Menikah Muda Belum Tentu Mudah

0
0
Deskripsi

Kali ini aku akan membahas tentang menikah muda.

Usia hanyalah angka.
Memang benar kedewasaan seseorang tidak bisa diukur melalui angka umur. Aku setuju. Tidak jarang kita jumpai anak muda yang pemikirannya sudah cukup matang dan bijaksana. Tidak sedikit pula yang usianya sudah 30, 40, atau 50 bahkan masih bersifat kurang dewasa dan sebagainya.


Tentang menikah muda. Apa sih batasan usia disebut sebagai menikah muda itu? Samakah dengan menikah dini?
Menurut beberapa sumber yang kubaca, usia minimal calon pengantin perempuan dan laki-laki adalah 19 tahun, sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Artinya biasanya usia 19 tahun berarti usia seseorang yang baru lulus pendidikan menengah atas atau sederajat. Mungkin usia 19 tahun ini dianggap sudah cukup mampu untuk menentukan keputusan seseorang ketika dia ingin menikah. Biasanya mereka yang menikah di usia yang belum menginjak usia 19 tahun, sering kita sebut pernikahan dini. Mirisnya ada anak yang baru lulus SD sudah menikah. Usia baru 13 tahun sudah menikah. Usia 15 tahun sudah hamil, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk menikah muda biasanya pasangan muda antara umur 19 sampai dengan 23 tahun. Semuanya tergantung persepsi, kebiasaan di daerah, dan pola pikir sekitar.


Menurutku, meskipun peraturan pemerintah telah memberi batas minimal, tetapi belum tentu dan tidak harus menjadi patokan seseorang untuk menyegerakan pernikahan. Dude, menikah itu sesuatu yang besar tanggung jawabnya, menikah itu suatu keputusan yang tidak bisa main-main. Kita berikrar untuk menjalani rumah tangga seumur hidup dengan orang yang sama dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Pernikahan itu isinya penuh dengan komitmen, tanggung jawab, dan bahkan kompromi terhadap banyak hal. Menikah muda belum tentu pernikahannya akan mudah. Lagipula mengapa sih mau buru-buru menikah? Ingin menghindari zina? Ingin memenuhi kebutuhan biologis? 

Menghindari zina itu ada banyak caranya bukan hanya dengan menikah. Menghindari zina, mengendalikan hawa nafsu bisa dilakukan dengan banyak cara, misalnya alihkan dengan melakukan banyak kegiatan positif, bergabung ke dalam komunitas hobi yang sesuai denganmu, menyibukkan diri menjadi relawan, berpuasa, dan masih banyak cara lainnya yang lebih efektif dan bermanfaat daripada sekadar menikah. Makanya aku kadang miris dengan orangtua yang tidak peduli terhadap kebutuhan anaknya yang sudah remaja, harusnya orangtua mampu mendampingi, mengawasi, dan mengarahkan agar anaknya tidak hanya berfokus pada pacaran saja. Itulah mengapa aku tidak pro dengan konsep berpacaran, karena lebih banyak negatifnya dibandingkan positifnya. (Mungkin lain kali akan aku bahas juga dampak negatif pacaran ini)

Oke mari kita bahas permasalahan-permasalahan yang sering menimpa pasangan yang menikah muda tanpa persiapan yang matang. Berapa banyak rumah tangga yang berakhir dengan perceraian di mana suami istrinya masih berusia kurang dari 20 tahun? Di usia yang baru menginjak umur 20 tahun sudah menjadi janda beranak dua. 
Berapa banyak bayi-bayi, anak-anak kecil yang terlantar akibat orangtua yang belum siap menjadi orangtua seutuhnya?
Berapa banyak pernikahan yang isinya penuh dengan perdebatan dan pertengkaran karena sama-sama mempertahankan egoismenya?
Jawabannya sangat banyak.


Sering kujumpai para istri muda yang merasa kehilangan jati dirinya karena harus sepenuhnya mengabdi pada suaminya. Banyak ibu muda yang merasa menyesal karena telah meninggalkan cita-citanya. 
Aku tidak melarang mereka yang memutuskan untuk menikah muda, karena aku pun menikah di usia yang baru menginjak 21 tahun dan itu sungguh tidak mudah.
Ada banyak mimpi yang mestinya masih harus diperjuangkan tanpa terganggu kewajiban rumah tangga. Dunia ini terlalu luas jika kita hanya terpaku diam di satu tempat mengurusi rumah tangga atau bahkan tak sedikit perempuan yang malah menjadi "pembantu" di rumah mertuanya. Ngeri.
Belum lagi menikah muda itu bayak risikonya. Ketika hamil dan melahirkan, mungkin saja sang perempuan belum cukup kuat untuk menahan segala hal yang berkaitan dengan kehamilan. Ditambah lagi hormon dan emosional ketika hamil tuh sangat unpredictable. Bayangkan, jika si istri sedang tidak mood ngapa-ngapain terus suaminya tidak mau mengerti. Apa yang akan terjadi? Salah satu atau salah duanya akan menderita. Sedangkan ibu hamil itu harus bahagia, harus sehat, dan sebagainya.


Permasalahan berikutnya adalah tentang keadaan ekonomi, finansial. Skip buat yang terlahir dari keluarga konglomerat. Tapi bagi mereka yang hidup masih melarat, belum punya pekerjaan yang stabil, penghasilan belum mencukupi, atau bahkan belum punya pekerjaan, eh malah memilih nikah muda, lalu bagaimana ke depannya? Malah menambah beban orangtua. Mengajak hidup susah anak orang. Dan hal-hal mengerikan lainnya. Jangan terbawa pengaruh influencer atau motivator menikah muda yang memang mereka mah hidupnya sudah terjamin, ada fondasi finansial yang stabil dari keluarganya. Yang bahkan jalan-jalannya pun sudah setingkat ke luar negeri wilayah Eropa dan sebagainya. Jangan mudah tertipiu dengan story atau postingan selebgram yang selalu penuh dengan keromantisan. Dunia mereka mungkin berbeda dengan duniamu. Lihatlah realita.


Jadi, menurutku, risiko menikah muda itu lebih banyak daripada entar dulu deh dunia terlalu luas jika hanya mengurusi soal nikah. Menikah itu tanggung jawabnya besar, Guys, baik untuk si suami maupun si istri. Makanya mengapa nikah itu disebut sebagai ibadah terpanjang, ibadah seumur hidup, dan penyempurna setengah dari iman, ya karena tanggung jawab dan rintangannya pun besar. Mari renungkan, jika teman-teman bisa mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, yakin bisa mengatasi problematika di atas yang tadi kusebutkan, dan kalian memutuskan akan menikah muda, silakan. Hak setiap orang, tetapi mohon dengan sangat pikirkan secara matang, karena apa yang kusebutkan di tulisan ini masih sebagian kecil permasalahan, belum lagi jika kita membahas tentang KDRT akibat emosional yang tidak stabil, kemudian tentang ilmu pengasuhan atau parenting, belum lagi berkaitan dengan tempat tinggal dan lain sebagainya dan lain sebagainya.


Jika kamu masih belum punya penghasilan dan pekerjaan yang stabil, emosionalmu masih labil, mimpinya masih banyak yang mesti diraih, serta segala hal yang belum kamu selesaikan, maka jangan dulu menikah. Jangan sampai nanti malah menjadi tambahan beban di hidupmu, di keluargamu, dan bahkan menjadi beban negara dan orang lain.
Kurasa orang yang membaca tulisanku adalah orang-orang yang cerdas yang bisa memahami dan mengerti ke arah mana maksudku ini.
Tentu, episode ini masih sangat banyak pembahasannya tapi akan kubahas di episode lainnya yang lebih relevan dengan topiknya. 

Jadi, bagaimana pandangan teman-teman terhadap fenomena menikah muda ini?
Mari berdiskusi dengan bijak.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya Shakuntala Devi: Sisi Lain dari The Human Computer
0
0
Yang suka matematika, sini merapat. Aku rekomendasikan film India tentang seorang perempuan yang mendapat julukan The Human Computer ini. Plus, ada sisi lain dan pembelajaran hidup yang bisa dipetik dari film ini. Check it out!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan