
Deskripsi
sumber: http://www.global-isp.org/wp-content/uploads/WP-132.pdf
"MMT menjelaskan perekonomian moneter dengan seksama dan berdasarkan penjelasan ini, merekomendasikan cara terbaik untuk menerapkan kebijakan dan investasi publik berdasarkan kapasitas produktif, sumber daya yang tersedia, dan stabilitas harga.
...
...penting dicatat bahwa manajemen inflasi ortodoks bergantung pada seperangkat alat usang yang dibangun di atas fondasi mitos dan asumsi lemah yang disamarkan sebagai hukum alam - yaitu,...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya
Uang modern dan kemerdekaan dari austeritas
0
0
sumber: https://democracycollaborative.org/learn/publication/modern-money-and-escape-austerity Joe Guinan
16 September 2014Teori moneter modern menghancurkan landasan intelektual austeritas tetapi membutuhkan pemahaman ekonomi politik yang lebih kokoh.Seiring waktu, para pemikir gerakan yang terkemuka mengembangkan pemahaman mendalam tentang ilmu ekonomi 'uang lunak' (soft money) dan kekuatan mata uang negara (fiat), yang menghasilkan berbagai rancangan moneter radikal yang jauh melampaui sistem Federal Reserve yang dibuat pada tahun 1913 dan juga melampaui reformasi perbankan Kesepakatan Baru (New Deal). Permintaan mereka adalah 'mata uang rakyat' yang fleksibel: murah, elastis, dapat diperbanyak sesuai pertumbuhan populasi dan perdagangan, dan beroperasi di luar kendali sistem perbankan Pantai Timur [Amerika Serikat - pen.]....Dengan surutnya gelombang Populis, 'pertanyaan tentang uang' menjadi hilang dari politik Amerika Serikat... Mengingat austeritas yang kontraproduktif dan pemerintahan elit teknokratis saat ini, kita dapat mengambil inspirasi dari dorongan Populisme untuk berlaku radikal dan berani. Namun, dalam banyak hal, kita sebenarnya sudah berhasil. Sejak 15 Agustus 1971, ketika Richard Nixon secara sepihak mengakhiri konvertibilitas dolar AS menjadi emas, sehingga mengakhiri rezim Bretton Woods dengan nilai tukar tetapnya, negara-negara pencipta mata uang berdaulat telah memiliki sesuatu yang mendekati sistem moneter demokratis yang diperjuangkan para Populis pada abad kesembilan belas. Kesulitannya ternyata kita belum memahami sistem ini sepenuhnya – dan belum menuntut agar ia dijalankan dengan tepat....Tidak banyak hal-hal terkait ilmu ekonomi yang sangat disalahpahami selain uang modern. Ia bisa tampak sebagai subjek yang sangat rumit, bahkan bagi para ekonom. Schumpeter mengaku tidak pernah memahami uang sampai tuntas, sementara Keynes mengklaim dia hanya mengenal tiga orang yang benar-benar paham tentang uang: 'Seorang Profesor di universitas lain; seorang murid saya; dan seorang pegawai pemula di Bank Inggris' (Ingham, 2004, 5). Jika produksi adalah 'tempat tersembunyi' kapitalisme (Marx, 1974, 172), maka uang adalah tempat rahasianya. Diselimuti misteri yang membingungkan, ditulis dengan bahasa dan simbolisme misterius, fungsi uang dikaburkan dari pandangan umum, sehingga seolah-olah bertujuan agar publik tidak memahami uang atau operasi moneter dasar dalam perekonomian. 'Studi tentang uang, melebihi semua bidang lain dalam ilmu ekonomi', tulis John Kenneth Galbraith,'adalah satu bidang di mana kompleksitas digunakan untuk menyamarkan kebenaran atau untuk menghindari kebenaran, bukan untuk mengungkapkan kebenaran... Proses penciptaan uang oleh bank begitu sederhana sehingga sulit diterima pikiran' (Galbraith, 1976, 15-29).Ilmu ekonomi neo-klasik ortodoks, seperti dicatat Geoffrey Ingham, 'tidak terlalu mementingkan uang secara teoretis', melihat uang sebagai satu komoditas yang tunduk pada analisis ekonomi mikro standar sekaligus sebagai alat tukar murni, 'selubung netral' (2004, 7). Begitu totalnya pengabaian uang sehingga model dasar ekonomi neo-klasik tidak menyertakan uang sama sekali, menggantikannya dengan tindakan barter sederhana (Keen, 2011, 357). Setelah awal terjadinya 'inflasi parah' pada dekade 1970-an, monetarisme menunjukkan obsesi terhadap pasokan uang dan stabilitas harga, yang dapat dilacak ke kekurangan ilmu ekonomi makro neo-klasik dan 'gagasan bahwa, secara prinsip, mungkin, melalui pencarian apolitis dengan cara yang paling efisien secara teknis, untuk mengetahui jumlah pasokan uang netral yang optimal – yaitu, pasokan uang yang persis mencerminkan nilai ekonomi 'riil' (Ingham, 2004, 35-6)....Namun, teori uang juga telah melahirkan tradisi heterodoks yang terkenal, dengan silsilah yang dapat dilacak ke Smith dan Marx dan setelahnya Knapp (The State Theory of Money), Schumpeter dan Keynes dengan 'Treatise on Money' hingga karya 'keuangan fungsional' Abba Lerner, 'uang endogen' Hyman Minsky serta para neo-kartalis (Wray, 1998, 18-37). Bagi para teoretikus dalam tradisi ini, uang, sementara berupa satuan hitung, alat tukar, dan alat pembayaran, berasal dari utang dan sehingga harus dipahami sebagai hubungan sosial, yang mengungkapkan keseimbangan kekuasaan di antara kekuatan sosial dan politik yang saling bersaing.Uang, dijelaskan, pada dasarnya bersifat politis – siapa yang memilikinya, berapa banyak, dan berapa harganya. Dari sudut pandang ini, banyak masalah terkait uang dengan cepat menjadi terfokus. Masalah yang sangat jelas dalam perekonomian saat ini bukanlah kebanyakan orang memiliki terlalu banyak uang untuk dibelanjakan, tetapi terlalu sedikit. Namun, di semua negara-negara industri maju, resepnya sama: pemotongan, penghematan, austeritas. Krisis digunakan untuk mengecilkan negara, sementara hampir seluruh kelompok arus utama kiri telah dibuat tidak berdaya, terperangkap dalam cengkeraman kepercayaan umum tetapi keliru tentang uang dan keuangan. Armin Schäfer dan Wolfgang Streeck menunjukkan versi yang cukup suram dari pandangan ini:Selama hampir tiga dekade negara-negara OECD telah – secara berkala – mengalami defisit dan akumulasi utang. Pembayaran bunga yang meningkat dan pematangan negara kesejahteraan berarti semakin sedikit pendapatan pemerintah saat ini tersedia untuk pembelanjaan diskresioner dan investasi sosial. Partai mana pun yang terpilih akan terikat tangannya oleh keputusan masa lalu. Krisis keuangan dan fiskal saat ini hanya memperburuk pengurangan ruang gerak pemerintah dalam jangka panjang. Akibatnya, proyek untuk perubahan kebijakan telah kehilangan kredibilitas – setidaknya jika ia membutuhkan redistribusi sumber daya dari tujuan lama ke tujuan baru. (Schäfer dan Streeck, 2013, 1).Gagasan tentang anggaran pemerintah yang dibatasi pendapatannya dalam negara yang berdaulat secara moneter mungkin merupakan fiksi yang berguna bagi kaum konservatif dan kapitalis pemburu rente, tetapi seharusnya tidak dibiarkan begitu saja oleh kelompok kiri. Akibatnya, setiap proposal untuk berinvestasi dalam layanan sosial, atau bahkan dalam upaya mencegah keruntuhan peradaban akibat perubahan iklim, langsung mengarah pada pertanyaan mematikan: 'Bagaimana membayarnya?' (Mosler, 2010, 13). Kurangnya tanggapan yang meyakinkan berarti sekali lagi, seperti pada dekade 1930-an, semua penduduk secara tidak perlu dipaksa mengalami periode deflasi dan austeritas yang menyiksa.Bahwa ada alternatif terhadap pemaksaan ini bisa dilihat dalam operasi bank sentral. Bahkan ketika anggaran publik sedang dipangkas, bank sentral memompa sejumlah besar uang baru – ratusan miliar hanya di Inggris – ke dalam sistem keuangan untuk memperbaiki neraca bank komersial melalui dana talangan dan pelonggaran kuantitatif (QE). Operasi bank sentral ini bukanlah hal baru, tetapi skalanya belum pernah terjadi sebelumnya – neraca bank sentral sekarang tiga kali lipat dari tingkat sebelum krisis (Streeck, 2014, 39) – dan tidak satu sen pun harus 'dibayar' melalui pajak atau pinjaman. 'Ini bukan uang pajak', jelas mantan Gubernur Federal Reserve Ben Bernanke dalam sebuah wawancara TV: 'Bank-bank tersebut memiliki rekening di The Fed, sama seperti anda memiliki rekening di bank komersial. Jadi, untuk meminjamkan ke bank, kami cukup menggunakan komputer untuk meningkatkan jumlah uang dalam rekening yang mereka miliki di The Fed' (Pettifor, 2014, 24). Uang gratis, dengan kata lain, disediakan bagi mereka yang menyebabkan krisis, tetapi tidak bagi sebagian besar orang yang terus menderita akibat krisis ini. Satu-satunya alasan pemerintah dapat meloloskan kebijakan seperti ini adalah karena ketidaktahuan publik, yang dipupuk oleh para politisi dari semua kalangan, tentang dasar-dasar perbankan dan penciptaan uang. 'Cukup bahwa rakyat kita tidak memahami sistem perbankan dan moneter', kata Henry Ford, 'karena, jika mengerti, saya percaya revolusi akan terjadi sebelum matahari terbit besok' (Greider, 1987, 55).Kesulitan langsung yang kita hadapi adalah kontradiksi antara masalah ekonomi saat ini, yaitu defisit yang terlalu kecil, dan pemahaman politik tentangnya, yaitu defisit yang terlalu besar (Mosler, 2012, 79). Masalah yang lebih dalam, bagaimanapun, bukanlah kelangkaan uang tetapi 'kelangkaan pemahaman umum tentang hubungan sosial yang berupa uang' (Pettifor, 2014, 52). Meluasnya buta huruf ekonomi tentang hal ini dan pertanyaan terkait, bersama dengan pengaburan yang disengaja terhadap kemungkinan yang diizinkan uang negara (fiat) kepada pemerintah, membuat politisi bebas menjajakan cerita usang tentang uang ketika potensi deflasi akan meningkatkan nilai aset keuangan yang dimiliki bank dan kreditur, sementara austeritas menggigit semakin dalam ke kehidupan orang-orang biasa.Rangkaian karya yang sekarang sedang diproduksi oleh cabang dari ilmu ekonomi pasca-Keynesian – teori moneter modern, atau MMT – memunculkan tantangan mematikan bagi ortodoksi yang berkuasa. Dilihat melalui lensa MMT, hampir setiap asumsi populer tentang uang dan keuangan publik salah arah atau keliru – setidaknya dalam kasus di mana pemerintah memiliki mata uang yang berdaulat (1).Di antara pendukung utama pendekatan radikal terhadap ilmu ekonomi makro ini adalah L. Randall Wray dan Stephanie Kelton dari Universitas Missouri, Kansas City dan ekonom Australia Bill Mitchell dari Universitas Newcastle di New South Wales. Tokoh terkemuka lainnya adalah Warren Mosler, pemodal terkenal AS yang pada tahun 1992 meyakinkan pejabat kementerian keuangan Italia bahwa mereka tidak akan pernah bisa dipaksa gagal membayar utang dalam mata uang lira, sehingga dapat meninggalkan paket austeritas IMF yang pro-siklikal dengan pernyataan 'Tidak ada tindakan luar biasa yang akan diambil. Semua pembayaran akan dilakukan tepat waktu'. Dana lindung nilai Mosler menghasilkan $100 juta dengan bertaruh melawan gagal bayar (default) pemerintah Italia (Mosler, 2012, 4-10). MMT juga menikmati dukungan dari sesama ekonom pasca-Keynesian seperti Steve Keen dan Ann Pettifor, dan sedang membangun kelompok pendukung yang vokal di media sosial dan blog.Mengetahui MMT pertama kali mirip dengan jatuh ke lubang kelinci dan muncul dalam dunia di mana semua pendapat yang tampaknya baku tentang uang dan perbankan ternyata salah dan justru yang sebaliknya berlaku. Penjelasan buku teks tentang bank, misalnya, sebagai 'perantara' antara penabung dan peminjam sekarang tidak lagi berlaku, bekas dari era uang komoditas sebelumnya. Bank tidak memberikan pinjaman dari deposito; sebaliknya, mereka menciptakan deposito 'dari ketiadaan' melalui tindakan pemberian pinjaman tersebut. Investasi tidak memerlukan tabungan; sebaliknya, tabungan diciptakan oleh investasi. Penerimaan pajak tidak diperlukan untuk mendanai pembelanjaan pemerintah; sebaliknya, pembelanjaan mengedarkan uang yang dibutuhkan untuk membayar pajak. Dalam ketiadaan surplus sektor asing, defisit sektor publik sebenarnya diperlukan jika menginginkan keberadaan surplus sektor swasta domestik; semua ini adalah identitas akuntansi sederhana (Wray, 1998; Wray, 2012). Bahkan penjelasan ortodoks yang lebih canggih, seperti deskripsi apa yang disebut 'perbankan cadangan fraksional' dan batas-batas persyaratan cadangan terhadap pinjaman, ternyata jauh dari benar: seperti yang telah dibuktikan oleh bankir sentral Alan Holmes, konsep 'pengganda uang' ternyata terbalik, dan 'di dunia nyata bank memberikan kredit, menciptakan deposito dalam prosesnya, dan mencari cadangan kemudian' (Henwood, 1997, 220).Berdasar warisan teoretis yang kaya dan pemahaman rinci tentang operasi moneter yang sebenarnya, MMT menjelaskan langkah demi langkah melalui akuntansi nasional yang paling dasar untuk memotong belantara metafora dan analogi yang menyesatkan, sehingga dasar-dasar sistem moneter jelas terlihat, yang sebelumnya membingungkan dan tersembunyi kendala politik dan institusional yang dipaksakan sendiri. Ambil contoh anggaran berimbang, yang saat ini dianggap menghasilkan manfaat ekonomi yang hanya dilampaui pembayaran utang nasional (Mosler, 2012, 12). Tidak seperti aset riil, aset keuangan ketika dijumlahkan harus selalu secara neto menjadi nol, setiap aset satu orang pada saat yang sama merupakan liabilitas keuangan orang lain. Pada tingkat sistem perekonomian secara keseluruhan, setiap surplus keuangan berkorespondensi, satuan demi satuan, dengan defisit keuangan yang sama di tempat lain dalam sistem tersebut, bukan karena teori ekonomi yang rumit tetapi karena identitas akuntansi yang tak terhindarkan.Dalam model ekonomi tiga sektor sederhana – sektor pemerintah, sektor swasta domestik (rumah tangga dan perusahaan), dan sektor asing (seluruh dunia, termasuk pemerintah, rumah tangga dan perusahaan asing) – surplus di satu sektor harus selalu diimbangi dengan defisit berukuran sama pada sektor-sektor lain. Segera jelas bahwa cita-cita kebijakan neoliberal untuk mencapai tiga surplus bersamaan (surplus fiskal, surplus swasta domestik, dan surplus eksternal) adalah kemustahilan logis dalam sistem perekonomian global secara keseluruhan dan hanya dapat dicapai dalam suatu perekonomian nasional sejauh sektor asing bersedia mengalami defisit. Tanpa surplus eksternal, dengan kata lain, sektor publik dan swasta tidak dapat mengalami surplus pada saat yang bersamaan. Jika yang satu surplus, yang lain harus defisit (Tymoigne dan Wray, 2013, 42).Lalu ada kepercayaan luas bahwa pemerintah harus mengutip pajak atau meminjam untuk mendanai pembelanjaannya, sebuah analogi dari keuangan rumah tangga yang juga disamakan untuk keuangan publik. Seperti yang dikatakan Margaret Thatcher pada konferensi Partai Konservatif 1983:Negara tidak memiliki sumber uang selain uang yang diperoleh sendiri oleh rakyat. Jika negara ingin berbelanja lebih banyak, ia hanya dapat melakukannya dengan meminjam tabungan anda, atau dengan mengutip pajak lebih banyak dari anda. Anda tidak bisa menganggap bahwa ada orang lain akan membayar. 'Orang lain' itu adalah anda. Tidak ada yang namanya uang publik. Hanya ada uang pembayar pajak. (Thatcher, 1989, 168)Tentang uang modern, seperti dalam banyak hal lain, Thatcher justru salah total. Seperti yang ditunjukkan Mosler, 'dana untuk membayar pajak, sejak awal, berasal dari pembelanjaan (atau pemberian pinjaman) pemerintah. Dari mana lagi asalnya?’ (Mosler, 2010, 20). Ini adalah inti dari teori neo-kartalis: pajak mendorong penggunaan uang. Untuk MMT, pemungutan pajak oleh pemerintah yang berdaulat dalam mata uang mereka sendiri menciptakan permintaan awal untuk mata uang tersebut dan memungkinkannya menjadi alat tukar dalam seluruh perekonomian. Urutan logisnya penting: 'mereka yang memiliki kewajiban membayar dalam suatu mata uang harus mendapatkan mata uang tersebut sebelum mereka dapat membayarnya, dan jika pemerintah adalah satu-satunya pencipta mata uang, maka pemerintah yang harus berbelanja atau meminjamkan mata uang tesebut sebelum pajak dan kewajiban lain dapat dibayar' (Tymoigne dan Wray, 2013, 8). Pajak, oleh itu, tidak dapat menjadi sumber pendanaan untuk pembelanjaan pemerintah.Mengapa perlu mengutip pajak? Untuk MMT, ada beberapa alasan. Ada kebutuhan menciptakan permintaan terhadap mata uang. Ada kebutuhan berulang untuk mengurangi sebagian dari jumlah uang beredar sebagai sarana mengatur permintaan agregat untuk menjaga stabilitas harga. Ada juga keinginan untuk mengekspresikan preferensi kebijakan publik dalam distribusi kekayaan dan pendapatan dan untuk menghukum industri dan praktik tertentu. Tetapi sementara pajak mungkin penting untuk berbagai tujuan, membiayai pembelanjaan pemerintah yang berdaulat bukanlah salah satunya. Mosler membuat poin ini dengan penuh percaya diri, menggunakan contoh seseorang yang membayar pajak federal AS secara tunai di kantor IRS:Pertama, anda akan menyerahkan tumpukan mata uang anda kepada orang yang bertugas menerima pembayaran. Selanjutnya, dia akan menghitungnya, memberi anda tanda terima dan, semoga saja, mengucapkan terima kasih karena anda telah membantu membiayai jaminan sosial, bunga utang nasional, dan perang Irak. Kemudian, setelah anda, pembayar pajak, meninggalkan ruangan, dia akan mengambil uang hasil jerih payah anda yang baru saja dibayar dan membuangnya ke dalam mesin penghancur kertas… Mengapa? Uang itu tidak ada gunanya lagi. Sama seperti tiket masuk Super Bowl. (Mosler, 2010, 14)Pemerintah yang berdaulat secara moneter tidak akan pernah kehabisan uang mereka sendiri. Total pembelanjaan mereka adalah apa pun yang mereka tentukan. Sederhananya, 'tidak ada lagi operasi neraca', seperti yang dijelaskan L. Randall Wray, 'di mana pemerintah membelanjakan pendapatan pajaknya' (Wray, 2014).Hal ini menimbulkan pertanyaan terkait pinjaman. Jika tidak perlu meminjam untuk membelanjakan lebih dari penerimaan pajak, mengapa pemerintah meminjam? Hal ini sangat penting mengingat hubungan merugikan yang terlihat. Penasihat politik Clinton James Carville dengan terkenal menyatakan bahwa jika ada reinkarnasi, dia ingin kembali bukan sebagai Paus atau presiden tetapi 'sebagai pasar obligasi. Anda dapat mengintimidasi semua orang' (Greenwald, 1994). Ancaman 'polisi obligasi' di pasar modal global yang menjual obligasi pemerintah untuk memprotes kebijakan fiskal atau moneter, sehingga meningkatkan imbal hasil (yield) dan menaikkan biaya pinjaman, secara luas dianggap sebagai salah satu hambatan paling kuat terhadap kemampuan pemerintah membelanjakan uang lebih banyak atau meminjam.MMT memosisikan polisi obligasi ini pada tempatnya. Alasan pinjaman pemerintah bukan untuk memperoleh dana bagi dibelanjakan tetapi untuk menjaga keseimbangan pasar cadangan dan mendukung tingkat suku bunga semalam (pembelanjaan defisit, secara otomatis, menciptakan kelebihan cadangan dalam sistem perbankan). Dengan demikian, pinjaman ini lebih merupakan operasi moneter daripada operasi fiskal (Mosler, 2012, 18). Peminjaman memberikan surat berharga pemerintah yang berbunga kepada sektor swasta sebagai alternatif dari uang tunai pemerintah yang tidak berbunga, yang berarti bahwa, dengan menerbitkan utang, pemerintah yang melakukan kebaikan kepada pemilik obligasi dan bukan sebaliknya: 'sebagian besar tekanan yang dipercayai pemerintah saat ini muncul dari pasar internasional sebenarnya merupakan kendala yang dipaksakan sendiri akibat kesalahpahaman tentang sifat defisit pemerintah' (Wray, 1998, 85-9, 75).Mengingat semua ini, kaum radikal di kalangan MMT mulai melihat pinjaman pemerintah, dan jumlahnya yang sangat besar dalam rekening publik, sebagai praktik usang yang harus digantikan sepenuhnya dengan defisit murni dan kredit bank sentral langsung ke rekening kementerian keuangan:Peran utama yang tersisa dari pinjaman publik pada zaman kita adalah untuk memperdaya publik, dan untuk mengaburkan sifat dan efek sebenarnya dari operasi fiskal dan moneter pemerintah di bawah labirin yang membingungkan dari praktik pembukuan dan aturan keuangan. Menghilangkan pinjaman publik, dan menggantinya dengan operasi yang lebih sederhana, lebih langsung dan lebih transparan, akan memajukan debat demokratis tentang pembelanjaan publik dan praktik perpajakan. Paling penting, perubahan ini akan menghilangkan ketidakjelasan dan kebingungan yang tidak perlu, lalu membantu kita semua memahami dengan tepat siapa yang dirugikan oleh keputusan anggaran yang dibuat oleh para politisi. (Kervick, 2012)Kesimpulan yang luar biasa dari teori moneter modern adalah bahwa tidak ada batasan keuangan yang melekat pada pembelanjaan pemerintah yang berdaulat secara moneter. Tentu saja, pembelanjaan ini memiliki konsekuensi dalam perekonomian riil, berdampak pada inflasi, suku bunga, pembentukan modal, dan seterusnya, dan pembelanjaan berlebihan yang berkepanjangan melebihi pemekerjaan penuh dan kapasitas produksi riil dapat menyebabkan hiperinflasi. Tetapi MMT mengikuti Keynes mengenai 'inflasi sejati' yang tercapai dalam 'situasi di mana pembelanjaan tambahan harus menyebabkan inflasi karena elastisitas luaran telah turun menjadi nol ketika semua sumber daya telah digunakan sepenuhnya' (Tymoigne dan Wray, 2013, 18). Saat ini, dengan 48 juta orang penganggur di seluruh OECD dan begitu banyak modal yang menganggur, kita memang sangat jauh dari situasi seperti itu (OECD, 2014, 11)....Hubungan sosial, seperti yang ditegaskan Ann Pettifor, tidaklah dalam kondisi kekurangan. Setelah uang dikembalikan ke tempatnya sebagai sistem akuntansi, yaitu masalah penekanan tombol dan foton yang dipancarkan oleh layar komputer, kebenaran yang mencengangkan muncul bahwa, dalam batas fisik alam dan sumber daya manusia kita sendiri, 'kita mampu membiayai apa yang dapat kita lakukan' (Pettifor, 2014, 13).Tidak ada yang bisa lebih jauh dari asumsi politik masa kini yang sempit dan usang. Austeritas, kebutuhan mengurangi pembelanjaan pemerintah untuk menyeimbangkan anggaran dan membayar utang – ekspansi melalui kontraksi! – tetap menjadi kerangka dominan politik arus utama, memberikan pengaruh yang kuat atas kelompok sosial demokrat serta liberal dan konservatif di Inggris dan di seluruh dunia. Upaya menantang kerangka ini dan menggantikan pendekatan alternatif (biasanya 'pemompaan' tradisional neo-Keynesian) yang bertujuan merangsang pertumbuhan telah gagal disadari publik. Setelah kebijakan dan program masa lalu mereka gagal, partai-partai kiri-tengah – termasuk Partai Buruh – terpenjara dalam austeritas ekonomi, menjanjikan paling maksimal manajemen penghematan publik dan mobilitas ke bawah yang lebih lembut dan lebih perlahan (Guinan, 2012).Dengan latar ini, MMT memproklamirkan dirinya sebagai 'progresif terakhir' (Mosler, 2011). Namun, untuk teori yang sebagian besar beroperasi dalam mode deskriptif daripada mode preskriptif, ini agak aneh. Para ahli teori uang modern telah menafsirkan sistem moneter dan perbankan dalam berbagai cara; intinya, bagaimanapun, adalah mengubah sistem ini. Lalu, apa resep kebijakan MMT?Sebagai cabang teori ekonomi yang mewarisi pemahaman Keynes, MMT menawarkan kerangka kebijakan yang sebagian besar berorientasi pada penghapusan pengangguran dan manajemen ketidakstabilan yang lebih baik dalam perekonomian pasar kapitalis. Untuk tujuan ini, proposal kebijakan MMT utama, mengikuti Minsky, adalah jaminan pekerjaan, di mana pemerintah turun tangan untuk bertindak sebagai pemberi kerja terakhir (Minsky, 2013). Klaim MMT adalah, pemekerjaan penuh dapat dipisahkan dari pertumbuhan ekonomi dan ketidakstabilan harga (Wray, 1998, 122-48). Versi yang sangat menarik dari jaminan pekerjaan MMT akan berupa, daripada penciptaan pekerjaan langsung oleh pemerintah di sektor publik, sebuah proses aplikasi dan hibah di mana pekerjaan akan dialokasikan ke sektor nirlaba untuk melakukan pembersihan lingkungan, menyediakan barang publik dan melaksanakan pembangunan masyarakat, dengan alasan bahwa organisasi akar rumput 'terorganisir dengan lebih baik, lebih mengenal kebutuhan dan sumber daya lokal, dan selalu membutuhkan lebih banyak uluran tangan' (Tcherneva, 2012, 5).Melampaui jaminan pekerjaan, aspek kebijakan MMT pada dasarnya bermuara pada penghapusan kendala kelembagaan yang tidak perlu dan dipaksakan sendiri (baik yang berasal dari regulasi atau teori neo-klasik) pada kebijakan moneter dan fiskal sehingga sepenuh hati merangkul pendekatan 'keuangan fungsional' Abba Lerner. Keuangan fungsional menganjurkan penggunaan kebijakan moneter dan fiskal berdasarkan kebutuhan ekonomi riil yang dapat diamati, dan menolak gagasan bahwa posisi fiskal pemerintah adalah tujuan kebijakan yang relevan: 'Harga dan stabilitas keuangan, pertumbuhan standar hidup yang moderat, dan pemekerjaan penuh adalah tujuan ekonomi makro yang relevan, dan posisi fiskal pemerintah harus dinilai berdasarkan tujuan-tujuan ini' (Tymoigne dan Wray, 2013, 19).Meskipun pemikir MMT individu mengungkapkan pandangan mereka tentang berbagai masalah ekonomi lainnya, MMT sendiri sering cenderung ke arah agnostisisme. Mengingat keadaan saat ini, penerapan program MMT yang terbatas sekalipun seperti ditunjukkan di atas akan menjadi semacam revolusi dalam kebijakan ekonomi dan politik. Namun, MMT sebagai sebuah teori sedikit menjawab sejumlah pertanyaan kritis – paling tidak di antaranya tentang apa yang harus dilakukan terhadap sektor perbankan swasta. Dengan hanya sekitar tiga persen dari semua uang beredar berbentuk uang kertas dan koin, bank-bank komersial saat ini menciptakan sejumlah besar uang dalam sistem 'dari ketiadaan' melalui tindakan pemberian pinjaman. Produksi uang kredit bank inilah yang dilihat oleh sosiolog keuangan seperti Ingham memberi kapitalisme karakter strukturalnya yang khas: 'Produksi ini tidak terjadi dalam lembaga seperti bank pada masa lalu' (Ingham, 2004, 13).Agnostisisme terhadap perbankan swasta, mengingat perannya dalam krisis keuangan baru-baru ini, tampak seperti kekosongan besar, terutama pada saat krisis membuat banyak orang tertarik pada urusan keuangan. Pemikir lain dari kiri dan kanan yang berbagi analisis MMT tentang penciptaan uang kredit dari ketiadaan oleh bank masuk mengisi kesenjangan ini, merancang apa yang dikenal sebagai perbankan cadangan penuh atau 100 persen (Phillips, 1994), perbankan dengan tujuan terbatas (Kotlikoff, 2010), atau uang positif (Ryan-Collins et al., 2011; Jackson dan Dyson, 2012). Baru-baru ini didukung oleh Martin Wolf di Financial Times (Wolf, 2014), gagasan membatasi pinjaman swasta dari uang yang sudah ada sebelumnya dapat ditelusuri kembali ke Irving Fisher dan 'Rencana Chicago' pada dekade 1930-an, yang kemudian mendapat dukungan dari, antara lain Milton Friedman (Phillips, 1994). Di sebelah kiri, perbankan dengan cadangan penuh terlihat mengurangi kekuatan dominan lembaga keuangan dalam sistem sambil mencegah spekulasi yang tidak produktif dan penciptaan gelembung aset. Di sebelah kanan, ia menjawab masalah bahwa menciptakan uang dari ketiadaan adalah inflasioner dan menghancurkan nilai tabungan, menawarkan manfaat tambahan yang juga akan memisahkan negara dari perbankan swasta.Kesamaan dari semua varian pada proposal yang serupa ini adalah keinginan mengurangi risiko dengan mengembalikan bank secara efektif ke posisinya sebagai perantara sejati dalam teori neo-klasik ortodoks. Untuk alasan ini, proposal-proposal tersebut dicurigai banyak ekonom pasca-Keynesian, yang khawatir bahwa mereka akan membatasi kredit secara berlebihan dan, seperti standar emas, melembagakan bias deflasi. Mengingat bahwa pinjaman akan dibatasi dari tabungan, ada juga masalah bahwa ia mengembalikan 'kekuatan despotik' pemburu rente (Pettifor, 2014). Jauh lebih menjanjikan, mungkin, adalah prospek menggabungkan MMT dengan proposal perbankan publik, yang akan melanjutkan penciptaan kredit oleh bank tetapi memastikan sosialisasi investasi. Ada banyak pemikiran baru dalam arah ini (Brown, 2012; Brown, 2013)....Pada tingkat yang lebih dalam, teori moneter modern memiliki masalah ekonomi politik. Teori ini agak teknokratis, yang menyiratkan bahwa jika saja ruang kebijakan moneter dan fiskal bagi pemerintah yang berdaulat secara moneter dapat dipahami dengan baik oleh pembuat kebijakan dan publik, maka sarana perubahan akan tersedia. Pandangan ini agak kurang berdasar. Pendekatan MMT terhadap uang, seperti yang ditunjukkan Ingham, tampaknya telah kehilangan 'signifikansi sifat politik dari asal-usul dan fungsi hubungan antara pembelanjaan negara, pajak dan obligasi dalam sistem kapitalis... masalah penyelesaian implisit antara negara, kapitalis pemburu rente dan produsen kapitalis dan pekerja yang membayar pajak (Ingham, 2004, 143).Pandangan ini mengarah pada kenaifan tertentu. Misalnya, resep kebijakan unggulan MMT – jaminan pekerjaan – kemungkinan akan menghadapi tentangan keras karena alasan selain teori; keterlaksanaannya akan membutuhkan lebih dari sekedar kemenangan argumen. Telah ada perlawanan yang mendalam sepanjang sejarah kapitalisme, dari para pemimpin perusahaan serta perwakilan politik mereka, hingga kebijakan dan program yang bertujuan mencapai pemekerjaan penuh, meskipun luaran dan pekerjaan yang lebih tinggi akan menghasilkan laba yang lebih tinggi. Michał Kalecki, dalam esai klasiknya tahun 1943, Aspek Politik Pemekerjaan Penuh, menguraikan perubahan sosial dan politik akibat dari pemeliharaan pemekerjaan penuh dalam ekonomi kapitalis:Memang benar bahwa laba akan lebih tinggi di bawah rezim pemekerjaan penuh daripada di bawah rezim laissez-faire; dan bahkan kenaikan tingkat upah akibat kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat dari para pekerja cenderung mengurangi laba daripada menaikkan harga, sehingga hanya mempengaruhi kepentingan pemburu rente. Tetapi disiplin di pabrik dan stabilitas politik lebih dihargai oleh para pemimpin perusahaan daripada laba. Naluri kelas mereka memberi tahu mereka bahwa pemekerjaan penuh yang bertahan lama tidak masuk akal dari sudut pandang mereka dan bahwa pengangguran merupakan bagian integral dari sistem kapitalis normal. (Kalecki, 2009, 78)Sejak masa Kalecki, tentu saja, juga telah terjadi penyeimbangan kembali kekuatan secara besar-besaran dari kapitalisme industri dan menuju kepentingan pemburu rente; Ingham menyarankan bahwa krisis panjang yang dimulai pada dekade 1970-an harus dibaca sebagai 'balas dendam pemburu rente' (Ingham, 2004, 156). Penegasan kembali dominasi kekuatan mereka inilah yang berada di balik pemulihan 'kapitalisme patrimonial' dalam beberapa dekade terakhir yang digambarkan Thomas Piketty (Piketty, 2014). ReferensiBrown, E. (2012) The Web of Debt: The Shocking Truth About Our Money System and How We Can Break Free, Baton Rouge, Third Millennium.Brown, E. (2013) The Public Bank Solution: From Austerity to Prosperity, Baton Rouge, Third Millennium.Galbraith, J. K. (1976) Money: Whence it Came, Where it Went, Harmondsworth, Penguin.Goodwyn, L. (1978) The Populist Moment: A Short History of the Agrarian Revolt in America, Oxford, Oxford University Press.Greenwald, J. (1994) ‘Greenspan’s rates of wrath’, Time 28.11.1994.Greider, W. (1987) Secrets of the Temple: How the Federal Reserve Runs the Country, New York, Simon and Schuster.Guinan, J. (2012) ‘Social democracy in the age of austerity and resistance’, Renewal 20 (4): 9-19.Henwood, D. (1997) Wall Street, London, Verso.Hind, D. (2014) ‘Just Money’, openDemocracy, at http://www.opendemocracy.net/ourkingdom/collections/just-money.Ingham, G. (2004) The Nature of Money, Cambridge, Polity.Jackson, A. and Dyson, B. (2012) Modernising Money: Why Our Monetary System is Broken and How it Can Be Fixed, London, Positive Money.Kalecki, M. (2009) The Last Phase in the Transformation of Capitalism, New York, Monthly Review Press.Keen, S. (2011) Debunking Economics, London, Zed Books.Kervick, D. (2012) ‘Why does Uncle Sam borrow?’, New Economic Perspectives 26.4.2012, at http://neweconomicperspectives.org/2012/04/why-does-uncle-sam-borrow.html.Kotlikoff, L. (2010) Jimmy Stewart Is Dead: Ending the World’s Ongoing Financial Plague with Limited Purpose Banking, Hoboken, John Wiley & Sons.Marx, K. (1974) Capital, Volume I, London, Lawrence & Wishart.McLeay, M., Radia, A. and Thomas, R. (2014) ‘Money creation in the modern economy’, Bank of England Quarterly Bulletin 2014 Q1, at http://www.bankofengland.co.uk/publications/documents/quarterlybulletin/2014/qb14q1prereleasemoneycreation.pdf.Minsky, H. (2013) Ending Poverty: Jobs, Not Welfare, Annandale-on-Hudson, Levy Economics Institute.Mosler, W. (2010) The Seven Deadly Innocent Frauds of Economic Policy, St Croix, Valance.Mosler, W. (2011) ‘Modern monetary theory: the last progressive left standing’, Huffington Post13.6.2011, at http://www.huffingtonpost.com/warren-mosler/modern-monetary-theoryth_b_872449.html.Mosler, W. (2012) Soft Currency Economics II: What Everyone Thinks That They Know About Monetary Policy is Wrong, US Virgin Islands, Valance.OECD (2014) Society at a Glance 2014: OECD Social Indicators, OECD Publishing, at http://dx.doi.org/10.1787/soc_glance-2014-en.Pettifor, A. (2014) Just Money: How Society Can Break the Despotic Power of Finance, London, Commonwealth.Phillips, R. (1995) The Chicago Plan & New Deal Banking Reform, London, M.E. Sharpe.Piketty T. (2014) Capital in the Twenty-First Century, Cambridge MA, Harvard University Press.Ryan-Collins, J., Greenham, T., Werner, R. and Jackson, A. (2011) Where Does Money Come From? A Guide to the UK Monetary and Banking System, London, New Economics Foundation.Schäfer, A. and Streeck, W. (eds.) (2013) Politics in the Age of Austerity, Cambridge, Polity.Streeck, W. (2014) ‘How will capitalism end?’, New Left Review 87: 35-64.Tcherneva, P. (2012) ‘Full employment through social entrepreneurship: the nonprofit model for implementing a job guarantee’, Policy Note 2012/2, Levy Economics Institute of Bard College.Thatcher, M. (1989) The Revival of Britain: Speeches on Home and European Affairs, 1975-1988, London, Aurum Press.Tymoigne, É. and Wray, L. (2013) ‘Modern money theory 101: a reply to critics’, Working Paper No. 778, Levy Economics Institute of Bard College.Wolf, M. (2014) ‘Strip private banks of their power to create money’, Financial Times 24.4.2014.Wray, L. (1998) Understanding Modern Money: The Key to Full Employment and Price Stability, Cheltenham, Edward Elgar.Wray, L. (2012) Modern Money Theory: A Primer on Macroeconomics for Sovereign Monetary Systems, New York, Palgrave Macmillan.Wray, L. (2014) ‘What are taxes for? The MMT approach’, New Economic Perspectives 15.5.2014, at http://neweconomicperspectives.org/2014/05/taxes-mmt-approach.html.Zinn, H. (1995) A People’s History of the United States, New York, Harper Collins. sumber gambar: https://democracycollaborative.org/learn/publication/modern-money-and-escape-austerity
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan