Kala itu hujan badai, mati listrik di seluruh penjuru desa. Aku, ibu dan adikku berkumpul di ruang tengah ditemani lentera tua sembari bercerita. Siapa sangka apa yang kami ceritakan menguak misteri dari banyaknya pertanyaan yang berseliweran.
Sore ini hujan badai membuat pohon besar di tepi jalan dekat rumah tumbang, pohon itu tumbang mengenai tiang listrik sehingga membuat aliran listrik di desaku terputus. Aku yang tadinya tengah melanjutkan membaca novel pun kini beranjak bergabung dengan ibu dan adikku di ruang tengah. Kami bertiga menyalakan sebuah lentera tua milik nenek sembari bertukar cerita dan menyantap camilan yang ibu sediakan.
"Bu, ayah sama nenek kemana. kok rumah sepi?", Tanya adikku yang lugu
"Ayah lagi nganter nenek ke rumah tante, mau nginep di sana katanya"
"Oo gitu. Ibu ingat waktu Pak Marno ke sini?", Tanya adikku lagi
"Iya, kenapa nak?"
"Jadi waktu itu kan aku sedang bermain di kamar nenek sebelum Pak Marno datang, aku bahkan ngga keluar sampai Pak Marno pulang. Aku dengar nenek dan Pak Marno menyebut kembang setaman, itu apa si bu?"
"Ibu ngga tau, kamu dengar apa saja waktu itu?"
"Agak banyak bu. Kata nenek, Pak Marno dan menantunya harus membawa beberapa hal untuk malam Jum'at kliwon"
"Kamu nih ngarang ya", Ucapku ketus
"Engga ka, beneran loh. Bahkan aku denger kalo tujuan mereka itu buat apa ya, katanya supaya istrinya mantunya Pak Marno itu ngga minta pisah"
"Bocah puber jangan nguping begituan!", Ketus ku lagi
"Engga sengaja, eh ka kalo istrinya mantunya Pak Marno itu berarti anaknya Pak Marno dong ya?"
"Iya"
"Udah ya, ceritanya jangan diterusin", ibu berkata pelan
"Tapi bu, aku juga lihat nenek bakar sesuatu di halaman timur rumah", ucapku
"Biarkan saja nak. Sudah ya, ibu mau ke belakang dulu. Apa yang kalian lihat dan kalian dengar sebaiknya dilupakan, jangan terlalu dipikirkan"
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
