
Berbeda dengan Keraton Surosowan, keraton yang dibangun pada 1815 ini berfungsi sebagai tempat tinggal Ratu Aisyah, Ibu dari Sultan Syaifudin. Keraton kedua di Banten setelah Keraton Surosowan.
Dinamakan Keraton “Kaibon” yang berarti “ keibuan ” , yang mencerminkan sifat keibuan,lemah lembut dan penuh kasih sayang, dan juga dibangunnya Keraton Kaibon merupakan bukti sebagai simbol rasa sayang seorang anak kepada ibunya. Komplek Keraton Kaibon terletak di Kampung Kroya, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, menjadi salah satu dari sedikit bangunan yang masih bertahan hingga kini disaat bangunan sekitar sudah hancur. Keraton ini menjadi bagian dari warisan budaya Provinsi Banten yang kaya akan sejarah dan mengisahkan kegemilangan Kerajaan Banten Lama. Keraton Kaibon dibangun untuk tempat tinggal Ratu Aisyah, yang merupakan Ibu dari Sultan Syafiudin.
Keraton Kaibon merupakan kediaman sultan Syafiudin pada masa pemerintahannya sekitar tahun 1809 – 1815. Keraton ini dibangun diatas lahan seluas 4 ha, dibangun menggunakan bahan – bahan batu bata yang terbuat dari campuran pasir dan kapur. Meskipun telah mengalami kerusakan, beberapa reruntuhan di keraton ini masih menunjukan keberadaan pondasi dan pilar – pilar yang masih utuh. Salah satu bangunan yang masih dapat dilihat dengan cukup jelas adalah bangunan yang memiliki bentuk seperti mesjid, yang ada pada posisi kanan gerbang masuk. Bagian depan Keraton Kaibon ditandai dengan keberadaan gerbang yang terdiri dari lima pintu. Jumlah pintu ini melambangkan jumlah shalat yang dilakukan umat Muslim dalam sehari. Gerbang ini juga memiliki arsitektur yang menggabungkan elemen – elemen Jawa dan Bali, dengan tinggi sekitar 2 meter. Gerbang ini juga sering dissebut sebagai gerbang bersayap karena bentuknya yang menyerupai sayap. Setiap gerang dilengkapi dengan paduraksa yang menggabungkan bagian dengan ruang utam keraton. Pengunjung bisa merasakan nuansa religius ketika melewati gerbang ini.
Keraton dibangun menghadap barat dengan kanal di bagian depannya. Kanal ini berfungsi sebagai media transportasi untuk menuju ke Keraton Sorosowan yang terletak di bagian Utara.
Keraton Kaibon ini dihancurkan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1832, bersamaan dengan Keraton Surosowa. Asal muasal penghancuran keraton ini adalah ketika Du Puy, utusan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendles meminta kepada Sultan Syafiudin untuk meneruskan proyek pembangunan jalan dari Anyer samapai Panarukan, juga pelabuhan armada Belanda di Teluk Lada ( di Labuhan ). Namun, Syafiudin dengan tegas menolak. Dia bahkan memancung kepala Du Puy dan menyerahkannya kembali kepada Daendles yang kemudian memicu amarah, Daendles marah besar dan menghancurkan Keraton Kaibon.
Berbeda dengan kondisi Keraton Sorosowan yang boleh dibilang “ rata ” dengan tanah. Pada Keraton Kaibon, masih tersisa gerbang dan pintu – pintu besar yang ada dala komplek istana. Meskipun hanya menyisakan reruntuhan dan pondasi bangunan, puing – puing Keraton Kaibon tetap menjadi saksi bisu dari masa Kejayaan Banten Lama.
Keraton Kaibon merupakan situs sejarah yang penting dan menarik untuk dikunjungi. Keraton ini menawarkan wisata edukasi yang memberikan wawasan tentang sejarah Kesultanan Banten dan arsitektur tradisional Banten. Melihat sisa – sisa kemegahan Keraton, mempelajari sejarah Kesultanan Banten dan merasakan suasana sejarah yang kental di komplek Keraton ini.
Sumber :
indonesiakaya.com
id.wikipedia.org
traveloka.com
kebudayaan.kemendikbud.go.id
BPK Wil IX
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
