
"then i see you again. i can feel butterfly on my stomach fly high, feel my feet want to knee front of you and ask you to stay in my rest of my life."
Anatasia July sangat menyukai Jessa Wijaya, kakak kelasnya di bangku SMA. Gadis itu menaruh rasa diam-diam. Bahkan dari. 3 sahabatnya hanya 1 orang yang ia percaya untuk mengetahui perasaannya terhadap Jessa.
3 tahun sudah dia memendam perasaannya yang dia bawa sampai bangku perguruan tinggi. Meski tidak satu fakultas Anastasia berhasil masuk...
Part 3
Tak terasa sudah dua minggu Ana berkuliah di Neo Citra Teknologi, gadis itu sudah mulai di sibukkan dengan tugas individu dan tugas kelompok. Di sela kegiatannya, ana menyempatkan untuk memikirkan lebih matang tentang konsep birthday party Matthew. Semenjak grup rahasia yang di beri nama Jessa 'anak mama Lisa' (agar tidak mencurigakan) di bentuk, terhitung sudah dua kali sudah Sean, Jessa, dan Anastasia keluar untuk belanja mencicil keperluan acara yang akan mereka persembahkan untuk Matthew.
Tidak mewah, acara akan di laksanakan di apartment Jessa. Bahkan Anastasia juga terkejut Jessa memiliki apartment yang hanya di tempati saat kawan kawannya ingin berkumpul saja. Saat Anastasia bertanya kenapa Jessa lebih memilih kos dari pada menempati apartment miliknya, dan jawabnya adalah 'biar gampang aja kalau mau ngerjain tugas dadakan sama temen gue.' ternyata Jessa juga pengikut sekte otak bisa lancar kalau di kerjain di hari H.
Hari ini Anastasia berkumpul dengan kawan-kawannya di kantin pemersatu anak teknik dan anak Manajemen. Seperti biasa mereka bergosip tentang dosen, mahasiswa lain, ataupun tentang serba serbi perkuliahan yang telah mereka lewati.
"Duh tapi pak Denis cakep juga ya, sayang kayaknya udah nikah." Melani berceloteh dengan raut wajahnya berubah dari excited menjadi murung secepat kilat.
"Jangan belajar jadi pelakor lo, mending sama gue mel." Juan yang dasarnya jahil, langsung menggoda Melani yang nampak murung di buat-buat.
"Najis tau gak."
"Berantem mulu, gue doain jadian lo."
"Kalau jodoh gue ketawa paling keras ya guys."
Kesal Ara dan Anastasia bersamaan
"Aduh lusa gue ada 3 deadline, tapi baru gue kerjain separuh semuanya." Prisa yang sejak tadi membuka ponselnya tiba-tiba mengeluh. Nampaknya gadis tersebut kelelahan karena tugas yang silih bergantian menerjang gadis itu.
"Jangan panik, nanti coba di kerjain lagi pris." Aku berusaha menenangkan Prisa saat dari kejauhan Anastasia melihat Jessa memasuki area kantin dengan gadis cantik di sampingnya. Gadis itu adalah teman satu angkatannya, gadis yang sekarang duduk di hadapan Jessa memang terkenal cantik dan lembut. Anastasia tidak lagi bisa fokus terhadap celotehan teman temannya lagi. Gadis itu dilanda rasa gelisah dan penasaran.
Anastasia bertanya-tanya, ada hubungan apakah Jessa dengan gadis itu, apakah mereka berdua sedang melakukan pendekatan?
Tanpa dia sadari Jessa sekilas menangkap bahwa Anastasia mengawasinya dari kejauhan. Saat tatapan mereka bertemu, Anastasia segera mengalihkan pandangannya.
Jessa menatap Anastasia dengan raut penasaran, sebenarnya nanti sore Jessa ingin mengajak Anastasia untuk singgah ke apartemen miliknya. Rencananya mereka akan mencoba menghias apartemen Jessa, memang masih 2 minggu lagi. Tapi menurut Sean mereka harus mencocokkan dekorasi dengan ruang tengah apartemen Jessa.
"Eh kok lo tiba-tiba murung na? Kenapa deh, lagi PMS?" Ara menatap Anastasia khawatir,
Seulas senyum Anastasia berikan kepada Ara, "enggak kok ra, cuma agak ngantuk. Semalem gue begadang nonton Netflix sama temen-temen SMA gue."
"Oh gue kira lo enggak enak badan. Soalnya lumayan pucet sih." Kali ini Juan yang menyaut,
"Anastasia udah gue bilang kan lo harus gercep, lihat bang Jessa kayaknya lagi pendekatan sama Bella." Matthew mengalihkan fokus pembicaraan ketika tidak sengaja matanya melihat Jessa duduk berdua dengan gadis yang dia ketahui satu angkatan dengan mereka.
"Udah gue bilang kalau gue enggak suka sama kak Jessa, please stop it." Anastasia yang moodnya sedang tidak baik karena terlebih dulu melihat Jessa dengan Bela, mengomeli Matthew karena menambah rasa cemburunya.
"Dari pada galau mending kita nyusun rencana buat ke jogja, habis UTS." Ara memberi saran sekaligus mengalihkan atensi agar teman temannya berhenti mengganggu Anastasia yang sedang tidak dalam mood yang bagus.
"Boleh gue setuju banget, walaupun cuma 4 hari tapi lumayan banget."
Percakapan berikutnya di isi tentang planning mereka tentang liburan selama 4 hari di jogja. Sebenarnya setelah Uts mereka tidak ada libur, namun karena Uts berhenti di hari Rabu dan meninggalkan hari kamis dan Jumat di gunakan untuk hari rileks mahasiswa pasca Uts, yang mana pada hari itu mahasiswa di perbolehkan untuk datang ke kampus ataupun tidak. Jadi mereka berencana memanfaatkan 2 hari rileks dan 2 hari weekends untuk liburan bersama ke jogja.
Setelah adanya rapat dadakan tersebut, Anastasia beserta teman-temannya bubar. Ada yang melanjutkan mata kuliah selanjutnya dan pulang ke kos masing-masing.
••••
Anastasia mencoba mengalihkan rasa patah hatinya dengan Jogging di jogging track taman komplek kos. Anastasia pernah membaca tentang penelitian yang berisi bahwa jogging selama 30 menit bisa menyembuhkan sakit akibat patah hati.
Gadis 17 tahun itu terlalu asik jogging sampai tidak menyadari ada seseorang yang berusaha menyamakan langkahnya berlari di sisi kirinya. 15 menit berlangsung hingga akhirnya Anastasia berhenti dan menuju bawah pohon cemara dan duduk di rerumputan. Gadis itu meminum bekal air minumnya, masih belum menyadari jika orang yang tadi menyamakan langkahnya juga duduk di sampingnya.
"Hah apa! Katanya 30 menit jogging bisa nyembuhin patah hati, ini rasanya masih pedih."
"Orang kalau patah hati emang suka gak peduli sekitarnya ya?"
"Aaaaaa! Kok kak Jessa bisa ada di sini, sejak kapan?" Anastasia terkejut lantas berbicara dengan meninggikan nada suara.
Sedari tadi Jessa heran sekali, mengapa Anastasia seperti mengabaikannya. Laki-laki itu sempat berfikir apakah dia memiliki dosa tertentu kepada gadis yang duduk di sisinya saat ini. Tapi ketika mendengan celotehan gadis di sampingnya Jessa jadi geli sendiri.
"Shht santai Ana, santai oke, gue dari tadi jogging di samping lo tapi lo-nya enggak sadar keberadaan gue. Gak taunya lagi banyak pikiran." Jessa terkekeh sambil mengelus rambut Anastasia.
"Gak usah sok asik deh kak, lagi gak mood." Anastasia memalingkan wajah sambil cemberut.
Ingin rasanya gadis itu berteriak 'gue kayak gini gara gara lo sama Bella yang sepertinya lagi PDKT kak.' tapi Anastasia mana ada nyali. 4 tahun menyukai Jessa saja dia tidak berani mendekati pria itu.
"Hahaha lo lucu banget kalau lagi patah hati. By the way bagi minum dong." Tanpa menunggu persetujuan gadis di sampingnya, Jessa mengambil dan menenggak bekal air yang dibawa Anastasia.
"Belom di iyain ih! Muntahin gak."
"Bawel banget yang lagi patah hati." Omelan Anastasia di anggap angin lalu oleh Jessa, malah saat ini Jessa sedang mencapit bibir gadis itu dengan jari jempol dan telunjuk miliknya.
"Mending kakak lanjut Jogging aja sana, jangan ganggu gue."
"Ck! Siapa yang ganggu, gue cuma mau ajak lo ke apartment gue."
"Hah? Buat apa? Mau apa?." Anastasia terkejut dengan ajakan Jessa langsung memberondong dengan Pertanyaan.
"Jangan mikir jorok. Sean mau coba simulasi ngehias ruang tengah, biar bisa di lihat apa ada yang kurang atau enggak. Minggu depan kita belanja lagi." Jessa tersenyum miring saat melihat Anastasia kebingungan bercampur panik. Gadis di hadapannya ini entah kenapa jadi lebih menggemaskan kalau patah hati.
"Kenapa sih kita belanja belanja Mulu, perasaan gak mewah mewah banget konsep yang kita setujuin."
"Bukan buat dekor tapi buat hidangan, wine, snack sama pesen kue. Tapi kalau ada dekor yang masih kurang baru kita cari. Udah ayo pulang aja. Jam setengah 5 gue jemput." Jessa bangun sambil mengulurkan tangan, mencoba membantu Anastasia bangun.
Tapi emang dasar Anastasia aneh, gadis itu dengan mandirinya bangun sendiri dari duduk dan mengabaikan uluran tangan 'ORANG YANG DIA SUKAI SELAMA INI'. Hah bikin Jessa malu dan salah tingkah saja. Akhirnya Jessa memasukkan tangannya kedalam kantong celana pendeknya.
"Ada ya orang habis patah hati tapi di suruh dekor."
"Gak usah ngomel nanti gue beliin baskin robbins."
"Beneran ya kak, awas kalau kak Jessa bohong. Bisulan tuh pantatnya."
"Buset bocil, perasaan pertama ketemu lo kalem banget deh. Kenapa sekarang kayak macan gini."
"Banyak omong, Aku balik dulu deh kak."
Anastasia berjalan mendahului Jessa yang melihat punggung Anastasia sambil mengangkat satu alisnya. Kata 'aku' yang gadis itu ucapkan membuat Jessa teringat perkataan Juan dan Matthew di kantin. Yahh menarik, mari kita lihat sampai kapan gadis itu bertahan dengan perasaannya.
Part 4
Saat ini Jessa dan Anastasia sudah berada di apartemen milik Jessa. Hanya berdua saja karena Sean tiba-tiba berhalangan, setidaknya itu yang Jessa katakan kepada Anastasia saat menjemput gadis itu tadi.
Saat ini Anastasia di bantu oleh Jessa sedang membongkar semua bahan dekor yang sudah dibeli sebelumnya. Sejenak dilihatnya ruang tengah Jessa dengan seksama. Di ambilnya balon huruf dan angka yang sudah dia pompa Jessa dan berusaha di tempelkan pada dinding. Standing lamp di dekat gorden juga Anastasia beri hiasan balon dan gantungan dekor. Anastasia asik dengan mendekor sampai lupa meminta saran Jessa.
"Hufft selesai. Menurut aku sih oke juga, semoga Matthew suka."
Setelah beberapa lama mendekor Anastasia merasa puas dengan hasilnya. Yah walaupun patah hati, gadis itu tetap bertekad menyukseskan ulang tahun Matthew. Setidaknya berkat temannya itu, Anastasia bisa berbincang banyak dengan Jessa meskipun tidak memiliki hubungan spesial.
"Kak gimana hasil... nya, Kak?" Gadis baru itu tersadar bahwa Jessa menghilang setelah membantu mempompa balon.
Anastasia mencoba mencari Jessa di dapur yang ternyata laki-laki itu sudah duduk manis disana "Kak? Kenapa jadi aku sendiri deh yang dekor, udah selesai tuh. Gimana cocok gak?"
"Eh sorry banget wkwk keasikan chatting."
Anastasia mengernyitkan dahinya mendengar jawaban Jessa. Wajah gadis itu di tekuk, menunduk sambil menyusul Jessa yang telah terlebih dahulu menuju ruang tengah.
"Sama siapa sih." Gadis itu menggerutu lirih yang ternyata masih bisa di dengar oleh Jessa. Pemuda itu hanya tersenyum kecil sambil terus berjalan.
"Wah bagus banget, ada kesan imutnya tapi pas lah buat ulang tahun pria dewasa. Imutnya ketutup paduan warna." Jessa mengamati dekor yang ada dengan tersenyum puas.
"Balon Angka sama huruf nanti di simpan aja kak, yang balon bulatnya masih banyak, di pasang lagi pas hari H aja." Anastasia bersuara sambil bergerak untuk merapihkan sisa dekor yang belum terpakai.
Sedangkan Jessa memfoto dekor buatan Ana lalu mengirim di grup 'Anak mama Lisa'. Setelahnya dia membantu Anastasia untuk melepas dekorasi yang telah di susun tadi.
"Kata sean dia suka sama dekornya." Jessa membuka hp miliknya saat terasa getar pada benda pipih tersebut.
"Bagus deh, oh iya kak ini balonnya di taruh dimana?"
"Kenapa buru-buru amat sih. Taruh di kamar gue aja ada lemari putih kosong, masukin kesitu Ana."
"mau cepat-cepat pulang." Balas gadis itu cuek.
Anastasia berjalan memasuki pintu yang ditunjuk Jessa, gadis itu cukup terkejut. Ternyata walaupun Jessa tidak menetap di sini, kamar laki-laki itu tetap lengkap. Ada buku, pomade, dan lainnya. Gadis itu memasukkan balon di bantu sang pemilik kamar
"Disini dulu sebentar, lo berangkat bareng gue, balik juga harus bareng gue."
"Enggak mau, kalau kak Jessa belum mau balik, gojek juga ada kak."
Jessa paham Anastasia kalut, tapi pria itu masih ingin mengerjai si gadis itu. Di kesempatan lain nanti akan Jessa jelaskan. "Yakin? Baskin Robbins lo udah ada di kulkas."
"Oh iya? hmm aku bawa Pulang aja deh kak." Gadis itu teringat akan janji Jessa, dari rautnya dia sedikit lebih membaik saat es krim ke kesukaannya di sebut.
"Gak, makan disini. Sisanya baru bawa pulang."
"Gak bisa kak, ak- gue udah gak kuat."
Jessa menaikkan sebelah alisnya dan menatap Anastasia dengan lamat. Sedangkan gadis di hadapannya berusaha menutupi kepanikannya. Anastasia berjalan mendahului Jessa keluar dari kamar. Di ikuti laki-laki itu yang penasaran apakah hari ini gadis itu akan jujur mengenai sesuatu kepada dirinya.
"Gak kuat kenapa?" Laki laki itu tersenyum jahil setipis mungkin
"Enggak, ahh iya deh mana es-nya? Gue makan disini." Untuk menutupi kegugupannya Anastasia berusaha terlihat terpaksa dan mengomel. Dia berjalan menuju dapur Jessa dan duduk di kursi yang ada. Meninggalkan Jessa yang sedikit kecewa karena dia pikir akan mendengarkan sesuatu yang telah di tunggu selama ini.
Pada akhirnya Jessa mengikuti gadis yang tengah duduk saat ini, kemudian mengambilkan es krim milik Anastasia dan memberikan pada gadis itu.
"Makasih kak Jessa. Pinjam sendok buat makan ya."
Gadis itu membuka penutup es krim yang besar 1 liter dengan semangat lalu melahapnya. Sedangkan Jessa memilih duduk tepat di sebelah Anastasia
"Lama gak makan ini makin enak aja rasanya."
Semua yang dilakukan Anastasia tak luput dari pengawasan Jessa. Laki laki itu tersenyum kecil dan satu ide jahil muncul di kepala Jessa.
"Masa sih enak? Coba gue mau cicip." Jessa merebut satu suapan yang akan Anastasia masukkan kedalam mulutnya.
"Ihh kak Jessa beli sendiri dong. Ini kan es krim punya aku." Si empunya es krim reflek memukul bahu Jessa dan mengomeli laki laki itu sambil mengerucutkan bibir.
Jessa tertawa puas sebelum akhirnya membalas argumen Anastasia " hahaha lagian yang beli ini es krim kan gue, harusnya gak masalah kalau gue minta dikit. Pelit banget sih bocil."
Anastasia merenggut sambil melingkarkan lengannya untuk melindungi wadah es krim miliknya. "tapi kan kak Jessa janji mau beliin aku, jadi harusnya ini udah jadi punya aku."
Dengan perasaan kesal Anastasia tetap melahap Es krimnya. Gadis itu tidak tau jika Jessa telah menahan diri saat melihat gadis itu mengomel sambil mengerucutkan bibir. Jessa berdahem dan mengalihkan pandangan menatap lurus.
"Ekhm, kuliah lo gimana cil?"
"Eumm lancar, eumm ternyata gak seburuk yang aku pikir."
Jessa yang mendengar anastasia kesulitan bicara menoleh. Laki-laki itu terkekeh saat melihat ternyata gadis itu menahan dinginnya es krim di mulut karena memakan satu sendok besar es krim.
"Pelan pelan makannya, enggak akan gue ganggu lagi." Di ulurkan tangannya untuk mengusap noda es krim di sudut bibir Anastasia. Tanpa sadar jempol tangan bekas mengusap es krim tadi Jessa arahkan ke bibir untuk di emut.
Anastasia yang sudah cengoh dengan serangan usapan jempol Jessa jadi tersedak saat melihat laki laki di sampingnya mengemut jari bekas es krim di bibirnya.
"Uhuk uhuk, kak Jessa ngapain."
"Eh, sorry gue, emm reflek. Sorry"
Jessa menyadari kebodohannya, dia jadi kikuk menanggapi Anastasia, tapi Jessa tetap meraih botol minum kemasan di meja makan dan di sodarkan kepada Anastasia untuk meredam batuk gadis itu. Botol tersebut di terima Ana dan segera di minum.
"Kak Jessa sering gitu ya ke cewek-cewek?"
"Sering gitu gimana?"
"Huh gak tau deh, gue sebel sama kak Jessa."
"Tadi aku, sekarang gue. Lo kenapa sih, kalau patah hati jangan ngelampiasin ke gue dong."
Jessa tersenyum tipis sambil menggoda Ana, di gigitnya pipi bagian dalam menahan gemas melihat polah tingkah Anastasia.
"Mau pulang sekarang kak, mau pulang."
Tiba tiba suara Anastasia bergetar dan matanya berkaca kaca. Gadis itu memikirkan pasti tingkah Jessa kepada Bela lebih manis dari apa yang baru saja Jessa lakukan padanya. Padahal Jessa tidak sengaja melakukan itu, padahal laki-laki itu mengisenginya. Tapi mengapa gadis itu merasa di perlakukan manis oleh laki-laki di sebelahnya.
Anastasia tidak sanggup membayangkan saat bersama gadis lain Jessa juga berperilaku seperti itu, apakah ketika anastasia menolak ajakan berangkat bersama Jessa menawarkan gadis lain juga? Atau karena gadis yang lainnya menolak ajakan Jessa maka pemuda itu menawarkan Anastasia berangkat bersama.
"Ana, kenapa nangis, gue keterlaluan ya?"
Dengan ragu Jessa mendekap tubuh Anastasia, berkali kali di ucapkan kata maaf sambil mengecupi kening Ana saat tangisan Ana malah semakin kencang. Jessa yang merasa bersalah tanpa tau pasti kesalahannya dan Anastasia yang menangisi angan-angan tentang perilaku Jessa kepada Bella.
Malam itu setelah Anastasia lebih tenang, Jessa mengajak gadis itu pulang. Dalam perjalanan pulang tidak ada percakapan di antara dua orang yang sedang duduk di atas motor yang melaju membelah jalan Bandung. Anastasia kembali meneteskan air mata meski tak sederas tadi dan tanpa bersuara. Entah keberanian darimana di lingkarkan tangannya melingkupi pinggang Jessa.
Jessa yang sedikit terkejut merasakan dipeluk dari belakang, tersenyum tipis. Selama perjalanan sesekali Jessa mengelus punggung tangan Ana. Sesampainya di depan kos. Anastasia segera turun.
"Makasih kak es krimnya, makasih tumpangannya."
"Iya sama-sama. Kalau lo gak keberatan lo-"
"Aku masuk dulu kak."
Anastasia memotong ucapan Jessa dan melenggang memasuki gerbang. Gadis itu tau Jessa meminta penjelasan mengenai tangisannya dan mungkin bisa juga tentang pelukan Ana sepanjang perjalanan tadi. Jessa hanya bisa pasrah dan menatap gerbang rumah kos Ana.
"Good night bocil."
Part 5
Sudah hampir seminggu berlalu dari kejadian Anastasia yang menangis di apartemen Jessa. Dan sudah hampir seminggu pula Ana dan Jessa tidak saling berbicara. Lebih tepatnya Anastasia selalu menghindar dari Jessa. Saat bertemu di kantin, di taman, di perpustakaan besar kampus, dan setiap Jessa ingin mengajak gadis itu berbicara, Anastasia selalu menghindar.
Sebenarnya Ana masih sering melihat ke arah Jessa, Ana tau saat Jessa dan Bella di perpustakaan besar, Ana tau saat Jessa dan Bella makan di kanti pemersatu anak teknik dan manajemen. Tapi gadis itu selalu memilih menghindar saat Jessa akan menghampirinya. Gadis itu tidak akan mampu menahan air matanya jika melihat Jessa dan Bella dari jarak dekat.
Tanpa Ana tau hampir seminggu Jessa uring uringan karena di hindari olehnya. Seperti saat ini, baru saja dia bertatapan dengan Anastasia yang tengah duduk dengan Juan berdua, namun gadis itu segera mengalihkan pandangannya.
"Lagian kok bisa nangis sih Jes, lo apain."
"Gue jailin, tapi gue gak tau kalau dia bakalan nangis gue pikir dia bakalan tersipu."
"Mata lo tersipu jes, itu jempol bekas bibirnya lo emut. Di kira pelecehan lah."
Deg! Jessa tersadar, mungkin saja yang di bilang Dimas ada benarnya. Tanpa pikir panjang Jessa melangkah menuju Anastasia dan duduk di samping gadis itu. Di abaikan Dimas, Sean, Juan dan muka terkejut Ana. Laki-laki itu menatap dalam Ana sebelum mengeluarkan suara.
"Sorry, gue enggak kepikiran buat ngelecehin lo. Gue reflek, gue bener bener gak berniat kesana. Maaf kalau lo mikir gue ngelecehin lo."
"Buset bang, ada apa dateng dateng bahas topik pelecehan, lo gak bener bener ngelecehin temen gue kan bang?"
Siapa yang tidak terkejut dengan ucapan Jessa, tiba-tiba datang dan duduk, tiba-tiba pula meminta maaf dengan topik sensitif seperti pelecehan. Anastasia juga Juan lihat sama terkejutnya dengan dia. Beruntung kantin pemersatu anak teknik dan manajemen sedang sepi, Juan khawatir jika temannya di jadikan bahan gosip oleh fans Jessa.
"Bukan, bukan pelecehan yang lo kira, gue cuma-"
"Cuma usap bibir gue yang belepotan es krim terus lo emut kak." Anastasia memotong ucapan Jessa yang menambah keterkejutan Juna.
"Kok bisa anjir. Lo sama kak Jessa lagi PDKT? Tapi bukannya lo lagi rame deket sama Bella kak?"
Juan menatap Anastasia dan Jessa bergantian, raut wajahnya lumayan terpukul, sedangkan Dimas dan Sean saling bertatapan penuh arti karena merasa ucapan Juna sangat tidak tepat waktu.
"Jangan bilang ke Matthew, Gue sebenernya nyiapin birthday party buat dia sama kak Sean dan kan Jessa. Lebih tepat kak Sean yang minta tolong. Lo tau sendiri mereka sepupuan Juju. Terus ya gitu, pas di lagi dekor Apartemen kan Jessa... Ya gitu deh." Ana menjelaskan kepada Juan yang 'mungkin' sudah mengetahui.
"Tapi gue gak marah tentang itu kak, gue gak nangis tentang itu, gue gak menghindar karena itu. Cuma gue ada masalah sama diri gue sendiri. Tolong bersikap biasa"
Gadis itu berbicara tanpa berani menatap mata Jessa lama. Ada perasaan tercabik saat Juan menegaskan bahwa ada rumor tentang kedekatan Jessa dan Bella.
"Tapi kenapa menghindar Ana? Inget ulang tahun Matthew sebentar lagi. Kita ini team, jadi lo gak bisa menghindar kayak kemarin-kemarin. Gue sama Sean masih butuh lo buat misi birthday party ini."
Anastasia kira Jessa sedikit mengkhawatirkan dirinya, Anastasia kira Jessa menyadari sedikit perasaannya setelah semua interaksi mereka dn setelah pelukan yang ana beri di atas motor malam itu. Ya, mungkin memang Jessa tidak memperdulikan gadis itu karena Jessa tidak menyukai atau bahkan tertarik kepada Ana. Anastasia menatap Jessa, di paksa bibirnya tersenyum.
"Okay, maaf kak kalau sikap gue gak mengenakkan. Nanti jadi belanja kan, jam berapa kabarin di grup aja ya. Tolong Juan karena udah tau di ajak aja. Gue masih ada kelas kak, gue pergi dulu. Bye Juju."
Sepeninggalan Anastasia suasana menjadi hening. Hanya terdengar suara samar dari pengunjung kantin yang lainnya dan hela nafas berat milik Jessa.
"Jes, kalau lo enggak ada perasaan, mending kita berhenti." Dimas menasehati karena merasa kasian kepada Anastasia, entah karena alasan apa.
"Lagian apa tujuan lo ngelakuin semua ini, gue tau lo brengsek, tapi jangan Ana dude."
" gue enggak mau, dan tolong jangan bahas itu dulu. Lo nanti ikut belanja aja. Juan, lo juga ikut aja, Ana juga udah ngajak."
"Iya bang, tolong jangan sampek temen gue nangis lagi ya bang."
"Gue usahain, yaudah gue cabut dulu. Mau anter Bella ke gramedia."
Jessa melangkah pergi meninggalkan 2 temannya dan seorang juniornya. Pikirannya berkecambuk, ini tidak sesuai targetnya.
"Sial! Enggak gini yang gue ekspektasiin."
•••
Setelah menyelesaikan kelas di siang hari itu, Anastasia pulang ke kos dengan lesu. Dia menaiki tangga dengan pikiran berkecambuk sampai tidak sadar kalau british dan shevina menyapa di dapur. Dua gadis yang berada di dapur saling berpandangan bingung. Segera mereka menyelesaikan masakan mereka agar segera naik dan melihat keadaan sahabatnnya.
"Ana, lagi ngapain?"
"Oh hey guys, kalian udah pulang?"
"Iya kita kelas pagi aja, Ana lo okay? Wajah lo kenapa kayak gak bersemangat."
"Gue gak baik shevina, gue mau cerita kekalian. Tapi nungguin Aurel pulang dulu ya."
"Iya gapapa An, ayo makan bareng. Udah gue masakin sama British."
"Mmm gue lagi sedih, mau suap dong."
"Anjir jadi eneg gue lihatnya. Makan gak? Lo pikir sedih gak butuh tenaga?"
"Iya iya gue makan. Makasih ya udah di masakin bestie. Luv bangats."
"Lo beneran sedih ya? Kok najongnya keluar."
Anastasia yang di katai hanya cemberut, anastasia memang gadis yang lemah lembut dan kalem saat suasana hatinya sedang baik. Namun jika sedang sedih gadis itu bisa menjadi pribadi yang lebih alay dan menggelikan menurut sahabatnya. Tapi bagi Anastasia, itu adalah pertahanan dirinya agar dia tidak terlalu larut dalam perasaan sedih.
Ketiga gadis itu akhirnya makan dengan sedikit di selingi canda tawa. Sampai akhirnya setelah mereka mencuci piring dan duduk di ruang tv kos, Aurel datang dengan terburu-buru sambil berucap sesuatu yang membuat hati Anastasia seperti di remas.
"Anastasia, kak Jessa lagi deket sama cewek lain? Tadi gue lihat di gramed dia lagi sama cewek. Dia juga cubit-cubit pipi cewek itu."
"Bentar, kak Jessa itu siapa?" Shevina yang kebingungan mendengar nama asing bertanya
"Mau ke kamar aja gak? Gue mau cerita ke kalian."
"Ana.. yaudah okay ayo kekamar gue aja, sekalian ganti baju."
Akhirnya 4 gadis itu menaiki tangga menuju kamar Aurel. Anastasia bercerita sambil berusaha menahan air matanya, dadanya terasa sakit saat mengingat Jessa.
"Kak jessa itu mas crush gue british, shevina. Dan ya kayaknya dia lagi deket sama anak seangkatan gue, namanya Bella. Dia cantik, jurusan psikologi. Dan kayaknya yang Aurel lihat itu kak Jessa sama Bella."
"Anaa.." shevina dan british segera memeluk Anastasia, mereka mengelus dan menepuk bahu Ana, berharap bisa membuat perasaan sahabatnya lebih tenang.
"Awalnya gue seneng pas ketemu kak Jessa di tempat bubur ayam, gue seneng kak Jessa nawarin dan antar gue pulang setelah makrab, Kita bahkan lagi ada misi buat birthday party temen gue si Matthew, dan Matthew sepupunya temen kak Jessa. Beberapa kali gue sama kak Jessa juga berangkat dan pulang bareng. Tapi kenapa, kenapa ada Bella? Hati gue rasanya sakit banget pas tau dia duduk berdua sama Bella di kantin. Anak psikologi gedungnya agak jauh tapi makan di kantin yang biasa di pakai mahasiswa teknik sama manajemen. Kalau gak deket apa namanya."
Ana mulai bercerita sambil menangis. Aurel sesekali mengusap air mata sahabatnya, shevina ikut sedih mendengar curhatan Anastasia. Mereka mendengarkan curhatan Anastasia sampai di titik Jessa yang mengemut jempolnya dan mengelus tangannya saat Ana memeluk Jessa di perjalanan pulang.
"Udah ya Ana, jangan sedih. Move on dari kak Jessa ya. Gue gak suka lo di perlakukan kayak gitu." British mengelus punggung temannya, dia ikut kesal mendengarkan cerita Ana.
"Ana.. cowok banyak, jangan terpaku ke kak Jessa. Nanti lo jadi keluar sama dia kan? Tolong nanti jangan deket deket sama kak Jessa ya. Gue enggak mau lo makin sakit."
"i..iya hiks, gue laper lagi deh mau piscok."
"Okey gue traktir piscok. Jangan nangis cup cup."
Sore itu Anastasia berusaha menenangkan hatinya di temani sahabat dan piscok yang di beli Aurel. Mungkin saat itu Anastasia sudah bisa tersenyum setelah tangisan pilunya. Tapi sebenarnya gadis itu masih berfikir keras, bagaimana nanti saat dia bertemu dengan Jessa, haruskah Ana menempel pada Juan saja? Atau harus bersikap seolah tidak ada yang terjadi.
'tuhan, tolong nanti malam aku enggak mau nangis.' Anastasia berdoa dalam hati sambil menggigit piscoknya.
Part 6
Tepat pukul 06.15 malam mobil milik Dimas sampai di depan gerbang kos Anastasia. Gadis yang di jemput langsung membuka pintu mobil untuk penumpang, pikirnya Dimas akan menyetir dan Jessa duduk di samping Dimas, tapi seolah di uji kesabarannya, di belakang sudah di isi oleh Dimas, Juan, dan Sean.
"Lo di depan aja dek." Itu Dimas, dia bicara sambil memakan kripik yang ada di pangkuan Juan. Dengan berat hati Anastasia menutup pintu mobil dan beralih duduk di depan samping supir.
"Hai, udah siap An?" Sapa Jessa basa basi
"Iya kak, jalan aja."
Sengaja Jessa yang menyetir, sengaja juga Jessa sogok 3 orang di belakang dengan kripik rasa BBQ kesukaannya agar mereka bertiga mau berdesakan di belakang, entah tujuannya untuk apa. Saat ini Jessa melajukan mobil Dimas dengan santai, laki-laki itu berusaha fokus pada jalanan yang lumayan padat. Sesekali Jessa mencuri pandang kepada Anastasia yang sedang melihat kondisi jalan malam diluar jendela.
"An udah lo list apa aja belanjaan kita?"
"Loh kok gue sih kak jessa, kan kemarin kak Jessa sama kak Sean yang mau nambah belanjaan."
"Aku Ana, hmm yaudah Sean lo aja yang list belanjaannya." Ana tidak paham maksud Jessa, namun gadis itu tidak ingin memikirkannya, berakhir di abaikan ucapan Jessa. Kini malah Anastasia, Sean, dan Juan sedang berdiskusi tentang menu yang akan mereka hidangkan, kue seperti apa yang akan di pesan, dan minuman apa untuk sajiannya.
"Okay jadi kita bikin steak daging, beli yang di press 10, rosemary, kentang, asparagus, white wine, kue udah di pesen lewat WA. Apa lagi?" Sean yang mencatat daftar belanjaan tiba tiba kehilangan ingatan mengundang kekesalan Dimas.
"Tomat Cherry, buah vita white peach, susu full cream, beberapa snack. Gitu aja gak inget, parah kating lo An."Anastasia jadi meringis melihat kekesalan Dimas dan wajah masam Sean.
"Udah sampai, ayo keluar."
Jessa yang selesai memarkirkan mobil Dimas berseru sambil melepas seat belt dan keluar dari mobil, di susul Anastasia dan yang lainnya. Mereka berlima berjalan memasuki supermarket, Ana mengambil troli lalu mendorongnya menuju bagian sayuran. Mereka berbelanja dengan sedikit kerusuhan karena Jessa tidak bisa membedakan asparagus dengan bunga bawang merah, katanya selama ini dia pikir asparagus adalah nama lain dari bunga bawang merah.
"Enggak Dim, ini asparagus."
"Si tolol, sejak kapan lo makan steak di kasih sayur bunga bawang. Jangan kek orang norak deh bunga bawang tengahnya bolong."
"Udah-udah bang, ini yang bener asparagus. Lo kan kaya, masak enggak inget bentuknya bang."
"Lah iya ya ternyata bunga bawang tengahnya bolong. Gue pikir selama ini asparagus nama ilmiah dari bunga bawang."
"Haduh, tuhan emang adil ya Jes, wajah boleh ganteng tapi masalah ginian aja lo gak tau."
"Halah bacot udah ayo ke stan daging."
Anastasia yang melihat keributan itu berusaha menahan tawanya. Ana jadi heran bagaimana dulu dia bisa mengagumi Jessa, bagaimana Jessa bisa di sukai banyak perempuan. Mungkin jika fans Jessa ikut berbelanja hari ini, mereka juga akan berfikir dua kali seperti Ana, karena kesal dengan sifat Jessa yang sudah salah tapi masih saja mengeyel.
"Okay, daging udah, ke tempat wine kita" ucap Dimas sambil berlalu menuju tempat wine berada
"Wine 4 ya, dua putih, dua yang merah aja ya kak." Ana berucap sambil masukkan botol wine dalam troli. Tiba-tiba Jessa mendekat membuat Anastasia tidak nyaman, pasalnya saat ini pipi Jessa tepat di depan muka memerah Ana.
"Kenapa kak?" Ana sedikit memundurkan diri dan trolinya.
"Oh enggak, gue mau ambil sampanye aja."
"Bisaan aja nyet, sampek hampir nempel bibir Ana di pipi lo." Dimas menyindir dengan sinis yang hanya di tanggapi Jessa dengan muka datarnya.
"Ana, lo gakpapa?" Entah untuk apa Juan bertanya, tapi dia merangkul Ana seperti berusaha menenangkan gadis itu. Laki-laki itu juga mengabaikan tatapan Jessa yang penuh arti serta senggolan Dimas di bahunya.
"Enggak kok, ini udah semua kan. Ayo beli snack terus pulang."
Terhitung tepat 1 jam telah mereka lewati untuk berbelanja dan membayar belanjaan di kasir. Saat ini mereka telah sampai di apartemen milik Jessa untuk menaruh belanjaan. Anastasia menata rapih belanjaan di kulkas milik Jessa dengan di amati oleh sang pemilik apartemen. Sedangkan ketiga orang lainnya sedang menunggu di basement karena memang rencananya Jessa tidur di apartemen dan mereka langsung pulang.
"Udah beres kak, aku pulang dulu."
"Ohh okay Anastasia, thank you bantuannya."
Bertepatan dengan keluarnya Anastasia dari apartemen Jessa, ada seorang gadis yang akan memencet bel tapi terhenti.
"Eh baru aja aku mau pencet bel kak." Gadis itu berseru sambil menatap Ana.
"Satu angkatan sama kamu, namanya Anastasia. Kita lagi siapin birthday party buat sepupu Sean." Seperti pacar laki-laki yang takut pacar perempuannya salah paham, itu pikir Ana saat Jessa menjelaskan tanpa di minta oleh gadis yang adalah Bella.
"Halo, kak aku pulang dulu." Ana menyapa Bella untuk berbasa basi, lalu berpamitan pada Jessa. Yang malah di tanggapi oleh Bella.
"Ohh, okay. Udah mau pulang ya? Hati-hati di jalan Ana."
Anastasia melenggang menuju lift dengan perasaan yang kacau, padahal tadi sore dia sudah berdoa kepada tuhan agar tidak menangis malam ini. Ternyata kedekatan Jessa dan Bella sudah sejauh itu. Apakah gadis itu akan menginap, sampai Jessa yang jarang menempati apartemennya ingin bermalam disana.
Setelah Jessa dan Bella melihat Anastasia menghilang di balik lift, Bella menatap Jessa datar. Gadis itu memasuki apartemen milik Jessa tanpa permisi dan membuka kulkas untuk mengambil susu coklat, lalu kembali di ambang pintu tempat Jessa masih mematung.
"Kasian tau kak, lo tuh ngapain sih kayak gini. Perasaan Ana bukan mainan."
"Cerewet, mending lo pulang, udah ambil susu coklat kan?"
"Awas aja kalau kena karma. Gue doain lo gak bisa lepas dari dia."
"Aamiin, puas lo?"
Jessa segera mendorong Bella keluar dari apartemennya dan menutup pintu. Laki-laki itu kembali terbayang akan wajah sendu Anastasia saat menatap Bella di depan apartemennya.
"Kalau lo gak jujur, gue bisa dimilik cewek lain Ana. Ayo Jujur."
•••
Di tempat lain, tepatnya di dalam mobil Dimas ada 3 pemuda yang sedang bergosip tentang perasaan seorang perempuan.
"Menurut lo dia bakalan nangis?"
"Mana gue tau bang, gue kan cuma bilang temen gue kayaknya suka sama bang Jessa. Kenapa kalian sampek segininya sih? Tega bener sama temen gue."
Juan mengacak rambutnya setelah menjawab pertanyaan Sean. Pemuda itu jadi merasa bersalah kepada Anastasia. Dia tidak tau sedalam apa perasaan Anastasia kepada Jessa. Tapi Juan jelas bisa melihat rasa suka dan sayang dari tatapan lembut yang Ana pancarkan setiap kali mencuri pandang kepada Jessa. Tatapan yang mengisyaratkan hanya dengan menatap dari jauh saja dia sudah sangat bahagia.
"Dimas tuh yang mulai ngasih saran, gelok lo Dim."
"Lah kenapa jadi gue, orang Jessanya setuju. Yang nyusun semuanya juga Jessa."
"Eh bentar bang, itu Ana datang."
"Nangis gak sih Ju? Ah Dimas sumpah lo musti tanggung jawab."
Sesampainya Anastasia di dalam mobil dia langsung memeluk Juan, sedangkan yang di peluk hanya bisa menatap kedua seniornya sebelum akhirnya membalas pelukan Anastasia.
"Ana, gue gak mau tanya lo kenapa. Tapi jangan sedih, lo masih punya gue."
"Juan.. gue mau cepet ke hari birthday party biar setelahnya gak perlu seperti ini lagi."
"Iya gue paham, tenangin diri lo ya."
Dimas yang melihat Anastasia sesenggukan jadi merasa bersalah, di ulurkan tangannya ke belakang untuk meraih kepala Ana lalu di elus. Di dalam hati Dimas sudah berkali kali mengucapkan kata maaf kepada Ana.
"Mau makan apa? Gue yang traktir. Biasanya cewek kalau sedih suka makan kan?" Sean berusaha menghibur Ana dengan iming iming makanan. Yang di setujui Ana.
"Gak semua cewek sih kak, tapi boleh deh. Gue gau sate taichan, piscok, mogu mogu kak." Ana berbicara sambil menahan sesenggukan tangisnya.
"Astaga Anastasia, gue pikir lo kalem, kenapa jadi maruk gini. Untung aja gue baik. Jadi ayo pak supir Dimas, kita berangkat."
Meskipun merasa kesal, Dimas tetap menjalankan mobilnya keluar dari basement apartemen Jessa. Malam itu mereka menuruti semua kemauan Anastasia.
Mereka mapir ke kedai sate taichan, membeli pischok di dekat kos Ana dan memasuki alpaapril untuk membelikan Ana mogu-mogu. gadis dengan matanya sembab dan bekas air mata di pipinya itu memakan pischok dengan sesekali nafasnya tersendat padahal air matanya sudah tidak mengalir.
Sean, Dimas dan Juan jadi merasa bersalah kepada gadis berlesung pipi itu. Mereka mengabaikan grup chat dimana Jessa men-spam berisikan pertanyaan tentang Anastasia. Anggap saja itu hukuman untuk Jessa agar cepat menyadari kalau yang sedang di perbuat itu salah besar.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
