
Kami sekeluarga sering jalan keliling komplek untuk memberi makan kucing liar. Satu saat, kami menemukan sekeluarga kucing sedang nongkrong di sebelah rumah. Satu induk, dua anak.
Salah seekor anak kucing menunjukkan gejala-gejala ingin buang air besar. Gelisah, celingak-celinguk, dan bawa ponsel buat main game. (Bercanda, lah. Kucing nggak bisa pegang ponsel. Paling laptop.)
Pas, tetangga sebelah sedang merenovasi rumah. Ada gundukan pasir baru kira-kira 2 x 0,5 meter. Bagi kucing, harusnya ini semacam toilet ukuran rest area tol Cikampek. (Pantas kucing yang hidup dekat padang pasir kelakuannya kayak sultan. Mereka mengira seluruh dunia adalah toilet.)
Si anak kucing memandang gundukan pasir itu. Cukup lama. Mungkin sedang mengingat instruksi dari panduan Pooping For Dummies (When You're a Cat). Lalu, seakan-akan baru dapat inspirasi, dia pup di sebelah gundukan pasir.
Ya. Entah mengapa, dengan gundukan pasir seluas itu, dia malah buang air di aspal. Seperti melihat puluhan toilet kosong berjajar, tapi malah boker di wastafel.
Kucing pada umumnya, setelah buang hajat, akan mengendus kotoran sendiri. Jika masih berbau, sang kucing akan menguburnya dengan tanah. Lalu mengendusnya lagi. Terus diulang, sampai tidak berbau. Atau bosan.
Golongan kucing yang lebih cerdas, akan menguburnya dulu. Baru mengendus. Nah, anak kucing ini rupanya golongan ketiga. Dia mengendus-endus kotorannya, sambil pup. Jadi belepotan ke mana-mana.
Konon, kucing adalah hewan yang cerdas secara sosial. Mereka satu-satunya spesies yang menjinakkan diri sendiri, agar bisa hidup bersama manusia. Jadi, mereka hanya pura-pura bodoh agar dianggap tidak berbahaya. Seakan ingin membuktikan hipotesis tersebut, sang anak kucing kemudian berusaha mengubur kotorannya, dengan cara... menggaruk-garuk aspal. Sebagai tindakan pura-pura bodoh, kucing ini sangat meyakinkan.
Frustrasi karena gagal mengorek aspal, si cilik ini menoleh kembali pada gundukan pasir. Kalau ini komik, pasti sudah ada bola lampu menyala di atas kepalanya. Sang anak kucing pun mengeong mantap, bergerak, dan... menginjak kotorannya sendiri.
Di titik ini, dia terlihat panik. Kayaknya bingung. Masih bau di mana-mana. Tapi dia nggak bisa ngorek aspal. Dan sebodoh- bodohnya kucing ini, dia sadar bahwa dia nggak mungkin mengubur dirinya sendiri.
Alhasil, dia pun mengeong-ngeong panik dan kabur pada induknya. Sang induk, yang rupanya peraih penghargaan Induk Teladan Bulan Ini, langsung kabur--diikuti si mungil.
Saudara si mungil, yang merupakan kucing sejati, nggak ikut kabur. Dia malah mendekati kotoran segar tadi, mengendus-endus... lantas menginjaknya. Baru panik dan lari.
Inilah sebabnya, kalau ada anak kucing liar yang mampir, saya biarkan mitra hidup saya yang memangkunya duluan. Kalau dia ngomong, "Ini bau apa, ya?" baru saya akan melakukan penanganan yang sesuai.
Saya akan garuk-garuk aspal.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ