
Deskripsi
Kita tau istilah “Membunuh tanpa menyentuh” biasa diungkapkan untuk sebuah santet, ataupun seseorang menyewa pembunuh bayaran. Namun, istilah itu saya gambarkan juga untuk para pelaku Bullying.
Ya, kenapa tidak? Pelaku bullying bahkan lebih jahat dari pembunuh bayaran. Pasalnya, yang mereka bunuh bukan nyawa, tetapi mental. Ketika seseorang telah “terbunuh” mentalnya, maka ia akan merasakan hidup seperti cangkang yang tidak berguna. Hingga pada akhirnya, banyak yang mengakhiri hidupnya...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya
WANITA TUA SI PEMBULLY
2
0
Terkadang sebuah ketidakpuasan seseorang terhadap kehidupannya, menjadikan sebuah obsesi yang tidak lagi belandaskan dengan logika. Atau ketika seseorang yang mengalami kehidupan yang menyedihkan, membuatnya melampiaskan kesedihannya yang terpendam itu kepada orang lain yang ia anggap memiliki sesuatu yang ia tidak punya. Maka dengan cara itu, ia akan merasa kuat dan puas. Cerita berikut ini adalah salah satu contoh tentang kisah seorang wanita tua yang tidak puas akan kehidupannya, kemudian ia melampiaskannya kepada orang lain. Ia merasa dengan membuat orang yang ia benci menderita, ada kepuasan tersendiri untuknya. Dengan terus menerus memberi makan egonya, membuatnya seakan diakui oleh sekitarnya bahwa ia berkuasa. Rasa dahaga dan dehidrasi akan sebuah pengakuan terus dirasakan didalam dirinya, selama tidak ada korban pelampiasan atas kekurangannya itu.Aku percaya, bahwa setiap manusia dilahirkan dengan sifat yang baik. Hanya saja, kehidupan yang mereka lalui berbeda-beda, sehingga menjadikan seseorang itu bisa menjadi jahat ataupun sebaliknya. Ya, wanita berusia 43 tahun ini, aku melihatnya adalah pribadi yang hangat, dan baik hati. Aku mengaguminya, pada awal kami saling bercerita tentang kisah masa lalu. Namun, semakin lama aku mengenalnya, aku melihat sisi lain darinya, yang biasa kusebut “dark side”. Dia, wanita yang terlahir dari keluarga yang sederhana, namun kehilangan sosok seorang ayah menjadikannya wanita yang keras dan egois. Terkadang dia sangat ingin diakui sebagai wanita yang kejam dan tidak berperasaan. Dia yang sangat ingin diagungkan di lingkungannya, ingin diakui dan dihormati. Senioritas adalah menjadi sebuah budaya yang ia terapkan terhadap siapapun yang ada disekitarnya. Ia tidak segan “menebas” siapapun yang dia anggap tidak sejalan dengannya.“Gue bakal bikin dia di cut”. Kalimat yang sering diucapkannya ketika ada seseorang yang ia tidak sukai. Menghina, menyindir dan mengolok-olok adalah sebuah budaya yang ia terapkan kepada para juniornya dan juga circle nya. Merasa usia dan masa kerjanya paling lama, maka banyak orang yang segan terhadapnya. Entah segan, atau takut akan menjadi bulan-bulanan. Semua orang seakan tunduk kepadanya. Bahkan dia tidak segan beradu mulut dengan atasannya, merasa paling tahu segalanya. Merasa ia paling bisa menangani setiap masalah.Aku semula yang sangat percaya kepadanya, dengan kata-kata manisnya seakan dia adalah seorang senior yang baik hati dan dapat dipercaya. Namun lambat laun ia mencoba menjadikanku sasaran bulan-bulannya. Rasa iri dengki terhadapku, mungkin itulah faktor utama yang membuatnya amat sangat membenciku. Itulah asumsiku setiap kali aku berfikir, “Aku salah apa, kok tega banget”.Namun, seiring berjalannya waktu, akupun sadar bahwa bukan aku yang salah, namun dialah yang sepertinya ada masalah dalam kehidupannya. Perlahan aku menyadari, dia membutuhkan seseorang untuk ia jadikan sasaran pelampiasan atas ketidakpuasannya terhadap hidupnya. Bayangkan saja, di usia yang tak lagi muda, wanita tua ini harus bekerja dengan level yang masih bawah. Belum lagi anak-anaknya yang masih kecil dan membutuhkan banyak biaya. Maka dari itu, ia berusaha untuk mempertahankan pekerjaannya. Meskipun ada suaminya, namun tuntutan kebutuhan yang tinggi membuatnya harus terpaksa bekerja. Memang ini adalah hal biasa dalam kehidupan, setiap orang pasti memiliki struggle masing-masing. Namun, apabila disadari, wanita tua ini sangat terobsesi menjadi superior dan paling di segani di lingkungannya karena dibalik itu ada kehidupan yang menyedihkan.Belum lagi hinaan yang kadang ia terima dari orang yang menganggapnya wanita gampangan, entahlah. Ia merasa ia adalah sosok MILF. Seringkali ia membanggakan bahwa banyak yang ingin mendekatinya. Tetapi pada kenyataannya, memang banyak yang ingin mendekatinya hanya untuk menidurinya. Itulah mengapa dia sangat bangga ketika dia haus dan dahaga akan sebuah validasi bahwa ia adalah sosok MILF.Aku adalah seseorang yang merasa menjadi sasaran bulan-bulannya. Entah karena keberadaanku dirasa menganggunya, atau dia tidak puas akan posisiku. Yang aku sering dengar adalah banyak beberapa orang sebelumnya yang ia serang, orang-orang itu kebanyakan orang yang ia anggap “gak ada kerjanya”.Aku yang tidak begitu nampak ia jadikan samsak, terlihat samar. Ya, wanita tua ini memiliki kekuatan manuever kepada orang-orang untuk mengolok-olokku. Bully yang ia lemparkan kepadaku memanglah tidak nampak seperti menyiksa fisik pada umumnya. Namun wanita tua ini memiliki mulut seperti ular yang bercabang. Ia bisa menjadi sebuah “bisa” dimanapun ia berada. Terkadang aku melihat posisinya bak mami-mami yang ada di tempat bordel.Semakin aku mempelajarinya, semakin aku paham kenapa ia bisa melakukan itu. Aku melihat banyak ketidakpuasan yang ia rasakan. Di mulai dari posisinya yang masih level bawah, gaji yang ia rasa sangat minim dan tidak setara dengan pekerjaannya, kondisi usia tua yang mengharuskannya untuk tetap pergi kerja dan meninggalkan anak balitanya, dan banyak hal lain lagi terutama kisah masa lalunya yang kehilangan sosok kasih sayang dari sang Ayah. Sungguh menyedihkan, di usia yang tak lagi muda, ia harus menanggung ketidakadilan kehidupan. Ia menutupi itu dengan menjadi sosok yang kejam dan superior.Seringkali ku dengar ia tak segan melawan atasannya dengan kata-kata yang tidak pantas di lontarkan dari seorang bawahan ke atasan. Namun, itulah kenyataannya. Ia mungkin tumbuh dengan kehidupan yang keras yang menjadikannya pribadi yang tak ada etika.Aku juga sering mendengar olok-olok yang ia lontarkan kepada siapa saja yang ia rasa pantas untuk dihina. Aku salah satu orang yang sering mereka jadikan bahan rosting. Ya, roasting. Baru-baru ini kata itu menjadi kata favorite wanita tua ini dan juga para circle nya untuk menjadi bahan tertawaan mereka ketika mereka sedang berkumpul.Tak segan-segan, bahkan mereka memiliki panggilan untuk CEO perusahaan tempat mereka bekerja dan mencari nafkah. “BOBI”, yaa, awalnya kupikir mereka memanggil CEO kami itu dengan nama pendeknya, namun ternyata BOBI adalah kepanjangangan dari Botak Biadab. Aku yang speecless ketika mendengar panggilan yang mereka buat kepada orang yang memberikan mereka pekerjaan dan makan dari gajinya.Tak hanya itu, mereka akan memberikan sebutan olok-olok kepada siapapun yang mereka anggap “seru” untuk di roasting. Seringnya mereka membuat panggilan itu dari fisik. Ketika mereka sedang menceritakan orang-orang yang mereka olok-olok itu, mereka tertawa terbahak-bahak dengan puas. “Enak banget ya ngeroasting orang tuh, aku suka banget”. Ucap salah satu komplotan wanita tua itu. Entahlah, ini menjadi sebuah culture yang mereka bangun. Aku melihatnya itu adalah culture shock yang tak pernah ku lihat sebelumnya. Dan itu adalah sebuah toxic yang menjadikan mereka kehilangan sebuah empati.Aku melihat dari komplotan wanita tua ini adalah junior-junior yang masih muda usia dibawah 25 tahun. Tentu saja mereka seakan mengabdi kepada wanita tua ini agar diakui keberadaannya. Padahal sebelumnya, aku melihat mereka ini adalah pribadi yang baik. Namun karna tuntutan sebuah culture, menjadikan mereka terbiasa menjadi jahat.Ketika pulang kerumah, wanita tua ini menjadi sosok ibu yang hangat untuk anak-anaknya, dan sosok seorang istri yang mengabdi kepada suaminya. Ia melakukan pekerjaan rumah tangga dengan baik, mengurus anak-anaknya dengan baik. Namun ketika memasukin lingkungan kerja, ia seperti berubah menjadi sosok “Wanita Tua Pembully”.Itulah gambaran sebuah cerita dimana jalan kehidupan, ketidakadilan yang diterima menjadikan seseorang yang baik menjadi kehilangan empati.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan