
Dua hari mataku membelalak, tak bisa tidur, sudah kucoba dengan penutup mata, olahraga sebelum memejam, makan satu dua bungkus nasi padang, menghisap lima batang rokok dalam kurun waktu tak ada satu jam, pergi mencuci baju, mencoba menyalakan motor dan mengitari jogja dan kesedihannya, masih saja sama, sama sekali tak bisa memejam.
Akhirnya kuputuskan untuk duduk pada pojokan gudang, penuh kursi kayu yang sudah rontok tak pernah dijamu, ada bekas buku berserakan yang tak pernah dibersihkan, nyamuk dan genangan air yang menghijau, pun lebam daripada kesedihan, pada akhirnya menyelimuti gelap dalam satu titik ruang kosong, yang kududuki sambil menatap langit-langit yang sudah terbilang usang.
"Mengapa kita harus bertemu? Mengapa kau pergi begitu saja tanpa ada penjelasan yang membuatku setuju? Mengapa kau begitu tega kepadaku, padahal dunia dan bahagia-bahagia dulu, datang dan hinggap menghampiriku karena sikap manismu, mengapa?"
Mataku mulai berkunang-kunang, hidup seperti tidak hidup, kalau saja bunuh diri bukan bagian daripada rangkaian dosa-dosa, sudah kuambil pisau dan meminum satu dua tegukan gelas yang berisi racun didalamnya.
"Kenapa setiap wanita yang datang hanya jadi bayang pada akhirnya? kenapa dunia begitu tak adil padaku? apakah semua ini adalah bentuk kemarahan Tuhan karena aku tak pernah taat padanya?"
Satu dua hisap kepulan asap rokok melewati jantung dan rongga hidungku. Jantung yang sehat dulunya, yang selalu menghindari nikotin dan tembakau jenis lainnya, seperti sudah tak begitu berarti lagi. Biarkan ia sekalian sesak bersama dada yang didalamnya menahan tangis isak, biarkan ia hancur dan meneguk satu dua pil untuk jadi jalan kesembuhannya. Terkadang, kita lebih suka menyakiti diri disaat seperti ini, karena itu lebih melegakan pada akhirnya.
Apalagi saat dunia tahu bahwa kau begitu sakit, dunia setuju sekali dengan perlakuanmu, perilaku bodohmu, sikap ceroboh dan aroganmu, padahal kita hanya perlu waktu untuk melaluinya.
"Ah sial, ternyata dia memang tak pernah memilihku, saat dia bersamaku, dia telah menemukan opsi lain dalam hidupnya. Dia menemukan laki-laki tampan, baik sikapnya, baik tata kramanya, dia menemukan laki-laki yang bisa bersikap seperti raja yang memuliakan ratunya. Namun, bukankah aku lebih hebat daripada laki-laki yang kau temui itu? Kalau saja kau tau, aku pernah gila-gilaan antar kota untuk seseorang yang kucintai begitu adanya. Kalau kau tau, dulu, saat aku begitu sayang dengan seseorang, aku hanya ingin ia bahagia, karena bahagianya adalah bahagiaku. Ahh, sudah pasti kau tak pernah dan akan mau tahu. Lagipula, jika aku harus mengatakannya, bukankah itu menjadi hal yang tidak ikhlas dalam mencintainya?"
Sembari menahan isak tangis yang sedari tadi merasakan hati yang begitu teriris, kukepul terus batang rokok yang sudah tak tau habis berapa jumlahnya. Lalu kusempatkan untuk membuka playlist spotify yang didalamnya adalah lagu-lagu bahagia kita, sebentar, kukira bukan kita, lebih tepatnya bahagia pada bayanganku saja.
Aku sendiri tertawa, melihat begitu banyak lagu yang kukumpulkan, dan berharap dari lirik tersebut jadi doa doa untuk kita kedepannya.
"Ah sial, sudah kucoba mencintai dengan baik pun dunia tetap tak pernah terima, dunia tak pernah mau melihatku dan jiwa ragaku merenggut bahagia. Rasa-rasanya, dunia berpihak pada orang lain, dan jahat sekali padaku sedari dulu, sampai sekarang. Apa aku harus mati saja?"
Dan pada hari ini, kepergianmu sudah begitu jelas, kau telah menemukan yang lain, yang lebih daripadaku.
Dan yang kutahu sekarang, mencintai tak pernah semudah itu, bisa jadi rasa kita menggebu saat pertama jumpa, belum berarti akan terjadi terhadap seseorang yang kita cintai juga.
Hmm..kau sekarang sedang merasakan sepertiku kan? belum apa apa sudah begitu cinta. Kalau kau merasa keanehanku kemarin seperti tak masuk akal, ya seperti itulah rasanya.
Cinta adalah bagian daripada sakit dan luka, ia hinggap pada garis batas yang begitu berbahaya, salah-salah kalau kau salah melangkah, kau akan menemukan duka dan menyesali apapun yang terjadi pada setiap harinya.
Semoga kau tak pernah merasakan itu lagi. Lagipula, sejahat-jahatku padamu, lebih baik aku yang sakit menahannya daripada melihat kau tak bahagia, seperti yang aku rasakan sekarang.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
