
'Seina, hati-hati sama cowok itu. Mama nggak mau kamu ketipu. Eh tahunya dia ngibul. Minimal googling namanya.'
Sedang berada di kantin, Seina menghela napas sejenak, saat membaca chat dari ibunya yang baru saja masuk. Sambil menunggu pesanan makanannya tiba, ia menyempatkan membalas meski sedikit enggan.
Seina merasa akhir-akhir ini ibunya bersikap sedikit menekan agar ia segera memperkenalkan Levi. Tentu saja hal itu sama sekali belum ada di dalam rencananya. Apalagi Levi, sepertinya masih belum...
IRRESISTIBLE
490
111
136
Selesai
Levi Rikkard tidak berniat terlibat terlalu jauh dengan Seina Sora, gadis 19 tahun yang ia temukan di kelab malam. Namun gadis itu ceplas-ceplos, imut, dan mudah terjerat rayuan dari bajingan sepertinya.Mengira hubungan hanya sedangkal main-main, nyatanya Levi jatuh terlalu dalam pada gadis yang usianya berjarak delapan belas tahun lebih muda itu. Siapa sangka, ternyata Seina masih berkaitan dengan kisah cinta di masa lalunya. Levi, sekali lagi harus berhadapan dengan trauma besar dalam hidupnya.⚠️WARNING:
Cerita ini mengandung mature content, NSFW, self harm, bullying, harsh words.Harap bijak memilih bacaan⚠️DILARANG mempublikasikan karya di platform lain. Dilarang memperbanyak, memperjualbelikan, mengunggah, menulis ulang, memplagiat dan menerjemahkan karya ke dalam bahasa lain. Pelanggaran terhadap hal ini akan dikenakan sanksi hukum yang berlaku;▪️Pasal 113 ayat (3) ▪️
Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak ekonomi pencipta dapat dikenakan biaya penjara selama 4 tahun dan/denda maksimal Rp 1 Miliar.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya
IRRESISTIBLE - Bab 42
2
0
Om bawain snack. Levi menyerahkan kantunkantung belanja di tangan, saat kemunculannya bersambut dengan sikap kaku kering Seina.Makasih Om, jawab Seina sambil menerima pemberian Levi dengan wajah yang terasa tawar.Mereka berdua membisu hingga sampai di depan kamar. Levi segera melepas sepatu dan membuntuti Seina masuk ke dalam kamar.Seina baru saja menutup pintu saat Levi sengaja menggamit sebelah tangan gadis itu.Apa? Seina bersikap seolah tak sudi. Namun Levi semakin mengeratkan genggaman tangan pada lengan kecilnya yang kini terangkat. Ia tenggelam dalam tatapan intens Levi yang membuat dadanya berdebar canggung. Seolah memahami gugup yang tiba-tiba melanda, sudut bibir Levi membentuk garis melengkung ke bawah dan dalam sekejap wajah sang penggoda berubah memelas.Seina tidak sanggup menahan senyumannya yang lepas begitu saja.Nguik... Nguik. Levi menirukan suara anjing yang sedang menangis sedih. Membuat senyuman di wajah Seina kian lebar.Om satu ini lucu. Seina memperhatikan sikap Levi yang sedang berusaha mencairkan sisa amarah di hatinya.Tiba-tiba tatapan Levi menajam. Lelaki itu masih menggenggam sebelah tangannya dan melangkah maju.
Om... Om. Tubuh Seina terdorong. Ia nyaris memekik kecil ketika sisi ranjang menahan kakinya.Namun Levi tidak peduli. Lelaki itu mendorong tubuhnya hingga terjatuh ke atas ranjang. Kantun belanja jatuh ke atas karpet dan bibirnya tenggelam dalam lumayan panas Levi, bahkan sebelum sempat melayangkan kalimat protes.Om Lev.... Seina bersiap melancarkan protes saat pagutan yang sedikit kasar itu terlepas. Namun kalimatnya tenggelam ketika Levi mengusap bibirnya dengan ibu jari. Bola mata mereka saling bertemu dalam jarak yang begitu dekat. Seina dapat mendengar desiran napas Levi saat lelaki itu masih memainkan bibirnya.Tubuh Levi menindih erat tubuhnya, dan ia terpenjara dalam rengkuhan lelaki itu.Entah apa yang ada di pikiran Levi, ia tenggelam mengamati kecantikan Seina dari jarak sedekat ini. Bibir gadis itu merekah merah, dan kedua matanya tertawan melupakan jarum detik yang terus bergerak.Seina membuka bibirnya lebih lebar dan mengulum pelan jemari Levi yang sengaja terjebak di antara celah giginya. Jika ini permen, Seina ingin menghisapnya semalaman.Levi menarik pelan jemarinya dan mulai mengecupi sisi wajah Seina. Teramat lembut, seolah takut sisi liar dalam dirinya tanpa sengaja menyakiti gadis itu.Seina hanya mampu memejamkan kedua mata sambil menghayati tiap getaran yang diberikan Levi ketika cumbuan lelaki itu berpindah menjelajahi sisi lehernya. Begitu tanggung, kontras dengan pagutan panas barusan, hingga menimbulkan rasa geli sekaligus desakan aneh dalam dirinya.Seina membenci dirinya saat ini, tapi ia ingin Levi menciumnya dengan sedikit kasar. Mana ciuman brutalnya? Seina ingin menagih, tetapi terlanjur malu.Jangan marah lagi. Levi masih memeluk erat tubuh Seina dan melihat wajah gadis itu bersemu merah. Sepertinya akibat sikapnya barusan. Jangan sengaja cuekin Om napa? Levi menggeser tubuhnya dan berbaring nyaman di sebelah Seina.Seina tadi masih kesel, sungut Seina sambil melirik kulit dada Levi yang sedikit terlihat akibat kancing kemeja teratas di buka dua.Sekarang masih? Levi menguap kemudian menghadap ke arahnya. Memejamkan kedua mata, kepalanya mendekat manja dan tiba-tiba wajahnya sudah menempel di payudara Seina.Om! Hardik Seina sebelum menjauhkan kening Levi dengan tangannya.Eh! Nggak sengaja! Levi buru-buru menyembunyikan cengiran lebarnya di balik guling.HIIIIH! Seina mencubit keras-keras lengan Levi. OM SENGAJA YA!Aduh sakiit! Levi yang masih menyembunyikan wajahnya di balik guling mengusap cepat lengannya. Jangan tereak-tereak. Ntar tetangga kamar kamu keganggu.Om ganti baju sana! Ini masih baju kerja! Seina menatap judes sembari menendang kecil sebelah kaki Levi.Kenapa kok ganti baju? Levi menyingkirkan guling yang melindungi wajahnya. Kamu berharap Om ganti baju di depan kamu ya? Senyuman jahilnya mengembang.Nggak! Semburat merah menghiasi kedua pipi gembil Seina.Ooo kamu berharap Om nginep sini ya? Terus kita anu-anuan sampe pagi?Anu-anuan apa siih! Seina menatap jengah.Sebelah kaki Levi sengaja menumpang pada kaki Seina. Sementara jemarinya membelai lembut rambut gadis itu.Kamu tahu nggak? Kamu pacar Om yang paling imut.Apa gunanya? Toh dunia nggak tahu siapa pacar Om! tandas Seina dengan nada ketus.Levi memutar kedua bola matanya. Ia malas Seina memulai lagi konflik di antara mereka. Om pikir, hubungan kita fun. Apa nggak cukup kita berdua aja yang tahu? Buat apa sih validasi dari orang lain?Seina membisu.Apa validasi dari orang lain segitu pentingnya buat kamu, Seina? Bisa nggak kita santai, dan nikmatin semua ini berdua?Seina hanya bisa menatap Levi tanpa bisa mengutarakan isi hatinya yang sebenarnya. Ia begitu antusias, begitu bangga bisa menjadikan lelaki itu sebagai kekasihnya. Tentu saja ia ingin memamerkan pada dunia, bahwa ia lah gadis beruntung itu. Namun rupanya, perasaan itu hanya dimiliki olehnya saja. Ia menjadi satu-satunya pihak yang ingin diakui.Seina belum pernah pacaran. Beda sama Om. Ini pengalaman pertama Seina. Tapi Seina ngerasa kayak.... Jadi intinya, kamu mau nebar komen di IG Om? potong Levi sebelum beralih menatap langit-langit kamar. Coba kamu cek akun IG professional bankir, atau bidang lainnya. Ada kamu lihat istri atau pasangan mereka ninggal komen sayang-sayangan? Coba cek IG politikus atau tokoh publik. Itu akun IG, bukan buat saya tebar pesona. Itu akun buat branding image saya, juga perusahaan saya. Saya vice president Seina. Saya harus jaga image.Seina mengernyitkan dahi. Ia sedang berusaha memahami dunia rumit Levi.Aku, ralat Seina kemudian. Pake saya saya lagi!Kebiasaan, sahut Levi kalem.Seina rasa, penjelasan Levi cukup masuk akal. Tiba-tiba ia teringat akun IG sosok wanita dengan nama Naocha. Tentu saja Seina berniat menanyakan hal ini.Oke bisa dimengerti. Seina menghela napas panjang. Ia memutuskan tidak memperpanjang masalah ini. Lagipula, Levi tidak akan mengubah pendiriannya. Jadi Seina rasa, tidak ada gunanya untuk memperpanjang masalah ini. Sebenernya ada hal lain lagi, ucapnya kemudian.Apa?Kita pacaran tapi Seina nggak tahu apa-apa tentang Om. Seina pingin tahu lebih banyak tentang Om. Boleh?Levi mengangguk. Sure. Mau tahu tentang apa?Banyak.Om masih punya banyak waktu.Mmm... kapan Om ulang tahun?Senyuman Levi lepas begitu saja. Nanti Om WA... biar kamu bisa nandain kalender kamu.Oke.Jangan lupa kirim tanggal ulang tahun kamu juga. Apa lagi?Mmm Om anak ke berapa? Ceritain dong tentang keluarga Om! Seina menatap antusias. Selama ini ia tidak pernah mendengar Levi menceritakan keluarganya.Levi menekan bibirnya sejenak kemudian memutar tubuh menyamping, agar lebih leluasa menatap Seina.Om anak pertama. Om punya satu adik laki-laki. Keluarga Om punya toko kain di Tanah Abang. Levi mengulang kalimat template yang selalu ia ucapkan tiap kali ada yang bertanya mengenai latar belakang keluarganya. Kalau kamu? Levi balik bertanya dengan penuh atensi.Aku anak tunggal, Om udah tahu itu. Papa aku juga kerja di bank, Kepala Cabang. Keluarga Seina punya toko oleh-oleh di Bandung. Mama punya butik. Kalo makanan favorit Om?Cewek.Idih! Seina menatap geli. Serius kenapa?Levi menghela napas panjang. Om suka semua makanan, kecuali jeroan. Apa pun yang ada, Om makan. Kalau ditanya makanan favorit, apa ya? Ada steak, sate, sushi, lobster, burger, banyak. Kalau kamu?Your lips. Seina mati-matian menahan senyuman di wajahnya ketika menemukan celah untuk menggoda Levi.Mau makan? tanya Levi dengan cengiran di wajah.Seina hanya melirik judes. Tiba-tiba pikiran isengnya muncul. Umur berapa Om nggak perjaka?Astaga.Tawa Seina berderai. Jawab Om! Seina penasaran!Harus ya?Harus! Ayooo umur berapa! Seina yang tak sabar mendorong bahu Levi.Sembilan belas.Waktu seumuran Seina dong?Iyaaap.Sama pacar Om?Mmm. Levi menggumam sejenak sambil memicingkan kedua mata. Berusaha memanggil kembali memori yang sudah belasan tahun berlalu.Apa ya? Waktu itu kita nggak pacaran. Tapi dia suka sama Om. Jaman itu sebutannya TTM gitu, temen tapi mesra. Ya udah, suatu hari kejadian. Gitu aja.Emang bajingan. Seina menatap kesal. Bagaimana bisa tidak pacaran, tetapi melakukan hal yang seharusnya menjadi momen istimewa bersama seseorang yang begitu spesial? Seina nyaris lupa, di hadapannya ini Levi.Ck, waktu itu Om masih culun dan dia udah pro banget. God. Levi menggeleng sejenak mengingat kisah malam pertamanya yang fantastis.Cewek itu juga mahasiswi?Iya. Ya gitu lah Seina. Tanya yang lain gih.Mmm. Sejenak Seina menatap ragu. Tapi ia sudah bertekad akan menanyakannya. Siapa Naocha? Seina melihat Levi sedikit terkejut dengan pertanyaannya.Naocha?Iya. Uname di IG. Sering komen di IG Om. Bahkan Om foto berdua.Oh. Dia itu Direktur Human Capital di perusahaan Om. Ya secara struktur jabatan dia di atas Om. Tapi kita udah temenan dari lama.Oooo. Temen kantor? Nggak lebih?Levi tersenyum mendengar pertanyaan Seina. Best friend, jawabnya kemudian.Bukan temen tapi mesra kan? Atau jangan-jangan fwb!Hush!Kenapa? Bukannya tadi Om barusan cerita bisa ngelakuin itu sama TTM Om?Konteks hubungan kita nggak kayak gitu Seina.Tapi, pasti Om punya fwb kan?Ya, pernah punya. Tapi bukan dia.Pernah punya? Berarti sekarang udah ga fwb-an?Udah jarang kontak. Mending sewa lonte. Fwb kebanyakan baper. Mereka yang baper sama Om.Idih! Lonte malah sarang penyakit ga siiii.... Liat-liat Seina. Saya selalu minta medical check terakhir. Terus yang clean, cantik, seksi, dan pro. Memang tarifnya selangit, tapi lebih aman. Levi melirik Seina yang tampak tertegun dengan penjelasannya.Pro apa Om? Seina mengernyitkan dahi. Pertanyaannya mengundang kekehan tawa Levi.Ya gitu lah. Kamu masih belum ngerti.Ya kasih tahu dong Om. Pro apa?Levi menyerah. Ia tak bisa menahan derai tawanya.Om! Kok malah ketawa sih? Seina mendorong bahu Levi.Nggak. Nggak ada.Idih nggak jelas!Nggak usah jadi pro Seina. Cukup mabuk aja. Levi melirik nakal.Maksud Om? Seina semakin tidak paham arah pembicaraan Levi.Levi menatap wajah polos Seina. Haruskah ia mengatakan kejadian sebenarnya di dalam mobil di malam mereka pertama kali bertemu? Levi rasa, ia sudah mulai jenuh hanya bertukar ciuman dengan Seina. Jujur, ia ingin sedikit peningkatan.Malam itu, di mobil.... Levi menggigit bibir bawahnya. Sengaja memancing reaksi Seina.Malam itu di mobil.... Seina meneruskan kalimat Levi hingga akhirnya ia menyadari maksud lelaki itu. Oh! Yang Seina cium Om?Levi mengangguk.Kenapa Om?Sebenernya kita nggak cuma ciuman. Seina menelan ludah. Jadi kita ngapain?Sebelumnya kamu harus tahu, Om waktu itu ngira kamu cewek nakal ya. Om nggak tahu kalo kamu sepolos ini, dan waktu itu kita sama-sama mau. Levi memberi peringatan di awal.Seina mengangguk cepat. Kita ngapain Om? Jantungnya berdetak kencang, dan mendadak dadanya sesak.Jangan deh nanti kamu malu. Levi sengaja menarik ulur.Om! No! Seina mau tahu!Nanti kamu nangis.Om pleaseee... Tapi inget ya, waktu itu kamu mabuk. Dan Om ngira kamu cewek nakal. Jadi kita mau sama mau.Iya! Cepetan Om kita ngapain? Kissing... and then i touch your boobs...Seina menghela napas tertahan. Jadi Levi sudah pernah menyentuh tubuhnya? Terus? tanyanya kemudian dengan dada berdebar. Mendadak ia merasa sesak.You put your hands into my pants and touch... Telunjuk Levi menuding ke arah selangkangannya sendiri dan ia mendapati Seina terperanjat setengah mati.Astaga Om! Seina refleks menutup mulutnya dengan kedua tangan. Rasanya ia luar biasa malu. Beneran Om?Well, kamu nggak harus percaya. Tapi itu yang terjadi.Kenapa Om nggak bilang di awal? tanya Seina sambil berusaha mengingat-ingat kejadian di malam itu. Namun tetap saja, ia tidak bisa mengingatnya.Nggak tega.Separah itu Seina di malem itu? Kedua mata Seina mendadak perih. Tentu saja ia luar biasa malu. Andai ia tahu lebih awal. Andai Seina tahu, ucap Seina dengan mimik penuh penyesalan.Lalu apa? Kamu masih bakal tetep cium saya? Apa kamu masih pingin jadi pacar saya? Atau malah menjauh dari Om? Levi mendekatkan wajahnya.Seina hanya bisa membisu. Jujur, ia sendiri tidak tahu harus bagaimana.Mau tahu gimana kamu di mobil? Levi masih belum ingin berhenti.Seina hanya membeku menatap Levi.Kamu liar, lepas, berani, dan nggak ragu-ragu. Nakal. Seksi. Tatapan Levi menajam.Seina mati-matian menelan ludah. Kedua pipinya mendadak bagai terbakar. Kalimat Levi barusan membuat air matanya seketika mengering. Seina bahkan tidak yakin akan perasaannya sendiri saat ini. Ia merasa malu. Namun pengakuan Levi barusan membuat perasaan berdosanya lenyap begitu saja.Seina di malam itu, adalah Seina yang.. fyuh! Too good to be true.... Levi tersenyum singkat kemudian menggeser tubuhnya menjauh.Seina tertegun dan menatap Levi yang beringsut dan kini duduk di tepi ranjang. Lelaki itu berdiri dan menggeser pintu menuju balkon, kemudian menyalakan sebatang rokok.Levi diam di sana memunggunginya sambil menatap langit malam.Seina ikut turun dan menyalakan rokoknya sendiri. Ia duduk bersila tidak jauh dari tempat Levi, kemudian menggeser asbak.Too good to be true. Seina mengulangi kalimat Levi. Jadi Om lebih suka Seina di malem itu?Off course. Levi membuang asap rokoknya.Memangnya Om Levi nggak suka sama Seina yang kayak gini?'Suka juga, jawab Levi tanpa menoleh.Seina mengernyitkan dahi. Terus?"Nggak ada. Om mau pulang. Levi berbalik dan menemukan wajah bingung Seina.Seina nggak ngerti. Om bikin Seina bingung.Seina, denger.... Levi berjongkok, agar sejajar dengan Seina. Ia bisa melihat dengan jelas wajah gelisah gadis itu. Malem itu sebelum kita kenalan, om udah tertarik sejak awal liat kamu. Karena, pesona nakal kamu. Levi perlahan mengurai senyum.Seina hanya bisa menelan ludah. Levi saat ini terasa seperti pemburu yang sedang mengunci mangsanya.Hidung Om, pipi Om, bibir Om, semua punya kamu. Levi menatap kedua mata Seina yang menatapnya bulat-bulat, seolah tak percaya dengan kalimatnya barusan. Tubuh ini, boleh kamu miliki sesuka kamu. Jangan malu. Kamu pernah sentuh Om sebelumnya. Jangan malu Seina. Kamu bisa sentuh lagi kapan pun kamu mau. Om nggak akan nolak. Levi menutup penjelasannya dengan senyuman di wajah. Rasanya, ia ingin menertawakan ucapan barusan. Terdengar cheesy di telinganya sendiri. Namun rayuan usang itu, membuat para wanita anggun menjelma liar di atas ranjangnya.Oh God!
Seina menghembuskan asap rokoknya. Sial. Ia bahkan sedikit gemetaran akibat debaran yang kian tak menentu di dadanya.Kita pernah ngelakuin hal kayak gitu sebelumnya. So, fakta malam itu nggak akan berubah. You drunk or not... Seina di malam itu yang membuat saya sejauh ini sama kamu. Levi mengamati mimik wajah Seina yang tengah berada dilanda bimbang.Jujur, hari ini sebenarnya melelahkan. Levi tidak ingin menginvestasikan terlalu banyak energi dan emosi untuk hubungan yang ia anggap hanya sebatas iseng dan main-main. Dalam hati ia memendam kesal, harus meladeni sikap Seina yang merajuk sejak kemarin. Namun demi misi kotornya, ia berusaha berkompromi dengan semua ini. Akan tetapi, Levi memutuskan tidak ingin terlalu lama tinggal di dalam hubungan semacam ini.Cukup hanya sampai saat ia berhasil memuaskan seluruh rasa penasarannya terhadap Seina.Levi menunduk dan menertawakan ucapannya barusan. Mendadak kesal, akan sikap Seina yang terkesan sengaja bersikap jual mahal padahal ia sangat tahu, gadis itu tergila-gila setengah mati kepadanya.Andai saja ia tidak tenggelam dalam rasa penasaran. Seperti apa Seina bila tampil polos tanpa sehelai kain di hadapannya? Seperti apa rasa gadis itu? Sungguh Levi rasanya nyaris gila karena Seina selalu membawanya pada pikiran-pikiran seperti ini. Seina tidak tahu, apa saja yang ingin ia lakukan pada gadis itu. Semalaman penuh.Pesona Seina membuatnya cacat logika. Ia bisa saja mendapatkan pelacur untuk menuntaskan segala imajinasi kotornya. Namun nyatanya tidak berhasil. Levi hanya mau Seina, telanjang di atas tempat tidurnya.Entah kenapa.Apa karena Seina mencuri senyuman gadis di masa lalunya? Apa karena lambat laun ia merasa Seina memiliki kemiripan dengan gadis itu? Apakah ini semacam hasrat tertunda bertahun-tahun yang lalu? Levi benci jika gadis di masa lalunya kembali datang tiap kali ia memikirkan Seina. Mereka gadis yang berbeda.Sementara Seina, masih tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia hanya membisu mencerna kalimat Levi. Sebenarnya, ia tahu apa yang diinginkan Levi. Namun lelaki itu terlanjur merantai hatinya. Seina terlanjur berharap jauh daripada yang seharusnya.Seina takut, Levi akan cepat bosan dan berpaling darinya.Boleh numpang ke toilet? Levi menghembuskan asap rokok terakhir dari bibirnya sebelum menenggelamkan puntung rokok ke dalam asbak.Boleh Om. Seina menjawab dengan wajah frustasi.Levi bangkit dan menutup pintu toilet. Aroma musk masih tertinggal di ujung hidung Seina saat ia mendengar pancuran air kencing Levi di dalam toilet yang diiringi dengan sedikit desahan.Emh... Seina hanya menatap tegang. Sial. Levi mendesah. Entah mengapa terdengar begitu menggoda. Ah, sepertinya itu efek lega karena buang air kecil. Seina buru-buru menepis gambaran erotis yang mendadak muncul di kepalanya. Namun tak dipungkiri, ia ingin mendengarnya lagi.Berikutnya terdengar suara flush, kemudian aliran keran wastafel.Keran dimatikan dan pintu dibuka.Seina, Om pulang ya, ucap Levi dari depan pintu toilet. Lelaki itu menatap sejenak wajahnya di cermin sambil sedikit menata rambut.Seina mengamati Levi yang masih terlihat tampan bahkan di jam selarut ini.Lelaki yang diinginkan setiap perempuan itu berada di dalam kamarnya, bahkan berbaring di atas ranjangnya. Mungkin sahabat lelaki itu diam-diam memendam perasaan cinta. Mungkin para pelacur harus rela menunggu giliran. Mungkin perempuan lain di luar sana berharap mendapat atensi Levi, walau hanya sebatas lirikan mata.Lalu mengapa ia menyia-nyiakan kesempatan yang diinginkan banyak perempuan di luar sana? Bukankah Levi sendiri yang mengatakan, bahwa segala yang ada pada diri lelaki itu adalah miliknya?Akan tetapi, apa ia harus mengambil kesempatan itu jika ternyata bisa memiliki Levi lebih banyak lagi, jauh dari sebatas berada di atas ranjang lelaki itu?Seina tahu, cepat atau lambat Levi akan bosan. Levi akan bosan jika tidak berhasil mendapatkannya di atas ranjang. Lelaki itu mungkin saja akan pergi. Levi juga akan bosan jika sudah mendapatkan seluruh dirinya. Lelaki itu juga bisa saja tetap pergi. Seina masih ingat nasihat yang sering ia temukan. Sex doesnt make him stay.Namun Seina, tidak ingin kehilangan Levi.Om, satu lagi. Seina menenggelamkan sisa rokoknya ke dalam asbak sebelum berdiri dan mendekati Levi. Kenapa Om milih ceritain kejadian di mobil? Padahal Om bisa aja nge-keep semuanya. Om pasti tahu kalo itu bikin Seina malu.Well sebenernya Om nggak ada niatan cerita hal itu. Pas kita ngobrol-ngobrol tadi, it just happened... Seina menutup rapat bibirnya saat Levi mendekat dan semakin mengikis jarak di antara mereka. Jemari Levi memagut pelan dagunya.Don't worry. I'm not impressed with Seina who tries to look innocent. Because you're not... Levi berbisik pelan di hadapan Seina sebelum mendaratkan kecupan lembut di permukaan bibir gadis itu. Om pulang. Good night Seina. Levi tersenyum dan mengusap pelan pucuk kepala Seina.Aku mau jadi pacarmu, bukan pelacurmu, ucapan Seina menghentikan langkah Levi yang baru saja berbalik. Levi kembali menoleh dan mendapati Seina menatapnya dengan kedua mata yang berapi-api. Kamu tahu, aku setengah mati suka sama kamu, Om. Seina nggak akan nyerah. Aku mau dapetin hati kamu! Silahkan kalau Om mau menyerah. But, i don't. You are my first love. Seina ingin menertawakan ucapannya barusan yang terdengar menyedihkan.Kamu bisa perkosa aku malem itu. Aku nggak akan inget. Tapi nggak kamu lakuin kan? Why? Seina menatap lekat wajah Levi yang hanya diam membisu. Karena kamu bukan laki-laki kayak gitu!Kamu bisa dapetin aku saat ini juga. Kita cuma berdua loh. Kamu apa-apain, aku juga nggak akan bisa ngelawan. Kamu bisa buka baju aku, dan liat apa yang kamu mau. Tapi kamu nggak lakuin itu. Why?Levi menggaruk dagunya sejenak. Aku bisa dapetin cewek mana pun. Aku bisa bayar lonte. Kenapa harus perkosa kamu? Degradasi moral aku nggak sejauh itu. But, i'm not an angel. You know that sweetheart. Penjara isinya nggak cuma pemerkosa.Seina mengernyitkan dahi. Ia hanya membisu saat Levi berlalu dan menghilang di balik pintu kamarnya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan