
Selamat membaca π
Kirra membuka tempat penyimpanan uang di kamar Demetra, dan melongo kala tidak melihat apa pun di dalamnya. "Hah? Apa-apaan ini?!"
"Bagaimana bisa seorang permaisuri tidak memiliki uang sepeser pun?"
Ketika sibuk memikirkan ke mana perginya uang Demetra, Kirra tiba-tiba teringat bahwa kaisar telah memindahkan tugas mengelola keuangan istana permaisuri kepada Selir Lyseine begitu wanita itu tiba di di istana.
"Benar, saat ini yang mengatur keuangan istana permaisuri adalah selir sialan itu," gumam Kirra.
"Enak sekali dia datang-datang langsung menguasai istana permaisuri."
"Aku tidak akan membiarkan dia terus berada di atas awan. Aku akan merebut kembali hak Demetra dan menendang dia keluar dari istana permaisuri."
Kirra pergi menemui Lyseine bersama Trifosa. Di tengah perjalanan, mereka tidak sengaja melihat Lyseine sedang berada di taman dan tertawa manja bersama pelayan pribadinya.
Lihat dia, bisa-bisanya dia tertawa di saat Demetra hancur karena dirinya.
Kirra menghampiri Lyseine dan pelayannya. Sementara Trifosa mengikuti di belakangnya. "Ekhem!"
Lyseine dan Hygea menoleh ke arah sumber suara. "Ah, ternyata Lady Briseis. Apa Lady ingin melihat bunga juga? Di sini banyak bunga yang sedang bermekaran," tutur Lyseine ceria.
Kirra menatap Lyseine intens.
Apa tadi? Lady?
Dia memanggil seorang permaisuri dengan sebutan Lady?
Dan lagi, kurang ajar sekali mereka tidak memberi salam kepada permaisuri.
"Kenapa kalian masih berdiri dan tidak memberi salam padaku?"
"Membungkuk sekarang juga," perintah Kirra tanpa ekspresi.
Lyseine dan Hygea terkejut melihat sikap Demetra yang berubah menjadi keras.
Apa rumor itu benar? Batin Lyseine.
"Emm, Ladyβ"
"Panggil aku dengan benar. Lancang sekali kau memanggilku dengan sebutan 'lady'." Kirra menyela sebelum Lyseine sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Tapi dulu Lady tidak keberatan saat saya memanggil Lady dengan sebutan itu." Lyseine tidak merasa dirinya salah dan justru berbalik menyalahkan Demetra yang tidak menegurnya.
Semakin lama berbicara dengan Lyseine, semakin besar pula rasa tidak suka Kirra terhadap Lyseine.
Wanita ini benar-benar tidak mau disalahkan.
"Ketahui posisimu. Jangan sok merasa akrab denganku. Kita tidak sedekat itu sampai kau bisa memanggilku tanpa gelar," tekan Kirra.
"Yang Mulia, Anda terlalu kasar pada Selir Lyseine. Padahal Selir Lyseine sudah bersikap ramah pada Anda, tapi Anda justru membalasnya dengan sikap arogan." Hygea terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya kepada Demetra.
Kirra melirik Hygea yang menatapnya dengan tatapan menantang. "Aku tidak melihatmu tadi pagi memberi salam padaku. Kau akan dihukum sesuai peraturan."
"Apa?! Kenapa saya dihukum di saat saya tidak membuat kesalahan?" protes Hygea.
"Sekarang peraturannya semua pelayan setiap hari harus memberi salam pada Yang Mulia tepat jam lima pagi. Karena kau tidak melakukannya, kau harus dihukum." Trifosa menimpali.
"Aku tidak tidur bersama pelayan yang lain, jadi aku tidak tau tentang hal itu." Hygea berusaha membela diri.
"Itu salahmu karena tidak tau. Sekarang kau harus tetap menjalani hukumanmu." Kirra tidak mau tau alasan yang diberikan Hygea.
Dia kemudian memanggil pengawal. Dan tak menunggu lama, pengawal datang menghampiri Kirra.
"Cambuk pelayan itu lima puluh kali."
"Baik, Yang Mulia." Pengawal segera membawa Hygea untuk dihukum.
"Lepaskan! Aku tidak salah!" Hygea memberontak saat pengawal menariknya.
"Tunggu! Lady tidak bisa menghukum pelayan saya seperti ini." Lyseine berusaha menahan Hygea agar tidak dibawa pergi oleh pengawal.
Kirra mencengkeram pundak Lyseine dan menekannya ke bawah sampai lutut Lyseine menyentuh tanah yang tertutup rumput. "Sekali lagi kudengar kau memanggilku 'lady', lidahmu akan kupotong!"
Lyseine membeku karena merasa terintimidasi dengan tatapan Kirra.
"Apa kau masih tidak ingin memberi salam padaku?" desis Kirra dingin.
Lyseine membungkukkan badan. "Sa-Saya memberi salam pada Yang Mulia Permaisuri," tuturnya dengan suara yang gemetar.
"Kau seharusnya langsung melakukannya saat aku memintamu, jadi aku tidak perlu sampai seperti ini."
Lyseine mengepalkan kedua tangan erat seraya mengetatkan rahang, menahan emosi yang berkecamuk di dada.
"Lupakan soal basa-basinya. Sekarang serahkan buku anggaran istana permaisuri padaku. Aku akan mengambil alih lagi tugas itu," pungkas Kirra to the point.
Lyseine sontak mengangkat kepalanya. "Tugas itu sudah diserahkan baginda raja kepada saya. Saya yang telah dipercaya untuk mengelola keuangan istana permaisuri."
"Kau mau menyerahkan buku itu dengan tenang, atau kau ingin aku membawa masalah ini ke pengadilan?"
"Kalau sampai masalah ini naik ke pengadilan, kau akan menjadi pembicaraan orang-orang karena sudah merebut tugas permaisuri. Walaupun kaisar yang memberimu tugas itu, pada akhirnya kau akan tetap dipandang buruk karena sejak awal akulah yang seharusnya mengurus keuangan istana permaisuri. Bukan seorang selir." Kirra sengaja menekankan kalimat terakhir untuk menyinggung Lyseine.
Lyseine mulai terlihat gusar. Bola matanya terus bergerak seperti ada yang dia cemaskan.
Kirra mendekatkan wajahnya dengan kedua mata yang mendelik. "Kenapa kau gugup? Jangan-jangan ada sesuatu yang kau sembunyikan."
"Aaaaa!" Lyseine terjatuh ke belakang karena terlonjak kaget dengan ekspresi wajah Kirra yang menyeramkan.
Kirra memandang Lyseine dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak.
"Ambil bukannya sekarang dan bawa ke kamarku. Kau hanya punya waktu lima menit." Kirra berlalu meninggalkan Lyseine.
"Apa Anda melihat ekspresinya tadi?" tanya Trifosa.
Kirra mengingat air muka Lyseine saat menundukkan kepala. "Ya, aku melihatnya."
"Aku sudah tau kalau dia tidak sepolos seperti yang orang-orang kira."
"Saya senang Yang Mulia sudah menyadarinya." Trifosa merasa lega lantaran Demetra sudah mengetahui bahwa Lyseine selama ini hanyalah berpura-pura baik padanya.
"Jangan khawatir, aku tidak akan tertipu lagi dengan ular itu."
Lima menit kemudian, Lyseine datang ke kamar Demetra untuk memberikan buku anggaran istana permaisuri dan surat-surat penting lainnya. "Ini buku yang Anda minta."
"Tetap di sana. Aku akan memeriksanya." Kirra melarang Lyseine pergi.
Dia membuka buku anggaran yang dibawa oleh Lysiane. "Oho, apa ini yang aku temukan? Aku menemukan sesuatu yang menarik."
"Uang bulanan seorang selir lebih besar dibandingkan uang bulanan untuk permaisuri, bagaimana kau akan menjelaskan ini?"
Lyseine menelan saliva untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Jantungnya berdetak kencang seolah ada sesuatu yang mengancamnya.
Pandangan Kirra tertuju pada pakaian dan perhiasan yang melekat di tubuh Lyseine.
Jadi dia menggunakan uang anggarannya untuk membeli barang-barang mewah?
"Karena kau menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang yang tidak penting, anggaranmu akan kupotong setengahnya."
"Apa?! Anda tidak bisa memotong uang anggaran saya sesuka hati Anda." Lyseine tidak terima uang anggarannya dipotong.
"Jangan pura-pura lupa ingatan. Kau sebelumnya juga memotong uang bulananku. Bahkan, tidak tanggung-tanggung sebanyak enam puluh persen."
Lyseine seketika bungkam saat mengingat hal itu.
Demetra datang ke kamar Lyseine untuk memberitahu bahwa uang anggarannya tidak sesuai dengan jumlah yang seharusnya.
"Selir Lyseine, sepertinya kau salah menghitung. Uang yang aku terima bulan ini hanya empat puluh persen dari uang bulananku," tutur Demetra hati-hati.
"Ah, saya lupa memberitahu Lady Briseis. Mulai bulan ini, uang bulanan Lady akan dipotong enam puluh persen," ungkap Lyseine tersenyum.
Demetra tertegun. "Kenapa dipotong sebanyak itu? Dan kenapa aku tidak menerima pemberitahuan sebelumnya? Itu potongan yang sangat besar." Demetra masih berbicara dengan suara lembut meski sebenarnya ia kecewa lantaran uangnya tiba-tiba dipotong tanpa pemberitahuan.
"Saat ini kondisi keuangan istana sedang tidak bagus akibat perang yang terjadi sebelumnya. Karena itu, sekarang istana sedang melakukan penghematan. Jadi mohon dimaklumi."
"Istana mendapatkan banyak upeti dari kerajaan yang kalah. Seharusnya itu lebih dari cukup untuk menutupi kerugian karena perang," sahut Demetra.
Lyseine menutup mulutnya. "Astaga, saya tidak menyangka ternyata Lady sangat serakah. Padahal uang yang Lady terima itu sudah cukup besar, tapi Lady justru tidak mensyukurinya."
"Aku bukannya tidak bersyukur, tapi banyak kebutuhan di istana permaisuri yang harus aku penuhi. Dan uang ini sangat kurang untuk membayar semua itu."
"Sebagai permaisuri yang bijak, Anda harus bisa mengatur uang dengan baik. Coba untuk hemat dan jangan terlalu boros," pesan Lyseine.
"Lagi pula, uang anggaran Lady sebelumnya itu terlalu banyak. Lady tidak perlu memegang uang sebanyak itu." Sampai akhir Lyseine tetap tidak mau memberikan uang anggaran Demetra yang ia potong.
"Tunggu, kenapa di sini tertulis jumlah uang yang kuterima seratus persen?"
Deg!
Keringat dingin mulai membasahi dahi Lyseine. Dia meremas jari-jari tangannya resah.
Kirra tertawa sinis. "Ternyata kau memotong uang anggaranku dan menggunakannya untuk kepentingan pribadimu, ya?"
Lyseine mengalihkan pandangannya seolah menghindari Kirra. Dan itu semakin memperkuat dugaan bahwa dia telah memakan uang anggaran milik Demetra.
"Bulan ini dan seterusnya kau hanya akan menerima dua puluh persen dari uang bulananmu."
"Itu terlalu sedikit! Itu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan saya." Lyseine kembali melakukan protes karena uangnya dipotong terlalu banyak.
"Cukup kalau kau tidak kebanyakan gaya."
Lyseine merasa tersentil dengan perkataan Kirra. Karena memang selama ini dia menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang mewah.
"Kau harus mengembalikan uangku yang kau makan selama lima bulan ini. Silakan mengadu pada kaisar tersayangmu kalau kau tidak terima," tantang Kirra.
Lyseine melenggang pergi begitu saja dari kamar Demetra.
"Yang Mulia, bagaimana kalau dia benar-benar mengadu pada baginda raja? Baginda raja pasti akan membelanya."
"Bagus kalau dia melapor pada kaisar. Aku bisa meminta uang ganti rugi padanya kalau begitu." Kirra tidak khawatir sama sekali jika Lyseine menceritakan hal ini pada Kairos.
Lyseine berjalan ke kamarnya sambil menggigit ibu jarinya kesal. "Ada apa dengan wanita itu?! Kenapa dia bisa menjadi berani seperti itu padaku?"
"Padahal sebelumnya dia selalu menuruti ucapanku seperti anak bodoh, tapi sekarang dia seperti dua orang yang berbeda!" Lyseine merasa ada yang janggal dengan perubahan sikap Demetra.
Malam harinya, Kairos datang ke kamar Lyseine. Dia merasa heran mendapati Lyseine tampak murung dan tidak seceria biasanya. "Apa ada yang mengganggumu?" Nada suara Kairos menjadi lembut ketika berbicara dengan Lyseine.
"Tidak ada, Baginda." Lyseine menundukkan kepala lesu.
Kairos mengapit dagu Lyseine dan mengarahkan wajah wanita itu ke arahnya. "Katakan padaku, siapa yang sudah membuatmu sedih seperti ini?"
"Saya tidak ingin membebani Baginda," tutur Lyseine pelan.
"Siapa orangnya?" desak Kairos.
"Emm ... permaisuri."
Kairos tidak menunjukan emosi apa pun di wajahnya. "Apa yang sudah dilakukan wanita itu padamu?"
"Tadi saya dan pelayan saya sedang melihat bunga di taman. Tiba-tiba permaisuri datang menghukum pelayan saya dan menyudutkan saya tanpa alasan."
Tanpa kata, Kairos berlalu pergi dari kamar Lyseine. Dia mendobrak pintu kamar Demetra kasar dan menginjakkan kakinya untuk yang pertama kali ke kamar Demetra.
Kairos menarik pedang dari tempatnya dan meletakkan pedangnya ke leher Kirra. "Minta maaf pada Selir Lyseine atau kepalamu kutebas!"
TBC.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi π₯°
