
"then i see you again. i can feel butterfly on my stomach fly high, feel my feet want to knee front of you and ask you to stay in my rest of my life."
Anatasia July sangat menyukai Jessa Wijaya, kakak kelasnya di bangku SMA. Gadis itu menaruh rasa diam-diam. Bahkan dari. 3 sahabatnya hanya 1 orang yang ia percaya untuk mengetahui perasaannya terhadap Jessa.
3 tahun sudah dia memendam perasaannya yang dia bawa sampai bangku perguruan tinggi. Meski tidak satu fakultas Anastasia berhasil masuk...
Part 7
"Kalian enggak mau jelasin sesuatu ke gue?" Jessa yang tengah duduk di single sofa ruang tengah apartemennya, menatap 4 orang yang baru saja mendudukkan diri di hadapannya. 4 orang yang duduk di depan Jessa saat ini mendatangi apartemen Jessa karena pemuda itu bilang ingin membicarakan sesuatu.
"Gue pikir gak ada yang perlu di jelasin Jes selama lo gak mau berhenti dari rencana sialan itu." Arka membuka suara mewakili Dimas, Matthew, dan Juan.
"Kalau dia Jujur sama lo emang lo mau apa Jessa?"
"Gue cuma mau memastikan, gue mau denger kalau dia beneran ada perasaan sama gue dari mulut dia sendiri."
"Buat apa bang? Kalau udah ngaku dan ternyata lo tetap gak bisa nerima dia buat apa?" Kini Matthew ikut berpendapat. Sedari awal Dimas mengusulkan, dia hanya berharap itu sebatas candaan. Namun yang membuat frustasi Jessa malah merealisasikan ide konyol Dimas saat itu.
Flashback ON~
Saat ini Jessa, Dimas, dan Sean sedang duduk di pojokan kantin 8, kantin yang di juluki pemersatu anak teknik dan anak manajemen. Dari kejauhan Jessa melihat Juan junior mabanya melambaikan tangan kearahnya. Jessa sedikit akrab dengan Juan karena Jessa merupakan pembimbing kelas Juan selama Ospek berlangsung, selain itu Juan adalah teman dekat Matthew adik sepupu kawannya Sean.
Jessa di ikuti oleh Dimas membalas lambaian tangan Juan, lalu menyuruh pemuda itu mendekat kearah mereka. Sebelum beranjak mendekat, Jessa bisa melihat gadis malam makrab berbisik kepada Juan dengan wajah tegang. Entah apa yang dibicarakan, namun Juan tidak menghiraukan dan beranjak mendekati mereka.
"Bang Jessa banyak fansnya ya." setibanya Juan, lelaki itu langsung berseru membuka obrolan.
"Kenapa? Temen lo ada yang naksir Jessa?" Dimas dengan wajah tengil bercampur penasarannya berucap sambil melemparkan tatapan menggoda pada Jessa
"Ada bang, kayaknya temen gue yang pakai dress bunga-bunga naksir bang Jessa. Dari tatapannya kelihatan sih." Reflek ketiga senior Juan berusaha melirik kearah gadis yang di maksud dengan gesture yang tidak menimbulkan curiga.
"Tengil lo Juan, temen sendiri di cepuin."
Ketiga pemuda itu tertawa melihat tingkah juniornya yang membocorkan perasaan temannya kepada orang yang di sukai oleh temannya. Jessa menggelengkan kepala mengingat kelakuan gadis yang dimaksud oleh juan, gadis itu adalah gadis yang sama yang dia tunggu di dekat toilet karena memisahkan diri sendirian di tengah tengah acara makrab.
"Ngapain lo nyusul?" Sean berseru saat Matthew sepupu sekaligus teman Juan berjalan mendekat kemejanya.
"Juan lama banget, kalian ngobrolin apa?"
"Kepo banget bocah."
"Haha temen lo gak bener Met, dia cepuin temen lo yang pakai dress bunga ke Jessa. Emang beneran naksir?" Dimas tertawa kecil sambil menyeruput kopi susunya.
"Anjir Juan gak ada sopan sopannya. Kasian Anastasia."
"Oh namanya Anastasia, cantik juga kayak orangnya." Sean manggut-manggut sambil melihat sekilas Ana dari kejauhan.
"Haha maaf Ana, habis dia tipe yang kalau gak di deketin duluan gak akan jujur sih. Padahal curi-curi pandang ke bang Jessa sampai matanya gak kedip tapi ngeles mulu."
"Gimana kalau di pancing aja biar dia ngaku kalau suka sama Jessa?" Dimas berkata sabil terkekeh karena ide konyolnya.
"Gak usahlah bang, kalau gak suka beneran gimana? Dia tadi bilang karena dia baru tau bang Jessa itu kakak kelasnya yang kuliah disini."
"Matthew polos banget, namanya ngeles mana mungkin Ana ngaku suka. Lo harus lihat tatapan Anastasia ke bang Jessa tadi."
"Gue setuju, kita pancing aja dia biar ngaku. Kayanya dia emang naksir gue, bukannya geer nih tapi sebelum ospek gue sama anak panitia ospek sempet beli bubur ayam mang aji deket kos gue. Dan gue ketemu dia lagi makan sama teman-temannya. Aneh aja pas dia gak sengaja nyebut nama gue, mukanya juga kelihatan kayak orang keceplosan."
"Ha! Serius Jes? Jangan-jangan dia naksir lo udah dari dia SMA?" Sean yang terkejut hampir saja berteriak.
"Bisa jadi sih, pas gue ajak pulang bareng makrab kemarin pipinya merah."
"Wah wah ini fix dia naksir kata gue. Tapi kalau mau mancing juga gimana?" Dimas yang berbahan dasar serat tengil terlihat semangat dengan rencana Jessa.
"Nanti gue pura-pura deket sama sepupu gue yang anak psikologi. Matthew sama Juan, kalian panas panasin dia supaya mau jujur ke gue tentang perasaannya."
"Wah bang, gue enggak berani. Kasian temen gue."
"Kayaknya seru Matt, ngikut aja kita."
"Okay kita lakuin pelan-pelan. Nanti gue bikin grup WA buat bahas ini."
Setelah pembahasan dadakan itu, Juan dan Matthew kembali ke kursi teman-temannya berada. Ada perasaan tidak enak di hati Juan, namun pemuda itu berharap semoga dengan itu temannya bisa bersatu dengan laki laki yang di sukainya."
~Flashback OFF
"Sebenernya gue udah lama suka sama Anastasia, pas lihat dia di taman deket gerbang, gue tau itu cewek yang udah 1 tahun gue suka di akhir masa SMA gue. Tapi gue gugup pas dia endus dada gue, hampir aja gue cium bibirnya. Gue pingin mastiin perasaan Ana karena gue denger dia punya pacar di SMA."
"Lo bisa pastiin kalau beneran ada perasaan sama teman gue kan bang?" Setelah sekian lama terdiam Juan membuka suara dan menatap Jessa lurus.
"Iya gue bisa pastiin kalau rasa suka gue ke dia belum pudar."
"Okay gue bantu bilang kalau lo suka sama dia biar kita langsung tau tentang perasaan dia karena setau gue dia enggak punya pacar bang."
"Jangan, gue mau dia ngaku sendiri ke gue, gue gak mau bantuan semacam itu. Cukup dukung gue sampai dia mau ngaku tentang perasaannya."
Sean mengacak rambutnya, ini terlalu berbelit-belit. Jessa itu laki-laki, mengapa dia sangat ingin Anastasia mengungkapkan perasaannya kepada pemuda itu. Seharusnya Jessa yang menyatakan perasaan kepada Ana, perihal di balas atau tidak cintanya itu urusan belakangan.
"Lo terlalu berbelit, kemarin lo bikin dia nangis sampai sesenggukan. Pasti dia mikir lo sama Bella mau ngapa-ngapain."
"Bagus berarti sebentar lagi dia bakalan ngaku."
"Pede banget lo, gimana kalau dia enggak pernah ngaku? Gue rasa Ana bukan tipe cewek yang ngerebut gebetan cewek lain." Sudah tidak paham lagi Dimas terhadap pola pikir Jessa. Dia jadi merasa bersalah kepada Anastasia karena ide konyolnya, gadis itu harus merasakan sakit dan menangis seperti kemarin malam.
"Percaya sama gue, sebentar lagi dia bakal ngaku ke gue. Kalian tinggal bilang kalau gue bakalan dimiliki orang lain kalau dia enggak gerak deketin gue dan ngaku tentang perasaannya."
"Terserah lo deh bang. Gue sama Matthew mau cabut duluan. Sebentar lagi kita ada kelas."
" Kita duluan bang."
"Yook" Sean, Jessa dan Dimas menjawab bersamaan saat Juan dan Matthew berpamitan. Setelahnya mereka membahas kemungkinan apa yang bisa membuat Anastasia tidak betah dan akhirnya mengakui perasaannya. Walau diskusi itu beberapa kali menimbulkan cekcok antar ketiganya karena menurut Sean dan Dimas itu berlebihan. Tapi pada akhirnya Jessa tetap mengambil sebuah kesimpulan untuk rencana selanjutnya.
••••
Dibalik pintu kamar berwarna putih ada 3 gadis yang mengerumuni satu gadis yang tergeletak di atas kasur dengan wajah pucatnya. Nafasnya hangat dan suhu badannya tinggi.
"Gimana ini, udah di kompres kenapa masih demam. Bawa ke klinik aja gimana ya?"
"Kalau sampai sore suhunya masih tinggi kita bawa aja ke klinik."
Shevina dan Aurel meringis melihat Ana, sahabat mereka tergeletak lemah dengan wajah seperti mayat. Sedangkan british sibuk mengganti kompres an di dahi Ana.
"Coba kita kasih hai bye fever." British merasa sepertinya di kompres manual tidak membuahkan hasil baik, jadi gadis itu memberi usulan kepada kedua temannya.
Sejak pukul 21.15, lebih tepatnya saat kepulangan Ana setelah di turuti kemauannya oleh Sean, Dimas, dan Juan wajah gadis itu sudah memucat. British yang iseng menempelkan punggung tangannya ke kening Ana terkejut karena suhunya sangat tinggi. Gadis itu akhirnya memberitahukan 2 sahabatnya yang lain. Kini mereka berakhir merawat Anastasia bersamaan, beruntungnya kelas Aurel di ganti jadwal hari sedangkan British dan Shevina masuk siang hari.
"Gak tega lihatnya, kok bisa sampai sakit An, lo makan apa." Percuma sebenarnya mengajak Ana bicara tapi Aurel tetap melakukannya.
"Salah makan kali ya, coba kita tanya temannya si Juan. Takut dia makan udang kita gak tau."
"Tapi dia gak ada merah merah di badan, masa iya alergi."
"Siapa tau kan rel."
"Enggak, gejala alergi Ana enggak gini."
Ketiga gadis yang bersahabat itu hampir mengeluarkan air mata melihat kondisi sahabatnya. Mana tega mereka melihat wajah pucat pagi Ana. Andai mereka juga tau apa yang membuat Ana menangis lama hingga menimbulkan demam, andai mereka tau apa yang di perbuat Jessa pada Anastasia sahabat mereka. Mungkin saat ini mereka sudah mencari informasi keberadaan Jessa dan menampar pemuda itu. Tapi yang terpenting bagi mereka saat ini suhu Ana yang menurun dan kesadaran Anastasia.
Part 8
"Biar kita yang dandanin lo, setipis dan senatural mungkin."
"Gue bagian pilihin outfit kasual yang buat look lo menawan."
"Shevina cute siap bantu lo siapin peralatan mandi, gue punya lulur baru yang baunya rose tea. Di jamin baunya tahan lama, Jessa Jessa itu pasti bakalan nengok ke lo tiap lo lewat."
"Mm guys, makasih. Gue terharu banget. Sebenernya gue gak ada niatan sampai kesini tapi kayaknya ucapan kalian bener. Gue harus coba ikut deketin kak Jessa."
Saat ini, di kamar Anastasia 3 sahabatnya siap dengan bantuan yang mereka tawarkan pada Ana. Seminggu lalu Anastasia sakit, dan saat dirinya sudah membaik, gadis itu bercerita kepada sahabatnya tentang Jessa yang menginap di apartemennya bersama Bella. Sahabatnya sangat kesal dengan perilaku Jessa yang menurut mereka kurang aja.
Pertama Jessa seenaknya mengusap sudut bibir Ana lalu dia emut Jempolnya. Kedua dia beberapa kali terlalu dekat dengan Ana membuat gadis itu tidak bisa mengatur detak jantungnya. Ana juga bercerita tentang dia yang secara terang terangan berkata bahwa Jessa tampan saat makrab, dan kejadian Ana yang mengedus dada Jessa juga tidak ketinggalan gadis itu ceritakan. Tidak mungkin jika Jessa tidak merasakan bahwa Anastasia menyukai laki-laki itu. Anastasia juga beberapa kali tertangkap Jessa memandangi wajah tampan pemuda itu.
"Kita bakal buat lo menawan di ulang tahun Matthew temen lo malam ini. Percayain aja semuanya sama kita." British berseru meyakinkan Ana yang di seret Shevina kekamar mandi kamarnya.
"Lo mandi, tapi habis pakai sabun lo pakai sugar scrub gue yang ini. Gu tinggal dulu, inget hair masknya yang wangi rose."
"Iya iya bawel gue inget, udah sana keluar gue mau mandi."
Seusainya Shevina keluar dari kamar mandi, Ana memulai ritual mandinya, sesekali dia bersenandung. Sedangkan tiga sahabatnya saling membantu memilihkan pakaian yang cocok untuk Ana.
"Dekornya putih, hitam, abu katanya. Apa jumpsuit warna putih, walaupun celana pendek tapi kayaknya gak terlalu pendek buat Ana."
"Gue setuju sama british, terus buat atasan jumpsuit di tutupin knit ini aja. Nanti sampai sana Ana suruh lepas knitnya."
"Good rambunya gue catok rapih aja, biar tetep ada kesan polos. Mampus lo Jessa, baperin doang tapi bikin sahabat gue nangis."
Gambaran jumpsuit, Knit Ana
"Gue udah selesai mandi guys."
"Okay kita mulai misi kita."
3 sahabat itu bergelut mendandani 1 sahabatnya. Mereka juga memilihkan dalaman netral untuk Ana agar tidak jiplak saat di pakai. Malam ini walaupun tetap terlihat Ana yang sederhana, gadis itu tetap harus memukau.
"Lo di jemput Juan jam berapa An?" Aurel membuka suara sambil mencatok rambut Ana yang mulai memanjang.
"Gak jadi Juan yang jemput, gue sama kak Jessa, kayaknya lagi di jalan. Rencananya juga sedikit di ubah. Juan, Ara, Prisa sama Melani nanti main sama Matthew terus di kabarin kalau Sean sama Jessa berantem di apart kak Jessa."
"Ohh, tapi gue kurang suka lo di jemput Jessa." 3 sahabat Ana tidak lagi memanggil Jessa dengan sebutan Kak karena mereka sakit hati sahabatnya di buat menangis.
"Gue juga gak mau, tapi dia ngotot."
"Inget disana jangan minum, lo masih 17 tahun. Kata lo kalian juga beli susu kan? Minum itu aja." Shevina memperingati Ana sambil melotot dari kaca meja.
"Astaga gue juga tau kalau itu, tenang gak usah khawatir."
"Nah udah selesai, omo omo cantik banget bestie gue." Aurel merasa sangat puas dengan hasil tangannya dan 2 sahabatnya yang lain.
"Dari tadi gue salfok sama baunya. Lo gak perlu pakai parfume, tapi tetep bawa buat jaga jaga."
Sedang asik mengagumi hasil kerja mereka, ponsel Ana tiba tiba berdering. Ana mengangkat telp itu yang ternyata dari Jessa.
"Oh iya kak, aku turun."
"Guys kak Jessa udah sampai, gue berangkat dulu ya."
"Good luck Anastasia my bestot."
"Semangat Ana tunjukkan pesonamu."
"Inget Ana lo gak boleh terlihat gugup, jerat Jessa jangan malah lo yang terjerat."
"Hahaha iya, gue turun dulu ya. Titip kunciin kamar."
Ana berlari kecil dengan high heels yang tidak terlalu tinggu namun sangat manis di kaki Ana. Sebelum keluar dari gerbang Ana menata rambutnya sekali lagi. Lalu keluar menuju mobil Jessa. Saat membuka pintu, dan mulai mendudukkan dirinya, Jessa tiba tiba mendekat dan membantu Ana memakaikan Seat belt-nya.
"Eh harusnya gak usah kak, aku bisa sendiri."
"It's okay An, by the way parfume lo ganti?"
"Eh? Emm enggak kak, aku malah lupa gak pakai parfume tadi."
"Oh ya? Tapi wangi lo beda. Gue suka sama wangi lo yang ini,"
Sepertinya Jessa benar-benar berniat membuat Ana mati muda. Perilaku Jessa yang seperti menunjukkan Ana gadis spesial seperti ini membuat Ana berharap jika mereka bisa bersama. Ana jadi sempat berfikir apakah dia harus membeli lulur yang sama seperti milik Shevina.
Sepanjang perjalanan hanya ada alunan musik dari spotify milik Jessa tanpa ada percakapan lain dari mereka. Sesampainya di basement apartemen pun Jessa tidak mengeluarkan suara. Hingga Ana berinisiatif bertanya basa basi.
"Kak Sean sama kak Dimas udah sampai kak?"
"Harusnya sih udah, tadi mereka bilang mau otw."
"Oh okay, nanti tolong kalian pompa balon buletnya ya kak. Aku hias yang lainnya dulu."
"Okay princess." Brengsek, bisa bisanya Jessa bersikap makin jauh seperti ini. Lihat saja, Jessa harus jatuh juga kepada Ana. Pemuda itu tidak bisa mempermainkan hatinya dengan mudah.
••••
"Ana, kayanya kurang kekiri kalau mau di tengah." sean memberikan instruksi pemasangan balon bertuliskan 'Happy Birthday Matthew 19th'
"Kaya gini kak?"
"Bentar gue bantu aja." Jessa naik sofa dan berdiri tepat di belakang Ana lalu membenahi letak balonnya.
"Sean bener kagak?"
"Iya tepat banget."
"Halah sia boy, ada aja kelakuannya." Dimas tidak habis fikri dengan kelakuan Jessa yang bisa saja mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Setelah ruang tengah sudah rapih dengan dekor yang telah terpasang, mereka mulai memainkan perannya. Dimas dan Sean membuat suara seperti mereka bertengkar hebat, lalu Jessa seperti melerai mereka dan menelepon Matthew untuk meminta bantuan padanya.
"Matt, tolong. 'woy gila udah dong lo pada' matt ke apart gue cepet, sepupu lo baku hantam sama Dimas."
'hah?! Kok bisa bang?'
"Banyak bacot udah cepet kesini, keburu ada yang mati."
Setelah telp di matikan, mereka semua tertawa karena suara panik Matthew yang terdengar Jelas. Dimas sampai berguling di lantai sambil memegangi perutnya yang kaku, Anastasia juga wajahnya menjadi memerah karena geli melihat akting seniornya.
"Gila pasti Matthew kaget banget gue sama dimas yang jarang berantem tiba-tiba baku hantam."
"Tolol lah, suaranya langsung teriak sampek gemeter gitu."
"Harusnya tadi aku rekam deh akting kalian, terus aku sebarin biar viral kak."
Jessa yang mendengar ucapan Ana segera mengambil posisi duduk di samping gadis itu sambil tersenyum jahil kearah Ana.
"Kalau lo mau viralin. Sean sama Dimas gue gak masalah. Tapi kalau gue, lo harus bayar pajak dulu An."
"Apaan ogah pajak pajakan."
"Haruslah, pajaknya lo cium gue. Haha muka lo kenapa merah?"
"Kak Jessa parah banget, aku laporin ke Bella ya, kan kalian lagi deket."
Jessa yang mendengar itu menaikkan sebelah alisnya "kenapa tiba-tiba Bella? Lo cemburu gue deket sama Bella?"
"Apaan sih kak Jessa." Untuk menutupi kegugupannya Ana pura-pura sibuk menyiapkan kue untuk Matthew.
"Gini amat ya ngontrak di bumi." Dimas melemparkan bantal sofa pada Jessa yang di balas kekehan tanpa suara.
Kring!!
"Kayaknya udah sampai, nyalain apinya."
Sebelum membuka pintu mereka menyalakan lilin yang sudah tertancap di atas lilin. Saat di pastikan di luar adalah Matthew, mereka membuka pintu dan berteriak 'surprise' secara bersamaan.
"Selamat menua Matthew." Ana tersenyum lebar sambil menyodorkan kue agar lilinnya di tiup Matthew. Pemuda itu ingin protes namun di tahan banyak orang untuk segera membuat permintaan dan segera meniup lilinnya.
Sesudah Matthew meniup lilin mereka semua masuk semua ke dalam apartemen Jessa. Para anak perempuan mulai memasak, membuat steak seperti yang sudah di rencanakan. Sedangkan anak laki-laki di ruang tengah sambil menertawakan reaksi Matthew.
"Anjir gue beneran jantungan ya, lo pada cengengesan."
"Kalau gak gini gak seru bro. Sorry hahaha" dimas merangkul Matthew sambil tertawa lebar.
"Tapi thank you buat surprise-nya."
"You're wellcome bro." Ucap yang lainnya serempak.
Dari arah dapur tercium bau yang menggugah selera. Jessa mendekati dapur untuk memastikan mereka mendapatkan peralatan yang di butuhkan.
"Bisa nemuin perabotnya?"
"Bisa kak, eh lengkap juga ya kak apartemen kaka." Ara memuji perlengkapan yang ada di dapur Jessa mengingat pemiliknya adalah seorang laki-laki.
"Iya soalnya gue juga suka masak."
Mendengar jawaban dari Jessa, Ana memutar bola matanya."Masak sih? Kok gak bisa bedain bunga bawang sama asparagus."
"Bisa gak usah di ingetin gak? Kan gue jadi malu"
"Eh apa nih kok Ana tau, kalian lagi deket ya?"
Prisa menodong pertanyaan melihat Anastasia dan Jessa yang terlihat dekat. Jessa yang mendengar pertanyaan itu tersenyum tipis, sedangkan Ana pipinya bersemu merah.
"Apaan enggak, cuma gue di minta tolongin ikut nyiapin surprise buat si Matthew."
"Kok lo gak ngakuin gue sih An." Jessa membuat wajah sedih untuk menggoda Ana yang ditanggapi tawa renyah teman perempuan Anastasia, sedangkan Ana hanya membisu, berusaha untuk tidak terjatuh lebih dalam.
"Jadi Ana ikut bantu surprise birthday party gue? Thank you sayang."
Niat awal Matthew hanya bercanda untuk Ana dan membantu Ana agar tidak gugup karena kata Dimas, seniornya Jessa terus saja menggoda Ana sedari tadi. Tapi tidak semua niat baik berbuat manis bukan? Seperti saat ini tatapan tajam Jessa seperti laser yang siap membolongi tubuh Matthew karena pemuda itu menggoda Ana dengan panggilan 'sayang'.
Malam itu 9 orang yang ada di apartemen Jessa menikmati makanan dan snack yang telah di siapkan untuk acara hari itu. Para laki-laki, terlihat teler karena meminum wine dan hanya Sean yang masih segar karena dia tidak terlalu menyukai wine, sedangkan yang perempuan hanya meminum Susu full cream. Pukul 9 malam Prisa dan Melani pulang terlebih dahulu karena pacar Prisa yang sudah datang menjemput, sedangkan Melani menumpang pada pacar temannya itu. Namun karena sudah semakin larut, Sean memutuskan untuk pulang membawa Dimas, Juan, Matthew dan Ara. Sedangkan Anastasia bilang akan pulang dengan grab, karena mengalah dengan Ara dan kursi penumpang yang tidak cukup karena bagian bagasi mobil Sean penuh jadi kursi paling belakang di tekuk.
"Gak papa kok kak aku pulang sendiri, lagian gak enak ninggalin kak Jessa sendiri. Mana udah tidur."
"Gue gak bisa ninggalin lo sendiri An, temen gue lagi mabuk juga."
"Udah gak papa kak, titip temen aku Ara ya."
"Lo beneran gak papa An?" Kini giliran Ara yang berusaha memastikan Ana
"Iya bawel, gak papa. Gue juga mau beresin cucian piring yang tinggal dikit itu. Udah kalian pulang aja."
"Yaudah kita duluan ya, hati hati Ana. Kalau Jessa Aneh aneh lo tendang aja belalainya."
"Iya haha, kalian hati hati ya, gue mau beres beres bentar."
Anastasia mencuci piring kotor dan beberapa gelas kotor yang tersisa. Karena tadi dia dan teman-temannya sudah sempat mencuci kotoran yang lainnya. Setelah selesai Ana bersiap ingin pulang, namun gerakannya mengambil tas terhenti melihat Jessa yang yang meringkuk di sofa.
"Kayaknya kak Jessa kedinginan, apa gue bantu tidur di kamar aja ya." Setelah memikirkannya akhirnya Ana membantu untuk memapah Jessa ke kamarnya, di baringkan Jessa di kasur lalu di selimuti. Gadis itu memotret wajah damai Jessa saat tertidur sebelum pergi.
"Kenang kenangan, good night kak."
Belum dua langkah Ana beranjak, Jessa menarik tangannya dan membaringkan Ana di sisinya dengan cepat. Pemuda itu lalu menghirup bau tubuh ada di ceruk perpotongan leher Ana.
"Kak sadar kak, gue bukan Bella." Ana panik sekali, posisinya sangat tidak menguntungkan Ana.
"Mm jangan pergi Ana.. lo wangi, gue suka." Detik selanjutnya Jessa melumat leher Ana. Meninggalkan bekas kemerahan disana.
Selanjutnya Jessa menindih Anastasia, lalu mulai menurunkan sisi jumpsuit Ana, tidak sampai mempertontonkan dada gadis itu namun terlalu rendah untuk di lihat pada keadaan normal.
"Engghh kak Jessa sadar dong, Aduh mati gue." Gadis itu sedang menyesali keadaan, harusnya dia meminta yang lain menunggunya saja lalu mereka keluar dari sana bersamaan. Saat Ana bergelut dengan pikirannya, Jessa ambruk di dada Ana. Pemuda itu kembali mendengkur dan tenggelam dalam mimpinya.
"Aduh gawat, gue harus cepet cabut." Ana tentu tidak menyiakan keadaan itu, segera di singkirkan Jessa dari atas tubuhnya. Setelahnya ana segera keluar dari apartemen Jessa dan pulang. Semoga Jessa tidak ingat tentang malam ini.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
