Rumah Setelah Menikah

0
0
Deskripsi

Part 5.

Memulai sebuah keluarga diperlukan suatu tempat yang akan menjadi rumah bagi setiap anggotanya. Zaman yang semakin serba tidak murah ini, rumah pun menjadi sesuatu hal yang cukup sulit dimiliki oleh generasi muda di abad 21 ini. Bagaimana tidak, harga tanah semakin naik, kebutuhan primer semakin meningkat, sehingga untuk membangun atau membeli rumah pun semakin menjadi sesuatu yang memerlukan biaya tidak sedikit. Akhirnya banyak yang memilih untuk mengontrak rumah atau mencicilnya dengan waktu yang cukup panjang. Beruntunglah bagi mereka yang sudah mampu memiliki rumah sendiri apalagi tanpa harus mencicil.

Bagi kamu yang berencana untuk menikah, coba pikirkan dengan matang tentang tempat tinggal kalian setelah menikah. Menikah artinya membangun rumah tangga. Rumah tangga terdapat pasangan suami istri di dalamnya, maka jangan sampai aktivitas rumah tanggamu itu terganggu oleh sesuatu yang sebenarnya bisa dicegah sejak awal sebelum menikah, contohnya seperti tentang memutuskan di mana tempat tinggal yang akan kalian pilih.

Mari kita jabarkannsatu per satu.

  1. Tinggal di rumah orangtua suami. Sebagai negara yang sudah kental dengan budaya patriarkinya di mana seorang istri sudah biasa dibawa tinggal di rumah orangtua suaminya, tampaknya tinggal di rumah orangtua suami itu sudah menjadi "keharusan". Tapi coba kita baca-baca lagi berapa banyak seorang istri yang mengeluh dan tidak bahagia ketika harus tinggal satu atap dengan mertuanya. Alasan apa yang menyebabkan hal itu. Ada banyak faktor kemungkinan yang menyebabkan seorang istri merasa tidak nyaman tinggal dengan mertuanya. 
  • Tidak sedikit ibu suami yang merasa cemburu dengan menantu perempuannya sehingga berperilaku menyebalkan dan membuat menantu perempuan tidak nyaman.
  • Keluarga suami seringkali berprilaku sewenang-wenang, dengan menganggap bahwa menantu perempuan harus mampu mengerjakan segala pekerjaan rumah, mulai dari memasak, beberes rumah, mencuci pakaian, hingga harus mengurus kebutuhan keluarga suami. Ini sih namanya perbudakan. Seorang istri tidak layak mendapatkan perlakuan buruk seperti itu. Jika ada seorang istri yang merasa ada di posisi ini, cobalah untuk berani berdiri untuk dirimu sendiri, jangan mau dimanfaatkan. Kalaulah membantu sesekali itu wajar dan bagus, tapi kalau seorang istri hanya dimanfaatkan sebagai pembantu rumah tangga dan melayani semua anggota keluarga tanpa adanya rasa penghormatan harga diri dari keluarga suami. 
  • Mertua terlalu ikut campur dengan urusan rumah tangga anaknya. Sering terjadi mertua merasa lebih tahu tentang anak laki-lakinya dan menuntut menantu perempuan agar melakukan banyak hal sesuai dengan kehendak mertua. Bahkan tidak sedikit mertua yang malah mengatur keuangan dan pengeluaran rumah tangga anaknya. Sehingga si menantu perempuan tidak memiliki kebebasan dalam mengelola keluarganya sendiri. Atau ikut campur dalam masalah yang malah seringkali lebih membela anak laki-lakinya meskipun salah sekalipun. Sungguh, ada dua ratu dalam satu rumah itu tidak menjadikan semuanya lebih baik.
  • Urusan finansial pun kadang menjadi masalah yang besar, ketika orangtua suami tidak memiliki kesadaran bahwa anak laki-lakinya yang sudah menikah tentu memiliki tanggungan lain yang perlu diprioritaskan, sedangkan ada orangtua yang sangat bergantung pada anak laki-lakinya dan timbullah masalah finansial lainnya.
  • Tidak memiliki kebebasan yang seharusnya. Maksudku adalah bahwa kadang kita ingin bermesraan dengan pasangan tanpa takut terlihat oleh orang lain. Kita juga ingin memiliki privasi untuk melakukan hal-hal yang disenangi bersama pasangan. Atau sekadar ingin bermalas-malasan di akhir pekan tanpa terganggu rutinitas pekerjaan domestik. Atau sekadar ingin pergi jalan-jalan keluar berdua saja dengan pasangan. Kadang kenikmatan-kenikmatan yang terlihat sepele seperti itupun tidak bisa tercapai hanya karena kita hidup bersama mertua dan kita merasa canggung, takut berbuat salah, takut kelihatan diam saja tanpa mengerjakan sesuatu, dan ketakutan lainnya yang sebenarnya not a big deal.

Lima hal di atas yang aku tuliskan hanyalah beberapa yang seringkali terjadi belum dengan segala permasalahan lainnya yang tidak kalah menguras emosi hati. Biasanya gesekan-gesekan yang terjadi ini adalah karena terlalu sering 'bertemu', kebiasaan yang berbeda, dan ekspektasi-ekspektasi yang terlalu tinggi. Jangan lupa juga bahwa kadang tidak semua mertua perempuan itu seperti yang digambarkan di atas, tidak sedikit juga kok mertua perempuan yang baik dan penyayang. Makanya memilih pasangan itu juga harus melihat keadaan keluarganya juga. 

Jadi, coba pikirkan dan pertimbangkan dengan baik masihkah worth it untuk memulai rumah tangga dengan hidup seatap dengan mertua?

2. Tinggal di rumah orangtua istri. Tidak jarang pasangan suami istri pun memilih untuk tinggal di rumah orangtua sang istri dengan berbagai alasan yang melatarbelakangi. Namun, sejauh pengamatanku biasanya sangat sedikit kasus suami yang tertekan hidup di rumah orangtua istrinya (kecuali jika si suami orang pemalas, berperangai buruk, dan sebagainya atau memang ada saja orangtua istri yang memperlakukan mertua laki-lakinya dengan tidak baik seperti kasus di nomor satu, tapi kasusnya lebih jarang). Nah, jadi biasanya suami ketika tinggal di rumah orangtua istrinya, justru selalu diperlakukan dengan baik sebagaimana anak mereka sendiri. Mungkin hal ini ada pengaruh dari budaya patriarki juga. Mungkin juga karena orangtua si istri berharap bahwa anak perempuannya pun akan diperlakukan dengan baik juga di rumah mertuanya. Jadi, biasanya tinggal di rumah orangtua istri lebih bisa meredam kemungkinan konflik, karena si suami pun bekerja, jadi kesempatan untuk bertemu pun lebih sedikit. Namun, jangan diabaikan juga bahwa bagaimanapun tinggal dengan orangtua setelah menikah bisa saja salah satunya menahan perasaan tidak nyaman.

3. Mengontrak rumah. Ini bisa menjadi pilihan bagi kalian jika memang belum mampu untuk memiliki rumah sendiri. Kelebihan mengontrak tentu saja tidak adanya intervensi dan campur tangan dari pihak lain dalam kehidupan rumah tangga kalian. Kalian juga bisa dengan bebas berpindah jika dirasa ingin merasakan suasana baru. Namun, pikirkan juga rencana jangka panjang masa depan, tentu kalian ingin memiliki rumah sendiri yang nyaman sesuai dengan impian kalian, kan? Nah, maka selama mengontrak usahakan memiliki rencana yang jelas dan realistis seberapa lama kalian akan mengontrak, berapa tabungan yang kalian perlukan untuk membeli atau membangun rumah sendiri, dan lain sebagainya. 

4. Mencicil rumah. Saat ini banyak sekali kompleks perumahan baik yang subsidi maupun komersil yang ditawarkan dengan harga yang variatif. Banyak pasangan muda memilih untuk mencicil rumah daripada mengontrak atau tinggal dengan orangtua. Namun, memilih rumah cicilan pun jangan asal. Harus dipikirkan tentang seberapa strategisnya tempat rumah kalian dari tempat-tempat penting dan vital seperti sekolah, pasar, tempat kerja, atau fasilitas kesehatan. Jangan sampai memilih rumah cicilan yang tempatnya berada di ujung antah berantah, yang jarak ke tempat kerja memerlukan waktu berjam-jam dan sebagainya. Waktu kalian pun berharga. Jarak jauh hanya akan menambah cost atau biaya tambahan di hal-hal lainnya. Pikirkan juga jangka waktu cicilannya. Contoh ketika mengambil cicilan 10 tahun, 15 tahun, atau bahkan 20 tahun, apakah yakin pengasilan kalian bisa menutupi cicilan selama itu? Apakah yakin penghasilan kalian akan tetap seperti saat ini? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang harus dipikirkan dengan matang. 

5. Tinggal di rumah orangtua/mengontrak dulu sambil menabung. Nah, ini juga bisa menjadi pilihan, tetapi harus dipikirkan juga seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menabung. Belum lagi jika kalian bertambah tanggungan, misalnya memiliki anak, karena membesarkan dan mendidik anak pun memerlukan biaya yang sangat besar, membesarkan anak harus penuh tanggung jawab dengan segala hak dan kewajiban kalian sebagai orangtua. Mungkin menunda memiliki anak bisa menjadi alternatif lain untuk mewujudkan satu per satu mimpi rumah tangga kalian dan memiliki anak ketika urusan primer kalian sudah tercukupi.

Oke jadi itulah beberapa hal yang ingin kusampaikan agar kalian para calon pasangan suami istri dapat mendiskusikan dengan matang tentang tempat tinggal kalian setelah menikah. Semua pilihan ada kelebihan dan kekurangannya dengan segala konsekuensinya. Yang terpenting adalah bahwa kalian harus menjadi team yang solid sebagai pasangan suami istri, saling mendengarkan, saling menghargai, dan saling mengisi satu sama lain. Semoga bermanfaat. Sampai berjumpa di topik selanjutnya. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Sebelumnya Kenali Keluarga Calon Pasangan
0
0
Hal yang ingin aku bagikan hari ini tentang hal yang harus dipertimbangkan sebelum menikah adalah mengenali keluarga calon pasangan. Mengapa? Yuk dibaca aja langsung tulisanku di bawah. Semoga bermanfaat.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan