Hari Tua Bang Jamin

1
0
Deskripsi

Manusia butuh rasa aman. Mencari aman adalah naluri alami makhluk hidup. Kebutuhan ini juga sering dipergunakan untuk menjerat dan memanipulasi. Apakah kita bisa beroleh rasa aman yang sesungguhnya?

Ini bukan cerpen tentang tokoh bernama Jamin. Tetapi artikel yang bermaksud menggugah kesadaran kita akan kebutuhan pada rasa aman.

Artikel ini gratis tapi boleh loh traktir penulisnya. Terima kasih banyak.

>>>baca karya-karya kami di karyakarsa/jalahati. Dukung dan silakan share link ini jika bermanfaat. Matur nuwun<<<

Terinspirasi dari kisah nyata.
Suatu hari tetangga saya, Bang Jamin, mengeluh. Seingat saya, Bang Jamin jarang banget mengeluh. Orangnya ramah dan positif thinking-lah kalau motivator bilang. Jadi kalau sampai berkeluh kesah, bisa jadi besar kegundahannya. Dan benar saja. Bang Jamin kena dampak pandemi secara ekonomi. Perusahaan tempat ia bekerja akan memberhentikan sejumlah besar karyawannya. Dia sadar bahwa soal ini hanya tinggal menunggu waktu saja. Oleh karenanya untuk mengantisipasi kebutuhan hidup keluarga setelah ia diberhentikan, ia berencana membuka warung nasi uduk dari pesangon (kalau dapat) dan pencairan dana Jaminan Hari Tua (JHT). Sayang, harapannya terancam pupus akibat adanya aturan baru tentang JHT. Keamanan ekonomi keluarganya semakin terancam akibat "tali pengaman" untuk bergantung saat ini pun akan diputus.

Setiap makhluk hidup pasti butuh dan ingin selalu merasa aman. Itu naluri dasar. Apalagi manusia dengan akal budinya. Manusia berusaha keras untuk menjamin keamanannya. Misalnya manusia dulu berpindah-pindah tempat tinggal, menjaga stok makanan, agar aman dalam pemenuhan kebutuhan pangannya. Manusia mencari atau membuat tempat tinggal yang lebih permanen untuk membangun peradaban yang pasti tidak bisa dilakukan jika ia dalam keadaan bahaya. Agar aman dari musuh, dibuatlah benteng-benteng. Menara-menara pengawas, senjata-senjata, dan lain sebagainya. Dengan kemajuan akal budinya, manusia kemudian membangun ekonomi hingga kemudian terciptalah uang. Uang menjadi salah satu "benteng" atau "tempat persembunyian" yang aman bagi manusia. Mereka yang bergelimang uang akan merasa aman. Kalau mereka was-was ada yang mencuri uangnya, mereka toh bisa beli rasa aman itu. Kalau sampai ga punya uang, yah...hati gundah gulana, pikiran ga tenang, atau gelisah sampai gampang masuk angin. He he he. Masih untung jika tidak punya utang dan dikejar debt collector bertampang seram. Intinya, manusia ingin terjamin keamanannya. Keamanan dari segi apapun dan itu wajar. Bisa diterima.

Untuk menjamin keamanan (dan kenyamanan), seseorang mungkin tidak terlalu repot asalkan dia punya uang cukup untuk menjamin dirinya sendiri. Tetapi untuk menjamin keamanan orang banyak atau suatu masyarakat dibutuhkan hal yang lebih besar bahkan rumit bernama sistem. Sistem keamanan inilah yang kemudian dijual untuk kita beli. Sama seperti barang, makin bagus sistem keamanan yang mau didapat, makin mahal juga harganya. Tapi yaaa...soal mahal murahnya harga itu relatiflah. Apalagi jika itu menyangkut keamanan dan kenyamanan. Lagipula kalau anda punya banyak uang, banyak hal jadi murah kan? Ya apa ya..?

Ketika rasa aman terusik, secara naluriah, orang akan merasa takut atau bingung tetapi umumnya akan bersikap waspada. Jangankan orang, binatang pun demikian.


Jadi jika ada orang yang menunjukkan mimik atau bersikap marah atau menjaga jarak dengan anda, bisa jadi anda "mengancam" keamanan atau kenyamanan orang itu. Kalau anda malah lalu membalas dengan sikap yang sama seperti balik marah, ya bisa panjang urusannya. Kayak kucing berantem. 


Di lain pihak, mereka yang menjaga keamanan anda juga butuh rasa aman. Jadi, bisakah kita saling menjaga rasa aman demi keamanan dan kenyamanan bersama?

 

Terhibur? Mendapat pencerahan? Tiba-tiba kejatuhan rejeki? Alhamdulilah…

Terima kasih buat dukungannya. Jangan lupa komentar, hati, dan bantu share. Arigatou! 

Sebuah filosofi Rui-katsu : mencari air mata

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Jalan Pintas Menuju Jauh
1
0
Keinginan cepat kaya dan sukses secara instan lalu untuk mewujudkannya melakukan hal-hal di luar nalar, bukan baru kali ini saja terjadi. Nafsu buta inilah yang dimanfaatkan oleh penipu. Penipu hanya menebar jerat iming-iming bisa membuat anda kaya dan/atau sukses dengan cepat, mudah, dengan syarat terjangkau. Ada yang bahkan menjamin surga! Malaikat aja ga bisa jaminin! Edan! Toh sulit dijangkau pun, kalau mata sudah dibutakan nafsu, ya dipenuhi juga syaratnya. Jerat iming-iming ini bentuknya beragam. Bisa lewat lotere, judi, scam via internet atau sms yang isinya semacam minta kiriman pulsa, dll. Ada yang menggunakan pendekatan teknologi atau mistis. Apa pun itu, dirancang supaya psikis anda kena lah. Lagi, ini sudah sering terjadi dan korban tidak sedikit. Tapi kok ada yang tertipu berulangkali bahkan di jerat yang sama ya? Mengapa?Artikel permenungan ini gratis, tapi boleh banget pembaca yang budiman menraktir penulisnya. Terima kasih.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan