Kita akan mati, jadi ...

2
0
Deskripsi

Siapa orang yang meninggal dan ingin kamu ajak bicara? Kenapa?

Diriku sendiri, di masa depan, masa yang misterius itu entah ada aku di sana atau tidak. Namun, aku ingin bicara dulu selagi masih punya waktu untuk mengatakan sesuatu yang kuharap diriku sendiri mendengarnya.

Karena ini sangat penting, karena tidak ada yang tahu diriku selain aku, tetapi kadang-kadang karena dunia yang terus melaju dan kami dipaksa berjalan terus tanpa jeda, ada banyak kesadaran yang kabur dan samar-samar.

Hai, aku pada...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Manusia Biasa
Sebelumnya Meminimalkan Keinginan
2
0
Masih ingat betul percakapan dengan sahabatku hari Minggu kemarin tentang kenapa pada tahun 2017 adalah tahun yang paling membuat kami tertekan. Padahal jika diingat kembali, sebetulnya tahun itu adalah tahun yang paling menyenangkan. Bisa makan es krim kapan pun yang dimau, jajan, sesekali main setelah pulang kerja, ngobrol berdua sampai pagi. Tentu saja jajan versi kami dulu itu di warung ya, jajan ciki, jajan es krim yang paling mentok lima ribuan. Namun, kami senang dan puas.Iya, kami merantau berdua pada pertengahan 2017 sampai pertengahan 2018.Oh, ternyata yang membuat tertekan justru adalah kemauan yang inginnya dijawab iya oleh Allah, harapan, ekspektasi, ego yang terluka, ingin menunjukkan kemampuan dan kualitas diri kepada ... entah kepada apa.2017 adalah tahun lulus kami, karena berasal dari keluarga sederhana, tidak banyak sekolah yang bisa kami pilih. Aku bersekolah di SMK swasta yang masuknya tidak pakai uang gedung, sahabatku sekolah di SMA negeri yang gedungnya meminjam SMP kami. Kami sama-sama menjalani sekolah tanpa pemikiran apa pun, sama-sama ingin kuliah, tetapi tidak tahu informasi apa-apa tentang hal itu. Tidak punya skill yang bisa dibanggakan, hanya menjadi manusia rata-rata. Walau aku sendiri mengikuti organisasi dari sekolah maupun luar sekolah, bahkan sempat dapat surat pengantar untuk kuliah di salah satu yayasan yang sama dengan SMK, tetapi terhalang uang untuk ke luar kota, kendaraan, pendaftaran, dan sebagainya. Pada waktu itu jika aku tidak salah ingat Mama baru selesai kerja dari Kalimantan dan keuangan kami betul-betul menipis, sedangkan Mama punya tiga anak lain yang juga perlu biaya.Begitulah maksudnya manusia rata-rata, mau ke kiri atau ke kanan terjepit.Meskipun kami berdua sama-sama lulus dengan nilai terbaik dari sekolah. Inilah kenyataan menyakitkannya, hehe. Sekarang sih kami berpikir lebih baik tidak usah dapat nilai terbaik, karena yang kami butuhkan adalah jangkauan informasi serta dukungan finansial dari orang tua, paling tidak untuk ongkos, pendaftaran, uang kos sebulan dua bulan, selebihnya kami akan cari kerja.Waktu itu aku hanya punya ponsel Cina yang mana tidak bisa membeli paket internet, mengandalkan WiFi sekolah yang lambat sekali kecepatannya. Betul deh pada masa itu kami tidak bisa menjangkau informasi atau memang kami tidak berusaha? Entahlah, tidak tahu.Maka dari itu ketika melihat anak-anak yang ambisius dan tahu mau ke sana dan ke sini, punya rencana hidup, dan sudah mempersiapkan sesuatu untuk ke sana, kami cuma bisa menoleh ke satu sama lain. Apa yang kami persiapkan? Tidak ada, hanya segenggam harapan dan rencana kecil.“Kita ikut SBMPTN, kerja dulu di Klaten yang deket sama Solo atau Yogya, sambil belajar, terus tes di Solo atau Yogya.”Faktanya adalah kami makin bingung, bingung mengatur waktu, belajar seperti tidak ada yang bertahan lama di kepala, lelah, insecure, uang yang pas-pasan, orang tua tidak bisa membantu apa-apa. Aku tidak mampu meminta juga pada Mama, tidak tega.Kami sempat bilang, “Nasib manusia rata-rata ya? Atau kitanya kurang usaha atau apa sih? Kok rasanya jalan yang kita pilih salah, kok rasanya kita kayak buta arah?”Setelah itu kami masih harus menghadapi kenyataan bahwa tidak lolos SBMPTN.Ya cerita perjuangan untuk kuliah selesai di situ, tetapi keinginan tidak pernah padam. Meski berat, kami berusaha melepaskan keinginan untuk kuliah di waktu normalnya anak-anak lain kuliah. Toh, di dunia perkuliahan usia itu bukan halangan.Apakah rasanya lega setelah melepaskan? Sama sekali tidak, aku ingin tertawa di bagian ini, justru rasa sakit inilah yang luar biasa lama perjuangan untuk menyembuhkannya.Namun, sekarang aku sudah lebih lega, setelah tiga tahun berlalu aku baru sepenuhnya baik-baik saja atas kenyataan itu. Aku sudah bisa membawa keyakinan ini pada hatiku; bukan apa yang tidak ada pada diriku, tetapi aku selalu bisa memanfaatkan diriku dengan baik sebagai sumber daya manusia untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Semua hal bisa kulakukan sekarang, detik ini, cicil saja dulu mulai dari langkah paling sederhana.Aku tidak bisa kuliah, tetapi aku bisa belajar, aku tidak bisa masuk ke fakultas psikologi di universitas negeri, tetapi aku bisa belajar dan menulis lalu dibagikan.Semua yang terjadi pasti terjadi, memang perlu usaha, tetapi manusia bukan pengendali takdir.Masih banyak yang kuingin, tetapi aku sendiri sudah sepenuhnya yakin bahwa takdir sedang bergerak ke tempat terbaik. Meski dunia masih akan terus ada suka dan duka, tetapi begitulah hidup.Sahabatku, dia juga terlihat lebih lega daripada saat itu. Kami sudah tidak sering bertemu seperti dulu, tetapi kami bercerita banyak hal berdua, masih sama asyik dan bahkan lebih asyik. Banyak pola pikir yang berkembang dan kami bersyukur sekolah yang lalu itu bermanfaat untuk pemikiran kami.Oh iya, akhir tahun ini aku sudah bisa lanjut sekolah di fakultas yang kuharapkan luar biasa itu. Walau bukan di tempat luar biasa yang kami berdua kagumi. Walau perlu waktu kurang lebih empat tahun untuk sampai di sini, perjuangan belum dan sepertinya tidak akan pernah selesai.Namun, satu yang kutahu, akan kumanfaatkan dengan baik diriku ini yang diberikan oleh Allah beserta fungsi terbaiknya. Mari kita berjuang lagi, diriku.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan