
Cerita berdasarkan Chat POV story Tiktok @hellomydaylily
Halaman luas kediaman purnadhito telah disulap bagaikan taman bermain di pusat perbelanjaan mewah lengkap dengan permainan khas anak-anak mulai dari kolam bola, istana balon, serta tak lupa menghiasi setiap sudut halaman dengan berbagai ornamen warna-warni nan lucu, semakin menambah keistimewanya hari itu.
“Wahhh lucu banget... halaman kita jadi kayak taman bermain begini sukaaa dehh ~” Heera berkata seraya berlari-lari kecil mengelilingi halamannya
“Jadi inget masa kecil ya...” Jedan yang berjalan dibelakang istrinyapun ikut terkagum dengan dekorasinya
“Hebat kan?? ide mamah loh ini”
Mendengar perkataan sang mamah membuat semua yang ada pun mengerakan kepala mereka ke atas dan ke bawah sebagai tanda setuju tapi tidak dengan perempuan cantik yang menjadi sumber perayaan hari itu, ia merasa tak enak hati dengan segala yang diberikan padanya
“Apa gak berlebihan?”
“Eii gak lah sayang...” Heeksa berkata seraya memberi rangkulan hangat pada pinggang istrinya yang masih terlihat ramping
“Ih Kak Naenaku yang cantik, semua ini tuh gak ada bandingannya sama kakak yang udah mau mengandung anak dari manusia nyebelin itu” Heera yang berkata dengan nada bercanda untuk mencairkan suasana yang ia merasa bahwa hari ini adalah hari bahagia bukan lah hari berkabung
“Maksud lo gue??” Kesal Heeksa
“Ya iya lah... siapa lagi emang??” Balas Heera dengan nada malas
“Gua sumpahin ya, anak lo mirip sama lo dek biar tau rasanya hadapin copy-an sendiri”
“Jangan... jangan... kasihan anak mamah yang ganteng ini nanti dia yang pusing” Kata mamah seraya mendekati menantu laki-laki kesayangannya itu
“Jedan gak masalah kok mah nanti anak kita mirip Heera atau Jedan yang penting mereka sehat dan tumbuh jadi anak yang baik”
“Omo omo kamu tuh ya Jedan memang manis banget... kalau kamu ada di zaman mamah pasti sudah mamah jadikan pacar deh”
“Ada yang cemburu tuh, mah...” Heeksa menunjuk ke arah ayahnya yang sedari tadi diam melihat interaksi hangat anak-menantunya dengan istri tercinta
“Bercanda ya sayang, papah selalu ada di hati mamah kok~” Tak lupa mamah memberikan kedipan mesra untuk kekasih hatinya
“Ciee ciee ada yang salah tingkah nihh...” Kakak-beradik itu kompak menggoda ayah mereka
“Hahaha...” Suara tawa menggema seketika menghiasi suasana yang tercipta saat itu
***
Seluruh anggota purnadhito tengah sibuk menyiapkan semua bahan-bahan yang akan dipakai untuk acara barbeque-an mereka. Tak ada pelayan yang ikut membantu karena pemilik rumah ingin mereka saling membangun rasa satu sama lain karena hal yang terpenting di dunia ini adalah hubungan keluarga yang terjalin dengan harmonis.
“Bang, ada yang bisa gue bantu gak?” Jedan bertanya kepada Kakak iparnya
“Lo cuci sayuran aja dan...”
“Udah gue cuci bang, udah gue simpen juga di meja, itu…” Jedan menunjuk meja yang sudah penuh dengan bahan makanan yang akan mereka olah
“Kalau begitu lo bisa siapain daging-daging yang mau dibakar aja deh...”
“Udah gue siapin juga bang, semua bahan makanan udah gue simpen di atas meja tinggal dibakar aja”
Sedari tadi Jedan menyibukkan diri dengan menyiapkan berbagai bahan makanan mulai dari mencuci sayuran, menyiapkan beragam camilan, memotong berbagai jenis jamur yang akan menjadi makanan pelengkap serta daging, menu utama acara makan hari itu. Tidak lupa juga menyiapkan peralatan makan yang akan mereka gunakan, semuanya sudah tertata rapi di atas meja.
“Apa ya yang bisa lo kerjain ya dan??” Heeksa berfikir lalu melihat sekeliling, ia mencari sekiranya dapat Jedan lakukan tapi sayangnya semua sudah ada yang mengerjakan dan sepertinya tidak ada yang kesulitan sampai pandangannya terhenti pada sosok Heera
“Ah bantuin istri lo aja tuh... kasian dia sendirian gak ada yang temenin”
Jedan mengikuti arah pandang kakak iparnya itu dan benar saja, terlihat Heera yang berdiri sendirian di depan meja kompor
“Hehe sampe lupa gue bang kalau ada yang harus diperhatiin lebih dulu...”
“Yeu lupa dia punya istri”
Jedan hanya tersenyum menanggapi perkataan Heeksa dan berlalu mendekati Heera, istrinya.
“Ra, ada yang bisa gue bantu?” Suara lembut mengagetkan Heera yang tengah terhanyut dalam kegiatannya
“Sumpah ya! lo buat gue kaget, tau gak?” Heera menjawab dengan nada kesal
“Sorry ra...”
“Ada yang bisa gue bantu gak?”
“Gak ada, lo gak liat apa semuanya udah selesai begini” Ketus Heera
“Ehm... ya udah gue bawain aja ya...” Jedan menawarkan bantuan untuk membawakan mangkuk berisikan saus untuk digunakan membakar daging nanti
“Apa deh, gue bilang kan gak perlu”
“Gak apa ra, gue aja yang bawa...” Jedan berkata seraya merebut benda yang ada ditangan istrinya itu dan terjadilah perebutan sengit
“Lo kenapa sih, gak perlu gue bilang” Merebut kembali benda itu
“Sini ra, gue yang bawa aja gak apa” Benda itu kembali perpindah tangan
“JEDANN!” Heera berteriak bersamaan dengan benda berisikan saus itu tumpah mengenai pakaian yang Jedan gunakan
Mendengar suara keras yang menusuk telinga membuat semua orang menghentikan kegiatannya dan beralih memerhatikan apa yang terjadi antara suami-istri itu
“LO ITU YAA...!!”
“TUMPAH KAN! GUE UDAH CAPEK BUAT SAUS ITU, TAU GAK??”
“Maaf ra...” Hanya kata itu yang berani ia katakan kepada istrinya
“Kan udah gue bilang gak perlu ya gak perlu, paham gak sih lo??”
“Iya, gue salah” Jawab Jedan dengan tertunduk merasa bersalah
“Woww woww udah... udah.... jangan berantem di sini lah, lo berdua gak malu apa diliatin begitu?” Heeksa datang untuk menyadarkan kedua adiknya dan terkejut melihat baju Jedan yang berlumuran saus
“Jedan?? Lo gak apa?? Baju lo kenapa dah??”
“Gue gak apa, bang” Jedan berusaha menyakinkan abangnya namun gagal, raut wajahnya tak dapet disembunyikan ia terlihat menahan sesuatu
“Jangan bohong lo!” Heeksa menyentuh benda yang menjadi sumber permasalahan mereka berdua dan ternyata...
“PANAS BODOH!”
“Dan, cepet sana! lo ke kamar mandi, alirin badan lo sama air!”
Anggota keluarga yang lain pun ikut berdatangan untuk memastikan keadaan, bertepatan dengan Jedan yang tengah berlalu menuju ke dalam rumah
“Heeksa, Jedan kenapa sayang?” Mamah bertanya dengan cemas
“Ini si Heera tumpahin saus yang masih panas ke Jedan”
“Kok jadi gue sih bang yang disalahin” Heera segera menimpali perkataan kakak kandungnya itu
“Jedan duluan yang mu—” Belum selesai Heera menyelesaikan kalimatnya untuk membela diri namun sudah ada suara yang kembali terdengar dengan nada sedikit meninggi
“Heera! kamu tidak bisa dewasa sedikit? kalau ada masalah jangan dibawa ke sini, selesaikan dulu, merusak suasana, tahu tidak kamu??” Akhirnya pemilik tahta di keluarga purnadhito menunjukkan kehadirannya
“Pah, sudah gak perlu bicara begitu, mereka itu masih belajar untuk bisa memahami satu sama lain” Sang istri yang berusaha menangkan suaminya yang terlihat emosi
“Heera, kamu lihat keadaan suami kamu sana, bantu dia ya sayang” Mamah menepuk lembut pundak anak perempuannya itu
“Iya, mah” Seketika Heera tersadar dengan apa yang ia lakukan dan sekarang rasa bersalah itu telah datang
“Omo-omo kasian cucu nenek pasti kaget mendengar aunty dan unclenya begitu tapi sebenarnya mereka itu pasangan yang manis kok” Wanita paruh baya yang ia sebut nenek itu berbicara dengan calon cucunya di dalam perut menantu perempuannya dengan nada khas anak kecil
“Hehe... gak apa nenek...” Naenapun menjawab dengan nada yang sama
“Kita lanjutkan acaranya yuk~” Ajak mamah dengan ceria
“Mamah sudah lapar nih hihi...”
“Yuk sayang...” Ajak Heeksa kepada istrinya seraya merangkul mesra
***
Heera sudah berada di depan pintu kamar mandi yang berada di dalam kamar pribadi mereka
“Je...”
“Maaf ya...”
“Gue emang kekanakan banget”
Heera berbicara dengan suara sangat pelan dan tentu tidak dapat didengar dengan jelas ditambah lagi adanya suara air yang mengalir namun laki-laki tampan itu mempunyai firasat yang kuat seperti ia merasa seperti ada seseorang yang sedang mengajaknya berbicara, ia pun segera mematikan keran shower yang sedari tadi menyala untuk memastian siapa sebenarnya sosok di balik pintu itu
“Ra??”
“Lo di luar, ra?”
“Oh... iya je, ini gue” Heera menjawab
“Tolong ambilin gue handuk, bisa gak ra?”
“Iya Je, tunggu ya, gue ambil dulu” Heera segera berlari kecil mengambil handuk bersih yang ada di dalam lemari besar mereka
“Je... ini handuknya”
Tanpa pikir panjang Jedan menarik tangan Heera yang terulur memberikan Handuk bersih untuk ikut masuk ke dalam bersamanya dan sekarang Heera sudah berada di hadapan Jedan tengah bertelanjang dada yang memperlihatkan setiap detail otot-otot sempurnanya
“L-o lo... apaan-sih Je...” Suara Heera terdengar terbata dengan mata yang tertutup rapat
“Hehe... buka aja matanya ra... lo boleh kok liat sepuasnya” Jedan mencoba menggoda Heera yang ia tahu tengah gugup, terlihat dari wajah Heera yang mulai memerah
“...” Tak ada jawaban, membuat Jedan semakin ingin menggodanya karena respon istrinya yang sangatlah menggemaskan
“Ra... sakit banget ra badan gue...” Jedan berkata dengan nada lemah
Tenyata idenya berhasil, Heera dengan segera membuka mata dan meraba bagian tubuh Jedan yang tidak terbalut pakaian itu
“Lo boleh juga kok pegang-pegang gue sepuasnya”
Kesal bahwa ia tahu sedang dipermainkan, Heerapun menatap Jedan dengan kesal
“Apa sih lo?? sumpah gue gak suka kalau bercanda lo kayak tadi”
“Gue beneran kira lo itu kenapa-kenapa, tau gak??”
“Sorry...”
“Udah, lo minggir sana” Heera berkata seraya menyingkirkan tubuh Jedan dari hadapannya
“Lo mau kemana, ehm?” Suara rendah Jedan terdengar sangat sexy di telinga Heera
“Minggir looo...” Heera berusaha kembali untuk menyingkirkan tubuh besar suaminya namun sayang tenaganya kalah dan tak sadar tangan kekar sudah melingkar di pinggang rampingnya tanpa izin lalu menariknya merapat kepada si empunya. Pandangan mereka seakan terkunci untuk beberapa saat sampai salah satunya mengibarkan bendera putih yang menandakan kekalahannya. Sang pemenangpun tersenyum puas.
Heera sangat terkejut dengan perlakuan makhluk tampan dihapannya. Gadis berparas cantik itupun hanya terdiam kaku dengan pandangan yang sudah ia alihkan dari manik indah suaminya. Kejutan untuk Heera tenyata tidak sampai di situ saja, pelukan sang suami semakin erat dengan perlahan menjadikan bahu indah sang istri sebagai tumpuan kepalanya yang sengaja ia miringkan menghadap leher jenjang Heera. Jedan semakin menelusup untuk menghirup aroma tubuh sang pemilik. Sentuhan mengelitik yang tercipta oleh hidung mancung Jedanpun berhasil membuat Heera semakin tak berkutik dengan kedua tanggannya yang sudah meremas kencang baju yang ia gunakan. Desiran anehpun mulai merasuki jiwanya namun sekuat tenaga ia kendalikan. Cukup lama dengan posisi itu, Jedanpun mulai membuka percakapan
"Ra, apa salah kalau gue berharap suatu saat nanti lo akan suka sama gue?" Lirih Jedan
"..." Tak ada jawaban namun dalam hati Heera ia terkejut dengan pertanyaan Jedan
"Pertanyaan gue terlalu susah buat lo jawab ya ra?"
"Gak apa kok, gak perlu dipaksa"
Laki-laki itu tertawa yang membuat bahu gadis cantik itu ikut bergetar karenanya
"Tapi gue boleh minta sesuatu gak ra?"
"Kali ini lo harus jawab" Jedan melonggarkan pelukannya dan beralih menatap wajah cantik perempuannya dan untuk ketua kalinya pandangan mereka bertemu, tatapan laki-laki itu berbeda dari sebelumnya tak ada pancaran menggoda namun ketulusan yang tersampaikan dengan sempurna kepada pemilik binar cantik dihadapnnya.
"Ra, kalau udah suka sama gue bilang ya... " Jedan berkata seraya mengelus pipi merona Heera dengan lembut
Jantung Heerapun kemabli berpacu 2x lebih cepat karena perlakuan manis Jedan yang tak terduga padanya
"Ehm...e–m..."
Mendengar jabawan Heera membuat Jedan merasa sangat senang, iapun segera memeluk erat Heera dengan tangan yang terulur untuk memberikan sentuhan sayang pada mahkota hitam panjang milik istrinya.
"Gue gak mau suka sendirian, ra" Kalimat yang terucap dari bibir Jedan terdengar menggemaskan di telinga Heera
"Iya... iyaa... " Akhirnya Heerapun membalas pelukan hangat sang suami
"Ra, lain kali kalau cemburu lo bilang ya" Seketika pelukan Heera terlepas mendengar Jedan berbicara
"Maksud lo??" Heera memicingkan matanya
"Gue udah tau dari mamah kalau lo itu cemburu kan?"
"Karena gue kasih emot love ke mamah??"
"Iya, kan?" Jedan kembali ke mode penggoda
AWW!! Suara teriakan Jedan karena jari lentik Heera berhasil membuat tanda merah di pinggang mulus miliknya
"Rasain tuh" Heera membalas pertanyaan Jedan seraya keluar dari kamar mandi
Tok... tok... tok...
"Ih siapa sihh ganggu banget sumpah" Heera membuka pintu dengan kasar
"Lo habis ngapain, dek?" Heeksa bingung melihat baju adiknya yang basah
"Ngapain sih lo ke sini?" Ketus Heera
Tiba-tiba Jedan keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada lengkap dengan kondisi rambut dan celana yang basah
“…” Pantas saja Heera terlihat kesal ternyata dirinya datang disaat yang tidak tepat pikir Heeksa dan iapun mulai mengartikan situasi yang ada dengan fantasi liarnya. Heeksa segera memberikan obat luka bakar di tangan Heera, ia tidak ingin menggangu momen berharga adik-adiknya yang tengah di mabuk cinta itu.
"Sukses dan!" Heeksa segera menutup rapat pintu kamar yang terbuka karenanya
"Makasih bang!" Jedan berseru yang dibalas dengan simbol ibu jari untuk kakak iparnya
Seakan mengerti apa yang dimaksud abang dan suaminya, wajah Heera seketika memerah
JEDAN!
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
