Sang Pangeran Harimau

2
0
Deskripsi

Aku sangat menyukai dongeng dari Kakek. Apalagi saat jalan-jalan di pinggir hutan. Tetapi, aku tak menyangka kali ini salah satu dongeng Kakek tentang Pangeran Arima bukanlah sekadar dongeng…

 

Pagi itu, Kakek mengajakku berjalan santai di pinggir hutan. Udara sangat segar. Pepohonan hijau berembun. Aku sangat menikmatinya. Apalagi ditambah kicauan burung-burung. Tonggeret dan jangkrik pun tak mau kalah meriah.

Sambil mengumpulkan sampah di kantong yang kami bawa, Kakek bercerita tentang legenda Dwarasima.

“Kepalanya harimau putih, sekujur tubuhnya pun berbulu putih loreng-loreng. Namun Dwarasima berjalan tegak seperti manusia. Ia mengenakan celana panjang kumal.”

“Jadi… dia adalah manusia harimau seperti di teve, Kek?”

“Bukan, bukan…,” sanggah Kakek. “Dia adalah manusia harimau raksasa!”

Mata Kakek melotot dan membuatku takut.

“Meski tak setinggi Nabi Adam, tapi kita perlu mendongak untuk melihat wajahnya yang garang. Errraaaeerr…!” Kakek menggeram meniru harimau.

Menurut legenda, sebelum berubah menjadi Dwarasima, makhluk itu adalah seorang pangeran. Sejak lahir, Raja Ajisaka menyembunyikannya karena wajahnya sangat menyeramkan seperti harimau. Di dalam Hutan Wanantara, Raja Ajisaka membangun pondok untuk Pangeran. Raja juga mengirimkan guru-guru istana agar Pangeran dapat belajar.

“Siapa ya nama pangeran itu, Kek?”

“Pangeran Arima,” jawab Kakek.

Di dalam hutan, Pangeran Arima dengan mudah bersahabat dengan aneka flora dan fauna. Bila ada manusia yang menyakiti sahabat-sahabatnya, Pangeran Arima ikut sedih.

“Suatu, hari,” kisah Kakek, “Pangeran Arima melihat orang-orang menebangi pohon lebih banyak dari sebelumnya. Namun, orang-orang itu tidak langsung menanam kembali pepohonan yang sudah mereka tebang.”

“Lalu apa yang terjadi, Kek?”

“Tentu saja Hutan Wanantara menjadi gersang. Ditambah lagi ada orang-orang yang ingin membuka lahan dan membakar hutan!” Kakek terdengar berang. “Kau tahu, hewan-hewan liar lari dari hutan. Mereka menuju ke pusat kota! Singa, harimau, dan babi hutan! Mereka membuat onar semua. Para rusa berlarian! Monyet-monyet merampas makanan! Orangutan… banyak yang mati terbakar…”

“Astaga…” hatiku sedih mendengarnya.

“Pangeran Arima berusaha menyelamatkan sahabat-sahabatnya. Ia telah tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan luar biasa kuat. Dia berusaha memadamkan api. Dia juga mengajak kembali sahabat-sahabat faunanya kembali ke hutan. Tapi…”

“Tapi kenapa, Kek?” selaku, penasaran.

“Orang-orang yang melihat Pangeran Arima ketakutan! Mereka malah bersama-sama memburu Pangeran Arima, karena mereka tidak tahu siapa dia,” tutur Kakek.

“Lo… Kok begitu, Kek?”

Kakek terlihat berpikir. “Hmm… Seringkali manusia memilih untuk melawan hal baru yang belum dikenal, daripada mencoba mengenalnya. Apalagi kalau hal itu tampak menakutkan,” jawab Kakek.

Aku mencoba memikirkan jawaban Kakek. Sayangnya, aku belum paham. Aku lebih tertarik kelanjutan kisah Pangeran Arima.

“Lantas, bagaimana nasib Pangeran Arima, Kek?” tagihku.

“Raja Ajisaka, yang mengetahui hal ini, segera melindungi Pangeran. Ia mengerahkan pasukannya untuk menghadapi orang-orang yang memburu anaknya itu,” tutur Kakek. Sambil mengajakku duduk di tepi sungai, Kakek melanjutkan kisahnya. “Setelah mengetahui semuanya, orang-orang meminta ampun pada Raja dan Pangeran Arima.”

Meski orang-orang sudah bisa menerima Pangeran Arima, tetapi Pangeran ingin kembali ke hutan untuk menyelamatkan hutan. Berkat Pangeran Arima, rakyat kerajaan bisa menjaga hutan dan bencana seperti itu tidak terjadi lagi. Kakek mengakhiri dongengnya.

“Kek, Kakek…” panggilku.

“Ya?”

“Bagaimana bisa Pangeran Arima berubah wujud menjadi manusia berkepala harimau dengan tubuh raksasa?”

Kakek tersenyum padaku. “Pangeran Arima gemar makan sayur-mayur hijau. Selain itu, madu hutan segar juga kesukaan Pangeran Arima. Dan, konon, ia mendapatkan kekuatan setiap ada hewan yang mati karena ulah manusia. Pangeran Arima pun sadar, dia memiliki tugas suci untuk melindungi hutan dan segala isinya. Kemudian, orang-orang pun memanggilnya Dwarasima. Artinya, harimau hutan.”

Aku masih terpukau oleh kisah Kakek. Seandainya Sang Pangeran Harimau itu benar-benar ada, pasti dunia ini akan menjadi lebih sejuk ya…

“Sudah hampir siang, ayo kita pulang,” ajak Kakek. Kami pun kembali menyusuri jalan yang sama menuju rumah.

Berlibur di rumah Kakek dan Nenek memang selalu menyenangkan. Desa tempat tinggal mereka masih memiliki hutan lindung yang asri. Di rumah, Nenek menyambut kami dengan makan siang yang sedap.

Legenda Dwarasima terus terngiang di kepalaku. Sampai suatu malam, aku menguping pembicaraan Kakek dengan seseorang di pekarangan belakang…

“… waktuku tak banyak lagi, Gunarto,” suara itu menyebut nama Kakek. “Kalian, umat manusia, harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menyelamatkan hutan.”

Aku penasaran. Suara itu terdengar sangat berwibawa dan bengis di saat yang sama. Seperti suara monster baik. Yang jelas, itu bukan suara Kakek. Maka segera kubuka pintu untuk melihat dengan siapa Kakek berbicara.

Di situlah aku menyaksikan… Kakek sedang mengobrol dengan sesosok makhluk buas. Kepalanya harimau putih. Tubuhnya berbulu putih loreng-loreng. Persis sebagaimana Kakek menggambarkan Dwarasima.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Jamur Ajaib Pangeran Xandro
1
0
Pangeran Xandro jatuh sakit lagi! Tetapi, karena Tabib Istana menyarankan Pangeran Xandro untuk banyak makan buah-buahan dan sayur-mayur, Pangeran Xandro jadi gusar. Buah-buahan dan sayur-mayur yang sekarang tidak seenak dulu. Lantas, bagaimana caranya agar Pangeran Xandro bisa menyantap kembali sayur-mayur dan buah-buahan dengan lahap? 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan