Musafir - radio gaga

1
5
Deskripsi

Kisah cinta klise, temen jadi demen. Itu pula yang dialami Ai dan Abeen. Mau tau keseruan mereka bercindu? Apaan tuh? Bercinta di udara ….

❤❤


 


AI melempar tubuhnya yang lelah  ke sofa-bed sehabis nge-report pasar kaget yang selalu rame saat akhir pekan.

"Tolong ya kondisikan tuh kelakuan, sasarean dimana wae..."

Ai mendengus sebel sama sosok yang sekarang sedang memandangnya, berdiri diambang pintu operator.

"Capek tau! Usil aja lu!" sahut Ai.

"Bukannya si Bukki nemenin ?"

Cowo itu beranjak duduk disamping Ai. Nggak dapet sahutan, dia menyenggol lengan Ai.


 


"Iihhh, Abeen! Udah diem nggak usah ngeyel deh. Bukannya pijitin atuh..." Ai cemberut.

Cowo yang disapa Abeen itu terkekeh.

"Mana? Kadieukeun sukuna," "/
Ai mengangkat kakinya dan Abeen merebahkannya dipahanya.

"Siga nini urang wae, kudu  dipencetan teh." komentar Abeen.

"Lagian siapa yang suruh mijitin?! Ya udah sana nggak ikhlas mah!"   seru Ai sambil menarik kedua kakinya.

Kembali Abeen terkekeh. Suka aja dia godain cewe berpostur mungil itu.

"Kenapa lu?" tanya Sandre yang baru keluar dari ruang rekaman.

"Biasaaa... anak mami mah cape dikit pengen dipijitin..." sahut Abeen

"Abeen!"

"Ai, beneran lu nggak pa-pa tadi? Ada yang luka nggak?" Bukki  tergesa duduk disamping  Ai.

"Nggak, beneran."

"Kunaon maneh?" tanya Abeen


 


"Tadi di Gasibu dia didorong gitu sama satpol pp, masa?!" Bukki yang jawab.

Abeen kaget, langsung merikasa tangan kaki Ai.

"Beneran?" tanyanya.

"Iya atuh.. Tuh punggungnya kayaknya yang sakit, Been."

"Serius Ki?! Ini sakit, hm?"  Abeen menekan-nekan punggung Si.

"Aww! Abeen, sakit!"

"Wahh...maneh dikumahakeun?" Abeen tampak marah.

"Kenapa dibiarin sih Ki, temen  digituin teh?!'' seru Abeen lagi.

"Kamu mah nggak tau disana tuh kayak gimana. Pabaliut kitu. Kita tuh nggak tau malah masalahnya apa. Ujug-ujug we jadi saling dorong," ujar Bukki.

Sandra ngambil salep buat bengkak gitu.

"Ngapain lu pada masih disini? Udah sono! Bukan muhrim lu liatin juga." sembur Sandra galakpada dua cowo itu.

"Eoh?" -Abeen dengan muka cengonya.

"Ck, udah sanaaaa... Gue mo balurin salep nih. Bego dipiara!"

"Tsk, mun lain produser geus dipeprek tah!'' dumel Abeen sambil ngeloyor turun ke bawah bareng Bukki.

"Ai, biru nih. Emang punggung lo kena apa sih?" tanya Sandra.

"Nggak tau kak, boro-boro bisa.liat kanan-kiri, yang ada tuh pengen cepet pulang aja. Ricuh banget,''
Ai meringis saat Sandra mengoles salep ke area punggungnya yang lebam.

"Bukannya Chris udah nugasin  Rino juga ya?" sela Sandra.

Ai menggendikkan bahunya. Boro-boro mikirin yang gituan. Apalagi Rino terkenal dengan sangat pendiemnya. Ai nggak bakalan kuat kalo kolab sama tuh anak satu.

"Mending lu pulang deh. Istirahat. Soal laporan hasil reportase,  ntar gue ngomong  sama Chris,"  kata Sandra.

"Hm..."

"Sepeda lu simpen aja sini, biar si Abeen nganterin lu."

Ai ngangguk. Lalu Sandra ninggalin Ai. Ai menghembuskan nafas lelahnya dan mejamin matanya. Rileks....

''Ai.... Nih minum dulu. Makan moal?" tangan Abeen terulur mengusak rambut Ai..

Ai menggeleng,"Nanti..."

"Ngabaso we atuh yuk,,"

"Nggak enak badan, Been. Pulang weeh..."

''Ya udah, hayu atuh."

Abeen kalo Ai udah emang keliatan cape atau sakit, perhatiannya super deh. Tapi mereka tuh nggak pacaran, guys! Karena emang mereka deket aja sejak gabung di radio Gaga ini.

Akhirnya Abeen nganterin Ai pulang.

"Istirahat dulu aja, Ai. Atau ke dokter atuh?''

"Besok ge baikan,"

•••


 

 

''KAMU mau kemana?" tanya Rino
Ai mengernyit. Nggak salah nih makhluk nanya? -- pikir Ai. Karena memang tumben Rino yang super pendiam itu negur dia.

"Ke ruang produksi, mau bikin jinggle." jawab Ai.

"Masih dipake. Nanti aja,"

"Oh, sama siapa ya?'' tanya Ai.

"Abeen,"

Tanpa ba bi bu, Ai naik tapi baru beberapa anak tangga, Rino udah menghalanginya.

"Dibilang masih dipake, ngeyel." cetus Rino. Dia menarik tangan Ai untuk turun kembali.

"E-eh..." tubuh Ai oleng.

DUKK!!

Kepala Ai nubruk dada Rino. Pas saat itu Abeen baru turun dan sempat liat adegan yang dikiranya Ai dan Rino pelukan.

"Ekhem!" Abeen berdehen

"Kalo mesraan teh jangan diliatin  atuh..." gumam Abeen sambil melirik sinis ke arah Ai.

Ai nggak ngerti maksud lirikan sinis Abeen padanya itu apa. Tapi Ai baru ngeuh saat diliatnya dibelakang Abeen, seorang cewe mengekor.

Trisya? -- Ai tertegun
Jadi Trisya balik lagi? Tsk, -- mendadak hati Ai kayak diremas.

"Kamu nggak apa-apa kan?"  tanya Rino.

Ai menggeleng, kikuk. Lalu.dia naik ke atas menuju ruang produksi.  Rino cuma liatin gitu tanpa mengusik gadis yang terlihat patah hati.

Ai cuma diam dan diam. Dia nggak percaya kalo Abeen secepat itu bisa lupain kesakit-hatiannya dulu. Sedang Ai aja masih ingat saat Trisya dengan santainya memutuskan Abeen,  dan lebih memilih karir penyanyi solonya.

"Kok bisa..." desis Ai.

"Ya bisalah. Mantan secantik  dan setenar Trisya, apa yang nggak bisa dia lakuin?" sahut Rino

Ai merengut. Dia nggak mau nangis didepan Rino. Bakal abis dibully dia.

"Makanya, kalo suka tuh bilang, kasih sinyalnya yang jelas. Jadi nggak bakalan lari kemana. " tulas Rino.

Terdengar sarkas ditelinga Ai.

"Trus urusan sama kamu.apa? Tiba-tiba ngomong unfaedah gitu?"  Ai jadinya nyolot.

"Aku ya kasian aja sama kamu. Kalian itu aneh, sahabatan lama tanpa rasa lain yang mengikuti, apa bisa? Sahabat rasa pacar? "

Ai melotot. Malu. Kesal. Marah. Dan entah perasaan apa lagi. Matanya udah memerah.  Rino  menghampiri Ai.

"Kamu itu sok kuat, Ai. Padahal kamu tuh serapuh ini...." cetusnya .

"Sok tau!" hentak Ai seraya bangkit dari duduknya.

"Kalo mau nangis, nangis aja. Sedih itu hal yang manusiawi kok. . Tapi jangan pernah kamu jadikan kesedihan dan airmata sebagai akhir dari sebuah perjuangan. Masih banyak yang harus kamu perjuangin. Bukan cuma Abeen," 
Rino menatap Ai lekat.

Setajam apa tatapan Ai, tapi Rino membalasnya dengan senyuman. Ai juga heran kerasukan apa cowo jutek dan pendiem ini.

"Jodoh nggak akan kemana, Ai. Kalo emang Abeen buat kamu, dia pasti balik lagi sama kamu." katanya.

Ai mejamin matanya, lalu keluar dari ruang produksi.

•••


 

 

"LO ngapain sih Been sampe segitunya sama Ai?" usik Jiwan, salah satu sahabat Abeen.

"Maksudna naon?" Abeen  yang tadinya mau nyuap batagornya, jadi batal.

"Hh...lo yang nggak peka nih! Hubungan lo sama Ai itu gimana sih? Pacaran atau sahabatan?" Jiwan memandang Abeen yang nggak juga nyuapin batagornya.

"Siapa yang pacaran? Dih, gosip tuh. Sekarang aja Ai lagi deket sama si Rino." sahut Abeen.

"Ceritanya lo cemburu nih?" goda Jiwan.

"Lagian....--"

"Lagian apa? Lagian sekarang lo deket lagi sama Trisya, iya kan? Gue bingung sama lo, Been. Dari dulu lo sama Ai deket, tapi giliran pacaran sama orang lain. Kalo gue yang jadi Ai, udah pasti nyeseklah..." Jiwan meneguk colanya.

".....''

Abeen cuma berdehem. Lalu ngebuang nafasnya kasar.

"Urang siaran heula," Abeen bangkit lalu ninggalin batagornya yang masih tersisa dipiring. Padahal dia nggak  pernah buang-buang makanan kayak gitu.

Jiwan natap sahabatnya itu yang tiba-tiba jadi berbeda. Jiwan tau kok, Abeen sayang banget sama Ai. Secara mereka barengan waktu masuk, ikut pendidikan sampai training di Radio Gaga ini...

.

.

.

Abeen mematung saat ternyata diseberangnya Ai duduk dan udah siap nemenin dirinya siaran. Abeen beberapa hari ini emang ngehindar dari Ai. Setahunya, rekan siarannya Chris. Tapi kenapa jadi Ai.?
Mereka jadinya canggung gitu.

Lagu pembuka udah dari dua detik lalu usai, tapi Abeen kayaknya kehilangan fokusnya.

"Mulai, Been.'' aba-aba Ai, terdengar dari headseatnya.

"Lagu lagi aja,'' sahut Abeen.

Ai kesal. Tapi dia ngikutin instruksi Abeen. Sepanjang lagu, Abeen cuma terdiam. Ai pun nggak liat cowo itu membawa skript kayak biasanya. Lalu apa yang bakal dibahas cowo itu? Ai keluar dari ruang siaran, dia nemuin skrio acara Chris di meja ruangan Chris.

Kalo Chris tau, Abeen gini siarannya, bisa mati tuh anak.  Chris kan orangnya perfect gitu.

Ai cepat kembali ke ruang siar. Dia nggak peduli kalo cowo didepannya nggak mau siaran bersama dirinya. Yang penting Chris nanti nggak terlalu nyalahin Abeen banget.

''Hai guys, malem ini nggak pa-pa  ya gue, Ai yang nemenin lo pada. Hehe...diluar studio ujan masih guyur kota nih.. Kayaknya selimutan sambil minum susu coklat atau kopi boleh tuh. Apalagi ditemenin suara gue. Narsis abissss! Kayak biasa, lo bisa curhat disini. Call me di 022-xx6464. Atau WA ke 081106464.
Gue tunggu yaaaa...."

Ai lalu memutar Girls Like You.  Dia tau kalo Abeen saat ini tengah menatapnya. Tapi Ai nggak peduli, tepatnya pura-pura nggak peduli. 
Dia sebel sama Abeen yang selalu nggak bisa bedain mana urusan kerja dan mana urusan pribadi.

BRAKK!!

Chris masuk ruang siaran. Ngeraih krag hoody Abeen dan membawanya keluar.

"Mas Chris!" Ai melepas headsetnya.

Chris nunjuk Ai.

"Diem kamu. Lanjutin siarannya!"  titah Chris. Digelandangnya cowo sipit itu ke ruangannya.

Didudukkan paksa Abeen di kursi. Nafas Chris memburu menahan emosi.

"Chris! Jangan main hakim sendiri, woy!" itu suara Bukki.

"Chris, semua bisa dibicarain baik-baik loh..." Jiwan ikutan.

Tapi Chris nggak peduli, toh pintunya udah dikunci ini.

"Bisa lo profesional dikit, heh? Yang pegang acara itu selain gue, ya elo Been! Gue denger semua dari lantai bawah. Kenapa? Apa karena Ai? Harusnya dia yang sampe nggak berkutik depan mic, setelah lo perlakukan dia nggak jelas gitu! Bukannya lo. Lo selalu campur adukkin semua perasaan lo, soal kerja, soal cewe, bla...bla... Gue capek Been, nutupin kelakuan lo dari tuan Park." sembur Chris tanpa henti.


 

 

''Ya udah kalo lo capek nggak usah lo urusin. Ribet amat!" seri Abeen

"Whoaaa..... Jadi ini doktrin yang lo terima dari cewe egosentris macem Trisya itu, hah? Melek lo! Kok bebal banget sih lo jadi orang?!''

"Heh! Saha maneh ngurus urusan aing?"

Chris tersenyum sinis. Saat Abeen udah ngomong sunda dalam keadaan marah gitu, biasanya  itu pertanda serius.

"Lo berani nanya gitu ke gue, Been? Serius lo??!" Chris kayak nggak yakin dan mendekatkan wajahnya ke arah Abeen.

"Aing serius!" sahut Abeen

"Oke..." Chris pun membuka pintu yang tadi dikuncinya. Dibukanya lebar-lebar.

Ternyata didepan pintu udah banyak orang. Ada Ai juga.

''Been..."

Abeen keluar tanpa peduli akan eksistensi teman-temannya.

"Abeen!" Ai menyentuh bahu Abeen

''Kita jalan masing-masing," ucap Abeen.

"Ada apa sih? Aku nggak ngerti Been."

''Lo sana sama Rino. Gue sama Trisya, balikan." katanya lagi.

Ai mengernyit, ''Apaan bawa-bawa Rino? Kalo mo balikan sama Trisya, ya balikan aja. Kamu udah dewasa kan, tau mana yang lebih baik.''

Seudah itu Ai berbalik kembali ke ruang siaran, melanjutkan siarannya.

"Lupa ya kalo cewe satu itu penuh racun! Lupa juga kalo lo pernah jadi mayat hidup gegara dia?! Cemen lo  Been." seru Jiwan.

Dia beneran kesel sama tingkah sahabatnya saat ini. Tanpa peduli, Abeen lanjut berlalu untuk pulang.

•••

DAN baru sekarang Abeen nyesel setengah mati! Dia denger  kalo Ai jadian sama Rino. Anak-anak lagi ribut minta PJ sama pasangan baru jadian itu.

Abeen berasa sendiri. Dia jadi mengingat semua. Saat-saat bersama Ai, semua terasa baik-baik saja. Dia nggak pernah merasa tertekan kayak gini. Walau Abeen selalu kasar pada Ai, tapi itu bukan perasaannya yang sebenarnya.

Abeen sayang sekali sama Ai. Abeen selalu pengen Ai di sisinya. Tapi, sore itu.....

''Been...aku jenuh. Kehidupan menjadi artis itu sangat berbeda. Melelahkan dan bikin frustasi. Kamu benar, Been." kira-kira begitu yang dikatakan Trisya.

Abeen kalah oleh pesona Trisya yang baru naik daun itu. Padahal dulu, dua tahun lalu, Abeenlah yang bekerja keras mengenalkan dan melatih Trisya agar menjadi seorang penyanyi kondang.

Tapi namanya manusia, selalu lupa akan jasa seseorang. Kayak kacang lupa kulitnya. Atau air susu dibalas air tuba. Setelah berhasil, Trisya secara terang-terangan meminta putus. Hal itu membuat Abeen jatuh sejatuh-jatuhnya. Hancur berkeping. Hilang kepercayaan dirinya.

Dan, yang selalu berada disisinya, yang selalu memberinya dukungan 
adalah Ai. Ya, Ai! Hingga Abeen kembali ceria, kembali segar-bugar dan jadi dirinya sendiri. Kepercayaan dirinya tumbuh kembali. Ai yang membuat senyumnya kembali.

Kini setelah mereka bersama dan semakin dekat, Abeen tetap nggak mau menyadari perasaan sesungguhnya. Malah kembali nyakiti Ai.

Dia mau Ai-nya kembali. Masih ada waktu, begitu pikirnya.
Nggak bisa dibiarin! -rutuk Abeen.

Abeen tiba-tiba merangsek masuk kesana, dimana Ai dan Rino tengah dikerumuni teman-temannya..

"Apaan sih lo Been?!" Sandra ngomel karena Abeen maon seruduk aja.
 

 

Seketika hening. Semua mata tertuju pada sosok yang berdiri pongah dan menatap Ai.

"Aku minta maaf, Ai." ucapnya lirih.

Ai diam. Dia bingung.

"Aku salah. Aku yang bego.. Dan aku nggak mau begini, aku pengen kita kayak dulu lagi emh....bukan, kita akan lebih baik lagi, aku akan langsung melamarmu pada Mama dan Papa." kata Abeen panjang lebar.

"Melamar?"

"Telat Been! Mimpi lo?" seru Bukki.

"Gue nggak peduli. Ai dari dulu cuma suka gue, sayang sama gue, perhatian sama gue." sahut Abeen

"Tapi itu dulu, Been. Sekarang ada Rino yang selalu bikin Ai aman,"  sela Jiwan.

"Rino lebih dewasa, lebih bisa diandelin, lebih pengertian. Sedang lo?''

Parah, Chris ikutan ngomporin pula. Abeen makin ciut.

"Masa bodo! Ai, I love you. Aku sayang sama kamu, sejak kita sama-sama. Iya, aku emang bego. Aku jelas terluka karena Trisya, tapi aku malah jatuh ke lubamg yang sama. Maaf...."

Abeen menatap cewe mungil dan berkuncir disana, yang terpaku memandangnya.

"Ai...." suara Abeen tercekat.

Apalagi saat Rino menggenggam jemari Ai.
Dan mengajak Ai berlalu dari sana
Abeen nggak mau kalah, dia meraih tangan Ai.

"Ai... Aku serius." cetusnya.

"Serius? Mana buktinya?" Rino yang nanya.

Abeen mengeluarkan ponselnya dan entah menghubungi siapa.

"Abah, Ambu....Abeen mau nikah sama Ai. Panglamarkeun nya, Bah? "

"Ari maneh nanaonan, Bee? Sabar heula atuh!"

"Pokona enjing pangnarosankeun Ai. Aina kabujeng ku batur atuh Bahhh!!" .

Semua menahan tawa melihat Abeen kayak anak kecil.

"Nya! Nanaon teh kudu  pok torolong we...!" sembur Abah Abeen disebrang sana.

Abeen cuma nyengir.

".........''

''Ai, aku udah bilang sama Abah juga Ambu..." kata Abeen.

Ai diam cuma natap cowo sipit didepannya yang sedang memelas, menyedihkan.

"Maaf....Been,"

Abeen makin menatap dalam dan lekat ke arah Ai. Hatinya mencelos Ai udah bilang 'maaf'. Udah nggak ada kesempatan baginya.
Matanya kembali mengelam.

Abeen nyoba tersenyum,"Oke. Selamat ya? Aku yakin Rino bakal bahagiain kamu. Pilihan yang tepat, Ai."

Dia lalu berbalik, udah pasti malu banget, kehilangan cinta pula!
Aish!

"Jadi, cuma segini perjuangan cinta lu sama gue, Bonsai?''

Abeen menoleh, dia mendapati Ai sedang berkacak pinggang. Abeen masih nggak ngerti. Dia memiringkan wajahnya, tersenyum.
Setaunya, cuma Ai yang dibolehin manggil Bonsai. Orang lain yang manggil, bakal ilang tuh orang tiga hari, tinggal nama, dipalak traktiran sama Abeen.

"Bonsai?" Abeen mendekat lagi.

"Iya. Lu masih mau merjuangin gue nggak? Atau cuma sampe segini doang nyali lu? Baru adepan sama Rino aja udah terkaing-kaing lu! Apa Trisya segitu menariknya ya?" 
Ai gigitin kuku tangannya.

Abeen senyum,"Gelo! Apaaan sih ini? Kalian ngerjain gue? Rino?"

Ai menggeleng. Abeen langsung aja meluk Ai sampai cewe mungil itu tubuhnya terangkat..

''Serius?" tanya Abeen.

"Ya kalo kamu serius..." sahut Ai.

"Serius atuh Aiiii.... Jangan  ninggalin gue lagi,"

"Perasaan didinya nu ninggalkeun urang."

Abeen tersenyum,''Iya, aku nggak bakal ninggalin kamu lagi aku nggak kuat liat kamu deket Rino lagi."

Ai mengecup pipi Abeen.

"Ai?!"

Abeen malah yang malu, pipinya merah gitu. Wajah tirusnya semakin bikin Ai gregetan.

"Udah mesraan nya! Jangan lupa Pjnya kita tunggu nih. Mana udah lewat jam makan siang..." Chris menengahi.

''Bro, sori ya...? Gue childish banget kemarenan..." kata Abeen.

"Makanya gue seneng lo jadian sama Ai. Karena dia bawa pengaruh baik buat lo, beda sama Trisya." ujar Chris.

"Semangat full siarannya... Kan udah ada yang nemenin yayang Ai," Bukki menimpali.

"Gitu dong. Jangan sok gengsi, cowo tuh kudu kuat. Bener teu?'  Jiwan ikutan nepuk bahu Abeen.

''No, sori ya... Thanks udah mo balikin Ai buat gue. Gila-gilaan kalian ngerjain teh." Abeen ngerangkul Rino.

Rino tertawa,"Ide cewe lo tuh. Cemerlang kan?"

"Beneran? Aiiiii!!!" Abeen ngejar Ai yang udah lari duluan ke atas.

Saat ini Ai pasti ampun-ampunan dikerjain  balik Abeen.... Wassalam tuh.
 

 

"Aya naon, No rarame kieu?'' 
Wahyu yang baru pulkam celingukan karena suasana studio yang terasa berbeda.

" Nggak ada apa-apa. Abeen mau nikahan sama Ai," jawab Rino.

"Oh... APAA??!"

Sedang yang lagi dikerjain, bener-bener minta ampun.

''Ampun nggak?"

"Ampun Bonsaii..." Ai terkekeh.
Lagi.

Kekehan mereka terhenti. Mata Abeen menatap Ai.

"Urang bener kagegeloan ku kamu, Ai."  kata Abeen.

Abeen menangkup wajah mungil Ai. Dikecupnya bibir Ai lembut. Ai membalasnya. Kedua tangannya udah ngelingkar dileher Abeen.

"Manis ....'' bisik Abeen.

"Woy! Berbuat iya-iya, gue kabarin tuan Park! Siaran, siaran!"  itu suara Jiwan.

Keduanya terkekeh tertahan. . .

"Yuk, kita siaran.''

Begitulah ....anak-anak radio Gaga. Ribet. Riweuh. Rame. Dan receh....

 

❤❤
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Untitled Pedofhilia
10
4
pembunuhan demi pembunuhan menggemparkan. dan kesemua korban ternyata seorang pedofhil. yang lebih mengenaskan lagi, sebelum mereka dibunuh, korban juga telah dikebiri. siapa yang bertanggung jawab? dendam kesumat yang menggelora didada seorang korban pedofil, tentunya. siapa dia?  #WARNING# bukan lapak buat anak-anakgenre : romance thriller
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan