Cinta Putih Bab 25 dan 26 (Tamat)

98
19
Terkunci
Deskripsi

“Mas tidak mencintaiku,” ucapku lirih. “Mas memeluk Lira dan kalian berhubungan di belakangku. Tidak ada cinta yang menduakan.” 

                Mas Galuh menatapku lamat. “Bagaimana jika aku berkata, saat itu aku memeluk Lira karena tahu ia berencana mengakhiri hidupnya?” 

                Itu tidak mungkin. Orang seperti Lira dilimpahi banyak keberuntungan. Bodoh jika ia menginginkan kematian. Aku menggeleng pelan karena sulit menerima informasi yang Mas Galuh berikan.

4,948 kata

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Karya
1 konten
Akses seumur hidup
50
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya Cinta Putih Ekstra Part 1 dan 2
78
13
“Kamu makan apa? Mie instan lagi?” Ibu berkacak pingang saat melihatku yang menikmati mie rebus dengan telur. “Pake nasi, kok,” jawabku santai seraya terus menyuap makanan itu.“Kalau kamu punya istri, kamu akan lupa rasanya mi instan. Masakan istri itu jauh lebih enak dan sehat, sesederhana apapun menunya.” Ibu membuka kulkas, mengambil apel dan melon lalu memotong dan menyajikannya di piring sambil terus bicara. “Nurma perempuan baik. Ibu yakin itu. Kita semua tahu tentang masa lalunya dan kondisi keluarganya. Namun, yang Ibu lihat bukan itu semua melainkan dirinya. Ia pintar masak, rajin, pekerja keras, loyal, dan yang paling penting, di mata Ibu dia bawa rejeki untuk kamu karena sejak ia kerja di tempatmu, bisnismu jadi maju pesat.” Aku mendengkus lirih. “Bisnisku jalan bukan karena Nurmanya, Bu, tapi karena dia memang pekerja keras dan bisa diajak kerja sama. Bisa Galuh percaya dan memang rajin.”“Lha itu maksud Ibu. Intinya sejak ada dia bisnismu maju pesat, kan?”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan