
Pamela tak menyangka malam terakhirnya di Chiang Mai penuh dengan bunga.
cw // kiss
Dua kali Pamela dibuat terkesima oleh sebaran mawar merah yang berhambur indah tanpa sepengetahuannya. Pertama di kamar mandi—jacuzzi. Sekarang ini di atas permukaan ranjang. Alas tidur yang mulanya hanya putih, kini berhias ratusan kelopak yang menguarkan aroma wangi.
Selain memanjakan mata, harum mawar yang tak berlebihan juga memberi kesan tenang, mengundang Pamela untuk meraih beberapa kepingannya.
"Kamu suka?" Seseorang menyapa ketika jemari Pamela memainkan kelopak bunga yang ia tadah dengan satu telapak tangan.
Pemilik manik berseri itu mendongak, tak mengacuhkan indahnya mawar sejenak untuk menatap Ethan yang mendekat. Pamela bergumam pelan sebelum membalas, "Suka." Senyum masih menghiasi wajahnya, membuat lelaki yang menyapanya tadi ikut menampilkan ekspresi serupa.
"Kalau saya, suka?" Ethan lekas duduk di samping sang puan.
Pamela mengulum senyum. Lebih dari sekadar suka, ia telah jatuh cinta sejak Ethan memeluknya pada malam pertama mereka menginap di Pulau Birama. Kala itu mereka berciuman. Pamela ingat, Ethan menyelimutinya dengan pelukan hangat sampai ia dibuat terlelap.
"I like you." Pamela terkesiap, lamunannya buyar berkat Ethan yang berucap demikian.
Detik berikutnya mereka bertukar pandang, Ethan menatap lekat iris kecoklatan yang pupilnya melebar. Dari sana Ethan bisa menebak, jawaban Pamela atas tanya yang ia layangkan sebelumnya adalah iya. Ethan mengambil kesimpulan bahwa Pamela pun menyimpan rasa yang serupa dengannya.
"Saya suka kamu, Pamela." Ethan mengucap lagi kalimat yang maknanya sama, hanya berbeda dari segi bahasa. "Kalau masih gak jawab juga, saya cium," imbuhnya membuat Pamela menunduk untuk menyembunyikan senyum.
"Pamela, dengar gak saya bilang apa?"
"Hah?" Itu disengaja, Pamela berniat menggoda suaminya dengan satu kata.
"Kamu ini mau niru Pak Jaja Miharja atau bagaimana?"
Celetukan Ethan tak gagal menyulut gelak tawa Pamela. "Kenapa Pak Jaja Miharja, Mas?" Ia balik bertanya.
"Karena dia perannya jadi orang bolot terus." Ethan salah orang, seharusnya bukan nama itu yang ia sebutkan. "Bukan dia ya?" tanyanya setelah tersadar.
"Bukan, Mas. Harusnya Pak Haji Bolot." Sisa tawanya belum habis semua, Pamela meraih gelas sementara Ethan mengusap tengkuknya sendiri. "Minum dulu. Kayaknya Mas Ethan kurang fokus." Pamela yang biasanya lupa meneguk air justru mengingatkan suaminya.
Ethan tak menolak, kebetulan ia memang agak haus. Jadi gelas yang ditawarkan Pamela ia ambil, tanpa menunda Ethan membasahi saluran makannya dengan air. "Kamu ingat gak apa yang pernah saya bilang?"
"Apa, Mas?"
"Kalau kamu sering bilang hah, saya kasih hadiah."
"Emang Mas Ethan pernah bilang begitu?"
"Masih muda gampang pikun itu obatnya apa? Cium?"
Sekali lagi Pamela merunduk, kali ini bibirnya tak mengukir senyum, justru mencebik. "Kenapa manyun? Kamu sengaja?" Mau bikin saya gemas? Lanjutannya Ethan gumamkan dalam hati.
Kening Pamela mengerut, Pamela tak ingat sejak kapan Mas Ethan nya jadi banyak bertanya seperti ini. "Nggak tuh," balasnya singkat.
"Kalau mau cium bilang, saya kasih. Anggap aja hadiah karena kamu bilang hah."
"Bilang aja Mas Ethan mau cium aku." Pamela menggodanya lagi.
"Saya udah bilang. Itu hadiah dari saya karena kamu bilang hah, Pamela." Biasanya Ethan tidak suka mengulang ucapan, tapi dengan Pamela entah mengapa ia tak keberatan bersikap sedikit lebih sabar.
"Kemarin aku gak bilang hah tetep dicium." Masih membahas hal yang sama, Pamela tidak berhenti membalas tuturannya. Namun, bukannya kesal Ethan malah tersenyum sumringah, seolah-olah tiap kata yang Pamela ucap terangkai menjadi kalimat jenaka.
"Yang kemarin itu fee. Kamu 'kan bantu motong rambut saya."
"Selesai aku bantu masang dasi juga dicium lagi, padahal aku gak minta fee," lagi-lagi Pamela menimpali.
"Bawel banget. Intinya kamu mau ciuman gak?" Ethan berupaya menghentikan debat dengan sebuah penawaran.
"Iya… Mau…" Malunya Pamela simpan dulu. Pamela sudah tahu, rasanya berciuman dengan Ethan itu candu.
"Kalau ciumannya sambil telanjang, mau?"
Sekali lagi Pamela tergemap, maniknya membulat, spontan sedikit menggeser duduknya untuk menjaga jarak.
"Kenapa? Kita udah pernah begitu. Malam ini tinggal replay aja. Tapi dicky mau masuk."
Gemuruh seketika menyambangi isi dada Pamela. Menimbulkan kejut yang bersambut debar luar biasa. Pamela bahkan sungkan untuk menatap Ethan, padahal lelaki itu bersikap santai.
Gugup mulai mendominasi saat Ethan mendekat padanya lagi, tapi Pamela tidak menghindar— diam di tempatnya, sehingga Ethan bisa mengaut dagunya seperti biasa. "Saya belum dapat fee dari antre beli kopi siang tadi," Ketika mereka masih di luar, Pamela selalu berkata nanti, padahal Ethan sudah ingin sekali. Jadi Ethan menagih sesuatu yang sempat Pamela tawarkan padanya. "Kiss me… If you dare," tantangnya tak main-main.
Pamela merasa segan, tapi ia tertarik untuk mencoba. Sekalipun dalam hidupnya ia tak pernah menjadi yang pertama dalam memulai ciuman.
Sementara Ethan memberinya ruang, penasaran dengan gerak apa yang akan Pamela lakukan.
Lima detik kemudian, Ethan mendapati bibirnya disambar cepat oleh Pamela. Nyaris tak terasa. Sesuai ekspektasinya.
Tersenyum tipis, Ethan mengambil satu tangan gadisnya, "Ciumnya yang betul, Pamela." Ia menapakkan telapak halus itu di tepi wajah. "Sambil pegang muka saya begini, gapapa. Atau kamu mau saya pangku?"
Mendengar tuturannya, Pamela merengut. "Mas…" cicitnya.
"Kenapa? Malu?"
Sebenarnya iya, tapi Pamela menggeleng. Tangan kanan Pamela masih bertahan di sana, membingkai wajah pria yang senantiasa menatap, menunggunya untuk mencipta gerak. "Mas Ethan merem dulu."
Titah istrinya tidak Ethan tolak. Tak lama setelah Ethan memejamkan mata, Pamela memberinya ciuman lembut pada masing-masing pipi. Menjeda sejenak sebelum mendaratkan bibir di miliknya, beradu hangat melalui kecup panjang yang tak ingin Ethan lepaskan.
"Kissing is not enough," bisiknya saat Pamela melepas tautan, menyisakan hela napas yang bertukar mengingat wajah keduanya masih dekat. "I want more, Pamela."
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
