Lima Ratus Rupiah #BanyakCeritadiRumah

5
2
Deskripsi

Cerita pendek karya Goblinavenger. Selamat membaca^^

Lima Ratus Rupiah 

"Kakak, duit lima ratus di bawah taplak kok ga ada? Siapa yang ngambil?!" Seorang wanita paruh baya dengan balutan daster dan rambut cepol baru saja berteriak pada putri sulungnya, Bia. Ia membolak-balikkan taplak meja sedemikian rupa, mencari sekeping uang lima ratus rupiah berwarna kuning bergambar melati dengan motif tepi bergelombang.

"Gatau, Buk. Aku aja baru pulang," jawab Bia begitu menapakkan kaki di teras rumah. Ia lepas ransel abu-abunya, juga jaketnya, hingga tersisa kemeja biru tua dengan tulisan 'PT. HADINATA GROUP'. Tiga tahun ke belakang, Bia bekerja sebagai Account Officer di perusahaan itu. Salah satu tugasnya yaitu menagih pembayaran nasabah yang jatuh tempo.

Hari ini, Bia pulang lebih awal. Jam 4 sore sudah di rumah karena dua nasabah gagal Ia temui. Usai dihubungi berkali-kali, keduanya baru akan mendapatkan uang ba'da maghrib. Rencananya, Bia akan kembali menagih pembayaran itu nanti malam.

"Tadi pagi, Ibuk taruh sini..." Wanita bernama Lastri itu masih mencari-cari sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Dengan helaan nafas panjang, Bia beralih ke kamar. Tas dan jaket masih di teras karena nanti akan Ia pakai lagi. Ketika Bia menanggalkan hijab, suara adiknya terdengar.

"Assalamual'aikum." Arul, adik Bia pulang usai mengaji di TPQ. Ia mencium tangan ibunya sambil melirik motor di halaman. "Mbak Bia udah pulang?" Tanyanya.

"Haduh mana sih! Masa iya diambil tuyul," kata Lastri, mengabaikan pertanyaan Arul.

Tak tahan, Bia menyahut setengah berteriak dari dalam kamar. "Duit 500 aja diributin!" Rasa lelah ditambah ocehan ibunya yang tiada henti mulai membuatnya jengkel.

"Gak boleh ngeremehin kayak gitu! Sejuta gak jadi sejuta kalo gak ada 500!" suara Lastri turut meninggi.

Sementara Arul masih berdiri, bingung. "Ibuk nyari apa sih?"

"Uang 500!" kata Lastri lagi. "Ibuk taruh di bawah taplak. Aneh banget bisa ilang."

"Oh ituuuu. Aku pake beli telor gulung." Pengakuan Arul membuat ibunya langsung menoleh, terbelalak. "Biar pas 5000. Tadi uangku 4500," sambungnya.

"Kamu ini! Kenapa diambil?!" Lastri menunjuk-nunjuk Arul. Namun, bocah kelas empat SD itu hanya meringis lebar.  

Detik yang sama, Bia keluar kamar dengan handuk di pundak, lalu meletakkan sekeping uang 500 berwarna putih di meja. Lastri malah keheranan.

"Nih, gausah ribut," kata Bia. Kali ini agak kalem.

"Masalahnya, itu duit punya Bu Eli," imbuh Lastri lagi.

Di tengah situasi itu, tersangka yang membelanjakan uang telah kabur entah kemana. Berganti dengan munculnya wanita yang Lastri sebut dari arah depan. Rumah Bu Eli persis di depan rumah mereka.

"Bu Tri, koin buat kerokan semalem mana?" tanya Bu Eli, meminta uang yang sedari tadi Lastri cari. Rupanya untuk kerokan.

"Haduh, Bu El. Maaf ya. Tadi dipake beli telor gulung sama Arul. Aku ganti yang lain ya." Lastri memberikan sekeping uang 500 dari Bia.

"Yah kalo itu, aku juga punya banyak di rumah. Sakit itu buat kerokan. Kan kamu tau."

"Aduh aduh gimana terus?" Lastri kelimpungan sendiri.

"Hah... yaudah kalo ga ada. Aku pake koin yang lain aja."

"Aku jadi gak enak."

"Udah. Gapapa-gapapa." Kemudian, Bu Eli berlalu, menutup pagar rumah dengan muka masam. Wajah Lastri sarat akan rasa bersalah. Baginya, ini bukan tentang nominal. Lebih dari itu. Ini tentang kepercayaan dan kejujuran. Bu Eli sudah berbaik hati mau meminjami uang untuk kerokan. Tapi malah dibuat jajan oleh Arul.

Lastri berjalan ke dapur dengan muka bertanya-tanya. Kalau dipikir, ini sedikit aneh. Uang 500 bergambar melati sekarang sudah tidak laku. Seharusnya penjual telor gulung menolaknya. Atau mungkin saja, dia menerima tanpa melihat wujud uang itu dan langsung memasukkannya ke dalam tas kecil. Atau jangan-jangan, uang itu hendak dijual ke kolektor dengan harga ratusan ribu.

"Ibuk masih mikirin? Bu Eli kan udah ga masalah," sela Bia yang baru selesai mandi. Lastri segera tersadar dari lamunannya dan tak lagi memikirkan itu.


Malam tiba. Selepas maghrib, Bia sudah siap dengan seragam kerjanya. Kemeja biru tua, celana warna khaki, hijab instan warna krem.

"Berangkat lagi?" tanya Hakim, laki-laki bersarung dan berpeci putih sepulang dari mushola.

"Iya, ada yang ngaret lagi, Pak. Katanya baru dapet duit malam ini."

"Gak bisa besok aja?"

"Besok harus nagih ke tempat lain."

"Yaudah. Jangan malem-malem pulangnya."

"Iya. Assalamua'laikum." Bia memberi salam dan mencium tangan ayahnya.

"Wa'alaiakum salam."

Bia menaiki motor dan menyalakan mesin. Tiba-tiba saja, Lastri berlari tergopoh-gopoh dari dalam rumah, masih memakai atasan mukena.

"Bia, bentar-bentar!" teriaknya. Bia langsung mematikan mesin motor. Ia melihat ibunya merogoh kantong daster. Ada suara gemerincing yang rupanya itu sejumlah uang 500 rupiah.

"Buat beli kembang gula kesukaan kamu. Ini ada 1, 2, 3, 4," sambung Lastri sembari berhitung. "Cukup ya?"

Bia menerimanya sambil melirik ayahnya. Hakim hanya mengangguk kecil. "Cukup kok, Buk," jawab Bia.

"Ibuk tadi gak sempet bikinin kamu bekal. Udah bawa minum kan? Lebih baik sangu dari rumah, Bi, lebih sehat. Kan kamu pulangnya sampe jam 2 siang."

Bia berusaha tersenyum. "Iya, Buk."

“Langit masih gelap tapi kamu sudah berangkat. Semangat ya sekolahnya. Jadi orang sukses, biar kita bisa punya rumah di Jakarta. Gak ngontrak lagi.”

Bia mengangguk-angguk. "Aamiin," katanya. Padahal rumah sepetak yang sekarang mereka tempati, cicilannya sudah lunas setengah tahun lalu. Orang tuanya merantau dari Solo ke Jakarta sejak Bia kecil. Arul belum lahir saat itu.

Lastri berbalik usai Bia berpamitan. Bia menatap sendu punggung ibunya yang tengah menghitung sisa uang di sakunya. Perlahan, dadanya mulai berkecamuk. Matanya berkaca-kaca. Genangan di mata itu hampir menetes saat ada suara getar ponsel.

Bu Sevia Psikiater 
18:22
Selamat malam, Bu Bia. Bu Lastri minggu ini waktunya kontrol. Boleh antara tanggal 2-5. Sekalian buku catatan yang saya kasih jangan lupa dibawa ya 😊

Bia: Baik dok 😊


Lalu Bia memasukkan ponselnya dan berangkat, merampungkan sisa tugas malam itu.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya I Met Her
5
4
Gak minat nyari bapak buat Lino? -juni Mau daftar? -Keita Aku? Iya kamu. Aku cuma nanya, bukan mau ngelamar Cast:Junilo El Byzas2. Keita Aluna
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan