Sang Tabib Istana

2
0
Deskripsi

Fangyu, Sang Tabib Istana, wajib menyembuhnya Raja Zhu yang sedang sakit. Tapi bagaimana caranya ya? Ah, coba lihat, bukankah rakyat Kerajaan Yuan Zhang semua sehat-sehat saja? Lantas, kenapa Raja Zhu sering sakit, ya?

Fangyu adalah tabib istana Kerajaan Yuan Zhang. Ia bertugas menyembuhkan Raja apabila sakit. Fangyu pun wajib menyembuhkan Ratu dan kedua Pangeran anak Raja Zhu. Sebagai tabib berpengalaman, Fangyu belum pernah gagal.

Nahas, di musim panas tahun ini, Raja Zhu mengeluhkan sakit di dada kirinya. Tak hanya itu, Raja pun mengaduh kesakitan sambil memegangi perutnya. Para pegawai istana langsung membawa Raja ke kamar pribadinya. Fangyu pun dipanggil.

Melihat kondisi Raja, Fangyu langsung meracik ramuan yang ia hafal. Namun, setelah Raja meminumnya, Raja malah makin mengaduh. Sakit di perutnya makin menjadi.

“Aduuh…! Aaa…!”

“Ampun, Rajaku… Hamba akan membuat ramuan yang lain,” ujar Fangyu panik.

Belum selesai Fangyu menyembuhkan Raja, salah satu pegawai istana mengabarkan bahwa para bangsawan pun jatuh sakit. Fangyu kelimpungan. Apakah ini wabah?

Fangyu meminta para hulubalang untuk menyebar ke rumah-rumah para bangsawan dan mencatat semua keluhan mereka. Anehnya, gejala mereka mirip penyakit Raja Zhu.

“Tabib Fangyu, Anda harus menyembuhkan Raja!” desak Ratu Zhou. “Anda belum pernah gagal sebelumnya, kan?”

“Ampun, Ratu… Hamba berusaha sebaik mungkin,” Fangyu menjawab dengan sopan.

Fangyu memutuskan pulang dan membuka semua buku pengobatannya. Ia membaca ulang semua halaman dengan tekun. Namun, ia belum juga menemukan jawaban.

Di buku lain, ia membaca sebaris kalimat, “Yang kita makan akan menjadi diri kita.”

Fangyu ingat sesuatu. Dulu, gurunya pernah membahas hal ini. Kata sang guru, “Makanan berfungsi menjaga kesehatan.”

Setelah mengingat kata-kata sang guru, Fangyu lekas pergi menuju dapur istana. Ia pun bertanya pada Sang Koki Istana. “Tuan, apakah saya boleh tahu seberapa bersih makanan-makanan yang Tuan sajikan untuk keluarga Raja dan seluruh bangsawan?”

“Apa Anda menuduhku?” Sang Koki Istana tampak tersinggung.

“Bukan begitu, Tuan. Saya hanya ingin membuktikan bahwa Anda sudah menghidangkan makanan yang bersih,” jawab Fangyu.

“Oh, jelas!” jawab Sang Koki. “Tuan Tabib, Anda pun menyantap hidangan yang saya buat, kan?”

“Ya, ya… Hidangan buatan Anda sangat lezat,” jawab Fangyu.

“Apakah Anda pernah sakit setelah menyantap hidanganku?” tanya Sang Koki lagi.

Fangyu berpikir. “Hmmm… Tidak pernah. Sama sekali tidak pernah, Tuan Koki.”

“Nah!” Sang Koki berseru lega.

Lalu apa yang menyebabkan Raja dan para bangsawan jatuh sakit? Fangyu memikirkan hal itu sambil berjalan-jalan sendiri. Ia menyusuri jalanan desa. Di kanan dan kiri berjejer rumah-rumah warga yang sederhana. Pintu rumah-rumah mereka terbuka di siang hari. Dari luar, Fangyu dapat melihat aktivitas mereka. Ada yang sedang bermain bersama. Ada yang sedang bekerja bersama. Ada yang sedang menyantap makanan bersama. Mereka semua tampak sehat dan bahagia.

Tunggu… bila rakyat Kerajaan Yuan Zhang saja bisa sehat, lantas kenapa Raja harus sakit? Fangyu mencoba mendekati salah satu rumah. Setelah mengetuk pintu, keluarga pemilik rumah menyambut Fangyu dengan hormat.

“Saya kemari ingin bertanya kepada Tuan dan Nyonya Rumah,” ujar Fangyu sopan.

“Apa yang bisa kami bantu, Tuan Tabib?” tanya tuan rumah.

“Makanan apa yang biasa kalian makan sehari-hari?”

Mendengar itu, Nyonya Rumah tersenyum.

“Kami hanyalah rakyat jelata, Tuan Tabib. Kami makan seadanya,” jawab Tuan Rumah.

“Bersediakah kalian menunjukkannya pada saya?” pinta Fangyu.

“Tentu saja, Tuan Tabib. Kebetulan saya sudah selesai menyiapkan makan malam. Mari, Tuan, kita makan bersama,” Nyonya Rumah mempersilakan.

Nyonya Rumah mulai menghidangkan menu makan malam mereka. Fangyu terkejut. Ia meneliti satu per satu menu yang berada di atas meja.

“Hanya ini?” tanya Fangyu.

“Inilah yang kami makan, Tuan. Semua hasil panen dari ladang,” ujar Tuan Rumah.

“Ada mentimun segar, tomat segar, selada segar,” tunjuk Nyonya Rumah.

“Lalu ada oseng buncis, nasi hangat, dan tempe kukus,” Tuan Rumah melanjutkan.

“Bukankah kalian memiliki ternak? Mengapa tidak makan daging?” tanya Fangyu heran.

“Kami hanya makan daging saat perayaan ulang tahu Yang Mulia Raja, Tuan. Saat Yang Mulia Raja membagi-bagikan daging pada kami, maka kami bisa leluasa makan daging.”

“Lantas, bagaimana dengan ternak kalian?” tanya Fangyu lagi.

“Lebih baik,” jawab Tuan Rumah, “kami menjual ternak di pasar untuk mendapatkan koin emas dan perak. Sehingga, kami bisa beli bibit dan pupuk untuk bercocok tanam.”

Mendengar hal itu, Fangyu menyadari sesuatu. Ia ingin cepat kembali ke dapur istana dan menemui Sang Koki Istana. Sampai-sampai, ia hanya menyantap sedikit makan malam.

Sesampainya di dapur istana, Fangyu gegas bertanya pada Sang Koki.

“Tuan Koki, apakah Tuan pernah menghidangkan menu dari sayur-mayur?”

Sang Koki Istana mengernyit. “Tidak, tidak, tidak… Yang Mulia Raja dan para bangsawan tidak menyukai sayur-mayur. Biar saja rakyat jelata yang makan sayur. Yang Mulia Raja dan para bangsawan hanya suka makan daging, tempe, tahu, susu… pokoknya semua yang gurih dan lezat.”

Atas jawaban Sang Koki Istana, mengertilah Fangyu perihal apa yang terjadi. Ia lalu kembali menghadap Ratu Zhou yang sedang menjaga Raja Zhu. Fangyu menyarankan untuk menambah menu sayur-mayur pada hidangan Raja.

Awalnya, Ratu menolak. Ratu khawatir Raja tidak akan suka. Namun Fangyu meyakinkan Ratu dengan mengatakan bahwa ia dan Sang Koki Istana akan menciptakan hidangan lezat dari sayur-mayur. Maka, Ratu pun setuju.

Fangyu dan Sang Koki Istana akhirnya bekerja sama menciptakan resep-resep terlezat dari sayur-mayur. Mereka memanfaatkan beragam jenis sayur, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Alhasil, ketika menu makanan dihidangkan, Raja Zhu menjadi puas. Raja pun jadi suka menyantap sayuran. Dengan pola makan seperti ini, Raja dan para bangsawan berangsur-angsur sembuh. Mereka pun menjadi lebih sehat.

Fangyu puas dan bersyukur. Ternyata ia masih bisa melaksanakan tugas dengan baik.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Menghadirkan Kejora #CeritadanRasaIndomie
10
15
Memanfaatkan kemampuan adiknya yang aneh dan selalu dia ragukan, Rondi terpaksa menghadirkan kembali Kejora dengan jalan tak biasa demi bisa menikmati kembali semangkuk Indomie kuah rasa ayam bawang kesukaan mereka. Bukan tanpa alasan, Rondi terpaksa menerima metode ini karena Rindi telah meninggal…
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan