Kontrakan Berhantu 25 RIBU PART 1 (Versi Fadly) FULL

3
1
Deskripsi

Kisah pengalaman Fadly yang menginap di kontrakan sahabatnya Kamil. Saat itu pada tahun 2005. Rata-rata harga kontrakan pada umumnya 300-400k/bulan. Namun sahabat Fadly menempati kontrakan yang sangat murah, yakni hanya 25k/bulan. Sebanding dengan harganya kondisi kontrakan itu kurang layak disebut sebagai hunian. Bukan hanya kondisi bangunan yang tidak layak, namun juga banyak kejadian mistis di kontrakan itu. Lalu kejadian apa saja yang dialami Fadly selama 5 malam menginap di kontrakan berhantu itu?

Teror Malam Pertama

Kala itu di Cibinong Bogor tahun 2005. Fadly masih anak SMK. Seperti anak muda umumnya ia memiliki beberapa teman dekat. Teman-temannya bernama Kamil, Reyhan, Billy, Hendrik dan salah seorang temannya tidak disebutkan namanya karena sekarang telah wafat.  

Suatu hari, tepatnya hari rabu. 2 orang teman Fadly yakni Hendrik dan Billy mendatangi Fadly dengan maksud mengajaknya nongkrong ke tempat baru.

"Bed! Panggil kedua temannya.

Obed adalah panggilan akrab untuk Fadly dari sahabat-sahabatnya.

"Mau ikut gak? Kita gak nongkrong di sini lagi. Ada tempat nongkrong baru dan enak tempatnya" ajak kedua sahabatnya.

"Tempat siapa? Tanya Fadly penasaran.

"Tempat Kamil!" jawab temannya.

Mendengar itu Fadly langsung celetuk.

"Oh, di tempat Firman?!" Ujar Fadly yang ingat Kamil ngontrak berdua dengan Firman.

"Gak, Bed. Dulu Kamil emang ngontrak sama Firman. Tapi sekarang Firman ngontrak sendiri. Jadinya sekarang Kamil punya kontrakan sendiri" Jelas sahabatnya pada Fadly yang menyangka Kamil masih ngontrak bareng Firman.

Sepulang sekolah mereka berjalan bersama menuju ke kontrakan Kamil. Diantara sahabat-sahabatnya rumah Fadly adalah yang paling jauh. 20-30 menit jika jalan kaki. Akhirnya mereka sampai ke lokasi kontrakan Kamil. Sesampainya di sana Fadly sempat tercengang. Bukan tercengang karena kagum. Namun sebaliknya ia merasa kaget sebab melihat kondisi kontrakan yang bisa dikatakan kurang layak untuk tempat tinggal. Kondisi rumah sangat berantakan. Kamar mandi dengan tembok hanya sedada dan ½ tanpa atap. Pintu dapur di janggal dengan becak mini.

Fadly penasaran dengan harga sewa kontrakan temannya itu.

"Berapa harga sewa kontrakan ini? Tanya Fadly.

"25 ribu/bulan" Ujar temannya.

Tidak mengejutkan lagi jika itu adalah harga yang sangat murah. Harga sewa kontrakan yang layak pada tahun itu sekitar 300-400 ribu/bulan.

Saat itu Fadly dan sahabat-sahabatnya nongkrong hingga sore. Menjelang magrib Fadly memutuskan pulang terlebih dahulu untuk mandi dan makan, hari itu ia dan teman-temannya berencana akan menginap di kontrakan Kamil.

Seusai magrib ia kembali lagi ke kontrakan Kamil, di sana ternyata sudah ramai sahabat-sahabatnya berkumpul ada Billy, Hendrik dan Reyhan. Namun Kamil justru tidak ada, karena biasanya Ia keluar malam dengan pacarnya. Mereka berempat nongkrong sambil main-main gitar.Ada hal janggal Fadly sadari saat ia pulang dan kembali ke kontrakan Kamil. Ia melihat kondisi dapur Kamil tengah gelap gulita. Ia keheranan mengapa lampunya dibiarkan mati padahal sebelumnya menyala.

"Itu lampu dapur kenapa dimatiin?" Tanya Fadly pada sahabat-sahabatnya.

"Emang mati sendiri" jawab salah satu temannya.

Saat mereka asik-asiknya ngobrol dan main. Tiba-tiba terdengar suara cemplungan air di bak kamar mandi. Seperti ada seseorang yang melempar batu ke dalam bak tersebut. Lagi-lagi Fadly heran dan bertanya.

"Ada apa itu?"

"Sudah biasa" jawab salah satu temannya lagi dengan santai.

Tidak lama terdengar kembali suara cemplungan air yang kedua kalinya. Nampaknya hanya Fadly yang paling banyak heran dengan kejadian-kejadian janggal di kontrakan Kamil tersebut.

Mereka semua bersiap tidur, semua lampu rumah dimatikan. Dan menyisakan satu lampu menyala di lorong tengah rumah itu sebagai penerang. Suasana benar-benar terasa hening, di tambah warna lampu kuning neon pada masa itu. Di kontrakan ada dua kasur. Yakni di kamar dan di ruang depan. Karena kasur yang di kamar lebih kecil akhirnya mereka memutuskan tidur di ruang depan saja. Fadly meletakkan gitar di pojok tembok sekat ruang depan dan kamar.

Fadly masih posisi duduk di kasur. Kemudian ia menoleh ke arah tembok sekat di sampingnya. Tidak disangka ia melihat sosok bayangan nampak seperti orang tengkurap atau sujud namun melayang. Ia mencoba berpikir positif terlebih dahulu. Pikirnya mungkin itu adalah bayangan gitar yang ia letakkan di pojok sana. Namun ternyata saat diperhatikan seperti tidak mungkin bayangkan gitar karena bayangan melayang tersebut menutupi gitar. Akhirnya Fadly mencoba tenang dan meyakinkan dirinya bahwa yang ia lihat hanyalah halusinasi. Ia mulai merebahkan badannya ke kasur dan memejamkan matanya untuk tidur. Sesaat ia terlelap tiba-tiba ada fenomena aneh ia alami. Dia merasa seluruh pandangannya gelap dan sesak napas. Disaat bersamaan temannya Billy iseng menggelitiki Fadly. Kemudian reflek keluar ucapan keras tanda tidak senang dari mulut Fadly.

"DIAM LU!!" Tukasnya dengan suara yang separuh bergema.

Fadly menyadari yang berucap memang mulutnya namun ia sadar itu bukan kemauannya. Ia merasa ada sosok lain mengendalikan inderanya. Sahabat-sahabatnya mulai merasa panik. Saat itu Fadly tidak tahu dan tidak sadar lagi apa yang terjadi pada dirinya.

***

Cerita beralih ke versi teman Fadly

Teman-temannya yang melihat ada hal tidak wajar dengan respon Fadly mulai merasa panik. Mereka ingin membangunkan Fadly dari posisi rebahan. Belum jadi dibangunkan tiba-tiba tubuh Fadly bangun sendiri dengan kaki melayang sejengkal dari lantai. Salah satu temannya menangkap dan memeluk tubuh Fadly. Namun yang terjadi Fadly berontak dan mengamuk. Akibat melihat itu salah satu temannya yakni Reyhan merasa frustasi melihat kejadian tersebut dan ikut mengamuk. Saat mengamuk ia berjalan ke ruang belakang lalu masuk ke kamar. Tidak disangka saat itu ia melihat penampakan sosok hitam bermata merah tengah berbaring di atas kasur kamar tersebut. Di samping jendela kecil kamar itu ia juga melihat sosok nenek-nenek mengenakan kebaya dengan badan yang melayang. Setelah melihat dua penampakan tersebut ia menutup gorden kamar dan pergi ke dapur. Tidak kalah mengejutkan di dapur ia melihat penampakan dua sosok pocong. Yang ia lihat satu pocong yang lebih kecil di atas becak dan satu lagi berdiri.

Perasaan Reyhan mungkin tidak karuan setelah mengalami penampakan di kamar dan dapur. Ia kembali ke ruang depan. Saat itu keadaan Fadly mulai agak stabil dan sadar. Namun ia masih merasa gelap seperti berkunang-kunang dan mual ingin muntah namun tidak ada yang ingin dimuntahkan. Ya, rasanya benar-benar seperti tidak enak badan.

Hendrik dan Billy memijati Fadly yang terbaring lesu. Reyhan datang dari ruang belakang dengan tiba-tiba bersuara lantang pada teman-temannya.

“KELUAR! Jangan di sini gak beres!" Fadly, Billy dan Hendrik sontak menoleh pada Reyhan karena kaget.

“Kenapa emang? Tanya Fadly penasaran.

“Engga, tadi barusan lu kesurupan” Balas Reyhan.

Fadly yang mendengar kata temannya itu terdiam sejenak tampak seperti berpikir dan kemudian tertawa. Dengan kondisi badan yang masih kurang fit ia tetap tertawa dengan terbahak-bahak. Pikirnya jawaban temannya itu hanya gurauan. Namun tidak dengan respon Hendrik dan Billy yang tampak serius karena tahu apa yang dijawab Reyhan bukan gurauan.

“Yuk kita nginep aja di rumah Firman” Ajak Hendrik.

Kebetulan kontrakan Firman tidak jauh dengan kontrakan Kamil hanya berjarak beberapa rumah alias ada di depan gang. Fadly yang kebingungan dengan tindakan teman-temannya akhirnya pasrah ikut saja. Ia yang masih lesu dan lemas dibangunkan kemudian dipapah oleh Hendrik dan Billy untuk keluar bersama. Sedangkan Reyhan sibuk mengecek rumah sebelum ditinggalkan. Ia membuka gorden dan menyalakan lampu depan agar saat Kamil datang tidak gelap.

Fadly, Hendrik dan Billy sudah beberapa langkah di luar rumah. Reyhan tinggal menutup pintu. Saat ia ingin menutup pintu tiba-tiba matanya menangkap penampakan di samping tembok kamar mandi sosok kuntilanak tengah menatap dan melambai seperti memanggilnya. Sontak Reyhan terkejut badannya mulai panas dingin, ia buru-buru menutup pintu bersiap lari untuk menyusul teman-temannya yang sudah berjalan beberapa langkah menuju depan gang.

Reyhan lari sekencang-kencangnya dan akhirnya ia berada di samping ketiga temannya.

“Loh, kok kaya panik banget lu Han!" Ketus Billy setengah bercanda pada Reyhan yang tampak sangat berkeringat seperti orang demam panggung. Ia tidak membalas ketusan Billy karena belum cukup tenang untuk memberi tahu alasannya.

Belum jauh dari rumah kontrakan Kamil mereka semua terperangah dengan apa yang mereka semua lihat. Gorden jendela yang semula terbuka lebar dengan misterius tertutup tiba-tiba.

“SREKK!!"

Terdengar suara gorden seolah-olah sengaja ditutup dengan kencang. Bersamaan dengan itu lampu seisi rumah kontrakan Kamil juga mati. Mereka berempat melihat kejadian tersebut hanya terpaku terdiam. Pikir mereka siapa yang menutup gorden dan mematikan lampu? Dengan wajah saling bertatapan satu sama lain mereka melanjutkan langkah mereka dengan ritme yang dipercepat.

Suasana sekitar gang saat itu sangat hening karena menjelang tengah malam. Sepanjang perjalanan menuju rumah Firman mereka hanya fokus berjalan tanpa ada satupun ingin mengobrol ataupun membahas kejadian janggal yang baru saja mereka lihat. Tampaknya mereka semua sama-sama masih gugup atau ingin cepat-cepat sampai ke kontrakan Firman. Belok kanan dari jalan gang depan dan selang beberapa rumah akhirnya mereka tiba di depan kontrakan Firman. Reyhan mengetuk pintu rumah. Mereka berempat serentak memanggil-manggil nama Firman. Untungnya Firman belum tidur dan akhirnya membukakan pintu untuk mereka. Akhirnya mereka menemukan tempat yang nyaman dan tenang untuk bermalam. Tidak perlu waktu lama suasana kembali cair dan mereka saling bercerita tentang teror apa yang mereka alami di kontrakan Kamil. Fadly sangat penasaran dengan kesaksian teman-temannya soal dirinya yang kesurupan. Tetapi badannya masih lemah karena tidak enak badan akhirnya tidak minat nimbrung bercerita, kali ini ia memilih pasif. Teman-temannya tentu tidak sibuk ngobrol saja tetapi justru sambil merawat Fadly dengan memijati dan memberikan obat.

Keesokan harinya tepatnya setelah subuh. Fadly yang sudah merasa agak sehat memutuskan pulang ke rumah duluan. Karena rumahnya paling jauh diantara teman-temannya. Tentu saja ia harus pulang agak awal agar tidak terlambat ke sekolah.

Di sekolah Fadly banyak diam dan termenung. Mungkin karena kondisi badannya yang masih kurang fit. Dalam batinnya ia masih bertanya-tanya apakah benar yang dikatakan teman-temannya soal ia yang kesurupan di rumah kontrakan Kamil. Ia juga penasaran apakah sebenarnya kejadian janggal seperti suara-suara di kamar mandi, gorden tertutup dan lampu yang mati seluruhnya adalah benar kejadian mistis atau justru hanya keisengan salah satu kawannya. Rasa penasarannya bukannya membuat takut apalagi jera namun justru membuatnya bertekad ingin datang lagi ke kontrakan Kamil.

***

Teror Malam Ke-2

Fadly telah tiba di rumah. Karena kondisinya yang masih setengah lesu dan matanya sangat berat alias mengantuk akibat kurang tidur usai bermalam dengan teman-temannya. Akhirnya ia tertidur tanpa sempat makan siang.

Langit tampak menjingga tanda hari telah senja. Dan saat itu rupanya Fadly baru saja terbangun dari tidur siangnya. Tanpa sadar ia telah tidur siang sangat lama dari biasanya. Tapi ia mewajari hal itu karena kondisinya yang kurang fit. Beruntungnya kini ia terbangun dengan rasa lebih baik. Menjelang magrib seperti biasa ia melakukan aktivitas mandi dan makan. Selepas magrib ia berniat akan pergi lagi ke kontrakan Kamil. Sebenarnya ia tidak tahu apakah di sana akan ada teman-temannya lagi atau tidak, namun ia hanya ingin singgah dan membayar rasa penasarannya yang terus terpikirkan sejak ia di sekolah.

Tinggal beberapa langkah lagi Fadly sampai kontrakan Kamil. Dari depan rumah nampak Billy, Hendrik dan Reyhan telah berkumpul rupanya di sana tetap ramai seperti kemarin sebab mereka nongkrong seperti biasa. Fadly merasa lega dan merasa perjalanan ke sana tidak sia-sia. Kegiatan nongkrong mereka malam itu seperti biasa, mulai dari mengobrol, main kartu remi dan bernyanyi sambil main gitar. Saat asik- asiknya bermain gitar lagi-lagi ada hal aneh yang menarik perhatian Fadly seperti malam kemarin.

“Woy, udah tahu malam gelap lu kenapa sih biarin lampu belakang mati?" Tanya Fadly pada Reyhan yang biasanya menyalakan dan matikan lampu di rumah itu.

Reyhan seolah-olah adalah tuan rumah tempat nongkrong karena Kamil sering tidak ada di rumah.

“Itu dah biasa, emang lampunya mati sendiri kalo magrib, Bed. Tar subuh juga lampunya nyala sendiri. Orang gue ga pernah utak-atik saklarnya, siang pun nyala tu lampu” Jelas Reyhan yang sedang asik main kartu remi.

Fadly hanya mengangguk tipis tanda antara percaya dan heran. Di masa itu tentu saja belum ada lampu otomatis seperti sekarang. Di tengah-tengah obrolan terdengar suara aneh tampak berasal dari kamar.

“Srek!, srek!, srek!” suara nya seperti kain sedang di adu kedinding.

Suara terdengar berulang-ulang. Selain suara gesekan kain tiba-tiba suara aneh seperti malam sebelumnya juga terdengar dari kolam kamar mandi.

“PLUNG!" Suara cemplungan bak mandi seperti dilempar batu.

“Apaan tuh?!" Celetuk Fadly heran sambil menatap teman-temannya.

“Biasa!" Jawab santai Reyhan yang tetap fokus bermain kartu remi.

Nampaknya Reyhan adalah yang paling santai menanggapi suara aneh sedangkan Fadly terus bertanya-tanya.

“PLUNG! Suara cemplungan air yang kedua di bak kamar mandi terdengar seperti dilempar dengan batu yang lebih besar. Kali ini mereka semua terdiam dan saling bertatapan heran satu sama lain.

“Eh, itu apaan ya? Gue curiga di sini emang mistis atau jangan-jangan si Kamil isengin kita. Soalnya udah dari kemarin kita kumpul-kumpul dia gak ada mulu” ucap Hendrik dengan wajah tampak berpikir.

Mereka berempat sama-sama ada rasa merinding namun wajah mereka tampak sengaja dibuat tenang.

“Coba kita tanya tetangga aja deh, kira-kira kenapa ya mereka gak ada yang datang waktu kita rusuh berisik malam kemarin”

Usul Billy sambil mengajak keluar menuju rumah tetangga sebelah. Saat mereka keluar kebetulan Bang Asmad tetangga kontrakan kamil lagi di depan teras rumah, jadi mereka tidak perlu mengetuk pintu untuk mengobrol.

“Bang, bang. Ada liat kamil gak bang? Tanya Reyhan memulai percakapan pada Bang Asmad.

“Lah, kan lu pada temannya, masa gak tahu dia kemana. Kalo abang si liat dia pergi dari sore, ga tau dah kemana” jawab bang Asmad.

“Iya Bang, tahu sih dia emang biasanya jalan sama pacarnya. Kita cuman mastiin aja Bang, kali aja dia gak pergi. Kita kira dia yang isengin kami, soalnya dua hari ini ada aja tuh kejadian macam-macam pas kita nongkrong” ujar Reyhan.

“Kejadian apa emang?" Bang Asmad bertanya.

“Kemarin si Obed kesurupan sampe teriak-teriak. Emang Abang gak denger? Rusuh banget Bang kita” ujar Reyhan.

“Suara apaan? Abang gak denger apa-apa asli, orang Abang tidur jam 1 an jam 2 an biasanya gak ada suara rusuh, sepi-sepi aja ni gang. Jawab tetangga Kamil itu dengan wajah santai namun terdengar pengakuan yang serius.

Empat sekawan itu keheranan, bagaimana bisa tetangga yang persis hanya berhalat tembok tidak terganggu. Kontrakan Kamil adalah rumah yang berjejer empat buah. Kamil menempati rumah kontrakan paling pojok. Bangunan kontrakan itu juga hanya tembok biasa bukan kedap suara. Tentu pikir mereka ini tidak masuk akal. Menurut pengakuan tetangga yang tidak merasa mendengar suara apapun saat kejadian malam kemarin, pantas saja tidak ada tetangga yang datang.

Waktu sudah menunjukkan 23:30, empat sekawan itu memutuskan untuk bermalam di kontrakan Kamil dan bersiap tidur. Bertepatan mereka ingin mematikan lampu rumah, tibalah Kamil. Ya seperti biasa ia pulang larut malam. Akhirnya, mereka ber 5 tidur di kasur ruang depan yang lebih besar dari kasur kamar. Kamil tidur di pojok kasur dekat dinding sekat kamar. Ia memilih posisi itu karena tahu kabar kemarin malam Fadly kesurupan saat tidur di pojok sana. Fadly tidur di sebelah Kamil. Sekarang semua lampu ruang rumah telah dimatikan. Rumah benar-benar gelap dan hanya menyisakan remang-remang dari terangnya cahaya bulan menembus ruang dapur yang separuh atapnya tidak ada.

Fadly terbiasa tidur dengan wajah ditutup bantal. Akan tetapi kali ini ia tidak bisa demikian, karena semua bantal dipakai bersamaan untuk tidur. Mungkin saat itu masih ada bantal namun ada di ruang kamar. Tentu saja Fadly malas gelap-gelapan ke kamar untuk mengambil bantal. Akhirnya ia tidur dengan posisi tungkai tangan menutup dahi dan matanya. Fadly masih belum dapat tidur, sedangkan teman-temannya tampak terdengar ada yang ngorok alias artinya sudah pulas. Dengan posisi tangan di wajah dan mata yang merem-merem ayam di saat itu ia menangkap penampakan sosok hitam tengah menjenguk di balik dinding lorong. Sosok hitam bermata merah itu nampak seperti mengawasi dengan mengintip hanya hingga kepala dan lehernya yang nampak. Fadly yang penasaran dengan apa yang ia lihat mengangkat tangan dari wajahnya dan membuka matanya. Secara bersamaan sosok hitam itu juga menghilang. Kemudian ia kembali ke posisi tangan di wajah dan merem-merem ayam. Sosok hitam kembali mengintip kali ini ia makin menunjukan badannya, yang semula separuh kepala mengintip di balik tembok lorong penampakan kedua justru muncul seluruh badan. Fadly kembali menyingkap tangan dari wajah dan membuka mata. Secara bersamaan sosok hitam itu juga menghilang. Pikirnya ia merasa sosok hitam tengah mempermainkan nya. Ia kembali menutup mata dan meletakkan tangan menutup wajah. Kali ini batinnya berniat jika sosok hitam tidak menghilang saat ia membuka mata maka ia akan membangunkan teman-temannya bagaimanapun caranya. Yang ketiga kalinya sosok hitam kembali mengintip mereka. Secara tiba-tiba Fadly membuka mata dan benar saja kali ini sosok hitam tidak menghilang bahkan tangannya merayap-rayap di dinding dan menunjukkan gerakan-gerakan aneh seperti patah-patah. Fadly yang terkejut bercampur takut reflek bangun sampai kepalanya terbentur tembok. Ia berusaha membangunkan teman-temannya dengan menyikut brutal. Sebelum semua temannya terbangun sosok hitam justru telah menghilang. Akhirnya Kamil dan Reyhan yang ada di sampingnya terbangun. Reyhan dengan sigap menyalakan lampu.

“Lu kenapa, Bed? Tanya Reyhan.

“Tadi gue liat penampakan sosok hitam matanya merah serem banget” Tutur Fadly dengan wajah panik dan berkeringat.

“Yang kaya gue liat? Ujar Reyhan memastikan.

Fadly mengangguk.

“Gini aja, mending lu tukeran posisi sama Billy” Usul Kamil sambil menunjuk pojok kasur sebelah jendela” Fadly tidur di pojok bertukar dengan Billy, setelah itu ia dapat tidur dengan tenang meskipun sepanjang malam sesekali terdengar suara-suara aneh.

Esok paginya Fadly pulang duluan seperti biasa karena rumahnya paling jauh.

***

Teror Malam Ke-3

Meskipun telah mengalami teror 2 malam berturut-turut di kontrakan Kamil. Rasa bayang-bayang penasaran terus menghantui pikiran Fadly. Setiap hari rasanya ia ingin membuktikan kebenaran kejadian-kejadian mistis itu. Maka ia pun berniat akan menginap kembali di kontrakan Kamil.

Sepulang sekolah Fadly beristirahat. Menjelang waktu magrib seperti biasa ia melakukan rutinitasnya seperti mandi dan makan. Selepas magrib ia berangkat ke kontrakan Kamil untuk nongkrong bersama kawan-kawannya. Setengah perjalanan menuju kontrakan Kamil tanpa sengaja dia bertemu 2 orang temannya yaitu Ari dan Guntur. Teman-temannya tersebut hanya teman sekampung bukan teman dekat seperti sahabat-sahabat tongkrongannya. Dia disapa oleh kedua temannya itu dan kemudian terjadilah obrolan mereka bertiga.

“Dly, gue dengar kontrakan Kamil yang baru sekarang katanya angker??" Tanya Ari dengan spontan pada Fadly.

Sebenarnya Fadly cukup terkejut lantaran rumor tentang kontrakan Kamil ternyata menyebar.

“Lah, lu tahu dari siapa?" Balas Fadly dengan wajah bingung bercampur penasaran.

“Ah, banyak yang ngomong. Sama katanya lu kesurupan?" Ucap Ari lagi.

“Kita numpang ngopi dong, pengen tahu!" Timpal Guntur. Terdengar pertanyaan dan permintaan teman Fadly seperti sangat semangat. Tampaknya teman-temannya itu kepo tingkat tinggi. Fadly memaklumi itu sebab ia pun sama awalnya begitu kepo dengan teror di rumah Kamil. Akhirnya Fadly membawa kedua temannya itu ke kontrakan Kamil.

Fadly, Ari dan Guntur telah tiba di basecamp nongkrong alias kontrakannya Kamil. Di sana ternyata sudah ramai ada Hendrik, Billy, Reyhan, Orbit bahkan Kamil dan pacarnya. Jadi kondisi kontrakan saat itu sangat ramai. Seperti biasanya mereka ada yang main kartu dan ada yang main gitar. Fadly mengambilkan gelas dan membuatkan kopi untuk Ari dan Guntur. Kamil tampaknya akan pergi lagi, sebelum itu Ari yang melihat Kamil bertanya padanya.

“Mil, emang bener katanya kontrakan lu seram banyak penampakan?" Ujar Ari bertanya sambil menceritakan apa saja kabar burung yang ia dapatkan soal kontrakan Kamil.

“Ya, Lu tunggu sini aja kalo mau liat. Gua mau ngantar cewek gua dulu ya!" Jawab Kamil dengan nada santai setengah bercanda setelah itu ia berlalu. Fadly kepikiran akan ada kejadian teror lagi setelah Kamil pergi. Saking seringnya Kamil tidak ada saat kejadian membuat Fadly curiga apakah selama ini teror-teror yang ada adalah ulah si Kamil? Namun bagaimana caranya?

Fadly, Hendrik, Orbit dan Billy asik bermain kartu remi sedangkan Ari dan Guntur duduk menyender dekat pintu luar sambil masing-masing memegang secangkir kopi. Ari duduk menghadap lorong arah dapur sedangkan Guntur menghadap Ari. Karena niat mereka ke kontrakan Kamil akibat penasaran dengan kabar rumor tentu saja keduanya bukannya ikut main kartu justru matanya sibuk melihat sekeliling rumah. Ari yang sedari tadi duduk menghadap lorong ke ruang belakang dibuat panas dingin dengan suatu tangkapan matanya. Reflek Ari menundukkan kepalanya seperti orang ketakutan. Guntur yang melihat Ari seperti itu jadi penasaran apa yang dilihat Ari di belakangnya. Ia menoleh ke belakang ternyata yang ia lihat ada sebuah penampakan di atas tembok kamar mandi. Sosok putih berambut panjang,berbadan besar dan wajah rata tengah menghadap mereka. Melihat itu Guntur langsung menoleh ke arah teman-temannya yang tengah sibuk main kartu dan spontan ia celetuk.

“EH! Apaan tuh di kamar mandi?!" Ujar Guntur dengan nada setengah gemetar.

Fadly, Hendrik, Orbit dan Billy ikut menoleh ke arah kamar mandi. Dan akhirnya mereka semua melihat penampakan kuntilanak muka rata itu, setelah itu mereka bersama-sama lari keluar pintu. Entah mengapa setiap ada kejadian teror dan mereka sedang rusuh-rusuhnya selalu saja kondisi di luar sepi tidak ada orang berlalu-lalang padahal waktu belum larut malam sekitar waktu isya, semua pintu rumah tertutup bahkan tetangga Kamil tampak tidak menyadari keributan yang terjadi di rumah Kamil. Saat di luar perasaan mereka semua masih shock, tegang bercampur rasa panas dingin. Sosok kuntilanak itu bergerak bergeser menyamping, semakin menyamping semakin nampak wujud seluruh badannya. Kejadian itu berlangsung cukup lama membuat perasaan Fadly dan teman-temannya tidak tenang namun mereka mencoba cuek. Sesekali diantara mereka menoleh ke dalam dari mulut pintu untuk memastikan sosok itu sudah hilang atau masih ada.

“Masih ada gak, Nge?" Tanya Fadly pada Reyhan yang memastikan penampakan kuntilanak itu.

"Ya, masih ada" Jawab singkat Reyhan.

Hingga 10 menit kemudian akhirnya penampakan sosok kuntilanak wajah rata itu hilang. Ari dan Guntur sepertinya sudah cukup kapok, bagi mereka kejadian itu sudah membayar rasa penasaran mereka. Akhirnya mereka berdua memutuskan pulang duluan. Tertinggallah Fadly dan ke 3 teman nya di sana kemudian mereka masuk kembali ke dalam rumah.

Di dalam rumah, Fadly dan ke 3 temannya ingin main gitar. Akan tetapi saat itu hanya ada satu gitar yang nampak ada di ruang tengah, sebenarnya Kamil punya 2 gitar.

“Bed, gitar satunya mana?" Tanya Reyhan pada Fadly.

“Di kamar kali” Jawab Fadly meyakinkan.

Tanpa bersuara ataupun isyarat semua mengerti pasti tidak ada yang berani masuk ke kamar untuk mengambil gitar. Maka akhirnya mereka memainkan 1 gitar saja.

“Treng, treng, treng” Suara gitar mulai dipetik Reyhan.

Fadly dan kawan-kawannya mulai bernyanyi lagu yang sedang tenar saat itu.

“Treng, treng,treng” Terdengar suara petikan senar samar-samar mengikuti petikan gitar mereka. Hendrik menyadari suara samar-samar itu.

“Ssst! Isyarat Hendrik dengan 1 jari di mulutnya. Reyhan berhenti memetik gitar dan mereka serentak diam.

“Tadi kayak ada suara yang main gitar juga, coba lu mainin lagi” Ujar Hendrik. Dengan pelan Reyhan memetik senar

“Treng, treng, treng” Ternyata ada suara petikan senar mengikuti.

“Treng, treng, treng”

Terdengar suara itu berasal dari balik kamar. Bukannya takut mereka semua malah tertantang. Reyhan memainkan gitar lebih kencang.

“TRENG, TRENG, TRENG” Suara senar dimainkan Reyhan.

“WOO, KALAH LU!, KALAH LU!” Celetuk Billy seolah-olah mengejek suara gitar yang dimainkan di kamar. Kemudian terdengar,

“Dreng!! Suara gitar dibanting.

Nampaknya olokan Billy berhasil menjatuhkan mental sosok di balik kamar itu. Fadly dan kawan-kawannya setengah cekikin karena telah berhasil membuat sosok di sebelah marah. Mereka melanjutkan kegiatan bernyanyi bersama. Saat asik-asiknya bernyanyi mereka semua merasakan percikan air mengenai mereka semua. Fadly yang mengenakan hoodie putih melihat percikan air yang mengenai bajunya itu berwarna coklat seperti air teh. Mereka semua menoleh ke sumber percikan air itu. Saat ditoleh ke atas ternyata percikan itu dari tangan yang muncul menjuntai di balik atas tembok kamar yang ada space. Tembok-tembok di rumah kontrakan Kamil memang tidak semua full menutup, semua ada space di atasnya. Tangan berbalut kain hitam itu tengah memercikan air ke pada Fadly dan teman-temannya. Bukannya merasa ngeri 4 sekawan ini lagi-lagi malah membalas. Billy yang memegang secangkir air dengan segera melemparkan air dalam cangkir itu ke arah tangan yang ada di atas mereka. Dan yang terjadi ternyata tangan itu membalas juga. 4 sekawan itu kena semburan air yang disemburkan tadi. Setelah itu mereka ber 4 menepi ke arah pintu depan. Saat berkumpul dekat pintu mereka dibuat kaget dengan gerakan gorden pintu kamar. Kamar kontrakan memang tidak berlawang alias hanya mengandalkan gorden sebagai tirai penutup pintu. Gorden pintu kamar yang diikat gulung tampak dimainkan sehingga berayun-ayun. Rupanya yang memainkan gorden pintu kamar adalah sosok tangan yang memerciki mereka air tadi. Sosok itu berulang kali menepak-nepak gulungan gorden saat gulungan terlepas dia ikat dan tepak lagi. Kejadian itu berlangsung cukup lama membuat Fadly dan kawan-kawannya terpaku, terdiam seperti menyaksikan pertunjukan ayunan gorden kamar. Setelah cukup lama menyaksikan pertunjukan itu hal tidak terduga tiba-tiba terjadi. Sosok tangan itu memunculkan wajahnya dari bilik pintu kamar. Terlihat sosok itu memiliki kepala yang botak namun di tengah-tengahnya ada kepangan rambut panjang saking panjangnya kepangan itu hingga menyentuh lantai. Setelah sosok itu memunculkan kepalanya yang membuat mereka lebih terkejut adalah saat sosok itu mulai memecutkan rambutnya seperti cambuk ke lantai. Bukan hanya sekali namun berkali-kali. Fadly dan kawan-kawannya menjadi terdiam tegang dan merinding melihat apa yang ada di hadapan mata mereka. Semakin lama sosok yang memecut rambut itu mulai keluar dari bilik kamar, kali ini ia berjalan keluar hingga tampaklah wujud seluruh badannya. Sosok itu berbadan besar memakai jubah hitam panjang bertopi di kerahnya. Dia keluar dari kamar menghadap Fadly dan kawan-kawannya. Hingga jaraknya hanya sekitar 6 meter di hadapan mereka. Sosok itu lagi-lagi memecutkan rambut kepangnya yang panjang. Bukan sekali namun berkali-kali. Saat itu Fadly dan kawan-kawannya ingin lari keluar namun ada keraguan dan rasa malas karena di luar sudah sangat sepi. Pikir mereka semua dilema antara bertahan di dalam bersama-sama atau keluar bersama-sama. Semakin lama suasana semakin tegang dan muncullah satu sosok lagi muncul dari belakang makhluk rambut kepang. Sosok itu melayang dan mulai mengarah ke hadapan mereka, sosok melayang itu adalah pocong muka hancur. Fadly, Hendrik, Orbit dan Billy yang mulai tegang semua komat-kamit membaca doa, Billy yang saat itu nonis pun kebingungan harus membaca apa.

“Gua harus baca apa, Nge?" Tanya Billy di saat tegang-tegangnya.

“Dah, lu baca apa yang lu bisa aja dah” balas Fadly. Suasana makin tegang dan sosok pocong mulai mendekat. Tidak ada pilihan lain 4 sekawan itu memutuskan lari keluar. Dengan sekuat tenaga melawan rasa lemas karena tegang, Reyhan tidak lupa seperti biasa menutup pintu rumah saat keluar. Dengan kocar-kacir mereka berlari. Selang beberapa meter dari depan rumah kejadian seperti malam sebelumnya terulang. Lampu rumah tiba-tiba mati, gorden jendela rumah yang awalnya tertutup tiba-tiba terbuka dengan keras.

“SREEK” suara gorden jendela di rumah itu.

Mereka ber 4 sempat terdiam melihat kejadian itu.Tidak hanya itu rupanya teror malam ketiga lebih ekstrim, di kamar rumah itu ada sebuah jendela kecil. Jendela yang selalu tertutup itu kali ini terbuka. Ada sosok makhluk yang menyundul jendela itu

“DRAGG!! Suara jendela didobrak dan tampaklah penampakan kepala keluar dari jendela itu.

Sosok itu tidak lain si jubah hitam berkepang, ia memunculkan kepalanya dari jendela dan melirik ke arah Fadly dan teman-temanya yang ada di luar. Sontak mereka ber 4 lari sekencang-kencangnya. Malam itu akhirnya mereka semua memutuskan untuk menginap di rumah Fadly. Sebab kontrakan Kamil dirasa tidak aman.

***

Teror Malam Ke-4

Hari itu adalah malam minggu. Kali ini Fadly hanya bertiga nongkrong di kontrakan Kamil. Karena Reyhan yang biasanya ada saat itu sedang pergi bersama pacarnya yang sedang ulang tahun. Sedangkan Kamil sang tuan rumah tidak ada karena selalu jalan bersama pacarnya.

Malam itu Fadly, Hendrik dan Billy sedang rebahan di dekat lorong ruang utama. Dengan posisi tengkurap dan berjejer. Saat mereka tiduran seperti itu tiba-tiba sosok berjubah hitam, berambut kepang panjang muncul di lorong ruang utama . Sosok itu berlari-lari kecil bolak-balik di lorong dengan sambil memecut rambut kepangnya.

“PTAK,PTAK,PTAK!!" Suara cambukan rambut kepang.

Perasaan shock tentu saja dialami Fadly dan 2 temannya. Disaat demikian Fadly berulang kali berbisik mengajak teman-temannya itu untuk keluar.

“Nge, keluar yuk, Nge!" Ajak Fadly pada 2 sahabatnya itu. Terdengar dari suaranya ada rasa gugup.

“Gimana mau keluar, gue ga bisa gerak!!" Ujar Hendrik yang ada di sebelah Fadly.

Tampaknya badan temannya saat itu lemah rasa terpaku karena rasa takut yang sulit membuatnya bergerak. Dan setelahnya akhirnya mereka berhasil bangun dan segera lari keluar.

“Akhirnya kita keluar, Ngee!!" Ujar Billy merasa sedikit lega.

Mereka ber 3 mengobrol lama di luar, hingga 1 jam kemudian bertemu Reyhan dan Kamil bersamaan. Karena seperti ada hal aneh, Kamil bertanya pada ketiga temannya itu. Dia pikir sangat tumben mereka nongkrong di luar bahkan saat waktu mulai larut malam. Bahkan wajah mereka seperti tidak tenang.

“Lu pada kenapa?" Ujar Kamil melempar pertanyaan.

“Lu kalo ada kejadian kaya gini ada ngapa!" Ujar Fadly dengan jawaban tersirat alias kode ada hal tidak beres di kontrakan Kamil.

“Kaya biasa, Mil” ujar Hendrik menambahkan.

“Yaudah, besok deh gue tungguin” Balas Kamil.

Akhirnya mereka ber 5 balik ke kontrakan Kamil.

Setelah itu mereka tidur dan untungnya tidak ada penampakan lagi namun tetap ada suara-suara gangguan seperti suara cemplungan air, gesekan dinding dengan kain yang muncul sepanjang malam. Entah apa sebenarnya penyebab suara cemplungan air di kolam kamar mandi, setiap kali di cek paginya tidak ada tanda-tanda lemparan batu ke bak kamar mandi, alias tidak ada ditemukan batu.

***

Teror Malam Ke-5

Pagi harinya saat hari minggu. Reyhan menemui Fadly di rumahnya. Saat itu juga ada Billy bersama Fadly. Saat mereka ber 3 berkumpul. Reyhan menceritakan ada sesuatu yang Kamil temukan di kontrakannya itu.

“Tadi pagi gue ke kontrakan Kamil, lu pada tahu apa yang gue liat? Gue liat Kamil lagi megangin boneka jelangkung. Katanya dia nemu di atas lemari kamar” Cerita Reyhan pada 2 sahabatnya.

“Emang iya, Han??" Respon Fadly dengan wajah kepo dan setengah kaget.

“Daripada penasaran mending kita langsung aja ke kontrakan Kamil” Ajak Reyhan untuk menjawab rasa penasaran mereka ber 3.

Sesampainya Fadly, Billy dan Reyhan di depan kontrakan Kamil ternyata banyak sekali bocah-bocah berkumpul di depan rumah Kamil. Tampak bocah-bocah seusia sd dan smp itu berkumpul memperhatikan rumah Kamil.

“Bang, Bang emang bener rumahnya katanya serem?" Tanya salah seorang bocah di yang ikut berkumpul.

“Ya, gimana ya, kalo mau tahu datang aja entar malam” Jawab Reyhan pada bocah itu.

Dan bocah-bocah itu tetap penasaran ingin melihat dalamnya saat itu. Akhirnya saat Fadly, Reyhan dan Billy masuk bocah-bocah tadi juga ikut masuk. Sudah seperti room tour saja suasananya saat itu. Saat mereka semua memasuki kamar ternyata nampak boneka jelangkung disandarkan di atas meja pojok kamar. Fadly, Reyhan dan Billy tampak shock dan terdiam sedangkan bocah-bocah tadi malah antusias melihat boneka itu.

“Bang, bang ada boneka jelangkung ya?!” Ketus salah satu bocah.

“Lu pada udah liatkan, keluar gih!" Ujar Billy mengarahkan pada bocah-bocah untuk keluar.

“Kalo mau liat, entar malam lu ke sini” Timpal Reyhan pada bocah-bocah itu.

Fadly yang sadar Kamil tidak ada lalu menanyakan dimana Kamil.

“Kamil mana ya?" Tanya Fadly sambil menatap 2 temannya untuk mendapat jawaban.

“Ke rumah Hendrik kali, tadi pagi sebelum gue ke rumah lu dia masih ada di sini. Mungkin pas gue pergi bisa aja dia pergi juga” Ujar Reyhan dengan jawaban spekulasinya.

Fadly pulang ke rumahnya untuk mempersiapkan barang untuk bermalam di kontrakan Kamil. Dia membawa pakaian untuk bermalam ke kontrakan Kamil. Saat malam tiba di kontrakan Kamil sudah ramai ada teman-temannya Reyhan, Hendrik, Orbit, Billy dan Kamil. Seperti biasanya mereka nongkrong asik bermain kartu dan ada yang bernyanyi. Di saat suasana asik-asiknya kemudian ada suara gangguan seperti malam-malam sebelumnya. Kali ini suara ganguan baru.

“NGIK,NGIK,NGIK” Terdengar suara dari ruang belakang yang tidak asing seperti suara becak mini bertumpuk barang diinjak-injak.

Mereka semua terdiam mendengar itu.

“Mil, Mil berani gak lu?" Tanya Billy.

“Waduh, gue gak berani” Balas Kamil dengan wajah masih kaget.

Terjawab sudah tuduhan kawan-kawan Kamil bahwa bukan dia yang selama ini usil, karena buktinya sekarang Kamil sendiri ada di TKP saat ada teror. Kian lama suara dari ruang belakang kian nyaring, mereka ber 5 tidak ada yang berani mengecek ke dapur apalagi di sana lampunya selalu mati. Gangguan kali ini tampaknya lebih parah. Selain suara dari ruang belakang, selanjutnya mereka ber 5 menyaksikan gorden pintu kamar yang bergulung berayun-ayun. Tampak yang memainkan gorden itu adalah tangan pocong dari balik kamar. Berkali-kali gorden pintu itu di tepak dan saat terlepas diikat lagi dan ditepak lagi. Fadly dan ke 4 kawannya hanya bisa komat-kamit membaca doa, mereka semua terpaku di pojok pintu luar. Tiba-tiba sosok pocong memunculkan kepalanya dari balik pintu kamar namun kepalanya ia miringkan di dasar lantai.

“ASTAGFIRULLAH, ASTAGFIRULLAH!!

“ALLAHUAKBAR, ALLAHUAKBAR!! Ucap mereka ber 5 sambil komat-kamit membaca doa.

Lalu pocong itu memasukkan kepalanya ke dalam kamar lagi, dan kali ini ia memunculkan tangannya yang sambil memegang boneka jelangkung, boneka itu ia goyang-goyangkan, lalu tangannya masuk lagi ke dalam kamar. Ia keluarkan dan goyangkan lagi bonekanya dan masukkan lagi, hal itu ia lakukan berkali-kali. Selama itu pula 5 sekawan terus komat-kamit baca doa. Tampaknya pocong itu sangat usil. Anehnya saat mereka teriak, teriak dan rusuh tidak ada satupun warga ataupun tetangga yang menyadari kerusuhan di rumah itu. Tidak ada satupun tetangga yang datang menghampiri mereka ke dalam rumah itu.

Dengan tiba-tiba sosok pocong yang awalnya bersembunyi dari balik kamar mulai muncul di hadapan 5 sekawan. Fadly merasa terkejut lalu ia mulai kesal dengan reflek ia bangun sambil mengucap takbir,

“ALLAHUAKBAR!! ALLAHUAKBAR!! Ucapnya sambil menghentak-hentakkan kaki.

Mungkin saat itu ia ingin menggertak pocong itu. Sembari menggertak Fadly mengambil gelas di sampingnya. Lalu ia lemparkan gelas itu ke arah pocong, namun yang terjadi ternyata gelas itu menembus badan si pocong dan gelas plastik malah lolos masuk kamar. Tidak berhenti disitu kedua kalinya ia mengambil barang, tangannya mengambil garpu dan langsung ia lempar ke arah pocong, dan lagi-lagi garpu juga lolos dari badan pocong tembus masuk kamar. Teman-teman Fadly yang menyaksikan aksi Fadly terus komat-kamit. Fadly kian geram dengan sosok pocong muka hancur di depannya yang sambil menggoyang-goyangkan boneka jelangkung. Kali ini Fadly mengambil jerigen minyak untuk menimpuk si pocong. Sepersekian detik tangannya akan melempar si pocong kemudian Reyhan menahan tangan Fadly sebelum jerigen melayang ke arah pocong.

“Jangan, Bed. Dia ludahin kita” Ucap Reyhan sambil menahan tangan Fadly yang ingin melempar jerigen.

Mereka semua tahu jika terkena ludah pocong bisa jatuh sakit.

Lalu Fadly dan kawan-kawannya memilih kabur keluar. Dan sebelum mereka kabur secara kebetulan datanglah Firman dan temannya alias Bang Ali yang juga merupakan abang si Kamil. Ternyata Firman dan Bang Ali datang dengan niatan mengambil boneka jelangkung. Usut punya usut ternyata hari sebelumnya di siang hari mereka datang ke kontrakan Kamil dan meletakkan boneka jelangkung itu di kamar dengan tujuan menarik makhluk-makhluk di kontrakan Kamil, namun tidak disangka dan tidak diduga bukannya berhasil menarik makhluk dengan jelangkung, malah makhluk itu memainkan boneka jelangkung. Firman dan Bang Ali yang geger melihat penampakan pocong di depan mereka tengah memainkan goyang-goyang boneka jelangkung sambil berucap.

“Ya Allah betapa hebat ciptaanmu” Entah mereka kagum atau takut.

Akhirnya mereka semua lari kocar-kacir meninggalkan kontrakan. Firman dan Bang Ali ke kontrakan Firman. Fadly dan kawan-kawannya ke rumah Fadly.

Sejak malam itu, Fadly tidak mau lagi menginap atau ikut nongkrong malam hari di kontrakan Kamil. Ia merasa teringat telah menantang makhluk di rumah itu semenjak melempar barang-barang ke pocong. Sejak itu ia hanya main dari siang hingga sore di kontrakan kamil, sebelum senja ia balik ke rumah.

Masih banyak lagi cerita seputar kontrakan berhantu 25 ribu ini, dan ketiga teman Fadly pun bercerita versi mereka masing-masing di series selanjutnya…

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Kontrakan Berhantu 25 RIBU PART 2 (Versi Reyhan) FULL
1
0
Bisa dibilang rumah kontrakan berhantu 25 Ribu ini adalah rumah yang paling menyeramkan yang pernah ada di tahun dua ribuan awal. Sebelumnya versi Fadly sudah menceritakan apa yang dia alami ketika 5 hari menginap di rumah kontrakan tersebut dan itu membuat dia kapok untuk tinggal di sana. Kali ini Reyhan, salah satu temannya yang juga menginap di kontrakan Kamil merasakan teror yang lebih gila karena dia menginap di sana selama dua bulan lamanya. Teror-teror yang ada di kontrakan tersebut begitu menyeramkan dan sebagian juga bisa dibilang konyol. Bagaimana pengalaman dari Reyhan ketika menginap di kontrakan Kamil ?. Selamat membaca kisah horor nyata yang begitu adanya terjadi dialami narasumber.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan