Out Of Control (BAB 13) GRATIS

1
0
Deskripsi

Rafael mulai menghisap rokoknya, lalu menghembuskan asapnya. "Sebenarnya hubunganku dengan Jelena akhir-akhir ini renggang karena kesibukan masing-masing. Dan aku memang sedang dekat dengan seorang wanita. Wanita itu juga yang memilihkan kalung untuk Chelsea," jelas Rafael.

Felix menaikkan satu alisnya. "Apa Jelena tahu?"

Rafael menganggukkan kepalanya. "Jelena juga beberapa kali bertemu dengannya."

"Model juga?" tanya Felix.

"Bukan, dia patisserie."

Bunyi lonceng bakery Zahira berdenting, menandakan ada orang yang datang. Zahira menengok kemudian mendapati Satya yang tengah menatapnya.

"Satya?!"

Satya mendekat. "Kau mau kemana?" tanya Satya.

Zahira menguncir rambutnya ke atas. Ia sedang bersiap-siap membagikan makanan ke anak jalanan.

"Aku mau ke taman kota."

"Mau apa kesana?"

"Membagikan makanan."

"Makanan?" tanya Satya mengingat-ingat sesuatu.

"Astaga Zahira jadi kau masih memberikan makanan ke anak jalanan itu ya?"

Satya terkekeh. "Maaf-maaf aku lupa,mereka masih ingat denganku tidak ya? Terakhir kali aku menemui mereka waktu ujian nasional selesai, sebelum berangkat ke luar negeri."

Zahira tersenyum tipis.

Ya. Memang dulu Zahira selalu bersama Satya membagikan makanan serta bermain dengan anak jalanan. Zahira dan Satya sudah dekat sejak lama. Zahira hanya menganggap Satya teman biasa, tapi tidak dengan Satya yang menaruh rasa suka ke Zahira dan menginginkan lebih dari sekedar teman.

Satya pernah menyatakan cinta ke Zahira waktu SMA. Tapi dengan tegas Zahira menolak dan hanya menganggap Satya sebagai teman, tidak ada perasaan lebih.

"Sudah menjadi rutinitasku," ucap Zahira.

"Begitu ya, aku boleh ikut kesana?"

"Boleh."

Kemudian mereka pun bersiap-siap pergi ke taman kota dengan membawakan beberapa makanan seperti biasa.

Sesampainya di taman kota mereka langsung menyerbu Zahira. Zahira pun memeluk mereka satu persatu.

Kemudian pandangan anak-anak menatap ke seorang lelaki berbadan tinggi di belakang Zahira. Anak-anak tersebut menatap lelaki seperti mengingat-ingat sesuatu.

"Apa itu kak Satya?" celetuk salah satu anak perempuan.

"Siapa kak Satya?"

"Aku tidak asing dengan wajahnya."

"Aku ingin menyapa tapi takut salah orang."

Mereka pun berbisik-bisik. Zahira tersenyum lembut. "Anak-anak kenalin, ini namanya kak Satya Bamasena. Teman kakak waktu SMA, kalian lupa jika kak Satya pernah bermain dengan kalian juga?"

"Jadi benar kak Satya?!"

Zahira mengangguk sambil tersenyum.

"Kak Satyaaaaa!!!!!" Teriak mereka lalu memeluk Satya.

Sebagian anak jalanan yang memang belum pernah melihat Satya hanya diam menatap.

"Kalian apa kabar? Wah ternyata pada lupa ya sama kakak. Jadi sedih nih," ucap Satya.

Satya adalah tipe orang yang humoris. Ia dapat dengan mudahnya akrab dengan orang lain.

"Baik kak, aku sebenarnya ingat kak, tadi mau menyapa tapi takut salah orang."

Satya terkekeh geli. "Apa aku lebih tampan?" goda Satya.

"Ya kak, kau jauh lebih tampan."

"Maafkan kakak yang pergi nggak bilang-bilang."

"Memangnya kakak pergi kemana?" tanya salah satu anak perempuan.

"Kak Satya melanjutkan studinya ke luar negeri. Dulu nggak sempat minta izin ke kalian karena mendadak," sahut Zahira.

"Ooooooo," jawab mereka serentak.

"Kak Rafael mana kak?" celetuk Arka. Anak laki-laki yang memang akrab dengan Rafael.

Satya dan Zahira pun saling pandang. Kemudian Zahira mendekati Arka dan mengelus lembut rambutnya.

"Arka, kak Rafael sedang ada acara. Jadi tidak bisa datang kemari."

"Maklum, mereka juga dekat dengan Rafael," ucap Zahira menatap dalam Satya.

Satya tersenyum maklum.

Jadi Zahira juga mengajak Rafael kemari. Sebenarnya seberapa dekat mereka berdua.  batin Satya.

***

Rafael terbangun dalam keadaan shirtless. Ia melirik jam weker di atas nakas yang menunjukkan pukul 09.00 AM. Rafael bangun kesiangan karena semalam ia tidur larut malam.

Rafael beranjak dari kasurnya lalu masuk ke kamar mandi, ia membersihkan diri. Beberapa menit kemudian Rafael keluar dari dalam kamar mandi dan memakai pakaian santainya. Ia berjalan menuruni anak tangga.

"Kamu sudah bangun Rafa."

Rafael mendekat ke arah Kenny yang sedang ada di meja makan, lalu mengecup pipi Kenny.

"Ayo sarapan dulu!" ajak Kenny.

"Yang lain mana Ma?"

"Papa sama Felix sudah sarapan tadi, Chelsea masih tidur."

"Mama belum sarapan?"

"Mama sengaja menunggumu bangun. Biar bisa sarapan sama kamu."

Rafael tersenyum hangat. Rafael memang sangat dekat dengan Kenny daripada dengan Harsa. Berbeda dengan Felix dan Chelsea yang lebih dekat dengan Harsa.

"Setelah sarapan Mama mau bicara sama kamu."

Setelah menyelesaikan sarapannya, Kenny pun mengajak Rafael duduk di taman belakang dekat kolam renang.

"Rafa, jadi kapan kamu akan menikah?" tanya Kenny lembut.

Rafael tertegun mendengar pertanyaan Kenny. Ia sudah menduga jika topik pembicaraan Kenny tidak jauh-jauh dari persoalan menikah.

"Secepatnya Ma."

"Secepatnya itu kapan? Umur kamu sudah 29 tahun lho. Kamu juga sudah mapan, jadi tunggu apalagi?" papar Kenny.

Rafael menelan salivanya. "Baru dua bulan Rafael tunangan Ma. Rafael juga harus mempersiapkan semuanya dengan matang."

"Teman-teman Mama semuanya sudah punya cucu. Cuman Mama saja yang belum, bahkan cucu teman Mama ada yang sudah masuk sekolah dasar. Masa Mama cucu satu saja belum," protes Kenny.

"Mama sabar sebentar ya. Besok kalau sudah menikah Rafael kasih Mama cucu yang banyak," bujuk Rafael.

"Dulu juga ngomongnya gitu tapi sampai sekarang nggak nikah-nikah," sindir Kenny.

"Kak Rafael memang kebanyakan omong kosong Ma!" sahut Felix dari belakang.

Rafael dan Kenny menengok ke asal suara. Felix terkekeh kemudian mendekati Rafael dan Kenny.

"Lix, nggak usah mulai deh!" sergah Rafael.

"Benar apa katamu, kakakmu itu banyak sekali janji-janji yang sampai sekarang nggak ditepati!"

Bukan karena janji nggak ditepati. Tapi untuk saat ini Rafael dan Jelena tidak pernah membahas kelanjutan hubungan mereka. Keduanya sibuk dengan pekerjaannya, Rafael yang mengharuskan untuk ke luar kota maupun luar negeri. Dan Jelena juga sama, sebagai model internasional Jelena sering bepergian ke luar negeri. Jelena seorang model yang sudah tinggi jam terbangnya.

"Felix, pokoknya kamu harus bujuk kakak kamu untuk segera menikah. Kalau tidak kamu saja yang menikah dulu!"

"Loh Ma, kok jadi Felix sih?" protes Felix.

"Aku setuju kalau Felix menikah dulu," timpal Rafael.

"Tuh kakak kamu aja ikhlas dilangkahi, kalau begitu kamu duluan saja yang menikah."

"Iya, Ma. Pokoknya Mama tenang saja. Felix bakal bujuk kak Rafael menikah," kilah Felix.

"Mama pegang janji kamu!" tukas Kenny.

"Iya, Maa."

Kemudian Kenny pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam meninggalkan Rafael dan Felix.

"Kak-"

"Makanya nggak usah ngompor-ngomporin!" sela Rafael.

Felix mendengus kesal. "Kok jadi aku sih? Harusnya aku yang marah gara-gara kakak nggak nikah-nikah jadi aku sasarannya," kesal Felix.

"Ya, siapa suruh nguping pembicaraan orang!" geram Rafael.

Rafael mengacak-acak rambutnya lalu pergi meninggalkan Felix begitu saja. Perdebatan kecil itu membuat Rafael kesal. Sebagai anak sulung ia pasti dituntut untuk menikah terlebih dulu. Padahal, Rafael belum ada niatan untuk menikah. Saat ini ia hanya ingin fokus dengan pekerjaannya. Memimpin sebuah perusahaan memang tidak mudah. Apalagi perusahaan yang baru ia bangun. Menjadi direktur sekaligus CEO membuat Rafael sibuk. Begitu juga dengan Jelena, wanita berparas cantik itu juga sibuk dengan kariernya. Apalagi saat ini karier Jelena sedang berada di atas. Untuk saat ini walaupun sudah bertunangan mereka berdua belum terpikirkan untuk menikah.

"Apa salah?" gumam Felix.

Rafael melangkahkan kakinya menuju kamar. Ia mengambil kalung liontin yang memang belum sempat ia berikan ke Chelsea. Lalu ia menaiki anak tangga ke kamar Chelsea yang memang berada di lantai tiga.

"Chel," panggil Rafael sambil membuka knop pintu kamar Chelsea.

"Belum mandi juga nih anak," gumam Rafael melihat Chelsea yang sedang memainkan ponselnya masih lengkap dengan piyamanya.

"Chel." Chelsea masih memainkan ponselnya, tidak menghiraukan kedatangan Rafael sama sekali.

Rafael mendengus kesal. "Sabar-sabar." Rafael menenangkan dirinya. Adik bungsunya ini memang sering membuat para kakak-kakaknya emosi.

"Chelsea, kakak punya hadiah buat kamu."

Dengan cepat Chelsea langsung menoleh. "Hadiah?"

Rafael mendekati Chelsea dan duduk di ranjangnya. "Sebagai kado ulang tahunmu," ucap Rafael menyodorkan sebuah kotak.

Chelsea membuka kotak tersebut. "Wahh kalung," ucap Chelsea terkagum-kagum.

"Terima kasih kak!" Chelsea memeluk Rafael erat.

"Kakak pakein ya." Rafael melepaskan pelukannya kemudian memakaikan kalung ke leher Chelsea.

"Cantik banget, aku nggak nyangka kakak bisa milih kalung ini," puji Chelsea.

"Itu teman kakak yang milihin."

Chelsea mengernyitkan dahinya. “Cowok?”

“Cewek,” ucap Rafael santai.

"Cewek nggak tuh," sambar Felix dari ambang pintu kamar Chelsea.

Rafael mengelus rambut Chelsea pelan lalu beranjak dari kasur dan keluar dari kamar Chelsea.

"Ikut aku!" ucap Rafael berlalu.

Felix pun mengikuti Rafael di belakang. Kemudian Rafael masuk ke kamarnya dan duduk di balkon kamar.

"Aku tahu sifatmu sangat dominan seperti Papa yang ingin tahu urusan orang lain!"

"Ayolah kak apa salahnya berbagi masalah dengan adikmu," kekeh Felix.

Rafael mengambil sebatang rokok kemudian menyulutnya dengan korek api.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan kau dan Jelena?" tanya Felix.

"Kau harus lebih dewasa dan tidak perlu ikut campur urusan orang lain!"

Felix adalah tipe orang yang cuek, dan dingin. Ia berbeda dengan kakak dan adiknya. Jika Rafael adalah orang yang ramah dan lembut. Chelsea orang yang bawel, dan murah senyum. Hanya Felix lah yang lebih menutup diri. Ia terkesan dingin dan tidak banyak bicara. Felix juga tidak suka mencampuri urusan orang lain. Salah besar jika Rafael menganggap mencampuri urusannya. Felix hanya berniat membantu Rafael jika memang ada masalah. Tidak biasanya juga Rafael menyembunyikan masalahnya, biasanya masalah apapun itu selalu bercerita dengannya.

"Kak, tapi aku bukan orang lain. Aku itu adikmu!"

Hening sesaat.

Rafael mulai menghisap rokoknya, lalu menghembuskan asapnya. "Sebenarnya hubunganku dengan Jelena akhir-akhir ini renggang karena kesibukan masing-masing. Dan aku memang sedang dekat dengan seorang wanita. Wanita itu juga yang memilihkan kalung untuk Chelsea," jelas Rafael.

Felix menaikkan satu alisnya. "Apa Jelena tahu?"

Rafael menganggukkan kepalanya. "Jelena juga beberapa kali bertemu dengannya."

"Model juga?" tanya Felix.

"Bukan, dia patisserie."

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Out Of Control (BAB 14) GRATIS
1
0
Aku tidak menyuruhmu menolak ajakan Rafael, sebagai sahabat yang baik aku tidak mau kau tersakiti. Lagi pula Rafael sudah bertunangan dan pasti sebentar lagi juga akan menikah. Aku tak yakin, jika kau tak punya perasaan lebih dengannya.Zahira membalikkan badannya menatap dalam Iren. Kenapa kau begitu yakin?Iren berdecak kesal. Kau baru kemarin sore kenal Rafael tapi diajak kemana aja mau. Sedangkan kau kenal Satya bertahun-tahun tapi diajak sering menolak, cibir Iren.Zahira menghela nafas lelah. Karena aku memang lebih nyaman dengan Rafael, lirih Zahira.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan