Doa Melawan Penindas (1)

0
0
Deskripsi

Pengantar.

Sumber: Farid, Muhammad Shareef bin. The Qaadiriyya. SANKORE’ Institute of Islamic-African Studies International, 27 Apr. 2016, https://siiasi.org/confederation/the-qadiriyya-brotherhood/.

{Hizb'l-Itmaam dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani adalah "doa orang tertindas" yang sesungguhnya karena langsung membahas pokok persoalan dan menyerukan penghancuran nyata dan tak tanggung-tanggung terhadap para penindas Muslim dan orang-orang tertindas lain. Seperti doa ‘budak lapangan', Hizb'l-Itmaam bukanlah ‘lagu’ di mana umat Islam berkumpul dan berdoa 'untuk' para penindas mereka, gagal mengakui penindasan dan malah berdoa bagi orang-orang yang jelas-jelas menindas. Hizb'l-Itmaam adalah formula tepat bagi para Muslim tertindas untuk merasakan kekuatan dan kesegeraan pembalasan Allah terhadap orang-orang yang tidak mencintai kehormatan Islam. Ini adalah doa bagi mereka yang tidak memiliki penolong selain Allah dan bagi mereka yang tidak memiliki tempat berlindung selain Allah.

 Sangat menjijikkan akhir-akhir ini melihat para Muslim AS berkumpul di masjid dan membaca 'doa orang tertindas', bukan doa melawan penindas mereka. Para 'imam' yang pemimpin perkumpulan semacam ini tidak berbeda dengan 'pengkhotbah perkebunan', tempat para budak Afrika tertindas, yang malah menyerukan doa bagi tuan para budak ini dan orang-orang telah melecehkan mereka dengan kejam. Seolah-olah para imam ini tidak pernah mendengar sabda Rasulullah saw.: "Takutlah pada doa orang yang terzalimi karena antara mereka dan Allah tidak ada penghalang." Dalam salah satu versi hadis ini, beliau bersabda: “… walaupun dia bukan seorang Muslim.”

Hadis ini adalah dorongan dan ajakan bagi para Muslim tertindas untuk berdoa melawan para penindas mereka. Hadis ini menunjukkan bahkan seorang non-Muslim yang tertindas pun akan terkabulkan doanya jika dalam keputusasaannya dia berpaling kepada Allah dan memohon bantuan-Nya. Dengan cara ini, Allah ta'ala memasukkan iman yang kokoh dan kepastian ke dalam hatinya dengan menunjukkan kekuatan, semangat dan kedekatan bantuan Ilahi-Nya.

Daripada mengumpulkan para Muslim dan non-Muslim di 'gereja' untuk menyanyikan 'lagu' yang disebut 'doa kaum tertindas', yang dampaknya hanya seperti ‘candu’ bagi  mereka; para 'imam' ini seharusnya mengumpulkan para Muslim dan non-Muslim untuk membaca doa yang begitu tegas dan rinci dalam menyerukan penghancuran orang-orang yang tidak mencintai kehormatan Islam; doa seperti ini meningkatkan keimanan para Muslim dan menyebabkan Islam masuk ke dalam hati para non-Muslim.

Hizb'l-Itmaam adalah doa seperti ini. Kata 'itmaam' berarti penyelesaian, pengakhiran, penyempurnaan, pemberlakuan, dan pencapaian. Ini menunjukkan bahwa ia adalah doa yang sudah dikabulkan (mustajaaba) di sisi Allah ta'ala.

Dalam konteks ini, apa yang diinginkan para Muslim dan orang-orang tertindas lain adalah penghilangan sepenuhnya penyebab penindasan mereka, yang hanya dapat terjadi melalui penghilangan total infrastruktur, intelijen, perekonomian dan struktur sosial para penindas mereka.

Dengan memohon kepada Allah ta'ala agar menggunakan kekuatan-Nya (junuuduhu) di alam gaib seperti para Malaikat-Nya dan jin Muslim, serta kekuatan-Nya dalam penciptaan seperti: angin topan, angin puting beliung, angin puyuh, tsunami, gempa bumi, goncangan bumi, banjir bandang, badai, cuaca ekstrim, kebakaran hutan, kebakaran perdu, hujan es, 'salju hitam’, badai salju, longsoran salju, longsoran lumpur, kebakaran liar, erosi, pemadaman listrik, halilintar, serangan hiu, bakteri pemakan daging dan kekuatan-kekuatan lain yang berada di bawah kendali mutlak Allah ta'ala.

Juga dengan memohon kepada Allah ta'ala untuk merusak kerukunan sosial mereka dan menimbulkan perselisihan dalam setiap unsur kehidupan politik, rumah tangga, sosial dan ekonomi mereka. Semua ini adalah permohonan orang tertindas yang halal terhadap para penindas mereka. Nama-nama individu harus disebutkan, bersama nama-nama korporasi, bank, lembaga pemikir dan lembaga yang memungkinkan para penindas melaksanakan penindasan mereka.

Setelah berdoa secara umum terhadap musuh-musuh Allah dan para Muslim tertindas, Syekh Abdul Qadir kemudian menyuarakan apa yang hanya bisa digambarkan sebagai bom pintar spiritual atau rudal balistik terpandu Malaikat. Dia berkata:

“Ya Allah dengan kebenaran Kaaf Haa Yaa `Ayn Saad, cukupkan kami melawan musuh-musuh kami, dan hadapkan mereka dengan virus dan penyakit yang merusak serta ambil korban dari setiap kelompok di antara mereka! Taklukkan mereka dengan percepatan pembalasan-Mu hari ini dan selanjutnya!”

Setelah menyebutkan lima huruf yang terdiri dari Nama-Nama Tersembunyi Allah yang Terbesar, Syekh Abdul Qadir al-Jailani kemudian menyerukan agar wabah, virus, bakteri dan penyakit menimpa setiap sektor masyarakat dari musuh-musuh Allah dan para Muslim tertindas. Dia kemudian berdoa sangat terperinci untuk penghancuran musuh-musuh Allah:

“Ya Allah, bubarkan dan pencarkan persatuan, pecah-belah majelis dan kurangi wilayah mereka! Ya Allah, buatlah persegi yang melingkari (daa'ira) mereka! Ya Allah, turunkan hukuman Ilahi atas mereka! Ya Allah, jauhkan mereka dari kesabaran-Mu, hilangkan harapan, belenggu tangan, dan kunci hati mereka! Ya Allah, hancurkan mereka dengan segala jenis gangguan yang memberikan kemenangan kepada para auliya, Nabi, dan Rasul-Mu! Ya Allah, bantulah kami dengan bantuan Ilahi-Mu bagi para kekasih-Mu melawan musuh-musuh-Mu! Ya Allah jangan biarkan musuh-musuh kami menjadi kuat di antara kami, dan jangan biarkan mereka menundukkan kami karena dosa-dosa kami!”

Inilah permohonan NYATA dari orang-orang yang tertindas!

Kembali ke analisis Hizb'l-Itmaam, Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a. setelah membaca lima huruf mistik yang terputus, Kaaf Haa Yaa `Ayn Saad, dan berdoa keras terhadap para pembenci kehormatan Islam, kemudian membacakan serangkaian huruf mistik yang juga dapat dianggap sebagai bom pintar, pesawat nirawak spiritual, rudal balistik spiritual atau pembom siluman spiritual.

Dia berkata:

Ha Mim Ha Mim Ha Mim Ha Mim Ha Mim Ha Mim Ha Mim jangan beri mereka kemenangan!”

Frasa “laa tunsaruun” (… jangan beri mereka kemenangan… jangan beri mereka bantuan… jangan tolong mereka) adalah ungkapan yang menyentuh setiap aspek individu, kelompok atau bangsa yang dituju. Implikasi doa ini mencakup bantuan nyata dari Allah, sekaligus permohonan agar para pembenci kehormatan Islam dan umatnya tidak diizinkan saling membantu; dan ketika saling membantu antara satu sama lain, bantuan ini mengecewakan mereka sendiri. Ini penting pada zaman sekarang.

Doa ini sangat penting terutama ketika sasaran doa adalah musuh yang sangat besar, seperti kekuatan imperial atau negara global yang memaksa negara-negara lain memasuki jaringan imperialisnya. Seperti kekaisaran Romawi kuno yang mengkooptasi agama orang-orang yang ditaklukkannya dan menundukkan kelas agama atau tokoh mereka demi kebutuhan imperialis; demikian pula AS telah mengkooptasi kelas ulama negara-negara Muslim dalam jaringan imperialisnya seperti Mesir, Yordania, Arab Saudi, Qatar, UEA, Kuwait, dst., di mana para Imam yang dikendalikan negara dibayar untuk mengajar para Muslim berdoa bagi pasukan AS dan NATO yang telah menyerang negara-negara Muslim, bukan berdoa melawan mereka. Karena negara-negara Arab bawahan ini sepenuhnya terhubung dalam jaringan global industri senjata, persenjataan dan keamanan, mereka memiliki kepentingan (investasi) terhadap negara-negara penginvasi dan penyerang wilayah-wilayah Muslim. Jadi, kehancuran satu negara imperial seperti AS juga berarti kehancuran negara-negara bawahannya.

Karena alasan inilah Syekh Abdul Qadir al-Jailani meminta kepada Allah ta'ala untuk mencukupi umat Islam sedemikian rupa sehingga ketika negara-negara non-Muslim ini hancur atau runtuh, umat Islam tidak terpengaruh. Umat ​​Islam tidak perlu menderita akibat kehancuran dan keruntuhan negara-negara non-Muslim yang membenci kehormatan Islam.

Tindakan Allah ta'ala yang mencukupi hamba-Nya mirip dengan kesejukan yang diberikan Allah ta'ala kepada Ibrahim a.s. ketika beliau dilemparkan ke dalam api Namrud. Allah ta'ala berfirman: “Hai api! Sejuklah bagi Ibrahim” dan api yang dinyalakan Namrud untuk Ibrahim membakar segala sesuatu di sekitarnya termasuk hal-hal yang menjadi milik Namrud, sementara Ibrahim terlihat di tengah api, santai, sejuk, adem dan ayem.

Dengan cara ini Syekh Abdul Qadir al-Jailani meminta agar api azab yang Allah timpakan bagi orang-orang dan masyarakat yang tidak mencintai kehormatan Islam, tidak berdampak kepada umat Islam yang menderita di bawah mereka.

Setelah berdoa dengan huruf-huruf mistik terputus yang membuka surah-surah Al-Qur'an, Syekh Abdul Qadir al-Jailani kemudian berdoa dengan tiga hal di mana dia menyerukan pembalasan terhadap orang-orang yang tidak mencintai kehormatan Islam serta para penindas dan tiran, dan kemudian membuat tawassul (perantaraan) dengan salah satu Ulaa'l-`Azmi, nabi dan rasul Nuuh (Nuh) a.s.:

“Ya Allah, lindungilah kami dari kejahatan dan jangan jadikan kami tempat cobaan dan kesengsaraan. Ya Allah penuhilah harapan kami melebihi apa yang kami harapkan. Ya Allah yang pertolongan-Mu kami minta: Jawab kami dengan cepat, jawab kami dengan cepat! Jawab, jawab! Wahai Yang mengabulkan permohonan Nuh…”

Di sini Syekh Abdul Qadir al-Jailani menyiratkan satu rahasia besar dari Nabi Nuh. Dia adalah guru spiritual kita, seorang Nabi dan Rasul, Nuh bin Lamek bin Methusalah bin Enoch bin Idris bin Yarid bin Mahlayel bin Anush bin Qaynaan bin Sheth bin Adam a.s.

Ada empat rahasia Nuh yang diberikan Allah ta'ala kepada umat Muhammad dalam Al Qur'an. Rahasia-rahasia ini tersembunyi dalam empat permohonan Nuh kepada Allah ta'ala.

Dalam Hizb'l-Itmaam, seolah-olah Syekh Abdul Qadir meminta kepada Allah ta'ala melalui rahasia yang tersembunyi di lidah Nabi Nuh a.s. ketika memohon: [1] “Sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah (aku)”; 

Beliau berdoa: [2] “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka durhaka kepadaku dan mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya hanya menambah kerugian baginya. Mereka pun melakukan tipu daya yang sangat besar”;

Dia berdoa: [3] “Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, dan siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang zalim itu selain kehancuran”;

Dia berkata: [4] “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakanku. Maka, berilah keputusan antara aku dan mereka serta selamatkanlah aku dan orang-orang mukmin bersamaku.”

Telah diriwayatkan Qatada atas otoritas Ibnu Abbas atas otoritas Nabi saw., yang berkata: “Rasul yang diutus dengan pesan ilahi universal adalah Nuh. Dia diutus sebagai Rasul kepada orang-orang di seluruh bumi.” Karena alasan inilah balasan  Allah terhadap orang-orang kafir yang melawan Nuh adalah penenggelaman mereka mereka semua di seluruh bumi.

Jadi, ketika Syekh Abdul Qadir al-Jailani membauat Nabi Nuh sebagai perantara, dia meminta kepada Allah ta’ala agar menjatuhkan hukuman yang serupa bagi para penindas, tiran dan pembenci kehormatan Islam dengan apa yang dijatuhkan-Nya kepada musuh-musuh Allah pada zaman Nabi Nuh a.s.

Syekh Abdul Qadir al-Jailani pertama-tama membuat perantaraan (tawassul) dengan Nuh a.s., lalu kemudian dengan Ibrahim a.s.; ketika berkata:

“…dan Dia yang memberikan kemenangan kepada Ibrahim dari musuh-musuhnya…”

Dia adalah nenek moyang kita, Ibrahim (Abraham) bin Tarikh bin Naahur bin Sarugh bin Raagu bin Faaluq bin Aabir bin Shaleh bin Arfakhshidu bin Shem bin Nuh a.s..

Di sini, Syekh Abdul Qadir al-Jailani memberikan indikasi rahasia Nama Allah yang diwujudkan-Nya ketika menyelamatkan nenek moyang, guru spiritual, dan Sahabat Allah, Ibrahim a.s. dari Namrud dan apinya.

Allah ta'ala berfirman: “Kami (Allah) berfirman, “Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim!” Mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, tetapi Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi. Kami menyelamatkannya (Ibrahim)”

Perantaraan melalui Ibrahim a.s. ini penting sebagai cara Syekh Abdul Qadir al-Jailani meminta kepada Allah agar penindasan dan penderitaan yang ditimpakan orang-orang kafir kepada orang-orang beriman berbalik kepada diri mereka sendiri, serta membuat penindasan dan penderitaan dari orang-orang kafir ini sebagai kesejukan dan sumber penghiburan bagi orang-orang beriman.

Ini penting agar ketika kita memohon kepada Allah ta'ala untuk menghancurkan infrastruktur, institusi, dan sistem yang digunakan dalam penindasan para Muslim, para Muslim yang tertindas ini tidak menderita, malah menjadi makmur ketika orang-orang kafir penindas jatuh dan runtuh di sekitar mereka.}


Sumber gambar: https://www.academia.edu/14804543/Hizbl-Itmaam_The_Hizb_of_Completion_by_Shaykh_Abdl-Qaadir_al-Jaylaani 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Doa Melawan Penindas (2)
0
0
Isi: “Doa pendek dari Sultan Para Auliya, Muhyidin Abdul Qadir al-Jailani ini adalah senjata para Muslim yang tertindas. Ia seperti rudal nirawak spiritual yang menghancurkan targetnya tanpa kerusakan tambahan. Daripada bergabung dengan kelompok teroris, para Muslim harus berpaling kepada Allah dan berseru kepada-Nya dengan cara yang sama seperti para nabi zaman dahulu berseru kepada-Nya ketika mengalami penderitaan, penindasan, dan pengekangan yang disponsori negara.”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan