
Cerita ini terjadi sekitar 15 atau 16 tahun yang lalu ketika Rahma memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus di Jakarta Selatan. Awalnya, dia bergabung dengan program reguler, namun karena kendala ekonomi keluarga, Rahma terpaksa beralih ke program ekstensi yang memungkinkannya kuliah di kampus pada malam hari. Namun, sejak bergabung dengan program ekstensi, Rahma mulai mengalami kejadian yang menakutkan, apalagi setiap dia ke kampus malam hari. Dia mengalami berbagai macam teror dari setan kampus.
Kala itu saat Rahma baru saja lulus SMA sekitar 15 atau 16 tahun yang lalu. Dia berencana melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Awalnya dia masih bingung hendak melanjutkan ke perguruan mana. Untungnya dia memiliki teman sekomplek yang dua tahun usianya lebih tua. Tetangganya itu telah berkuliah di salah satu universitas daerah Jakarta Selatan. Karena tetangganya lebih dulu tahu tentang kuliah, jadi Rahma bisa bertanya dan mencari info dari teman kompleknya itu. Temannya tentu mau membantu dan memberikan saran pada Rahma.
Setelah Rahma banyak mencari info dan bertanya pada teman kompleknya. Akhirnya kebingungan dia mulai berkurang. Dia sudah terpikir untuk mengambil jurusan apa. Jurusan yang Rahma pilih tentu sesuai minatnya karena dia tidak ingin salah jurusan apalagi baginya belajar empat tahun bukanlah waktu yang singkat. Kebetulan jurusan yang Rahma dambakan ada di universitas tempat tetangganya berkuliah. Sehingga kemungkinan dia akan satu kampus dengan tetangganya itu.
Suatu hari teman tetangga Rahma meminta Rahma untuk menemainya ke kampus. Entah temannya itu sedang kesepian atau memang hanya ingin sekedar ditemani berangkat ke kampus. Temannya memohon ke Rahma agar ikut ke kampus dengan dalih dan kesepakatan akan membantu Rahma mengenal calon kampusnya. Rahma yang kebetulan sudah tidak ada kesibukan akhirnya mau menerima permintaan temannya itu. Dalam pikirnya dia juga akan diuntungkan dengan melihat dan mengenal dahulu kampus yang ingin dia masuki itu.
Kemudian Rahma dan temannya berangkat pukul 11 siang. Sesampainya di kampus, teman Rahma mengajak dia melihat-lihat kampus.
"Nah ini nih kampusnya, liat-liat aja dulu siapa tahu lu beneran tertarik," Ucap teman Rahma.
Tidak sekedar melihat-lihat, Rahma juga dijelaskan bagian-bagian kampus agar dia tidak bingung lagi jika pergi sendiri ke kampus itu. Mulai dari gedung-gedung kampus, perpustakaan, lab kampus dan lain-lain.
"Oh iya, lu mau ke kantin ga? Yuk kita ke kantin," Ajak teman Rahma mengajak ke kantin ketika kebetulan mereka berjalan dekat tempat belanja kampus.
"Boleh yuk," Ujar Rahma yang setuju dengan ajakan temannya itu.
Di kantin kampus tampak ada 4 meja yang terisi oleh beberapa mahasiswa dan bahkan dosen. Tampaknya jam siang di kantin memang agak ramai. Tetapi tidak dengan yang Rahma rasakan saat di sana. Apa yang dia lihat berbeda dengan kesan yang dia dapat. Mata Rahma memperhatikan setiap sudut kantin, lirik kiri ke ke kanan seperti menganalisa. Entah mengapa dia tiba-tiba merasakan suasana yang teramat sepi di kantin tersebut padahal jelas-jelas matanya melihat ada beberapa meja terisi oleh mahasiswa dan dosen. Karena kesan sepi yang didapatkan, dia diam-diam merasa gelisah.
"BTW gue mau masuk kelas dulu ya. Entar habis kelas gue temenin lu lagi. Nah kalo mau daftar di situ tuh," Ujar teman Rahma memberikan arahan sebelum dia masuk kelas kuliah.
Rahma yang diberitahu temannya tempat pendaftaran merasa perlu ditemani dahulu agar dia bisa lebih mengerti.
"Eh temenin gue ke sana dong, biar gue kalo daftar sama orang tua bisa sendiri kalo udah tahu tempatnya," Pinta Rahma untuk diantarkan ke tempat registrasi kuliah.
Temannya tentu tidak keberatan, akhirnya dia menemani Rahma ke gedung depan tempat registrasi. Sekarang Rahma sudah tahu tempat registrasi yakni ada di gedung berlantai dua.
Sebelum teman Rahma masuk kelas dia menawarkan pada Rahma apakah ingin menunggu di perpustakaan. Mereka menaiki tangga menuju lantai ke dua untuk melihat-lihat perpustakaan.
"Lu mau nunggu di perpustakan ga?," Tanya teman Rahma.
Rahma ragu ingin masuk perpustakan karena menurutnya fasilitas kampus itu mungkin hanya bisa dimasuki oleh mahasiswa universitas tersebut.
"Engga deh, gue kan belum jadi mahasiswa sini. Lagian kayanya yang bisa masuk perpustakaannya cuma anggota kampus ini deh," Ucap Rahma yang ragu ditawarkan masuk perpustakan untuk menunggu temannya.
Temannya mengatakan bahwa tidak masalah. Tetapi Rahma tetap saja ragu dan enggan masuk ke perpustakaan. Karena temannya tidak memaksa dia akhirnya menyerahkan keputusan dan kemauan Rahma sendiri.
"Yaudah deh, kan gue ada dua kelas nih, siang sama sore. Nanti gue bakal keluar kelas siang. Lu SMS atau telpon gue aja entar mau ketemuan dimana," Pesan teman Rahma sebelum meninggalkannya untuk masuk kelas.
Rahma mengiyakan dan akhirnya mereka berpisah. Teman Rahma balik turun tangga menuju kelas. Sedangkan Rahma berpikir untuk keliling kampus lagi. Sebelum lanjut jalan, Rahma merogoh tasnya untuk mengambil headset dan handphone-nya untuk mendengarkan musik. Sembari membenarkan kabel headset yang berantakan dia berjalan di lantai dua gedung tersebut. Antara fokus dan tidak fokus dia malah kelewatan tangga untuk turun.
"Ya ampun itu tangganya kelewatan. Eh biar aja kali ya, gue kan mau keliling kampus ini. Coba jalan lurus kira-kira ada ruang apaan ya," Kata Rahma yang telah kelewatan tangga untuk turun.
Karena niatnya memang hendak melihat-lihat kampus maka dia yang penasaran melanjutkan perjalanan hingga ke ujung lantai dua. Sembari berjalan dia masih membagi perhatiannya dengan membenahi kabel headset di tangannya. Tidak terasa dia sudah ada di pojok lantai dua. Di sana ternyata ada beberapa ruangan yang tampak seperti lab komputer karena di dalamnya banyak tersusun meja bersekat dan beberapa komputer. Ada suasana tidak biasa Rahma dapati saat dia ada di lantai dua tersebut. Entah mengapa di sana dia merasa koridor lantai dua terasa seperti redup dan remang-remang padahal ada dua lampu bohlam menyala. Rahma sempat melihat ke dalam lab komputer yang pintunya terbuka sekitar seperempat. Saat itu sekilas dia melihat seperti ada seseorang tengah duduk menghadap komputer dan mukanya tidak terlalu nampak karena tertutup sekat meja. Pikir Rahma yang melihat itu dia mengira adalah seorang mahasiswa.
Karena sudah tidak ada jalan lagi di depan Rahma pun balik badan menuju tangga untuk turun lagi. Baru dia balik badan serta setengah melangkahkan kakinya tiba-tiba dia merasa ada seseorang berjalan melintas di belakangnya, dia menyadari hal tersebut dari suara langkah kaki seseorang. Sontak Rahma terkejut keheranan karena dia merasa tadi tidak ada siapa-siapa selain orang yang dia lihat dalam lab. Kemudian dia balik badan untuk memastikan apakah memang ada orang lain di belakang nya. Saat dia menoleh tampak tidak ada siapapun di belakangnya dan bahkan pintu lab tampak sama seperti pertama kali dia lihat yakni hanya seperempat terbuka. Rahma menarik nafas dan kembali melanjutkan langkahnya untuk menuju tangga. Headset yang belum terpasang ke telinganya mulai dia pasang sebelah. Tujuannya memasang sebelah supaya dia tetap bisa mendengar suara yang lain. Setelah headset terpasang barulah dia membuka audio musik untuk memutar lagu. Belum dia memencet musik tiba-tiba dari sebelah kanannya dia mendengar suara erangan seperti lirih dan berhembus layaknya angin. Saat itu pula dia menyadari itu bukanlah suara dari headset nya karena dia belum memutar musik. Bulu kuduknya mulai berdiri, tanpa aba-aba dia yang ketakutan langsung berlari sekuat tenaga ke arah tangga untuk turun dari koridor lantai dua gedung itu. Mulutnya yang hendak teriak sudah tidak sempat karena saking takutnya dia reflek langsung kabur.
***
Akhirnya teman Rahma telah selesai kelas siang. Rahma dan temannya janjian untuk bertemu di kantin sekaligus untuk makan siang. Rahma yang sudah duluan menunggu temannya di kantin akhirnya bersapa dan mengobrol lagi di kantin.
"BTW pacar gue tadi nemenin lu ga?," Tanya teman Rahma pada Rahma yang tampak hanya menunggu sendirian di kantin.
"Emm … engga ada," Jawab singkat Rahma.
Seketika itu teman Rahma langsung memanggil pacarnya yang seorang anggota BEM. Tampak dari raut wajah temannya itu seperti kesal pada pacarnya.
"Sayang! Kan aku sudah bilang kamu tolong temenin Rahma. Kok malah ga ditemenin si?!," Ucap kesal teman Rahma pada pacarnya.
Tampak pacar Rahma seperti bersalah dan bingung. Dia kemudian mulai berargumen menjelaskan alasan mengapa dia tidak menemui dan menemani Rahma.
"Tadi itu aku liat Rahma sama temennya yang cewek. Jadi aku ga enak juga mau nimbrung," Jelas pengakuan pacar teman Rahma yang melihat bahwa Rahma tidak sendirian saat menunggu di kantin.
Rahma yang mendengar penjelasan pacar temannya mulai menjelaskan balik. Dia merasa apa yang diucapkan pacar temannya tidak benar meski wajahnya tampak jujur.
"Engga, gue dari tadi nunggu sendiri aja di sini. Mana ada teman si?!," Bela Rahma pada dirinya.
Lau terjadilah perdebatan kecil antara Rahma dan pacar temannya. Berkali-kali Rahma mengatakan bahwa dia tidak ada teman tetapi pacar temannya justru menjelaskan bahwa dia benar-benar melihat ada orang lain bersama Rahma saat itu. Karena mereka berdua masih membahas perdebatan akhirnya pacar teman Rahma berinisiatif memanggil temannya yang juga menjadi saksi melihat Rahma saat menunggu di kantin.
"Boy! Sini dulu!" Panggil pacar teman Rahma pada temannya.
Boy yang merasa dipanggil kemudian langsung beranjak dari tempat duduknya dan segera menghampiri mereka bertiga.
"Ada apaan manggil?," Tanya Boy yang merasa diminta bantuan.
"Ini doang si, kan tadi kita ke kantin. Terus gue minta temenin lu kan. Nah lu liat juga kan kalo si Rahma tadi ga sendirian nunggu di kantin?," Ujar pacar teman Rahma.
"Iya, gue liat juga Rahma sama temennya cewek," Jelas Boy yang sama-sama melihat Rahma dengan seseorang saat itu.
"Nah kan, aku ga bohong yang," Jelas pacar teman Rahma sambil menatap pacarnya.
Karena sang pacar tidak mau terlalu membahas lagi, dan teman Rahma juga sudah tidak memaksa menjelaskan lagi akhirnya mereka mengalihkan topik pembicaraan.
"Oh iya, kalian mau makan kan? Ya udah gue sama Boy mau kumpul-kumpul lagi," Ujar pacar teman Rahma.
Kemudian pacar temen Rahma itu pergi dari kantin. Rahma masih kepikiran soal apa yang dilihat pacar temannya itu. Dia ingin menjelaskan lagi pada temanya bahwa dia benar-benar sendirian dan tidak bersama siapapun saat menunggu di kantin.
"Tapi tadi gue beneran sendirian," Celetuk Rahma mencoba menjelaskan lagi.
Teman Rahma melihat ke arah Rahma dan mengingatkan untuk melupakan hal aneh tadi.
"Sudah lupain aja, mending kita makan aja yuk," Balas teman Rahma tanpa mengintimidasi.
Tampak ada yang aneh di pikiran Rahma, dia berpikir apakah temannya mengetahui sesuatu atau hanya tidak mau berdebat saja?
***
Rahma dan temannya telah menghabiskan makan siang mereka di kantin. Lalu temannya hendak beranjak lagi dan mengajak Rahma.
"Lu ikut gue ga?," Tanya teman Rahma.
"Loh, lu ada kelas lagi siang?," Ujar Rahma yang bertanya balik.
"Emm … engga sih, tapi daripada lu sendirian mending ikut gue ketemu dosen," Ujar teman Rahma.
Rupanya teman Rahma hendak bertemu dosen karena ada konsultasi. Rahma sudah berpikir jika dia ikut mungkin akan merasa bosan.
"Yah lama pasti kalo ketemu dosen, geu keliling kampus aja deh," Jawab Rahma yang memilih untuk berkeliling kampus daripada menunggu temannya konsultasi dengan dosen.
Teman Rahma tidak memaksa untuk ikut, jadi dia membebaskan Rahma untuk kemanapun dia mau.
"Yaudah kalo ga mau ikut, tapi lu nanti masuk kelas sama gue aja. Oh iya lu belum keliling semua area kampus kan? Oke deh kalo lu mau keliling dulu," Kata teman Rahma.
"Emang boleh nanti gue masuk kelas?," Rahma bertanya lagi.
"Iya boleh, lagian juga lu sama gue. Yaudah gue cabut mau ketemu dosen ya," Balas temannya.
"Yaudah sana ketemu dosen lu, gue penasaran nih sama lapangan belakang sana," Ucap Rahma.
Setelah itu mereka berdua berpisah arah. Teman Rahma naik ke lantai dua dan Rahma berjalan ke bagian belakang gedung kampus yang ada lapangannya.
Entah berapa menit Rahma berkeliling-keliling kampus. Mungkin memang agak sepi ketika dia sendirian tetapi rasa semangatnya membuat dia tidak merasa gelisah meski hanya sendiri. Rahma berjalan ke sana ke mari di sekitar kampus sampai dia puas. Saking semangatnya Rahma naik gedung memilih tangga daripada lift, tetapi saat dia mulai lelah baru memakai lift. Saat itu dia ada di lantai tiga gedung baru kampus itu. Rahma tahu temannya yang sedang konsultasi dengan dosen ada di lantai dua. Dia yang sudah merasa puas dan cukup lelah naik tangga memutuskan untuk turun ke lantai dua menunggu temannya di sana.
"Gue turun ke lantai dua pakai lift aja deh, capek juga udah naik tangga ke lantai tiga," Ujar Rahma.
Dengan sedikit ngos-ngosan dia berjalan ke depan lift. Tampaknya siang itu tidak banyak yang menggunakan lift sehingga ketika dia memencet tombol lift ke lantai dua tidak menunggu lama. Ketika pintu lift terbuka pun memang kosong tidak ada siapa-siapa selain dirinya sendiri yang masuk lift. Lift tertutup ketika dia sudah masuk. Tombol lift menyala menunjukkan tujuan lantai dua. Saat dalam lift Rahma merasa biasa saja, tetapi ketika lift sudah menunjukkan sudah sampai lantai dua dia mencium bau yang sangat busuk. Bau tersebut seperti bau bangkai yang sangat menyengat tetapi perlahan hilang. Dan anehnya lagi pintu lift tidak langsung terbuka, entah mengapa ketika bau itu ada pintu lift justru masih tertutup cukup lama. Rahma tidak berpikir hal aneh selain menduga karena lift yang error karena sudah tua. Namun yang menjadi misteri di pikirannya mengapa ada bau busuk yang menyengat secara tiba-tiba.
Rahma tidak mau terlalu memikirkan keanehan di lift tersebut. Setelah sampai di lantai dua, dia menuju ruang toilet karena hendak buang hajat. Sama seperti lantai tiga ternyata koridor lantai dua juga sama sepinya. Saat hendak masuk toilet di sana dia melihat ada seorang OB wanita sedang bersih-bersih. Rahma tidak bertegur sapa dengan OB yang berikat rambut merah tersebut karena sang OB tampak sibuk dan membelangkangi Rahma alias tidak berhadapan. Selesai dari toilet Rahma keluar dan saat itu temannya menelpon menanyakan di mana dia.
"Halo Rahma lu di mana?," Tanya temannya di telpon.
"Gue di toilet lantai dua, lu dimana,? Ujar Rahma.
" Ini gue habis keluar ruangan. Mau ke kantin, lu katanya di kantin," Balas temannya.
"Ya gue ke lantai dua gedung baru biar cepet ketemu lu," Kata Rahma.
Kemudian teman Rahma menyusul ke lantai dua gedung baru dengan naik tangga. Sesampainya di lantai dua, dia segera ke toilet namun di sana dia tidak melihat keberadaan Rahma.
"Lu toilet yang mana si?, Cowok apa cewek?," Tanya teman Rahma yang kebingungan tidak menemukan Rahma di toilet.
"Ya toilet cewek lah masa cowok. Ini gue nungguin depan toiletnya. Lu dimana si?," Balas Rahma pada temannya.
Mereka berdua mulai saling bingung sekaligus berdebat.
"Ih lu yang bener, toilet lantai berapa? Coba lu keluar liat dekat tangga tuh ada tulisan lantainya," Instruksi teman Rahma.
Sebenarnya Rahma mulai kesal karena berkali-kali dijelaskan bahwa dia sedang ada di lantai dua. Tetapi dia pun tetap menurut untuk mengecek tulisan petunjuk lantai berapa yang ada dekat tangga. Dan saat Rahma mengecek, ternyata dia ada di lantai tiga. Rahma bingung tetapi dia tidak sempat hendak berpikir apapun selain memberitahu temannya di mana dirinya.
"Ternyata gue di lantai tiga nih," Ujar Rahma yang masih kontak dengan temannya di telpon.
Teman Rahma yang di lantai dua segera menyusul ke lantai tiga dengan naik tangga lagi. Sesampainya di lantai tiga dia segera mengajak Rahma turun karena waktu yang sangat mepet masuk kelas.
"Ayo buruan Rahma kita masuk kelas," Ajak temannya dengan buru-buru.
Sementara itu Rahma melamun sambil jalan. Dia sampai menepuk-nepuk pipinya untuk memastikan apakah ini nyata atau hanya mimpi.
"Asli tadi gue udah turun pakai lift ke lantai dua, kok bisa-bisanya gue malah di lantai tiga lagi si?," Celetuk Rahma bercerita pada temannya.
"Ya engga tau, jelas-jelas lu emang di lantai tiga, gimana si. Udah buruan kita masuk kelas," Balas teman Rahma yang tidak tahu apa yang terjadi pada Rahma.
Sepanjang jalan menuju ke kelas, Rahma hanya bingung memikirkan keanehan yang dia alami tadi. Dia merasa seperti ada di dalam kejadian mimpi yang aneh.
***
Saat hendak masuk kelas rupanya sudah ada dosen di ruang kelas sedang mencatat materi di papan tulis. Rahma merasa sedikit bersalah karena membuat temannya masuk sedikit terlambat. Kemudian mereka berdua masuk dan segera duduk. Teman Rahma meminjamkan kertas dan pulpen untuk Rahma supaya seolah-olah mahasiswa dan ikut mencatat. Rahma hanya mengikuti alur perkuliahan dan membayangkan jika dia benar-benar telah menjadi mahasiswa. Dosen telah selesai mencatat kemudian sedikit menerangkan.
"Tolong materi ini kalian catat dan beritahu teman-teman kalian yang tidak hadir kalo materi ini untuk ujian minggu depan," Jelas sang dosen.
Rahma di sana hanya mangut-mangut seolah-olah menyimak dengan serius. Tetapi ada yang menjadi tanda tanya bagi Rahma seorang anak SMA yang baru saja lulus. Dalam benaknya suasana seramai di kelas ini pun dikatakan dosen beritahu pada teman-teman yang tidak hadir. Apalagi kalau mahasiswa yang lain hadir pasti lebih ramai lagi. Rahma merasa saat itu suasana kelas terasa ramai dan sudah banyak mahasiswanya. Tetapi banyak yang duduk di belakang. Dalam pikir Rahma jumlah mahasiswa di kelas itu aslinya pasti sangat banyak jika semua hadir, karena yang banyak tidak hadir saja rasanya sudah ramai sekali.
Usai memberikan materi, perkuliahan selesai dan dosen pun keluar. Rahma dan temannya masih duduk di kelas. Temannya menanyakan pada Rahma apakah mau langsung pulang atau di kelas dulu.
"Eh lu mau di sini atau kita langsung pulang? Kalo di sini dulu, gue telpon pacar gue, tapi kalo mau pulang kita langsung ke parkiran," Ujar temannya memberikan pilihan.
Belum Rahma menjawab saat dia menoleh ke belakang tiba-tiba dia dibuat heran. Ruang kelas terlihat sangat sepi banyak bangku yang kosong dan tampak mahasiswa di kelas yang hadir hanya sepuluh orang.
"I_ini yang kuliah cuma segini?," Tanya Rahma spontan pada temannya.
"Kan udah gue bilang pada malas. Nanti pas mau ujian baru tuh pada datang ke kampus," Jelas temannya.
Rahma hanya bisa melamun sekaligus bingung. Dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri soal apa yang dia rasakan sungguh aneh.
Anjir … apaan nih?! perasaan tadi ni kelas kayak rame. Ucap Batin Rahma yang keheranan melihat kenyataan bahwa sebenarnya di kelas hanya ada sekitar sepuluh mahasiswa yang hadir.
***
Sebelum pulang dari kampus, sore itu Rahma meminta temannya untuk singgah ke kantin terlebih dahulu. Di kantin Rahma menyempatkan untuk jajan sedangkan temannya mengobrol dengan pacar. Di sana Rahma mulai agak lupa dengan kejadian aneh sekaligus horor di kelas tadi karena dia sibuk dengan jajanannya dan memperhatikan temannya yang asik bercengkrama dengan si pacar. Entah apa yang diobrolkan oleh temannya, Rahma tidak mau kepo urusan mereka dan dia tidak mau nimbrung dengan dua sejoli itu karena tidak enak melihat mereka bermesraan.
Rahma yang telah selesai jajan di kantin langsung menuju parkiran sendirian dan masuk ke dalam mobil untuk menunggu temannya. Mobil teman Rahma terpakir di halaman berhadapan dengan gedung baru. Saat dia menunggu temannya yang masih bercengkrama dengan pacar, perhatiannya teralihkan pada sesuatu di gedung baru lantai dua. Di sana dia melihat OB yang dia temui saat di toilet. OB itu tampak berjalan sendirian di lantai dua, awalnya terlihat normal namun saat posisi si OB persis di sudut pandangan lurus Rahma. Si OB tampak berjalan melayang namun lambat. Di sana Rahma terkejut dan bingung, dia memperhatikan dengan baik-baik apakah yang dia lihat memang benar. Saking bingungnya dia sampai membuka pintu mobil untuk melihat ke luar dengan jelas. Dan tampak si OB memang berjalan melayang di lantai dua tersebut. Rahma yang setengah terbelalak melihat keanehan tersebut tiba-tiba dibuat kaget oleh temannya yang menepuk dia dari belakang.
"Woy! Lu ngapain di luar?," Ucap teman Rahma sembari menepuk pundak Rahma.
"Lu ga liat ada i_itu?," Rahma menoleh ke temannya sambil menunjuk ke arah gedung baru di mana dia melihat OB misterius.
Saat Rahma menengok kembali ke arah gedung baru ternyata sang OB sudah tidak ada, padahal dia yakin seharusnya sang OB masih ada di sana karena tadinya dia melihat OB tersebut melayang dengan pelan.
"Liat apaan si?," Tanya teman Rahma dengan ekspresi bingung.
"Eee … engga liat ya? Yaudah kita masuk mobil aja deh," Sambung Rahma tidak mau memperpanjang pembahasan.
Sebenarnya Rahma masih kepikiran soal apa yang dia lihat di gedung baru tetapi dia pendam sendiri. Pacar teman Rahma yang masih di parkiran bersama mereka mengingatkan untuk segera pulang.
"Baiknya kalian segera pulang aja deh, liat nih udah senja gelap gini," Ujar pacar teman Rahma pada mereka.
Akhirnya Rahma dan temannya pulang di waktu senja. Sepanjang perjalanan Rahma merasakan hal aneh lagi. Saat itu dia kembali mencium bau busuk seperti saat dia di lift. Dia yang merasa terganggu dengan bau yang tidak hilang sepanjang perjalanan mulai memastikan menanyakan pada temannya.
"Eh lu ngerasa atau cium bau busuk gitu ga?," Tanya Rahma penasaran apakah temannya juga mencium bau yang sama.
"Hah kenapa?, maksudnya kurang wangi parfum mobil gue?," Ujar temannya yang tidak merasa atau mencium bau yang dirasakan seperti Rahma.
Rahma tidak bermaksud menyinggung aroma busuk di mobil temannya. Tetapi dia sendiri sulit menjelaskan pada temannya tentang bau apa yang dia hirup. Sedangkan saat itu hanya dia yang mencium bau busuk itu.
"Engga parfum mobil lu mah wangi, cuman gue ngerasa bau busuk aja sama kaya waktu di lift. Tapi udahlah lupain aja, mungkin cuman perasaan gue aja," Ujar Rahma yang tidak mau berdebat dengan temannya. Sebenarnya Rahma benar-benar muak dengan bau busuk nan misterius tersebut, namun mau tidak mau dia harus menahan dan seolah baik-baik saja sepanjang perjalanan.
***
Dua bulan dari Rahma diajak ke kampus, akhirnya dia memutuskan untuk mendaftar di kampus sama dengan teman kompleknya. Alasannya hanya kampus itu yang pas untuk dia dari segi UKT. Karena jika dia ingin berkuliah maka harus menyesuaikan dengan keadaan keluarganya saat itu. Dan setelah mencari banyak kampus dan pertimbangan yang panjang hatinya merasa ringan dengan memilih kampus tersebut. Rahma tidak terpikirkan apakah akan ada hal aneh lagi terjadi sama seperti dia waktu dia pertama kali diajak teman kompleknya ke kampus itu. Dua bulan adalah waktu yang lama untuk fokus dan memori buruknya teralihkan dengan kejadian waktu itu. Dia benar-benar tidak terpikirkan lagi soal keanehan dan kehororan di kampus itu. Pikirnya hanya satu yakni hanya kampus itu yang paling pas dan sesuai dengan kantong ekonomi keluarganya.
Kini Rahma resmi menjadi mahasiswa kampusnya. Dia mendaftar masuk program kuliah reguler. Selama dia menjadi mahasiswa baru di sana, belum ada kejadian aneh dia temui. Paling ada beberapa kali setiap kuliah sore di kampus dia bisa bertemu dengan OB wanita di toilet. OB wanita tersebut masih berpenampilan sama seperti pertama kali Rahma melihat di toilet lantai tiga. Si OB selalu berpenampilan rambut dicepol dengan ikat rambut cepol merah.
Entah karena jadwal OB tersebut hanya di jam tengah hari atau sore sehingga Rahma tidak pernah bertemu si OB di jam pagi. Bisa dikatakan setiap ke kampus aktivitas ke toilet adalah hal yang pasti dilakukan mahasiswa termasuk Rahma, karena pada dasarnya untuk memperbaiki tampilan atau sekedar buang hajat. Terlebih AC di ruang kelas biasanya sangat dingin dan bisa membuat sakit perut. Sehingga tidak aneh memang setiap keluar kelas pasti ada yang ke toilet.
Rahma tidak pernah merasa ada yang aneh dengan rutinitas si OB ada di toilet ketika sehabis waktu dzuhur maupun sore hari. Rahma tidak pernah bertegur sapa dengan OB wanita tersebut lantaran setiap bertemu si OB pasti hanya terlihat sekilas entah keluar dari toilet atau sibuk bersih-bersih. Namun kadang-kadang ada yang mengganggu pikiran Rahma jika melihat OB tersebut. Dia mulai teringat kembali kejadian saat dia melihat si OB ada di lantai dua gedung baru dan tampak berjalan melayang. Perasaan Rahma jika ingat hal itu bisa tiba-tiba merinding namun dia tidak mau menunjukkan ekspresi takut pada sang OB. Dia selalu berupaya memasang wajah tampak biasa saja seolah-olah apa yang dia lihat dahulu cukup menjadi misteri yang tidak perlu diulik.
Tidak terduga keadaan ekonomi keluarga Rahma kembali tidak stabil bahkan menurun. Karena faktor itu mengharuskan dirinya untuk pindah dari program status reguler ke ekstensi agar dia dapat sambil bekerja. Akhirnya pada semester dua Rahma mulai masuk kuliah malam karena mengambil ekstensi. Kini dia bekerja sebagai SPG di salah satu perusahaan. Kuliah ekstensi di kampus Rahma umumnya dimulai dari pukul 18:30 hingga 20:30 atau tergantung dosen yang mengajar. Ada pula dosen yang meminta waktu-waktu yang sudah dia tentukan sendiri.
Keadaan Rahma yang kini kuliah malam karena siangnya bekerja kadang benar-benar sebuah perjuangan yang cukup berat dirasakan. Karena ketika badan rasanya sudah lelah mata cukup mengantuk tetapi pulang bekerja dia harus ke kampus. Meski lelah dia tidak menyesal karena itulah pilihan dia dan konsekuensi kuliah sambil bekerja. Kondisi transportasi sekarang mungkin bisa dikatakan jauh lebih baik daripada masa Rahma kuliah dahulu. Jika sekarang orang tidak ada kendaraan pribadi maka masih bisa memesan ojek online dan akan dijemput di lokasi pemesan. Beda dengan jaman kuliah Rahma dahulu. Saat dia hendak ke kampus pun harus naik transportasi umum seperti koperasi angkutan Jakarta (KOPAJA). Bahkan harus berlari-lari dari gerbang depan kampus ketika dahulu tidak ada ojek online yang mengantar hingga depan tujuan.
Suatu hari ketika Rahma pulang bekerja. Saat itu telah menunjukkan hampir jam kuliah malam. Namun apesnya saat itu KOPAJA yang ditunggu cukup lambat sampai. Hingga akhirnya dia mendapat angkutan umum tersebut dan sampai depan kampus. Karena dia benar-benar hampir terlambat mau tidak mau dia harus lari untuk mengejar waktu. Untungnya dia bekerja menggunakan jenis sepatu flat shoes bukan heels. Sehingga bukan hal sulit jika terpaksa harus berlari-lari. Sesampainya dia di gedung baru ternyata kondisi lift sedang penuh. Orang-orang jarang mau menggunakan tangga ketika malam karena keadaan di sana cukup gelap ketika malam hari. Rahma yang sudah terburu-buru takut dosen sudah masuk terpaksa memilih jalan tangga untuk ke lantai dua. Dia berlari tanpa menghiraukan betapa ngeri dan gelapnya melewati tangga yang cahayanya sangat minim. Suara langkah kaki Rahma terdengar saat memijakkan kaki di tangga. Namun ada suara sepatu lain seperti heels mengikuti langkah Rahma. Awalnya dia pikir suara sepatu heels di tangga adalah gema suara sepatunya, namun secara logika harusnya tidak mungkin sekeras itu karena dia hanya menggunakan sepatu tidak bertumpu tinggi. Mungkin jika dia menyadari keanehan tersebut bisa merasa merinding tetapi pikirannya yang fokus dan terburu-buru masuk kelas membuatnya mengabaikan atau mengamati dari mana asal suara langkah sepatu misterius yang mengikutinya.
Sampai depan kelas Rahma langsung masuk kelas yang saat itu sudah ada dosennya. Untungnya sang dosen tampak biasa saja saat Rahma terlambat datang. Kelas berlangsung seperti biasa. Rahma duduk agak depan dekat deretan teman-teman akrabnya. Dia bisa melihat siapa saja yang ada di kanan, kiri dan belakangnya sebelum duduk ke kursi.
Tidak terasa sudah hampir jam pulang. Detik-detik sebelum dosen menutup perkuliahan malam, Rahma yang lapar kepikiran hendak mengajak temannya Rinah yang dia rasa sedang duduk di posisi belakangnya untuk pulang cari makan bareng.
"Rinah, pulang ini kita makan siomay yuk," Ajak Rahma pada Rinah sembari menoleh ke belakang.
Bukannya Rinah yang dia lihat justru sosok wanita berwajah rata namun persis mengenakan pakaian yang dipakai temannya Rinah. Rahma yang teramat terkejut sejenak terdiam. Dia tidak menyangka yang dia lihat adalah sosok berwajah rata yang sama-sama sedang memperhatikan dosen di depan. Lalu teman sebelah Rahma menegur dan memecahkan lamunannya.
"Eh, lu ngomong sama siapa?," Tanya temannya Rahma sembari menepuk pundak Rahma.
Rahma yang tersadarkan dari lamunannya langsung menoleh ke teman sebelah yang menegurnya.
"Oh engga. Gue kecapean aja kali ya," Balas Rahma yang tidak mau menoleh ke belakang untuk kedua kalinya karena takut melihat si sosok muka rata.
"Lu tadi kaya nyebut nama Rinah. Itu tuh Rinah di pojok depan situ," Ujar teman Rahma sembari menunjukan di mana Rinah sebenarnya duduk.
"Oh, oke. Gue cuma kecapean aja kali nih," Ujar Rahma yang mengelak tidak mau ditanya apa yang sebenarnya dia lihat bukanlah Rinah yang asli.
***
Di lain waktu saat kuliah malam, Rahma yang sedang fokus mengikuti kegiatan kuliah teralihkan perhatiannya ketika matanya melihat OB wanita yang sudah lama sudah tidak dia temui. Tampak saat itu si OB seperti berjalan di samping jendela yang Rahma duga ada balkon kecil untuk pijakan. Kaca kelas di ruang gedung baru itu memang setengah transparan sehingga bisa melihat objek di luar.
Loh itu kan OB yang biasa dulu ada di toilet kalo sore. Pikir Rahma saat melihat OB dari balik jendela kelas.
Pikir Rahma mungkin si OB berjalan samping jendela karena mau bersih-bersih atau ada keperluan. Namun sebenarnya dia heran sebenarnya hingga pukul berapa si OB bekerja? Mengapa OB tersebut masih ada di kampus saat malam?
Beberapa hari kemudian Rahma dan teman-teman kuliahnya ada janji untuk kumpul sore membahas tugas kuliah mereka. Saat itu mereka kumpul di halaman belakang kampus gedung baru alias gedung tempat mereka kuliah. Saat sibuk-sibuknya berdiskusi tiba-tiba Rahma iseng menoleh ke atas untuk melihat ruang kelas mereka. Saat itu dia merasa ada yang janggal, karena ternyata bangunan tersebut tidak ada pijakan atau balkon kecil di luar jendelanya.
"Loh! Di luar jendela ga ada balkon buat pijakan?," Celetuk Rahma dengan ekspresi terkejut.
"Iya emang ga ada. Lu baru sadar?," Balas teman Rahma.
Rahma yang masih belum percaya kemudian mulai menengok-nengok dengan mengelilingi gedung baru untuk benar-benar memvalidasi apa yang dia lihat.
Ih beneran ga ada balkonnya ini?!! Lah terus mbak OB yang gue liat waktu malam itu pijakan di mana? Batin Rahma bertanya-tanya sendiri.
Rahma bingung dengan pertanyaannya sendiri. Teman-temannya justru bingung melihat tingkah Rahma yang tampak amat serius memperhatikan gedung baru seperti sedang menganalisa.
"Lu kenapa si Rahma? Kenapa malah muterin gedung," Tanya salah satu temannya.
Saat itu Rahma tidak menceritakan kejadian malam-malam sebelumnya saat dia melihat OB berjalan di samping jendela gedung yang ternyata tidak ada pijakannya.
"Engga papa," Jawab Rahma yang masih ragu untuk bercerita pada temannya.
Kemudian mereka lanjut membahas tugas kuliah lagi di halaman kampus tersebut.
***
Kelas kuliah malam telah selesai. Tampak waktu menunjukkan pukul 9 malam saat itu. Rahma dan ketiga temannya seperti biasa keluar kelas bareng. Karena AC ruangan dingin cukup membuat mereka kedinginan bahkan sampai sakit perut, maka mereka bertempat sepakat untuk ke toilet dahulu sebelum seperti biasa kumpul-kumpul membahas materi kuliah. Rahma dan teman-temannya yang lain memang biasanya sehabis kuliah tidak langsung pulang namun akan kumpul-kumpul di area tempat duduk kampus yang mereka biasa sebut halte.
Pada saat hendak ke toilet lantai dua rupanya toilet penuh dan ramai. Jadi mereka melihat ke toilet lantai satu dan rupanya sama saja alias sama-sama penuh. Maka Rahma dan ketiga temannya yang sama-sama kebelet buru-buru cek toilet di lantai tiga. Untungnya toilet di lantai tiga ternyata tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa mahasiswa tampak sedang ngaca dalam toilet tersebut. Rahma dan ketiga temannya masing-masing masuk toilet. Rahma merasa tidak terlalu lama buang hajat, setelah selesai dia menyempatkan ngaca di toilet tersebut sambil sisiran. Dia tidak mendengar suara pintu toilet dibuka sehingga dia pikir ketiga temannya masih dalam toilet sehingga dia memilih menunggu sambil ngaca dan sisiran di toilet tersebut. Sejenak ada yang mengalihkan perhatian Rahma saat asik-asiknya menyisir rambut. Tampak dari cermin dia mengaca ada OB berdiri diam di pojok sejajar dengan badan Rahma. Rahma tentu bingung mengapa si OB hanya diam dan berdiri sejajar di belakangnya. Dalam pikirnya bukankah seharusnya si OB ada yang dikerjakan? Karena curiga dan heran dia menengok ke belakang. Dia melihat ke arah OB. Dan OB ternyata juga sama melihat ke arah Rahma. Saat keduanya bertatapan, Rahma langsung dibuat terkejut karena kondisi setengah wajah OB tersebut tampak rata. Tanpa berkata-kata ataupun aba-aba Rahma langsung keluar dari toilet lantai tiga tersebut. Betapa terkejutnya ketika ternyata ketiga temannya ternyata sudah ada di luar.
"Loh kalian sudah di luar? Gue kira lu pada masih dalam toilet," Ucap Rahma dengan wajah orang terkejut.
Teman-temannya justru heran karena Rahma sangat lama di dalam toilet, saking lamanya mereka kata menunggu hingga sepuluh menitan.
"Kami dari tadi di luar nungguin lu lama banget," Celetuk salah satu teman Rahma yang agak slengean.
"Rahma kenapa lu kaya ketakutan gitu?," Tanya salah satu temannya sadar ada yang tampak tidak biasa dengan Rahma.
Rahma tidak mau menjelaskan apa yang dia lihat dan alami saat di toilet. Dia segera mengalihkan topik.
"Udah yuk kita turun aja, entar anak-anak yang lain kelamaan nungguin," Sambung Rahma yang tidak menjawab pertanyaan temannya.
Rahma dan ketiga temannya berjalan turun lewat tangga. Karena Rahma mulai terbayang-bayang dan mulai teringat segala memori tentang keanehan OB dia mulai hendak cerita pada temannya namun masih ragu. Saat di tangga turun menuju lantai satu, salah satu teman Rahma kembali bertanya. Di sana mereka berhenti dan mengobrol lagi.
"Rahma, lu sebenarnya kenapa si tadi? Kok kaya ketakutan banget gitu. Coba deh cerita," Usut kembali teman Rahma.
"Tau ni si Rahma ga jelas banget, tadi lama banget terus keluar-keluar kaya orang ketakutan," Timpal teman Rahma yang memang slengean.
Rahma tidak langsung ke inti apa yang dia lihat, tetapi dia justru menginterogasi teman-temannya untuk validasi.
"Ngomong-ngomong kalian tadi ada liat orang lain ga? Maksud gue selain mahasiswa dalam toilet," Tanya Rahma dengan mata menatap satu-satu temannya.
"Engga ada si," Jawab teman Rahma.
Kemudian salah satu teman Rahma menjawab bahwa dia seperti merasa ada orang lain tengah menunggu di depan pintu ketika dia dalam toilet.
"Kalo tadi pas di gue di toilet si kayak ada nampak kaki gitu. Terus ya gue kira itu orang lagi ngantri nungguin gue, eh anehnya ya, pas gue keluar ternyata ga ada orang lagi antri," Ujar salah satu teman Rahma lagi.
Rahma masih ragu untuk menceritakan apa yang dia lihat. Sehingga dia hanya bungkam soal keanehan-keanehan OB selama ini dia lihat. Entah kapan dia akan siap berbagi cerita dengan teman-temannya. Karena dia merasa hanya dia yang merasakan dan mendapati kejadian-kejadian aneh dengan OB wanita di kampus itu.
Akhirnya Rahma dan teman-temannya kumpul di halte. Saat asyik-asyiknya kumpul salah satu teman Rahma yang merupakan kating menyadari ada yang berbeda dengan Rahma.
"Ma, lu kenapa dari tadi keliatannya bengong, murung sama takut gitu?," Tanya Mito teman Rahma.
Anin yang memiliki sifat slengean langsung menimpa dengan celetukannya.
"Tau nih Rahma ga jelas, tadi lama banget di toilet, terus segala nanya ada liat orang apa engga lah," Ujar Anin menyambung pertanyaan Mito.
"Loh padahal gue ngerasa bentar aja," Ucap Rahma membalas Anin.
"Ih asli lama banget kita nungguin lu," Balas Anin lagi.
Rahma dibuat bingung dengan pernyataan teman-temannya yang mengatakan bahwa dia memang sangat lama di toilet.
"Eh udah-udah. Mendingan lu cerita aja Rahma. Sebenarnya ada apa sih sama lu?," Ujar Mito mencoba membantu permasalahan Rahma.
"Gini bang Mito, gue kan tadi di toilet lantai tiga tuh bareng mereka bertiga. Nah gue tuh ngerasa di toilet tuh bentar aja, terus ngaca sambil sisiran sambil nunggu temen-temen yang gue kira masih dalam toilet. Pas gue ngaca tuh ada liat OB berdiri sejajar belakang gue, nah gue kan bingung kenapa itu OB malah diam. Yaudah gue menepikan kepala biar bisa liat dari cermin, eh taunya pas gue noleh kita tatap-tatapan. Di sana kaget banget, soalnya si OB setengah wajahnya rata," Jelas Rahma menceritakan pada Mito.
Mito tampak terkejut dan mulai menyelidiki apa yang sebenarnya dilihat oleh Rahma.
"OB?!," Ujar Mito.
"Iya bang Mito. Si OB itu aneh banget," Jawab Rahma.
Kemudian Rahma menceritakan semua keanehan-keanehan dan kecurigaan dia tentang OB sejak awal pertama kali dia bertemu si OB. Rahma yakin yang dia lihat adalah OB yang sama karena staff itu selalu menggunakan ikat rambut merah. Mito menyimak dengan baik-baik apa yang diceritakan oleh Rahma. Setelah itu Mito mulai teringat cerita dari kakaknya yang dahulu juga berkuliah di kampus mereka.
"Menurut yang gue tahu. Di sini ga ada OB yang kaya lu liat. Tapi konon pada suatu ketika ada staff yang menjadi korban kecelakaan di lift kampus ini. Dia tewas karena kegencet lift. Kemudian ada yang menemukannya kondisinya sudah hancur dan kepalanya seperti mengeluarkan sesuatu sepertinya bagian otak. Jadi yang lu lihat di cepolan kepala OB itu bukan ikan rambut. Tapi gumpalan darah!," Cerita Mito menjelaskan pada Rahma.
Rahma yang mengetahui hal tersebut dibuat sangat terkejut, dia tidak menyangka OB yang selama ini dia lihat ternyata bukanlah manusia. Dan di sana dia baru menyadari alasan mengapa di lift sering tercium bau amis nan busuk. Mungkin penyebabnya karena dahulunya ada tragedi tewasnya si OB.
Mito memberitahu Rahma bahwa di kampus itu memang ada makhluk yang mau mencelakakan. Yang mana ada beberapa kali kejadian teror di lift gedung lama. Makanya disarankan untuk tidak naik lift sendirian. Bila sendirian kadang kala tidak sadar apa yang dilihat di lift. Seperti ketika ada yang nunggu di depan lift padahal lift sudah terbuka namun yang hendak naik lift melihatnya belum terbuka. Untungnya ada yang meneriaki menegur untuk segera masuk lift,
Woy mau masuk lift ga! Kok bengong, itu lift nya mau ketutup.
Jika tidak diteriaki seperti itu mungkin saja yang hendak naik lift terjepit karena masuk saat lift sudah hendak tertutup.
Ada pula kejadian seorang mahasiswa saat sendirian naik lift. Di sana dia pingsan karena lift tiba-tiba mati dan dia terkurung di dalam. Saat menyala lift malah error naik turun dengan sangat cepat, namun yang merasakan hanya si mahasiswa itu sebab yang di luar lift melihatnya seperti lift normal. Entah mengapa ada saja kejadian aneh di lift yang bisa membahayakan.
Kejadian tragedi tewasnya OB ada di lift gedung lama. Tetapi Rahma malah merasakan juga di gedung baru. Yang mana seringkali dia mencium bau busuk di lift. Kini Rahma sudah tahu misteri bau busuk dan OB yang misterius. Kampus tersebut memang ada makhluk pengganggunya. Singkat cerita Rahma tidak lagi melanjutkan berkuliah di sana karena sudah tidak tahan karena faktor lelah bekerja ditambah saat berangkat kuliah malam dia tidak jarang mendapat teror-teror yang mengganggunya. Seperti beberapa kali melihat wajah rata, mencium bau bangkai di lift dan lain-lain. Dan itu sudah cukup menambah tantangan Rahma yang sudah kewalahan selesai bekerja berangkat kuliah malam. Dan akhirnya dia memutuskan untuk fokus bekerja.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
