ABERCIO 03

3
0
Deskripsi

"Kalau cio jadiin putri istri, gimana?" Tanya cio

___

Happy Reading ๐Ÿ’œ

โ€ข
โ€ข
โ€ข

05:30

Sehabis sholat subuh, cio tak kembali tidur dan kini ia tengah memakai sepatu olahraga nya untuk joging di sekitaran rumah.

Cio keluar dari kamar nya dan lagi lagi ia berpapasan dengan perempuan yang selalu membuat jantung nya berdegup kencang.

"Pagi, den" ucap putri

"Nama saya cio, bukan den" balas cio dan langsung pergi meninggalkan putri dengan kebingungan

Cio menuruni anak tangga dan berjalan menuju pintu utama untuk keluar, sampai di depan halaman rumahnya, cio melakukan pemanasan sebentar setelah itu baru ia berlari di hari yang masih terbilang masih sedikit gelap.

Sedangkan di dalam rumah, putri langsung melipir ke dapur saat dirinya sudah berada di lantai satu.

Putri akan memasak sarapan dengan menu nasi goreng seafood karna itu adalah menu sarapan favorite Aya, putri mencuci seafood nya terlebih dahulu lalu mencuci sayur sawi untuk ia campurkan dengan nasi gorengnya nanti.

"Pagi put" sapa Aya yang baru bergabung bersama putri

"Pagi buk"

"Mau masak apa?" Tanya Aya

"Nasi goreng seafood kesukaan ibuk"

Aya tersenyum dan mengacak rambut putri dengan gemas, semenjak ia mengambil putri dari rumah aideen, hidupnya tak lagi sepi karna putri selalu menemaninya dan anak itu cepat sekali dalam belajar memasak dan hal lainnya.

Sama hal nya dengan putri, ia sangat bersyukur telah di ajak Aya ke rumah dan tak pernah membuat nya terlihat seperti pembantu, Aya malah sering memasakkan untuknya dan selalu mengajak nya berbelanja.

Mereka berdua kini saling membantu memasak sarapan karna sekarang sudah ada cio di rumah.

"Gimana anak ibuk, put?" Tanya Aya

"Hm? Anak ibuk yang mana? Bang arlo atau bang iden? Atau kak ilen?"

Aya terkekeh dan memukul lengan putri dengan pelan.

"Cio, put, cio" ucap Aileen

"Oh, den cio, gimana apa nya buk?"

"Kamu jangan mandil den, di marahin sama cio nanti kalau dia denger" balas Aya

"Kenapa memang nya, buk?"

"Dia gak suka, waktu istri arlo manggil dia aden aja dia langsung cerita dan marah"

"Jadi putri harus panggil apa, buk? Tuan ya?"

Aya lagi lagi di buat tertawa oleh putri yang selalu berhasil membuatnya tertawa, Aya mengatakan jika cio hanya suka orang memanggilnya dengan nama nya saja tanpa embel embel Aden, Tuan dan lain lain.

Putri yang sudah mengerti hanya mengangguk kan kepala dan lansgung menyendokkan nasi goreng nya yang sudah selesai di masak ke dalam wadah.

Setelah di letakkan di dalam wadah, putri berjalan menuju meja makan dan meletakkan nasi goreng tersebut di sana lalu kembali lagi ke dapur untuk mengambil piring serta gelas lalu meletakkan di meja makan lagi.

Setelah kegiatan masak nya selesai, kini putri membersihkan rumah dengan mulai menyapu dan mengepel dari lantai atas.

Cio yang sudah pulang dari lari pagi nya langsung menuju lantai atas untuk ke kamar nya, namun baru saja menginjak kan kaki di ruang tamu lantai atas, drinya terpeleset dan terjatuh dengan bokong yang mencium lantai terlebih dahulu.

Brugh...

Cio menjerit tertahan menahan sakit pada bokong nya, ia terbaring dan memegang bokong nya sambil menahan sakit.

"Loh, den cio, kenapa tiduran di situ?" Tanya putri yang baru selesai mengepel balkon yang ada di setiap kamar di lantai atas

"Mama" teriak cio yang sudah tak tahan

Putri terlonjak kaget karna cio tiba tiba berteriak tanpa alasan, Aya yang baru menyirami tanaman lansgung berlari ke lantai atas dan melihat anak nya yang berbaring di lantai sambil memegang bokong nya.

"Kamu ngapain tiduran di situ, cio?" Tanya aya

"Lantai nya licin, cio jatuh" ucap cio

Putri membulat kan kedua matanya dan segera menolong cio, dirinya ternyata melupakan kalau ia yang mengepel lantai tersebut dan membuat cio jatuh.

Putri menarik dengan pelan tangan cio dan cio lansgung menepis nya dengan pelan lalu meminta ibunya saja yang menolong nya, merasa cio marah padanya, putri pun beringsut mundur dan Aya langsung menolong anak bungsunya tersebut untuk berjalan ke kamar nya.

Cio berdiri lalu berjalan dengan pelan menuju kamar nya dengan sang ibu yang membantunya berjalan.

Sampai di dalam kamar, cio lansgung berbaring tengkurap dan meminta sang ibu untuk mengelus bokong nya yang terasa berdenyut.

"Lain kali itu hati hati loh, udah tau orang lagi ngepel lantai" ucap Aya

"Cio gak tau, mama, kalau cio tau gak mungkin cio langsung injek lantai nya"

Aya menghela nafasnya saat tau sang anak yang tak pernah berubah pecicilan dari kecil hingga dewasa, ia terus mengelus bokong anaknya yang mencium lantai basah tadi.

"Kenapa tadi kasar banget sama putri? Dia mau nolongin kamu loh" tanya Aya

"Bukan muhrim, mama, dosa"

Aya menjadi salah tingkah sendiri mendengar ucapan anak bungsunya, cio sangat menjaga jarak kepada wanita yang bukan muhrimnya, beda dengan Abang Abang nya yang selalu menyosor lebih dulu ke wanita yang belum menjadi istri mereka.

"Tapi lain kali ngomong yang baik, sayang, kasihan kalau putri nya jadi tersinggung"

"Gak sempet mau ngomong, ma, orang bokong cio sakit" balas cio

"Iya, iya, jawab terus"

Cio terkekeh dalam sakit nya dan meminta sang ibu menyudahi kegiatan mengelus bokong nya yang sakit, tiba tiba pintu kamar di buka dengan kasar dan membuat kedua orang yang berada di dalam kamar terlonjak kaget.

"Mama kenapa?" Tanya Pras

Cio memutar kedua bola matanya dengan malas saat sang ayah salah sasaran, sedangkan Aya langsung berdiri dari duduk nya dan menghampiri sang suami yang masih berdiri di pintu lalu mencubit perut suaminya.

"Aduh, kok di cubit sih, ma!"

"Kalau pintu sama jantung mama copot karna kaget gimana?" Tanya Aya

"Pintu nya bisa di ganti dan jan___.

"Ohhh, pintu bisa di ganti dan mama juga bisa di ganti gitu maksud papa? Iya?" Tuduh Aya

Pras langsung memejamkan kedua matanya saat sang istri sudah mulai kemana mana, sedangkan cio terkekeh melihat sang ayah yang masih saja takut kepada ibunya.

"Enggak, sayang, papa gak ngomong gitu, loh"

"Halah"

"Beneran, mama, jadi siapa tadi yang jatuh? Papa gak denger putri ngomong tadi"

"Anak kamu" ucap Aya

"Ohh, papa kirain mama, kalau gitu ayo kita keluar"

"Heh! Anak kamu sakit loh itu, gak ada rasa kasihan kasihannya"

"Gak papa, mama, cio udah mendingan kok" timpal cio

"Tuh! Mama denger kan" balas Pras

Aya hanya menghela nafas dan mengajak suaminya keluar kamar cio dan menyuruh sang suami untuk segera sarapan jika tak mau magh nya kambuh, sampai di lantai satu dan sudah duduk di kursi meja makan, Aya menyendokkan sarapan untuk suaminya dan menyuruh putri ikut makan bersama mereka seperti biasa.

Putri yang tengah mencuci sayur untuk lauk nanti siang pun langsung ikut bergabung agar Pras tak menegur nya jika tak ingin makan bersama.

"Kok sedikit?" Tanya Aya saat putri menyendokkan sedikit nasi ke dalam piring nya

"Gak papa, buk, lagi gak nafsu"

"Gak nafsu kenapa, hm? Gara gara cio jatuh?" Putri mengangguk

"Ini gara gara putri, buk, den cio jatuh, terus tadi den cio marah waktu putri mau bantuin"

Aya tersenyum dan menyuruh putri makan terlebih dahulu, sedangkan suaminya sudah makan dan akan menambah nasi goreng nya lagi tanpa mendengar pembicaraan kedua wanita yang ada di samping dan di depannya.

Putri pun menurut dan mereka bertiga makan dengan tenang karna Pras sangat tak menyukai ada suara orang mengobrol saat makan.

Setelah 20 menit sarapan, mereka bertiga sudah selesai dan Aya meminta putri untuk mengantarkan sarapan ke kamar cio dan putri langsung mengiyakan karna ia ingin meminta maaf juga kepada cio karna sudah membuat nya jatuh.

Putri yang sudah menyiapkan sarapan pun langsung naik ke lantai atas dan berjalan menuju kamar cio, sampai di depan kamar cio, putri langsung mengetuk pintu kamar cio dan menunggu cio mengizinkan nya masuk.

"Siapa?" Teriak cio dari dalam kamar

"Saya, den, ibuk suruh anterin sarapan"

"Taro di meja aja, nanti saya ambil" ucap cio

Putri yang sudah pegal memegang nampan berisi nasi goreng dan teh hangat langsung saja membuka pintu kamar cio walaupun cio sudah menyuruhnya meletakkan di atas meja, cio yang sedang berbaring tengkurap pun langsung menoleh ke arah pintu dan terkejut melihat putri masuk ke kamar nya begitu saja.

Putri meletakkan nampan tersebut di atas meja dan menghampiri cio, cio tampak membulatkan kedua matanya saat putri menghampirinya.

"Mau ngapain kamu?" Tanya cio

Putri lansgung berlutut dan meminta maaf kepada cio karna sudah membuat cio terjatuh, putri nampak sungguh sungguh dan mengatakan akan melakukan apa saja agar cio tak menyuruh sang ibu memecatnya.

"Maafin saya, den, saya gak tau kalau den cio udah pulang joging dan lewatin lantai yang masih basah" ucap putri

"Saya gak marah sama kamu, sekarang kamu keluar, ya" balas cio dengan sopan

"Tapi tadi waktu saya mau nolong, aden, aden malah nepis tangan saya karna marah"

Cio terlihat mengusap wajah nya dengan kasar dan menyuruh putri keluar dari kamar nya, namun lagi lagi putri tak menurut dan tetap pada posisi nya yang masih berlutut.

Tidak tau kah putri jika dirinya membuat jantung cio sedari tadi berdegup dengan kencang karna dirinya berada tepat di samping pria itu?

"Kita bukan muhrim, jadi saya gak mau kamu pegang tangan saya bukan karna saya marah, karna kita bukan muhrim" ucap cio

Putri tampak mengedip ngedipkan kedua mata nya dengan lucu saat mendengar penjelasan cio, ia langsung berdiri dari berlutut nya dan permisi kepada cio untuk keluar dari kamar pria itu.

Setelah kepergian putri dari kamar nya, cio mengubah posisi tengkurap nya menjadi terlentang dengan pelan kemudian ia memegang dada nya yang berdegup sangat kencang.

"Astagfirullah, lama lama bisa copot nih jantung" ucap cio

Sementara di kamar yang berhadapan dengan cio, tepatnya kamar putri, perempuan itu tak henti hentinya merutuki dirinya yang bodoh dan lupa bahwa cio itu adalah anak pesantren.

Pantas saja tangan nya tadi di tepis oleh cio, orang mereka bukan muhrim dan ia dengan bodohnya malah memegang tangan cio.

"Huh, aku kira dia tadi marah, ternyata itu alasannya" monolog putri

"Pantes aja dia gak mau Deket Deket sama aku, terus kalau aku lagi sama orang tua nya dia kayak menghindar"

Putri terus berbicara sendiri lalu ujung ujung nya ia terkekeh karna melupakan cio yang lulusan pesantren tersebut, karna ia sudah tau alasan cio selalu menghindar darinya, kini putri berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya kemudian akan turun ke bawah untuk memasak makan siang.

Di kamar cio, anak laki laki Aya dan pras itu kini sedang menikmati nasi goreng dan teh hangat nya yang di antar oleh putri tadi, cio tak henti henti nya memuji masakan putri yang ia sangka itu adalah masakan sang ibu.

Tok

Tok

Tok

"Cio, udah sarapan belum, nak?" Tanya Aya dari luar kamar

"Masuk aja, ma, cio lagi sarapan" balas cio

Ceklek..

Pintu kamar terbuka dan masuk lah ibunya ke dalam kamar lalu berjalan menghampiri nya yang tengah makan.

"Masih sakit?" Tanya Aya lagi

"Enggak, ma, udah mendingan, mama sudah sarapan?"

"Alhamdulillah, udah kok sama papa tadi sarapannya" jawab Aya

"Ma, lain kali jangan suruh putri anterin makan, ya, cio bisa turun ke bawah buat sarapan"

"Iya, sayang, tadi mama suruh antar sarapan karna waktu sarapan dia gak nafsu makan katanya, takut kamu marah" ucap Aya

Cio nampak menghela nafasnya lalu meminum teh hangat buatan putri, tiba tiba ponselnya bergetar tanda ada yang menghubunginya. Cio meraih ponsel yang berada di atas meja dan melihat nama Aisyah yang terus terusan menghubunginya tanpa lelah, cio pun menjawab panggilan tersebut dan meletakan ponsel di telinga nya.

"Hallo, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Cio lagi apa? Sudah sarapan?"

"Ini saya sedang sarapan, ada apa, Aisyah?"

"Gak ada apa apa, aku cuma mau telfonan sama kamu"

"Ohh, bisa nanti saja? Saya sedang sarapan bersama ini saya"

Aisyah langsung mengatakan tidak apa apa dan menyuruh cio lanjut dengan sarapannya bersama sang ibu kemudian ia memutuskan sambungan telpon nya setelah mengucapkan salam, cio meletakkan ponselnya yang layarnya sudah bewarna hitam di atas meja lalu melanjutkan acara sarapannya.

"Siapa?" Tanya Aya

"Aisyah, ma, anak pak kiai yang punya pondok "

"Katanya gak boleh pacaran! Ini malah pacaran, sama anak kiai pula" ucap Aya

"Cio gak pacaran, mama, dia cuma nanyain cio lagi apa"

"Beneran gak mau pacaran? Kalau ada yang naksir kamu gimana?" Tanya Aya

"Bener, ma, kalau ada yang naksir cio gak papa, cio tinggal ajak mama sama papa buat ngelamar dia"

"Ya ampun, enteng banget mulut anak mama ini kalau ngomong"

Cio hanya terkekeh dan menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya sambil mengobrol banyak hal dengan sang ibu yang masih berada di kamarnya.

"Ma" panggil cio

"Iya"

"Mama Deket gak sama putri?" Tanya cio

"Lumayan, kenapa?" Tanya Aya penuh selidik

"Dia pernah cerita tentang cowok gak sama, mama?"

Aya menggelengkan kepalanya dan masih menatap sang anak dengan tatapan penuh selidik, cio yang di tatap seperti itu lagi lagi hanya terkekeh dan meneguk habis teh hangat nya yang sudah tak hangat lagi setelah nasi gorengnya habis tak tersisa di dalam piring.

"Kalau cio jadiin putri istri, gimana?" Tanya cio

Tbc ๐Ÿƒ

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya ABERCIO 04
2
0
Nanti malam kita keluar ya ajak cioKemana?Kemana aja, yang penting sama kamu gombal cio___
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan