PADANG KUYANG ( TAMAT )

1
0
Terkunci
Deskripsi


 

P A D A N G   K U Y A N G
 

Akan selalu ada manusia yang butuh topeng demi menutupi wajah aslinya.

Akan ada masa dia akan membuka topeng itu, memperlihatkan senyum culas padamu.

Ini tentang kisah tak biasa cinta segitiga.

 

****


 

Pegunungan Meratus, 1990.

Sebuah gerobak sapi merayap pelan menapaki jalan setapak hutan yang sepi. Gemirincing lonceng yang menggantung pada leher sapi, seirama dengan derit putaran roda-roda gerobak.

Matahari bersinar garang. Panasnya menimpa pucuk-pucuk dahan pohon yang tinggi...

46,701 kata

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
50
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya BARLIAN ( Season 2 Padang Kuyang--TAMAT))
8
2
PROLOG Tanah Borneo, 199x.  Berhari-hari sudah cuaca buruk melanda. Hujan badai disertai petir dan angin kencang memaksa orang-orang harus berdiam diri di dalam rumah. Tumpahan air langit seolah tak ada habisnya mengguyur bumi.Sepasang bola mata bening tengah termangu. Menatap murung ke luar jendela kamar yang terbuka. Pada batang-batang pohon yang tampak merunduk ketakutan oleh hantaman air langit.Entah apa yang membuat langit begitu marah kepada bumi. Petir menggeram bertubi. Kilat seolah tengah menunjuki wajah bumi yang bersalah.Mata lentik itu kemudian memejam. Membiarkan tempias dinginnya hujan mengenai wajah nan ranum. Tiupan angin memainkan anak-anak rambut yang tergerai halus. Angannya sedang terbang ke masa lalu.Dulu, dia adalah insan pecinta hujan. Begitu terpukau setiap menyaksikan tetesan bening itu berjatuhan dari langit. Seakan menyaksikan sebuah keajaiban di depan matanya.Waktu sudah membuat semuanya kini berbeda. Tidak, dia tidak membenci hujan, tetapi rinai air langit itu mengingatkan pada satu moment pedih. Satu moment yang berhasil memporakporandakan segalanya. Ingin menghapus dari ingatan. Namun, terekam sangat kuat dalam memori.Dogh! Dogh! Dogh!Pintu depan terdengar digedor dari luar.Assalamu' alaikum. Buuuk ... Buk Bidan, buka pintunya, Buuuk! Suara seorang laki-laki.Dogh! Dogh! Dogh!Buk ... Buk Bidan .... Suara orang itu terdengar panik.Gadis yang tengah melamun di depan jendela sontak terkesiap. Mengerjap beberapa kali. Deras air hujan membuatnya sulit menangkap suara di luar.Dogh! Dogh! Dogh!Satu tangan gegas meraih jilbab instant dari atas nakas. Mengenakannya tergesa, sembari berlari kecil menuju pintu.Wuuussshhh ....Tiupan angin kencang berbarengan dengan pintu yang dibuka lebar. Di depan pintu berdiri seorang laki-laki paruh baya dengan seluruh tubuh basah kuyup.Ada apa, Pak?! tanyanya setengah berteriak, karena harus beradu nyaring dengan bunyi hujan.Kami menemukan korban longsor di jalan masuk desa, Buk Bidan. Sepertinya bukan orang kampung sini. Sama Pambakal disuruh langsung antar ke Pustu. Bapak didepannya pun bicara tak kalah nyaring.Di belakang bapak itu, tampak dua laki-laki lagi yang sedang menggotong tubuh seseorang yang tampak kotor oleh lumpur.Laki-laki? tanyanya sedikit berjingkit mengamati sosok yang sedang dibopong.Iya, Buk Bidan. Dia laki-laki.Ohh, sebentar saya bukakan pintu samping.Dia berlari cepat, masuk lagi ke dalam bangunan Pustu. Tak lama kemudian pintu khusus untuk perawatan pasien terbuka. Tampak sebuah ruangan yang cukup lega. Beberapa buah bed pasien tersedia di ruangan itu.Letakkan saja di ranjang paling pojok! titahnya pada ketiga orang bapak.Korban longsor yang baru ditemukan oleh warga diletakkan di salah satu bed. Tubuh itu tampak menggigil hebat, mulutnya merintih tak jelas. Tanda-tanda dia mengalami hypotermy.Bantu saya mengganti pakaiannya dengan yang kering! pinta gadis yang dipanggil Ibu Bidan, pada ketiga bapak.Untung saja ada pakaian ukuran besar yang bisa dipinjam, batinnya.Satu stell kaos dengan celana panjang dia sodorkan. Dibiarkannya ketiga bapak itu mengganti pakaian si pasien. Sebuah waskom berisi air bersih lalu dibawanya mendekat. Wajah orang itu tertutupi lumpur, sampai tak terlihat. Kondisinya sangat memprihatinkan.Permisi, Pak. Wajah bapak akan saya bersihkan, ucapnya sebelum mengusapkan washlap basah ke wajah itu.Perlahan-lahan washlap di tangannya meluruhkan lapisan lumpur yang menutupi wajah. Sambil dalam benak bertanya-tanya.Apa gerangan yang membawa seseorang begitu nekatnya menembus cuaca yang sedang buruk?Sebegitu pentingkah urusannya?Si pasien tak mampu mengeluarkan kata sepatah pun. Mulutnya hanya bisa merintih. Terdengar gemerutuk gigi yang menahan dingin.Kini sedikit-demi sedikit raut wajah itu tersibak. Bola mata bening yang sedang menatapnya sontak melebar, dengan debaran di dada yang terasa berdegub semakin kencang.Kau ....Tanpa sadar tangan meremas kuat kain dalam genggaman.   Yang baru baca PADANG KUYANG, silakan baca season satu dulu, kuy!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan