena tersandung sesuatu.

Tidak salah lagi itu kaki seseorang, tampaknya dia sedikit terusik dalam tidurnya. Ku matikan TV yang masih menyala. Kupandangi laki-laki yang sedang tertidur pulas diatas karpet itu. Apa dia pemilik baju yang ada di kamar? Apa dia anaknya mbok Sum? Sempat jengkel sih sama si pemilik baju itu, tapi melihat raut wajah yang damai dalam tidurnya ini, hatiku jadi tak tega. Tampaknya dia lelah, Wahh dilihat-lihat tampan juga anak mbok Sum ini hehe... Bodoh Reva lupakan laki-laki tampan!! Jangan lihat-lihat orang tidur, itu namanya mencuri tau !! Kupukul kepalaku.

Kusudahi virus jomblo yang ku alami tadi. Aku pergi ke kamar dan mengambil selimut yang masih terlipat rapi, ku bentangkan selimut itu dan mengenakan nya pada tubuh laki-laki itu dengan hati-hati agar tidak mengganggunya. Ini bukan adegan yang ada disinetron, hanya saja aku tak tega melihatnya tidur diruang tv dengan alas karpet.

Apa mungkin kamar yang ku tempati itu kamarnya ya? Jadi gak enak hati nihh... Ah apa saja lah aku harus kekar mandi dulu kemudian melanjutkan tidurku.

                                                                                     ***

Wahhh pagi ini hari pertama ku kerja... Semangat Reva.. !!! Senyum tak lepas dari wajahku. Setelah sedikit beberes Kuambil handuk dan sedikit bergegas membuka pintu.

Ups saat pintu terbuka tak ku sangka laki-laki yang tampan,hidung mancung dan rahangnya yang kokoh itu tengah berada tepat didepan ku, sambil tangan kanannya terangkat seperti hendak mengetuk pintu. Tapi tunggu pandangan matanya itu lo yang aneh, tidak bisa diartikan. Wuahhh lebih tepatnya tanpa ekspresi.

"Selamat pa..." sapa ku terputus, senyumku juga memudar tatkala dia masuk kamar begitu saja, kemudian mengambil baju dan sepatu.

Sikap apa itu? Sama sekali tidak menganggapku, di melewatiku yang masih terpaku dengan wajah yang datar. Lupakan kelakuan tetangga baru mu Reva hari-harimu masih panjang didesa ini.

Akhirnya pagi ini diawali dengan sarapan bersama mbok Sum dan si Ice king. Siapa sih namanya? Aku memicingkan mataku melihat name tag yang dia gunakan 'fatur' OHH namanya pak Fatur.

" Nak Reva , yang ini namanya nak Fatur . Dia sudah seperti anak mbok sendiri.." laki-laki yang diperkenalkan itu hanya manggut-manggut dengan wajah datarnya.

"Oo iya, mbok tinggal dengan pak Fatur saja?" Yang ku sebut namanya tersedak dan melihatku tajam. Wow ngeri belum kenal juga liatnya gitu amat pak? Biasa aja! Suara setan hatiku.

"Pelan-pelan Fatur.." ujar mbok Sum sambil menuangkan air putih, Kemudian melanjutkan obrolan kami "Semenjak anak perempuan mbok jadi TKI di Malaysia, kamarnya si Mbok sewakan ke pegawai Puskesmas."

"Lha si kuyuk kemana mbok? Kok ndak kelihatan?" Woooow kali ini ice king' angkat bicara.. hrus kah aku bertepuk tangan? Oh lupakan, lanjutkan makan pagimu Reva!

"Nak Fatur panggilnya Ndak boleh gitu. Kemarin sih keluar kota nak.. pagi ini Ndak mampir rumah katanya langsung berangkat ke puskesmas.." kok bisa ya mbok Sum sabar banget sama si Ice king?? Dan baru kusadari ternyata bukan anaknya mbok Sum juga. Sungguh kejadian langka.

Pukul 06.45 aku sudah di halaman puskesmas dan mulai masuk ruang pelayanan, nampaknya masih belum banyak pegawai yang datang. Sekali lagi aku melihat penampilanku di depan kaca yang sengaja di pasang di ruang pelayanan.

Perfect Reva! Senyumku menyungging melihat baju putih berkerah dengan rok putih selutut yang ku kenakan, lebih sempurna ditunjang sepatu pantofel hitam dengan pita sebagai hiasannya dan tas krem menggantung di bahu. Sedangkan rambutku sudah ku sanggul dan ku hias dengan hairnet berpita hitam.

Susana puskesmas mulai ramai, satu persatu pegawai yang datang mulai menyalamiku untuk berkenalan dan tak jarang ada yang memberi wejangan singkat. Rupanya mulai hari ini aku juga harus berusaha menghafal nama pegawai di Puskesmas.

Tak berselang lama apel pagi dimulai, dokter Yanne sebagai pemimpin apel di pagi hari ini. Beliau mengumumkan dan memperkenalkan ku sebagai pegawai ASN baru kepada seluruh pegawai Puskesmas. Aku pun maju dan berdiri di samping dokter Yanne dan memperkenalkan diriku secara resmi, setelah selesai aku kembali ke barisanku yang berada di belakang.

Di sampingku tiba-tiba muncul laki laki mengenakan jas putih dan merapikan barisan agar sejajar dengan yang lain. Dia menoleh ke arahku dan tersenyum, lalu mengulurkan tangan "Hay.. anak baru ya? Kenalin nama saya Bayu.." oooo ini yang namanya dokter Bayu.

Aku kira sudah berumur sampai-sampai dia pasang iklan di semua pegawai Puskesmas kalau dia itu 'jomblo'. Penampilan dokter satu ini good looking lahh, dengan tinggi sekitar 178cm dia termasuk spesies laki-laki tampan, sopan dan periang.

"I..iya, nama saya Reva. Revalina Shanum Tj" aku membalas uluran tangannya, dan ia tersenyum sumringah.

Kami kembali memperhatikan apel yang diberikan dokter Yanne. Apel berjalan sekitar 10 menit sebelum akhirnya dibubarkan. Aku masih berdiri di tempatku, saat melihat Bu Asni berbalik dan mendekat menuju arahku.

"Bagaimana dek Rev, tadi malam tidurnya nyenyak? Nyaman kan tidur di rumah dinas?"

"Emm anu Bu.. itu.." ucapku terbata.

"Loh memang dek Reva tinggal di rumah dinas yang mana Bu As?" Tanya dokter Bayu , loh ngapain dokter satu ini masih disini aja? Sejak kapan masih berdiri disampingku.

"Eh dokter Bayu, kok mau tau aja..hehe.. " Bu Asni terkikik. "itu lho dokter, dek Reva tinggal di Rumah Dinas wilayah 5.." jelas Bu Asni.

"Wah cocok sekali dek Reva tinggal disana.."dokter Bayu tampak girang, Bu Asni hanya terkekeh. Mendadak intonasi suara dokter Bayu naik, "loh rumah dinas wilayah 5?? Lha kamu tidur dimana dek? Memangnya bisa tidur disana?Apa kamu tidur di ruang praktik?" Tanya dokter Bayu padaku, belum sempat ku jawab pertanyaanya.

"Lha memang kenapa dok, kan rumahnya siap huni. Kan tinggal di bersihkan saja?" Bu Asni tampak bingung. Sedangkan dokter Bayu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Itu Bu sebenarnya spons tempat tidur rumah dinas masih di kost saya. Minggu lalu saya pinjam, karena tempat tidur saya basah terkena bocoran air hujan. Saya lupa belum mengembalikan ke rumah dinas. Dan sebelum acara akreditasi Puskesmas kardus-kardus file yang tidak bisa masuk di rak , diungsikan dirumah rumah dinas. Maaf ya dek Reva saya tidak tahu adek Senin ini sudah masuk." Jelas dokter Bayu dengan raut bersalahnya. Bu Asni hanya ternganga mendengar penjelasan dokter Bayu yang panjang lebar.

"Terus kemarin kamu tidur dimana dek Rev? Benar kamu tidur di ruang praktik?" Tanya Bu Asni cemas.

"Ah tidak papa Bu, kemarin saya ditawari tidur di rumah tetangga baru, itu Bu dirumah Mbok Sum yang rumahnya di samping Pustu" jawabku dengan senyuman. Bu Asni mengangguk-angguk lega.

"Wah harusnya kemarin malam saya langsung pulang. Haduh nyesel saya gak pulang..." Dokter Bayu menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku mulai paham, jadi mungkinkah dokter Bayu yang kost di rumah Mbok Sum? Lalu sebuah cubitan mendarat dipinggang dokter Bayu, "awsss... Sakit bunn.."

"Siapa bilang kamu boleh godain anak baru hmmmm... Hayo ke ruangan ibu dulu , dan mana hasil seminar kemarin. Hari ini ibu tunggu hasilnya diruangan!"tegas dokter Yanne pada dokter Bayu.

"Oiya.. Reva dengan BiKor nya ya? Nanti jadwal jaga Rawat inap dan IGD biar dibagi Bu Asni." Jelas dr. Yanne . " Tolong ya Bu As, saya ada urusan sebentar sama dokter genit ini." Pinta dr. Yanne pada Bu Asni yang dihadiahi cebikan oleh dr.Bayu.

Untuk menambah keterampilan, Bu Asni menugaskan ku di ruang KIA (ruang kesehatan ibu anak) dibawah pantauan beliau. Sedangkan untuk turun shift jaga Rawat inap, IGD (Instalasi Gawat Darurat) dan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) , aku berada satu shift dengan mbak Netty dan mas Wayan. Itu lho mbak dan mas perawat baik hati yang bertugas saat pertama kali aku mengunjungi IGD kemarin.

Tak hanya sampai disitu, Bu Asni juga memberitahukan jadwal Minggu ke berapa saja harus dilakukan posyandu balita dan lansia. Karena di Puskesmas ini bidannya hanya 4 orang sementara cakupan wilayahnya luas, untuk 4 bulan pertama aku akan didampingi mbak Indi (salah satu bidang senior dibawah Bu Asni) dan mbak netty untuk melakukan posyandu dan penyuluhan kepada kader posyandu. Sedangkan Bu Asni dan mbak Nuri (salah satu bidang senior dibawah mbak Indi) masing-masing hanya didampingi seorang perawat.

Seharian ini cukup membuatku lebih dekat pada Bu Asni, mbak Indi, dan mbak Nuri, rasanya seperti memiliki keluarga baru. Mereka sangat baik, ya walaupun teguran dari mbak Indi cukup membuatku minder karena kemampuanku masih dibawah beliau beliau ini. Berkat mbak Indi pula, jadwal jaga PONED dan IGD puskesmas ku ditambah 1hari. Jadi total 4 hari. oh good job mbak Indi 'I Love You'.

                                                                                  ***

Tak terasa hari pertama kerja telah kulalui dengan baik. Kini aku tengah sibuk membersihkan rumah dinas menyapu dan mengepel seluruh ruangannya. Apa kalian tahu? Dari tadi dokter Bayu yang telah membantuku. Dokter 27 tahun itu mengangkat ini dan itu, menggeser lemari dan tempat tidur, mengangkat spons tempat tidur yang telah dia pinjam Minggu lalu dan merapikan calon tempat tidurku.

Wah benar-benar ajaib nih orang, di hari pertama kerja dia senantiasa ngekor di belakangku. Diusir oleh Bu Asni pun tak mengurungkan niat nya kembali lagi bermain main di ruang KIA. Dan sekarang yang membuatku lebih melongo adalah,

"Dokter itu apa? Obat nyamuk ya dok?" Tanyaku sambil menunjuk benda ditangan dokter Bayu.

"Ah dek Reva... Kan sudah ku bilang panggil aku Bayu saja, atau mas Bayu!" Ucapnya malas dan melewatiku yang berada di pinggir pintu, "ini lebih dari pengusir serangga, ini bisa mengusir kangen kamu ke aku nanti malam" lanjutnya sambil tersenyum kearah ku.. seketika serrreeerrsss serrreeerrsss ... Dia menyemprotkan wangi-wangian diatas tempat tidur.

Huh... tak salah lagi itu bau parfum dokter Bayu. Aku masih menatapnya tak percaya, apa dia kena sawan ya? Karena sore sore belum mandi?

"Eh dokter genit.. .Gigiku sakit nih!! Tolong periksa sekarang!! Cepetan GAK PAKE LAMA!!!!!"

Walah apa-apaan lagi ini ada yang teriak-teriak gak jelas siapa sih gak sopan banget. Rumah dinasku yang mulai tampak indah dinodai suara menyebalkan barusan.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya 29. Tanpa Sesal
9
4
Penulis : Jasmine Cindhy“Apa maksudmu Aulia?” tanya Taufan pelan.“Iya, mas. Aku terpaksa menjual rahimku sendiri demi uang, pada kedua majikanku itu! Saat ini aku mengandung anak mereka. Sebagai wanita, bahkan aku tidak bisa menjaga mahkota ini untuk laki-laki yang mencintaiku. Lalu bagaimana aku bisa menghadapimu sekarang, mas? aku sudah tidak punya muka. Aku hancur, mas.” ucap Aulia putus asa pada dirinya, tangis itu tidak tertahan lagi. 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan