
TERSEDIA JUGA DI APLIKASI KBM APP
BAB 11 - PERTUNANGAN
BAB 12 - HARI SEBELUM PERNIKAHAN
BAB 13 - KAMBUHNYA JERY
BAB 14 - KABURNYA CALON PENGANTIN
BAB 15 - KESALAHPAHAMAN
BAB 11 - PERTUNANGAN
Setelah kepergian Sonya dan Julia, tiggallah Jofan bersama Sofia berdua. Keduanya saling diam, tak ada yang berniat bersuara. Sofia dengan pemikirannya sendiri sementara Jofan pun tak menyagka jika gadis yang akan dijodohkan dengannya ternyata seorang yang pendiam. Tidak seperti wanita-wanita yang selama ini Mama jodohkan kepadanya. Mungkinkah Jofan akan merasa cocok dengan wanita ini? batin Jofan bertanya, karena jika dilihat dari sikap Sofia sepertinya Jofan cukup nyaman. Tidak banyak bicara dan tidak banyak memujinya.
"Aku ingin bicara padamu," suara Sofia memecah keheningan diantara keduanya.
Jofan menatap Sofia dan ternyata wanita itu juga sedang menatapnya.
"Mengenai perjodohan kita," ucapnya lagi.
Jofan masih terdiam menanti Sofia melanjutkan ucapannya.
"Aku ... aku sebenarnya tidak menyetujui perjodohan ini. Bagaimana denganmu?"
Jofan menghembuskan napas pelan. Jadi perempuan ini tidak ingin dijodohkan dengannya. Jika Jofan boleh berkata, dia pun juga sama. Keberatan dengan perjodohan ini. Tapi apa yang bisa ia lakukan. Sekali pun dia akan menghindar dengan perjodohan kali ini, maka akan ada perjodohan dan perjodohan lagi sampai Jofan menikah nanti.
"Kenapa kamu diam?" tanya Sofia lagi karena Jofan hanya diam tak juga menjawabnya.
Jofan terkesiap, baru menyadari jika dirinya sedang melamun.
"Sofia ... maaf. Aku tak bisa berbuat banyak dengan perjodohan ini."
Sofia menautkan kedua alisnya mencari jawaban yang pasti dari Jofan.
"Maksudmu ... kau menerima perjodohan ini ?"
Jofan mengehela napasnya sekali lagi. Di sini seolah dirinya sangat menginginkan perjodohan sialan yang telah dirancang dengan kedua ibu mereka. Tapi nyatanya, Jofan hanya mengangguk pasrah membuat Sofia langsung meraup wajahnya frustasi.
"Astaga! Aku pikir dengan bertemu denganmu maka kita bisa bekerjasama."
"Bekerjasama apa?"
Sofia menegakkan punggungnya. Kedua lengan ia letakkan di atas meja hingga sekarang tubuh Sofia sedikit maju ke depan.
"Jofan, dengarkan aku. Aku tak mungkin bisa menikah denganmu. Karena aku ...."
"Sudah punya kekasih," sela Jofan.
"Itu kau tahu." Sofia menjentikkan jarinya.
"Lalu, kenapa memangnya kalau kau sudah punya kekasih? Perjodohan ini akan tetap berlangsung juga, kan?"
"Jofan, Mamaku tidak merestui hubungan dengan kekasihku. Oleh karena itulah beliau memaksa agar aku menikah denganmu. Tapi sungguh, aku tak bisa Jofan. Aku tak bisa menikah denganmu karena aku dan kekasihku saling menyayangi."
"Sofia, maafkan aku. Aku tak akan bisa berbuat apa-apa. Aku tidak bisa mengelak dari keinginan mamaku yang akan menjodohkanku denganmu."
"Apa? Kau ini lelaki macam apa? Seharusnya kau bisa menolaknya jika memang kau tak menginginkan perjodohan ini. Tapi nyatanya tebakanku salah. Kau pasti sangat mengharap perjodohan ini berjalan bukan? Ck." Sofia berdecak kesal. Lalu menatap tajam Jofan.
"Jofan, dengarkan aku. Sampai kapan pun aku tak akan bisa menikah denganmu. Maafkan aku."
Setelah mengatakan itu Sofia pergi begitu saja meninggalkan Jofan. Sementara Jofan bisa apa selain hanya menatap kepergian Sofia. Jofan sudah sangat lelah dengan semua cercaan mamanya mengenai pernikahan. Andai saja papanya ada di sini mungkin saja ada seseorang yang bisa membantunya untuk lari dari masalah perjodohan yang tak akan ada habisnya. Sayangnya sang papa yang sedang berada di luar negeri terlalu enggan ikut campur dengan urusan istri dan anaknya.
***
Dua hari berlalu sejak acara pertemuan Jofan dengan Sofia. Dan saat ini lihatlah, dengan muka kusutnya, Sofia menyambut kedatangan Jofan dan mamanya. Lain halnya dengan Sonya yang menyambut kedatangan mereka berdua dengan suka cita. Bahkan binar di wajah perempuan paruh baya itu tak mampu disembunyikan karena bahagianya. Di dalam rumah mewah keluarga Sofia, Sonya sudah berkumpul bersama keluarga besarnya. Dan pertunangan antara Jofan dengan Sofia pun terlaksana.
Tidak ada yang bahagia selain kedua orang tua mereka. Jofan dengan wajah datarnya sementara Sofia dengan wajah kusut dan cemberut. Jofan tahu jika Sofia marah kepadanya, tapi mana Jofan peduli. Jikalau pun Sofia tidak ingin dijodohkan dengannya, seharusnya Sofia sendiri yang berusaha menolak bukannya justru menyuruh dirinya agar mau membatalkan pertunangan ini. Jofan tidak akan mau menjatuhkan harga dirinya sendiri. Biarkan saja Sofia dengan kesinisannya dan kebenciannya. Jofan tak peduli. Bahkan selama acara berlangsung baik Jofan juga Sofia tak saling bertegur sapa. Jofan yang memilih berbincang dengan papa Sofia. Apalagi jika bukan membicarakan persoalan bisnis mereka. Sementara Sofia, entahlah ke mana perginya wanita itu. Mungkin saja Sofia sedang mengurung diri di dalam kamar meratapi nasibnya.
Malam semakin larut, Jofan dan Julia pamit untuk pulang. Tak nampak juga keberadaan Sofia hingga membuat Julia bertanya-tanya. Sonya yang merasa malu pada Julia hanya bisa beralasan mungkin saja Sofia capek sehingga istirahat terlebih dahulu ke dalam kamarnya. Jofan hanya mampu mengedikkan bahu mendengar alasan yang dibuat-buat oleh mamanya Sofia. Padahal Jofan tahu betul jika Sofia sengaja menghindarinya.
Di dalam mobil, Jofan dan Julia sedang perjalanan menuju ke rumah mereka. Lebih tepatnya ke rumah Julia. Memang Julia dengan Jofan mereka berdua tinggal terpisah. Julia beserta suaminya tinggal di rumah mereka. Sementara Jofan yang memilih hidup terpisah dan tinggal bersama Joshua. Akan tetapi sejak Joshua kuliah di luar negeri, otomastis Jofan tinggal seorang diri di rumah mewahnya dan hanya ditemani oleh para asisten rumah tangga. Sementara Julia, karena sang suami yang sering pergi ke luar negeri, maka jika merasa kesepian Julia akan mendatangi rumah Jofan. Jika megharap Jofan yang akan pulan ke rumahnya bisa Julia pastikan baru tahun depan Jofan akan mengunjunginya. Jofan yang gila kerja akan jarang berada di rumah apalagi pergi ke rumah mamanya.
"Mama serius akan menikahkanku dengan Sofia?" tanya Jofan membuka obrolan diantara mereka. Jujur melihat aura kebahagiaan dimata Julia, Jofan merasa tidak tega jika sewaktu-waktu mamanya itu mengetahui bahwa Sofia tidak menginginkan perjodohan ini.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu, Jo ?" Julia menatap putranya menyelidik mencari tahu apa maksud dari perkataan Jofan. Jangan katakan jika Jofan berniat lari dari perjodohan ini seperti yang biasa Jofan lakukan selama ini.
###
BAB 12 - HARI SEBELUM PERNIKAHAN
Joana, pagi ini dia bersiap pergi bekerja. Jery pun juga sudah mulai bersekolah lagi sejak tiga hari yang lalu. Kasihan Jery harus tertinggal pelajaran cukup jauh karena selama beberapa minggu sakit, Jery tidak mampu pergi ke Sekolah. Dan semenjak Jery mulai aktif di sekolah, maka Joana yang akan mengantarkan adik nya itu pergi ke sekolah. Sementara saat pulang, Joana sudah menyewa Mas Pur, tetangganya yang berprofesi sebagai tukang ojek. Joana sudah menyewa Mas Pur untuk menjemput Jery setiap adiknya itu pulang sekolah.
Setelah merapikan pakaian nya, Joana segera memakai jaket nya. Hari ini dia shift pagi sehingga Joana harus segera berangkat. Dia tidak boleh telat jika tidak mau kena amukan bos yang cukup galak. Karena tujuan nya harus ke Sekolah Jery dulu, maka dia harus berangkat lebih pagi.
Setelah siap, Joana meraih tas selempang beserta kunci motor yang tergeletak di atas meja. Keluar dari dalam kamar mendapati ayahnya yang melihatnya dengan rauh bahagia.
" Ayah, Joana berangkat dulu ya."
"Hati-hati di jalan. Jangan ngebut bawa motornya."
Joana mengangguk. "Jery mana?"
Tanya Joana karena tidak mendapati Jery. Biasanya setelah sarapan, Jery dan ayahnya berada di ruang tamu menunggu dirinya.
" Tadi habis sarapan dia bilang mau ambil tas ke dalam kamar." jawab sang ayah sambil menatap kamar Jery yang pintu nya sedikit terbuka.
Joana yang tidak sabaran memilih masuk ke dalam kamar Jery.
" Jery, ayo berangkat."
Jery terlihat sedikit pucat.
"Kak ana, seperti nya aku tidak bisa sekolah hari ini."
Joana lagsung khawatir, mendekati adik nya yang kini justru berbaring miring di atas ranjang masih dengan seragam sekolahnya.
"Kamu sakit?" tanya Joana.
Jery hanya mengangguk lemah. "Badan Jery lemas kak."
Astaga! Joana sungguh tak bisa berbuat apa - apa. Jery memang sangat lemah. Mungkin karena kecapean sejak mulai masuk sekolah lagi. Padahal jadwal kemoterapi masih minggu depan.
" Minum obat ya?"
Lagi, Jery mengangguk. Joana keluar kamar mengambil air putih untuk Jery.
"Jery kenapa?" tanya ayahnya yang melihat Joana dengan tergesa menuju dapur.
"Badan Jery panas lagi, Yah."
Ayah hanya bisa beristighfar mendapati anak nya kembali sakit. Joana melanjutkan niatnya untuk mengambil air. Sementara ayahnya masuk ke dalam kamar Jery.
Satu gelas air serta obat sudah Joana berikan pada Jery. Setelah memastikan Jery meminum obatnya Joana bersiap akan menelpon bos nya untuk meminta izin tidak masuk bekerja hari ini. Tapi ternyata ayahnya melarang.
"Ana, pergilah bekerja. Biar Jery Ayah yang menjaga. Tidak enak jika kamu terus membolos kerja seperti itu. Bisa-bisa kamu dikeluarkan nanti."
Joana memandang ayah nya. Benar semua perkataan ayahnya. Sebenarnya dia juga tidak enak pada bosnya jika sering izin tidak masuk kerja.
" Apa ayah tidak apa-apa jika Joana tinggal bekerja. "
Senyum tuanya merekah." Percaya pada ayah. Pasti ayah akan menjaga Jery dengan sebaik-baiknya. Kau jangan khawatir, Ana."
"Baiklah ayah. Jika memang seperti itu, Ana kerja dulu. Jika terjadi sesuatu pada Jery, ayah minta saja pada Mita untuk menelpon Ana."
Ayah nya mengangguk. Mita adalah anak tetangga Joana yang seumuran Jery. Memang di rumah ini hanya Joana yang memiliki ponsel. Ayah dan Jery jika ingin menghubungi Joana yang berada di luar rumah, biasanya akan meminta tolong pada Mita.
" Joana pergi dulu, ayah." pamit Joana sembari mencium punggung tangan ayahnya. Sebelum meninggalkan kamar Jery, Joana mengusap kepala Jery dan mendaratkan satu ciuman di dahi adik nya. Baru setelahnya Joana meninggalkan mereka di rumah hanya berdua.
***
Jofan mengusap wajahnya berkali-kali. Di dalam ruang kerja yang berada di perusahaan miliknya, Jofan terus saja mengeluarkan kata umpatan berkali - kali mengingat tentang hari pernikahan yang akan diselenggarakan esok hari. Pernikahan yang tidak ia inginkan mengingat calon mempelai wanita nya yang dengan terang - terangan menolak kehadiran nya. Jofan merasa menjadi lelaki pengecut karena tidak bisa berbuat apa- apa untuk menyelamatkan Sofia dari pernikahan yang tak mereka inginkan ini.
Mana mungkin Jofan lebih memilih Sofia dan akan mengecewakan mama nya. Itu tidak akan mungkin ia lakukan. Bagaimana pun juga mama adalah salah satu orang yang sangat disayangi oleh Jofan. Terlebih papa nya yang biasa nya akan membela diri nya. Kali ini tidak papa nya lakukan. Papa justru mendukung sang mama. Ikut berbahagia dengan rencana pernikahan nya dengan Sofia.
Argh... Jofan berteriak frustrasi. Lalu menghembuskan nafas kasar. Baiklah, kali ini biarkan saja dia menjadi lelaki jahat yang akan dibenci oleh Sofia, seandainya besok mereka resmi menikah. Jofan sudah siap jika masa depan rumah tangga nya akan berakhir tragis seperti cerita novel pada umum nya. Dimana pernikahan akibat perjodohan yang tak diinginkan, akan berakhir dengan sebuah perjanjian. Sebuah perjanjian yang akan menjadi panutan selama berumah tangga. Menjalani hidup masing-masing tanpa saling campur tangan satu sama lain. Hidup di satu rumah dengan kamar terpisah. Dan apalagi .... ah iya, di akhir cerita maka keduanya saling jatuh cinta dan hidup berbahagia bersama.
Jofan tersenyum miris. Hanya membayangkan tentang kehidupan nya yang akan datang sanggup membuatnya tertawa sumbang. Sungguh dia tak menyangka jika pada akhirnya dia lah yang akan menjadi aktor utama dalam sandiwadara pernikahan nya dengan Sofia.
Dering ponselnya membuat Jofan terlonjak kaget. Bagaimana mungkin dia terus saja melamun sejak tadi. Diraih dengan kasar ponsel yang tergeletak begitu saja di atas meja kerjanya. Tanpa berniat melihat siapa yang sedang menelpon nya, Jofan mengangkat panggilan telpon itu dan menempelkan ponsel di telinga kanan nya.
" Hallo...." Ucapnya sedikit kasar mengingat suasana hati nya yang sedang tidak baik baik saja.
" Pa... Apa aku mengganggumu," ucap seseorang terdengar di telinga Jofan.
Deg
Jofan tersentak, ternyata Joshua yang menelpon nya. Pasti anak nya itu akan bertanya- tanya karena sikap kasar nya barusan tadi.
"Joshua," ucap Jofan melembut.
"Ya. Apa aku mengganggumu, Pa."
"Tidak. Tidak sama sekali."
"Suaramu mirip seperti orang yang tak mau diganggu," celetuk Joshua membuat Jofan merasa bersalah.
Jofan tidak pernah berbicara kasar pada Joshua karena dia begitu menyayangi putra nya. Bicara sedikit kasar saja langsung membuat Jofan merasa bersalah hingga tak dapat hidup tenang sebelum ia meminta maaf.
" Bukan seperti itu, Josh. Hanya saja papa sedikit stres."
Terdengar suara Joshua yang justru sedang tertawa.
"Kenapa kau tertawa, Josh. Jangan bilang jika kau sedang menertawai papa."
"Yeah, aku memang sedang menertawai papa."
"Jangan kurang ajar pada papa, Josh." geram Jofan. Bagaimana mungkin Joshua kini justru menertawai nya disaat dirinya ingin meminta maaf karena sempat berkata sedikit keras tadi.
" Maafkan aku , Pa. Aku hanya merasa lucu saja. Papa stress karena besok akan menikah bukan ? jangan terlalu berpikir keras, Pa. Aku yakin jika acara pernikahanmu besok akan berjala lancar. Dan maafkan aku karena di hari bahagiamu aku tak bisa hadir mendampingimu," ucap joshua penuh penyesalan.
BAB 13 - KAMBUHNYA JERY
"Terimakasih atas doamu, Josh. Kuharap memang acara pernikahanku besok berjalan lancar dan kau akan mempunyai ibu baru."
"Semoga papa juga bahagia dengan istri barumu." timpal Josh.
Pembicaraan mereka pun terputus. Jofan menghela nafas berat. Rasanya terlalu sulit untuk menjalani pernikahan dengan seseorang yang memang tidak mengharapkan nya.
Setelah berusaha mengenyahkan semua pemikiran buruk nya, Jofan kembali fokus pada pekerjaan nya. Meski sebenarnya Julia sudah melarang nya pergi bekerja hari ini. Tapi Jofan tetap lah Jofan yang tak mengindahkan perintah mama nya dan justru pergi ke kantornya.
Bahkan semua persiapan pernikahan, Julia lah yang mengatur nya. Dalam kurun waktu satu bulan sejak hari pertunangan nya dan semua sudah siap sedia. Baju pengantin yang tak perlu menunggu dijahit karena Julia memilih membeli sepasang baju pengantin yang sudah jadi, karena baik Jofan dan Sofia tak peduli dengan bentuk, rupa serta desain baju itu seperti apa. Juga mengenai gedung, undangan dan sejenisnya, Julia dan Sonya dengan dibantu oleh wedding organizer telah membereskan semua nya. Jofan tinggal mengangguk pasrah dengan semua laporan yang mama nya sampaikan kepadanya.
Malam dimana seharusnya Jofan menggelar acara pesta bujang untuk melepas status nya, justru di habiskan Jofan di dalam ruang kerja nya. Sudah berkali - kali Julia menelpon dan memintanya segera pulang. Tapi Jofan beralasan bahwa banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan karena acara pernikahan nya besok. Entah apa yang membuat Jofan enggan untuk pulang. Yang jelas pernikahan yang tak diinginkan ini menjadikan beban yang cukup berat bagi nya.
Sementara itu, Julia sangat khawatir. Bolak balik menelpon Jofan tapi yang ditelpon masih saja enggan untuk pulang. Julia takut jika Jofan berniat menggagalkan acara pernikahan yang telah ia rancang sedemikian rupa. Rasa lelah tak Julia hiraukan karena satu bulan penuh dirinya pontang panting menyiapkan sebuah wedding party yang tak bisa di anggap megah juga mengingat waktu yang ia butuhkan sangatlah terbatas.
Hanya pesta pernikahan biasa yang akan diadakan di sebuah gedung dengan konsep ala kadarnya dengan mengundang banyak tamu undangan. Khususnya para rekan kerja suami nya juga rekan kerja Sonya beserta suaminya. Tak lupa keluarga besar juga akan turut serta memeriahkan acara pernikahan Jofan dan Sofia.
Ini adalah momen yang sangat ditunggu oleh Julia. Dengan melihat putra nya menikah setidak nya mengurangi beban berat yang selama ini Julia rasakan. Jofan sudah banyak berkorban untuk keluarga. Hidup Jofan selama ini hanya didedikasikan untuk Joshua. Membesarkan Joshua seorang diri hingga cucu nya itu beranjak remaja. Dan sekarang sudah saat nya Jofan mengejar kebahagiaan dan hidup nya sendiri.
Tanpa terasa air mata Julia jatuh di pipi. Mengingat bagaimana Jofan yang begitu menyayangi Joshua lebih dari apapun juga. Bahkan penolakan pada para wanita yang Jofan lakukan selama ini karena Jofan sangat menyayangi Joshua. Yang Jofan inginkan adalah wanita yang kelak menjadi istri nya maka juga harus bisa menerima kehadiran Joshua. Tapi nyatanya selama jnj Jofan belum menemukan wanita yang seperti kriteria nya itu, hingga Jofan masih saja betah melajang hingga di usia nya yang menginjak kepala empat.
***
Joana tidak tenang selama bekerja. Pikiran nya terus saja tertuju pada Jery. Joana merasa jika pasti terjadi sesuatu pada adik nya itu. Perasaan nya tak bisa ia bohongi. Akan tetapi Joana masih harus fokus bekerja sampai shift nya selesai.
Dan begitu sore hari masa kerjanya untuk hari ini usai, Joana bergegas membawa motornya untuk menuju rumah. Semakin dekat dengan rumah semakin tidak tenang perasaan nya. Ada apa sebenar nya?
Benar saja, begitu motornya berhenti tepat di depan rumah nya, tampak sepi dengan pintu yang tertutup. Biasa nya jika ayah ada di rumah, pintu akan selalu terbuka tapi tidak untuk saat ini.
" Ana....!" panggil seorang wanita yang merupakan tetangga sebelah rumahnya.
" Iya, Bu."
" Jery masuk Rumah Sakit."
Sungguh Joana langsung lemas seketika. Benarkah Jery kembali harus dirawat di Rumah Sakit.
" Apa yang terjadi dengan Jery, Bu?"
"Badan nya panas sekali. Jadi tadi Ayahmu memutuskan segera membawa Jery ke Rumah Sakit."
"Baik Bu. Terimakasih infonya."
Tanpa pikir panjang dan tanpa masuk dulu ke dalam rumah, Joana segera menstarter motornya menuju Rumah Sakit dimana Jery sedang dirawat. Dua puluh menit perjalanan yang Joana butuhkan hingga ia sampai di tempat tujuan.
Setelah memarkir motornya di area parkir Rumah Sakit, sedikit berlari Joana masuk ke dalam dan menghampiri reseptionis untuk menanyakan dimana pasien bernama Jery sedang dirawat. Dan ternyata Jery masih berada di ruang ICU. Kondisi Jery sedang kritis dan saat Joana sampai di depan ICU terlihat ayahnya yang menunduk dalam sambil duduk di kursi tunggu pasien.
" Ayah ....!"
Ayah nya mendongak menatap kedatangan putri nya dengan wajah sendu. Lelaki itu segera berdiri dan menghampiri putrinya. Joana begitu saja berhambur ke pelukan ayahnya.
" Jery kenapa , Yah ?"
" Maafkan ayah Joana, ayah tidak bisa menjaga Jery dengan baik."
" Ayah jangan berbicara seperti itu . Ini sudah takdir yang harus Jery terima . "
Ayah nya melepas pelukan dari Joana lalu mengusap air mata yang mulai membasahi pipinya .
" Tadi, Ayah tinggal sebentar karena Pak RT meminta bantuan ayah untuk mengantarkan barang , tapi begitu ayah kembali ke rumah, Badan Jery sangat panas . Ayah sempat memberinya obat penurun panas tapi bukan nya panas nya turun tapi Jery terus mengigau. Ayah ketakutan dan dengan diantar oleh Pak RT , akhirnya ayah membawa Jery kesini."
" Kondisi Jery sendiri bagaiamana ayah ?"
" Ayah belum tahu pasti. Tapi tadi dokter sempat mengatakan jika Jery memerlukan transplantasi sumsum tulang ,"
Mendengar perkataan ayahnya , tubuh Joana langsung lemas tak bertenaga. Joana cukup terkejut dengan semua fakta yang ada. Ayahnya membawa Joana agar duduk di kursi . Joana menyandarkan punggungnya pada dinding . Memejamkan matanya . Bagaimana mungkin Jery harus mengalami semua ini .
Ya Tuhan ! Apa yang harus ia lakukan agar Jery bisa sembuh. Benarkah Jery harus menjalani operasi. Pasti biaya nya sangat banyak. Dokter keluar dari ruang ICU menghampiri Joana dan ayahnya yang kini sudah berdiri menyambut kedatangan dokter tersebut.
"Dokter ... bagaimana dengan adik saya ?" tanya Joana tidak sabar.
" Mari ikut saya keruangan. Ada hal yang harus saya bicarakan dengan keluarga pasien. "
Joana menganggguk, lalau menoleh menatap ayahnya .
" Ayah, biar ana saja yang berbicara pada dokter . Ayah tunggu disini sebentar ."
Lalu Joana mengikuti dokter dan masuk ke dalam ruangan dokter yang menangani Jery. Terlibat pembicaraan serius antar keduanya . Dan berkali - kali ekspsresi terkejut Joana bahkan wajahnya yang sudah kusut masai menggambarkan betapa perasaan nya saat ini campur aduk tak karuan. Antara sedih karena mengetahui informasi dari dokter mengenai kondisi Jery. Serta bingung karena Jery memang harus menjalani operasi transplantasi tulang sumsum . Dan yang membuat Joana tercengang karena biaya yang tentu saja tidak murah harus Joana siapkan .
Kepala Joana berdenyut seketika.
" Dokter , lakukan apa saja untuk adik saya. Yang terpenting adik saya bisa sembuh dan sehat seperti sedia kala. Mengenai biayanya , saya akan segera menyelesaikan nya ."
###
BAB 14 - KABURNYA CALON PENGANTIN
Tidak ada lagi cara yang bisa Joana lakukan selain harus meminta bantuan kembali pada Jofan. Siapa lagi yang bisa memberikan bantuan secara materi kepadanya jika bukan keluarga Josh . Semalaman Joana memikirkan hal ini . Haruskah ia pergi menemui Jofan atau kah dia harus mencoba untuk berusaha dengan cara lain nya . Tapi cara apa lagi yang bisa ia lakukan. Meminjam uang pada saudara tak akan mungkin ia dapatkan . Joana pernah mencoba nya dan kali ini tak mungkin Joana harus mengemis lagi pada mereka jika ujung - ujung nya hanya penghinaan yang akan dia dapatkan .
" Joana ...! " tangan keriput ayahnya menyentuh pundak Joana. Joana mendongak menatap ayah nya yang berdiri di sisi tubuhnya .
Mereka berdua sedang menunggu Jery yang tergolek lemah dengan mata terpejam. Jery sudah siuman hanya saja dia harus banyak beristirahat.
" Ayah tahu pasti kamu sedang banyak pikiran. Memikirkan tentang bagaimana dengan pengobatan Jery ."
" Iya , Ayah. "
" Bagaimana kalau kita jual saja rumah kita ." usul sanga Ayah yang langsung mendapat gelengan kepala Joana , tanda jika gadis itu tidak setuju dengan rencana ayahnya.
" Ayah, rumah itu satu - satu nya aset yang kita punya . "
" Tapi kita tidak bisa berbuat apa - apa lagi, Ana."
"Jangan dijual dulu, Ayah. Biar Ana cari usaha, siapa tahu masih ada rejeki untuk Jery."
Ayahnya terdiam berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Jika memang usaha Joana sia-sia , ayah nya sudah ikhlas jika satu - satu nya aset yang masih tersisa harus dijual juga.
Joana sudah memutuskan bahwa dia harus menemui papa nya Joshua. Hanya itu satu - satu nya cara yang harus ia lakukan.
***
Setelah pembicaraan nya dengan sang ayah, Joana segera pamit untuk berangkat kerja. Hari ini dia bekerja shift siang , dan rencananya Joana akan pergi dulu untuk menemui Jofan sebelum ia pergi ke tempat kerjanya. Dia harus pergi ke kantor Jofan dan meminta bantuan pada papa nya Josh.
Memacu motornya ditengah kemacetan, Joana sudah mantap menjalankan motor matic nya menuju dimana perusahaan milik keluarga Josh berada.
Tiba juga di kantor Jofan, setelah memarkir motor nya Joana berdiri menatap perusahaan besar milik keluarga Joshua, kekasihnya. Ragu sebenarnya untuk masuk ke dalam. Tapi tak ada cara lagi untuk menyembuhkan Jery.
Masuk ke dalam lobi dan lagi - lagi Joana harus bertemu dengan petugas reseptionis.
"Selamat pagi, mbak. Bisa saya bertemu dengan Bapak Jofan?"
Receptionis itu tersenyum ramah. Tiga kali bertemu Joana membuat reseptionis tersebut langsung mengenali Joana.
"Joana kan?" tebak nya dan Joana mengangguk.
"Iya, mbak. Saya Joana."
"Joana, saya mohon maaf. Tapi hari ini Pak Jofan nya sedang tidak ada di kantor."
"Tidak ada di kabtor ? Eum ... sedang meeting atrau ..."
Reseptionis itu menggeleng.
"Tidak. Hanya saja menurut informasi dari sekretaris nya, Pak Jofan ijin tidak masuk kantor hari ini."
Joana mendesah kecewa. Disaat dia sangat membutuhkan lelaki itu , justru dia gagal bertemu dengan Jofan. Bagaimana ini. Dia belum beruntung karena tidak bisa menemui Jofan.
"Atau ... Mungkin Joana bisa menemui Pak Jofan di rumahnya. Siapa tahu saja Pak Jofan ada dirumah nya."
Joana langsung tersenyum ceria mendengar saran dari reseptionis itu.
"Boleh juga mbak, karena memang ini sangat penting dan saya harus bertemu dengan Pak Jofan secepatnya."
Joana sudah tahu dimana rumah Jofan. Dan dengan langkah tergesa Joana segera keluar dari dalam kantor. Rumah Jofan lah yang akan ia tuju.
Hampir satu jam dia menghabiskan waktu nya di jalan karena memang kondisi jalanan macet dimana - mana. Begitu ia memasuki kawasan perumahan dimana Jofan tinggal, sedikit kelegaan singgah di hati Joana. Semoga saja dia bisa menemukan keberadaan Jofan. Begitulah doa Joana sepanjang jalan menuju dimana rumah Jofan berada.
***
Jofan, lelaki itu dengan kurang ajar nya telah berhasil membuat Julia gelisah semalaman. Bagaimana tidak, jika Jofan yang seharusnya pulang ke rumah Julia, sesuai apa yang Julia perintahkan kepada putra nya itu. Nyatanya, setelah mendekam di kantornya hingga tengah malam, yang Jofan lakukan justru pulang ke rumah nya sendiri. Hingga pagi-pagi sekali sudah membuat Julia kelabakan, wanita itu ketakutan seandainya Jofan kabur di hari pernikahan nya . Bahkan semua panggilan telpon serta pesan Julia diabaikan begitu saja oleh Jofan.
Julia begitu saja memaksa suaminya untuk segera menjemput Jofan di ruma putra nya itu . Sungguh lega hati Julia mendapati Jofan berada di rumah nya . Bahkan putra nya itu ternyata juga sudah siap.
" Jofan ! Kenapa kau tak mengangkat semua telpon mama. Kau tau, mama sudah khawatir saja." Omel Julia begitu menginjakkan kaki di rumah Jofan .
Jofan hanya mengdikkan bahunya dan tak menanggapi ocehan sang mama. Sementara papa nya hanya menggelengkan kepala saja mendengar istri nya yang sedang mengomeli anak nya. Salah Jofan sendiri kenapa membuat Julia gelisah sejak semalaman.
" Mama ini kenapa ? Yang penting kan sekarang Jofan sudah siap ?"
"Iya tapi kan ... ah sudah lah . Mama angkat telpon dulu ." Omelan Julia terhenti karena ponsel nya berdering .
Nama Sonya yang sedang menelpon nya . Wanita itu mengerutkan keningnya karena merasa tidak enak hati medapat panggilan telpon dari Sonya . Ah, mungkin saja Sonya dan keluarga nya telah menunggu mereka di tempat acara . Julia berusaha mensugesti dirinya sendiri bahwa semua akan baik - baik saja dan berjalan lancar sesuai rencana .
Menghela nafasnya panjang lalu mengangkat panggilan telpon dari Sonya .
" Iya halo jeng Sonya ...." Julia menjawab panggilan telpon dengan suara yang sangat lembut khas mama-mama .
Detik selanjutnya Julia benar - benar harus mendengar dengan seksama apa yang sedang disampaikan oleh Sonya melalui panggilan telpon nya . Mulut Julia menganga lalu sebelah tangan nya yang bebas membekap mulutnya .
Jofan dan papa nya tampak bertanya - tanya . Melihat muka Julia yang seolah shock tentu menjadikan pertanyaan tersendiri bagi mereka berdua.
Julia menutup telponnya, badan nya lemas seketika. Papa Jofan segera menangkap tubuh Julia.
" Ma, ada apa ?"tanya Jofan .
Julia masih berdiam diri dengan pandangan kosong .
" Mama ... kau ini kenapa ?" papa Jofan pun ikut bertanya hal yang sama.
Julia tiba-tiba menatap Jofan lalu menatap suaminya.
" Jo ... Papa ... "
Keduanya masih menatap Julia dengan penuh tanya.
" Sofia ...." Julia tak mampu melanjutkan ucapan nya .
" Sofia kenapa ?" tanya Jofan tidak sabar dan sangat penasaran.
" Sofia kabur, Jo !"
" Apa ?"
" Apa ?"
Jawab Jofan dan papanya bersamaan .
" Bagaimana bisa ?" tanya sang papa pada istrinya .
" Mana aku tahu , Pa. Sonya hanya mengatakan jika Sofia tidak ada di dalam kamarnya saat mereka akan berangkat ke tempat acara."
" Astaga ! " Papa Jofan mengusap wajahnya frustasi.
" Jo , bagaimana ini ?" tanya sang papa dan Jofan hanya mengedikkan bahu.
" Mana kutahu ,Pa ?"
Julia saling tatap dengan suaminya . " Pa, tamu undangan pasti sudah banyak yang datang . Acara satu jam lagi akan dimulai. Ya Tuhan ! kenapa bisa jadi begini ?"
" Sonya sendiri bagaimana ?"
" Sonya sendiri juga masih menunggu orang-orang yang sedang mencari keberadaan Sofia."
" Ya sudah lah, Ma. Jika memang seperti itu keadaannya , kita bisa apa ." kata Jofan dengan santai nya .
Tentu sajaa Julia sudah melotot dibuatnya . Tidak bisa semudah itu . Undangan yang disebar cukup banyak dan rata - rata adalah keluarga dan kolega mereka. Apa yang akan terjadi jika sampai acara pernikahan itu tak jadi dilaksanakan. Tidak mungkin juga mereka membatalkan acara pernikahan Jofan disaat hari yang sudah ditentukan . Astaga, Julia tak tahu lagi harus berbuat apa sekarang .
BAB 15 - KESALAHPAHAMAN
Perdebatan antara Jofan dengan mamanya di interupsi oleh kehadiran salah satu Asisten Rumah Tangga yang bekerja di rumah Jofan.
"Maaf Tuan Jo. Eum ... Itu diluar sedang ada tamu yang ingin bertemu dengan Tuan Jo." ucap Murni, nama ART tersebut. Perempuan berusia tiga puluh tahun itu tampak takut-takut karena harus berada di situasi yang tidak tepat. Ketegangan masih tampak di raut wajah keduanya.
Jofan menatap kesal Murni," Tamu siapa? " tanya nya tajam.
" Itu tuan, eum... namanya Joana."
Deg, Joana. Mendengar satu nama itu membuat kekesalan Jofan menguap sudah. Jika Joana mencarinya itu berarti ada sesuatu yang terjadi dengan gadis itu.
"Baiklah, katakan padanya aku akan menemui nya sebentar lagi ."
"Baik, Tuan." Murni meninggalkan mereka untuk menemui Joana kembali.
Julia yang sedari tadi mendengar percakapan Murni dengan Jofan tentu bertanya-tanya tentang tamu yang menemui Jofan, yang Julia tahu adalah seorang perempuan jika didengar dari namanya.
"Siapa Joana?" tanya Julia penasaran. Tak hanya mama tapi papa Jofan pun ikut bertanya - tanya.
"Nanti aku jelaskan. Mama tunggu lah disini. Aku temui Joana sebentar."
Jofan meninggalkan Julia dengan hati bertanya-tanya.
Joana, gadis itu dapat Jofan lihat sedang duduk di ruang tamu rumahnya. Begitu melihat kedatangan Jofan, gadis itu segera berdiri.
" Om Jofan... "
" Duduklah, Joana. Apa ada hal yang ingin kau bicarakan dengan ku sampai kau datang kesini menemuiku ?"
Gugup, selalu saja seperti itu setiap Joana bertatap muka dengan Jofan.
"Maafkan saya jika kedatangan saya telah menganggu, Om . Tapi ... hanya om Jofan yang bisa membantu saya. Jery kembali masuk rumah sakit dan dia harus menjalani operasi transplantasi sumsum tulang."
Jofan sudah paham akan maksud Joana. Pasti gadis ini sedang membutuhkan bantuan nya untuk membiayai operasi Jery.
Jofan masih diam menatap Joana. Tidak mungkin juga jika dia tidak membantu Joana.
Tapi belum juga Jofan menjawab, kehadiran Julia membuat nya terhenyak.
"Kamu... bukankah gadis yang kapan hari saya jumpai di kantor Jofan? " Julia tampak meneliti Joana dan memang Julia masih ingat saat berpapasan dengan Joana di lift kantor Jofan tempo hari.
Julia tak mungkin salah orang. Sedangkan Joana, sepertinya memang pernah melihat wanita paruh baya itu. Tapi dia sedikit lupa apakah memang pernah bertemu atau tidak.
" Jadi kamu yang bernama Joana ?" tanya Julia.
Julia tampak antusias dengan kedatangan Joana. Wanita itu bahkan sudah duduk di samping Jofan. Yang ada di dalam benak Julia, Joana ini adalah kekasih Jofan yang tidak terima karena mengetahui Jofan akan menikah. Oleh karena itulah Joana mendatangi Jofan ke rumah ini. Tanpa Julia tahu akan pembicaraan Jofan dengan Joana sebelum nya.
Joana masih takut - takut menatap Julia. Dia tidak tahu apa hubungan Jofan dengan Julia. Apa mungkin ini mamanya Jofan dan itu berarti nenek nya Joshua. Ah Joana terus saja bertanya - tanya. Hingga dia tak menyadari jika kini Julia tengah menatapnya intens.
Jofan pun hanya bisa menatap mama nya yang begitu berbinar saat melihat Joana. Padahal sebelum ini Julia tampak frustrasi dan juga bingung sendiri karena kabar tentang kabur nya Sofia.
"Joana, maafkan tante ya karena tante yang telah memaksa Jofan untuk mau menikah dengan Sofia. Andai saja Jofan memberitahu tante jika dia sudah mempunyai kekasih secantik dirimu, pasti tante akan segera menikahkan Jofan dengan mu. Bukan dengan Sofia."
"Ma...! Mama ini bicara apa ?" Tentu saja Jofan tak menyangka jika mamanya akan berkata demikian dengan Joana. Jadi mamanya pikir Joana adalah kekasihnya . Dan tunggu , tadi mamanya juga bilang pernah bertemu dengan Joana di kantornya. Ah, jangan-jangan saat Joana datang ke kantornya waktu itu lalu tak berselang lama mamanya datang . Dan disaat itulah mereka sempat bertemu. Oh My God! kenapa semakin rumit saja masalahnya.
Jangankan Jofan, Joana pun sampai menatap Julia lalu menatap Jofan bergantian. Dia tak mengerti dengan semua perkataan wanita paruh paya di hadapan nya ini . Maksudnya apa ? Joana sudah akan membuka mulutnya untuk bertanya, akan tetapi Julia justru sudah berpindah posisi dan kini duduk di samping Joana.
"Joana , tolong tante. Selamatkan nama baik keluarga kami . Tante sangggup melakukan apapun asalkan Joana mau memaafkan tante dan mau membantu Tante .Tante tahu kamu pasti sangat mencintai Jofan , hingga tidak merelakan Jofan menikah dengan orang lain. Tante harap Joana mau menikah dengan Jofan . " pinta Julia memelas.
Joana tak tahu apa yang akan ia lakukan. Dia terlalu bingung dengan semua ini.
Joana menolehkan kepala menatap Jofan dengan muka bingungnya . Jofan mengerti kebingungan Joana dan lelaki itu pun harus membicarakan sesuatu kepada Joana.
" Mama...!" paggilan Jofan membuat Julia mengalihkan tatapan nya dari Joana pada Jofan.
"Biarkan Jofan berbicara empat mata dengan Joana dulu. "
"Jo , mama harap Joana mau membantu kita . Semua demi nama baik keluarga kita . "
Jofan mengangguk. " Jofan mengerti , Ma."
"Baiklah Joana, tante tinggal dulu ke dalam . Tante akan menelpon butik langganan tante untuk menyiapkan kebaya pernikahan untuk Joana pakai ."
Muka Julia terlihat berbinar dan wanita itu segera masuk ke dalam.
Arah pandnag Jofan mengikuti tubuh Julia yang kini masuk ke dalam. Lalu dia meraup wajahnya . Terlalu pusing menghadapi masalah ini .
" Om, apa sebenarnya maksud semua ini ?" Joana bertanya dan Jofan mendongak menatap Joana dalam. Dihembuskan nya nafas kasar.
"Joana ...! Kau harus tahu . Sebenarnya hari ini aku akan menikah . Bahkan acara akan berlangsung satu jam lagi ." Jofan menjeda kalimatnya dan Joana langsung mengangguk paham.
" Owh , pantas saja Om Jo tidak ke kantor hari ini . Jadi hari ini Om akan menikah . Maafkan saya karena kehadiran saya telah mengganggu ,Om. Sungguh saya tidak mengetahuinya . Bahkan reseptionis di kantor Om tadi juga tidak memberitahu saya. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk datang ke rumah ini . Sekali lagi saya minta maaf ,Om. Mungkin sebaiknya saya pergi sekarang . Dan lain kali saja saya akan menemui Om kembali ."
Joana bersiap berdiri tapi Jofan menahan nya.
"Kau mau kemana Joana ?"
" Saya ... saya akan pulang saja , Om. "
" Bagaimana dengan tujuan awalmu tadi datang kemari ? kau tak jadi membutuhkan biaya untuk pengobatan Jery ?"
Pertanyaan Jofan membuat Joana kembali terdiam. Sungguh, sebenarnya dia sangat membutuhkan nya. Tapi kedatangan nya kali ini tidak tepat waktu nya. Bahkan papa nya Joshua ini akan menikah satu jam lagi .
" Joana ....! Saya akan membantumu ."
Bagai mendapatkan air di tengah gurun pasir , Joana mendongak menatap Jofan tidak percaya. Betapa baiknya lelaki yang kini duduk dihadapan nya ini . Joana tidak salah alamat karena sudah mencari Jofan, nyatanya memang hanya lelaki inilah yang sanggup menolongnya . Sekalipun uang Jofan sebelumnya yang sudah ia gunakan belum lagi dikembalikan oleh Joana, tapi Jofan dengan baik hatinya masih saja mau membantunya .
###
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
