SANTET BUSUNG

0
0
Terkunci
Deskripsi

- SANTET BUSUNG -

"Ketika rasa iri dan dengki membuat hati menjadi gelap"

Kali ini saya ingin bercerita tentang sebuah santet yang sangat banyak dimiliki dan sering digunakan untuk menyakiti sesamanya. Santet ini sangat umum dan banyak sekali didaerah saya, namun di cerita hanya akan saya ceritakan sedikit saja tentang orang-orang yang terkena santet ini. 

Sebelumnya sedikitpun tidak ada maksud apa-apa dari saya menceritakan kisah ini, hanya sebagai pengingat saja, agar kita lebih berhati-hati dan...

Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
150
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Sebelumnya Cerita Mistis
0
0
Pada kali ini saya akan membagikan kisah mistis pendek yang berdasarkan kisah nyata yang pernah terjadi di desa tempat saya tinggal. Mohon di maklum jika ceritamya tidak sehorror yang dibayangkan, namun kejadian yang terjadi memang diluar nalar. Seperti yang pernah saya ceritakan pada thread saya sebelumnya, jika menjelang waktu dzuhur biasanya para petani akan segera meninggalkan pekerjaannya di ladang. Karena mereka meyakini, waktu menjelang dzuhur adalah waktu yang pamali untuk beraktifitas, dan sama seperti waktu sorop. Kisah pertama yang akan saya ceritakan dialami oleh almarhum tetangga saya, dan akhirnya menjadikan itu sebagai sebuah pelajaran untuk anak-anaknya agar tidak mengalami hal serupa. Tetangga saya itu kita sebut saja Pak Rohim, rohim ini masih saudara dengan saya, beliau adalah keponakan dari kakek saya. Saat itu waktu sudah menunjukan hampir jam setengah 12 siang, kebetulan saat itu adalah hari jumat, yang mana hari jumat siang hari memiliki aura mistis yang lebih mencekam dari pada tengah hari di hari biasa. Pengalaman saya sendiri, saat jumat siang dan waktu itu saya malas sholat jumat dan memilih untuk mancing di sungai, suasanya sangat berbeda, benar-benar sepi dan sangat mencekam, padahal itu siang hari, terang benderang. Seolah banyak mata yang sedang memandangi saya dari berbagai sudut, bulu kuduk saya berdiri sangat hebat, yang membuat saya akhirnya memilih untuk pulang ke rumah, sejak saat itu saya enggan meninggalkan shalat jumat. Entah kenapa saat itu pak rohim sepertinya lupa bahwa hari itu hari jumat, nampaknya sedang ada yang beliau pikirkan hingga membuatnya terlihat seperti sedang melamun. Bahkan sayup sayup suara adzan pun, tak didengarnya, hingga akhirnya beliau tersadarkan oleh suara auman dari kerbau peliharaannya. Pak Rohim ini jika pergi ke ladang atau sawah pasti selalu membawa serta kerbau peliharaannya karena hal itu mengurangi bebannya untuk mencari pakan. Pak Rohim pun tersadar, dan melihat sekeliling, di ladang dan sawah sudah tidak ada seorangpun selain dirinya, namun sepertinya masih ada sesuatu yang dipikirkan olehnya, sehingga beliau tidak tergesa-gesa untuk pulang dan melaksanakan salat jumat. Padahal beliau adalah orang yang rajin salat setiap waktu ke mesjid, apalagi salat jumat yang notabenenya dilaksanakan hanya seminggu sekali. Pak rohim pun beranjak pulang sambil menuntun kerbau peliharaannya, melewati pematang demi pematang sawah. Hingga saat akan menyebrangi sebuah parit kecil, beliau tersentak karena kerbaunya tiba-tiba seperti ketakutan akan sesuatu, dengan sekuat tenaga pak rohim berusaha menenangkan kerbau miliknya. Tak berlangsung lama kerbau nya tiba-tiba menjadi diam, dan saat itulah pak rohim terkejut, dari hadapannya muncul kereta api tua dengan asap yang mengepul mendekat ke arahnya. Kereta itu seperti kereta zaman dahulu, dengan asap yang sangat banyak membuat sekeliling nya tidak terlihat. Tak berselang lama, kereta itu berhenti tepat di hadapannya, namun pak rohim seperti terpaku, hanya bisa melihat dan tak bisa bergerak. Turunlah seorang lelaki dari kereta tersebut dan menghampiri pak rohim dan mulai berbicara. Maneh rohim nya? (Kamu rohim ya). Kata lelaki yang turun dari kereta itu. Pak rohim tidak dapat menjawab, mulutnya seperti terkunci, beliau hanya bisa mengangguk menjawab pertanyaan dari lelaki tersebut. Lelaki itu mungkin seusia dengan pak rohim, dengan kumis dan dan rambut yang tertutup oleh semacam penutup kepala berbentuk seperti blangkon. Maneh rek ilu moal jeung urang, hayu naek urang lempang ka jauh (Kamu mau ga ikut dengan saya, ayo naik kita pergi ke tempat yang jauh). Sahut lelaki itu. Rohim sadar, bahwa yang berdiri di depannya bukan manusia biasa, dan sejak kapan ada kereta melewati sawah dikampungnya, karena semenjak dahulu tidak ada bekas jalan kereta di kampungnya. Rohim pun teringat hari itu adalah hari jumat, dan rohim pun tiba-tiba teringat dengan keluarganya di rumah. Moal kang, urang rek salat jumat (Enggak kang, saya mau salat jumat). Jawab rohim dengan terbata-bata. Tiba-tiba ekspresi lelaki itu melotot, dia berdiri memelototi rohim agak lama, dan kemudian naik kembali ke kereta. Kereta yang ketika datang berjalan lambat, tiba-tiba melaju sangat kencang, sebelum akhirnya hilang lenyap dari pandangan rohim. Rohim yang badannya sudah di penuhi keringat dingin, segera bergegas untuk pulang ke rumah. Setelah kejadian itu rohim sempat sakit selama beberapa hari, namun beliau sangat bersyukur tidak ikut naik. Jika saat itu beliau menuruti ajakan lelaki yang bukan manusia iti, entah ada dimana pak rohim sekarang, sejak saat itu pula pak rohim pun melarang anak-anaknya berada di ladang saat waktu tengah hari, apa lagi di hari jumat.Kisah berikutnya dialami oleh tetangga saya yang rumahnya sedikit jauh namun masih satu kampung dengan saya. Panggil saja pak subur, pak subur ini sama dengan kebanyakan warga di kampung saya, ia adalah seorang petani dan memiliki beberapa ekor kerbau seperti pak rohim. Pak subur ini jika sudah selesai bertani di pagi hari, setelah Dzuhur ia melanjutkan kegiatannya dengan mencari rumput untuk pakan kerbaunya. Saat itu entah kenapa ia ingin mancing, akhirnya sambil membawa sundung (alat pengangkut rumput) ia juga membawa serta pancing, pikirnya setelah selesai mencari rumput, ia ingin langsung mancing di sungai. elah selesai mencari rumput untuk pakan kerbaunya, pak subur kemudian lanjut mencari cacing untuk umpan memancingnya. Kemudian dia melanjutkan pergi ke sungai yang letaknya ada di perbatasan desa, setelah memilih spot yang dirasa bagus, pak subur langsung memasang jorannya. Namun, setelah berjam-jam lamanya, tak ada satupun ikan yang memakan umpannya. Akhirnya dia memutuskan untuk pindah spot memancing, berharap di spot lain mungkin dia bisa mendapatkan barang 1 atau 2 ekor ikan. Namun, kenyataannya tak jauh berbeda, setelah berpindah tempat pun tak ada ikan yang menyentuh kail yang dia beri umpan sedangkan hari sudah menjelang magrib, pak subur yang berjam-jam tak dapat ikan merasa kesal dan jengkel. Sambil menarik jorannya, pak subur mengumpat dan sumpah serapah, berkata semaunya. H*r*m j*d*ah, lauk setan, lauk anj*ng malodar meren sia eweh nu ngakan (ikan setan, ikan anj*ng pada mati kali ga ada yang makan). Umpat pak subur. Naas, disinilah pentingnya kita sebagai manusia harus menjaga lisan dan tutur kata, karena seperti kata peribahasa, mulutmu harimaumu, apa yang kita ucapkan baik atau buruk akan mendapatkan akibat nya masing-masing. Setelah umpatan itu diucapkan, entah dari mana datangnya, ribuan ikan lele tiba-tiba muncul ke permukaan, membentuk seperti ombak, dan berusaha menerjang pak subur. Kaget melihat hal itu, pak subur berusaha lari, namun dalam pandangannya ia tak sempat lari karena ribuan ikan lele itu sudah menerjang badannya hingga akhirnya pak suburpun kehilangan kesadaran. Pak subur ditemukan sedang seperti orang kejang-kejang dengan mulut sedikit berbusa, dia ditemukan oleh pemancing lain yang hendak beranjak pulang. Seingat saya pak subur sampai beberapa hari tak sadarkan diri, dan selalu berteriak-teriak bahwa dia akan dibawa ke alam lain. Keluarganya pun panik dan sangat ketakutan, orang-orang pintar pun di datangkan, mereka berusaha menolong untuk menyembuhkan pak subur. Hingga dari cerita yang saya dengar ada satu orang pintar yang bernegosiasi dengan jin yang ada di tubuhnya. Jin itu mengatakan bahwa dia tetap akan membawa pak subur karena perkataanya yang di anggap menghina bangsanya. Namun akhirnya entah seperti apa, akhirnya jin itu berhasil di usir, dan pak subur pun tidak kesurupan atau berteriak-teriak kembali, namun selama hampir sebulan pak subur selalu diam, tatapan matanya kosong. Namun beliau berhasil sembuh bahkan masih sehat hingga hari ini.Kisah selanjutnya, dialami oleh seorang pemuda dari kampungku, kejadiannya sama terjadi ketika dia sedang memancing, di sungai yang sama dengan pak subur, hanya kejadiannya berbeda spot lokasi mancing. Mari kita sebut pemuda itu dengan nama asep, asep ini pemuda yang malas, dan seorang pengangguran, dia enggan bekerja dan jika sedang suntuk dia pergi untuk memancing. Saat itu, seperti pemuda pengangguran pada umumnya, asep bangun siang hari sekitar pukul 10 pagi, hari itu hari jumat. Asep bangun, kemudian minum kopi sambil menikmati sebatang rokok, sambil berpikir apa yang akan dia lakukan hari ini.   Terbesit dalam benaknya dia ingin mancing, dan tak lama segera ia siapkan peralatan mancingnya. Ibunya sudah mengingatkannya bahwa hari itu sudah siang, dan menyuruh asep bersiap-siap untuk salat jumat. Namun, asep tidak perduli, jam 11 siang dia berangkat pergi ke sungai, sambil diperjalanan mencari udang untuk umpan pancing. Tak butuh waktu lama asep akhirnya sampai di sungai, dan memilih salah satu spot favoritnya. Langsung saja asep memasang jorannya, dan kemudian duduk sambil menunggu ikan menyambar umpannya, asep menyalakan sebatang rokok.Setelah beberapa saat, terdengar sayup-sayup suara adzan, yang menandakan waktu telah menunjukan saat itu memasuki tengah hari dan memasuki waktu salat jumat. Setelah suara adzan selesai berkumandang, tiba-tiba suasana menjadi sangat sunyi, sepi sekali ujar asep saat bercerita kepada saya. Ditengah suasana itu dia tiba-tiba teringat kata-kata orang-orang tua dikampungku, jangan berada di hutan, kebun atau sawah ketika waktu tengah hari, apa lagi saat hari jumat. Namun bukannya tersadar, asep malah sesumbar, dengan sengaja ia sedikit berteriak, bahwa dia tidak takut sama setan siang-siang diringi tawa lalu kemudian menghisap rokok yang ada ditangannya. Tiba-tiba air sungai bergetar hebat, seperti air dalam bak yang di goyang-goyangkan. Asep pun terkejut melihat kejadian itu, dia pun beranjak dari duduknya dan berdiri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Tak lama berselang, seluruh air yang ada di sungai mulai menggulung naik ke atas, sampai tinggi sekali. Asep pun ciut nyalinya melihat hal itu, dia akhirnya lari sekencang-kencangnya karena takut terjadi sesuatu terhadap dirinya, sementara air sungai dibelakangnya masih tetap menggunung semakin tinggi. Semenjak kejadian itu, butuh waktu sampai 10 tahun lebih sampai asep berani kembali ke sungai itu untuk memancing, itupun harus ada temannya, jika sendiri, asep tak sanggup. Kisah berikutnya di alami oleh 3 orang teman saya, kali ini kejadiannya terjadi di malam hari, dan bukan di sekitar sungai melain kan di ladang perkebunan yang letaknya cukup jauh dari kampungku. Seperti anak-anak muda pada umumnya, setiap malam pasti kerjaannya kumpul-kumpul dan bergadang. Saat itu waktu menunjukan sudah lewat tengah malam, ketiganya sedang asyik mengobrol di pos ronda sambil ditemani satu gelas kopi yang diminum bergantian. Malam itu memang cuacanya dingin, sehingga ketika bergadang malam hari dengan suasana dingin, tentu saja membuat perut menjadi lapar. Akhirnya munculah ide untuk mencari singkong dan kemudian rencananya akan dibakar sebagai penghilang rasa lapar mereka. Ketiganya masing-masing kita sebut saja Andi, Budi dan Cepi. Andi menyarankan agar mereka mencuri singkong di kebun milik salah satu tetangganya saja, karena jaraknya tidak terlalu jauh dari pos ronda. Namun cepi menolaknya, dengan alasan singkong di kebun tetangganya itu tidak enak, keras dan besar-besar, karena singkong memang lebih enak saat berukuran sebesar tangan anak-anak. Cepi mengajak mereka bertiga mencuri singkong di area perkebunan B*****, karena singkong yang di tanam disana tidak pernah gagal soal rasa. Awalnya andi keberatan, karena jaraknya terlalu jauh, selain gelap perkebunan itu harus di tempuh melalui hutan dan letaknya dekat dengan areal pemakaman. Namun karena 2 kawannya memaksa, akhirnya andi pun tidak punya pilihan lain selain ikut serta. Berangkatlah mereka bertiga menuju kebun singkong yang akan mereka curi. Mereka berjalan menembus gelapnya malam, melewati tanjakan dan turunan, lapangan sepak bola dan hingga akhirnya tiba di areal kebun singkong. Setelah tiba, mereka mencari-cari kayu yang bisa mereka gunakan untuk mengorek-ngorek tanah agar ketika mencabut pohonnya tidak terlalu berat. Setelah selesai mengorek-ngorek tanah, mereka bersiap-siap hendak mencabut pohon singkong yang telah mereka pilih, hanya satu pohon rencananya yang akan mereka ambil singkongnya. Saat masing-masing dari tangan mereka memegang batang pohon singkongnya, tiba-tiba sekali angin kencang menerjang mereka, anginnya sangat kencang seperti badai, semua pohon singkong di areal kebun itu bergerak hebat diterjang angin yang sangat kencang. Mereka pun heran, seumur hidup mereka bertiga, baru pertama kali mereka merasakan angin sekencang itu. Mereka berdiri sejenak, sambil saling berpandangan, merasa akan ada sesuatu yang janggal terjadi. Tak lama angin pun berhenti, suasana pun menjadi hening, mereka tetap saling berpandangan satu sama lain sampai akhirnya mereka dikejutkan oleh sebuah suara. Suara itu adalah suara kerbau, yang sedang mengoekk, suaranya keras sekali, seperti memakai speaker raksasa, yang membuat mereka menutup telingan mereka saking kerasnya suara itu. KEBO GERAAAAAAAANG !!!!! Mereka berteriak bersamaan sambil berlari terbirit-birit tak tentu arah, andy berlari ke selatan, Budi ke arah sebaliknya, dan cepi ke arah timur. Mereka sudah tak menghiraukan lagi ke arah mana kawan mereka berlari, semuanya sibuk berusaha menyelamatkan diri. Cepi yang lari ke arah timur, yang mana arah tersebut menuju ke area pemakaman, sudah tak peduli lagi, menginjaki makam-makam yang ia lewati, tanaman duri sampai semak-semak di terjangnya. Sampai akhirnya cepi tiba lebih dulu di pos ronda, karena arahnya berlari memang tepat, meskipun jalur yang di lewati adalah pemakaman umum, segera ia merebahkan diri, bajunya basah oleh keringat yang mengucur deras. Tak lama, Andi muncul, sambil terengah-engah, dia menanyakan dimana budi, karena hanya tinggal dia yang belum tiba. Mereka pun panik, karena khawatir terjadi apa-apa pada kawannya, mereka pun bingung harus mencari ke arah mana, karena tak ada satupun yang masing-masing melihat ke arah mana temannya berlari. Ditengah kepanikan itu, dari kejauhan terlihat seseorang berlari, dan ternyata itu adalah budi. Akhirnya mereka bertiga merebahkan badannya, karena saking lelah dan ketakutannya mereka, masih terngiang jelas suara menggema yang mereka dengar. Entah bagaimana jadinya jika mereka bertemu langsung dengan makhluk itu, mungkin mereka bisa pingsan di tempat. Makhluk itu, adalah makhluk yang menjadi urban story di desa saya, warga desa saya menyebutnya dengan nama Kebo Gerang, wujudnya seperti kerbau, namun badannya di selimuti oleh api. Menurut legenda masyarakat kerbau itu selalu melintas bolak balik pada waktu tertentu, dan memiliki jalurnya sendiri. Kebetulan, kebun singkong yang mereka hendak ambil, merupakan jalur lintas kerbau itu. Mitosnya, jika tertabrak atau terseruduk kerbau itu, maka akan terlempae dan terbawa ke alam lain.  -Selesai-
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan