DONGENG DIAJENG - EPS 1

1
0
Deskripsi

Karya ini terinspirasi dan mengambil latar peristiwa penyerangan Al-Aqsa di Yerusalem (malam 26 Ramadhan 1442H) dan bombardir Gaza di Palestina (malam 29 Ramadhan 1442H).

⚠ Cerita mengandung adegan kekerasan dan konten medis.

Judul: Dongeng Diajeng

Sudah pernah dipublikasikan di wattpad: 17 - 22 Mei 2021

Genre: Spiritual-Action

Tindakan plagiasi pada karya ini akan ditindak sebagaimana hukum yang berlaku di Indonesia--secara perdata dan/atau pidana--karena karya ini dilindungi oleh Undang-Undang No.28/2014 tentang Hak Cipta, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dan hukum yang berlaku di Indonesia.

Pembuka

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan ...."

(Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945)

***

Yogyakarta, Indonesia

28 Ramadhan 1442H

Tentara Zionis melakukan penyerangan pada warga sipil yang sedang beribadah di Masjid Al Aqsa! Ratusan orang luka-luka. Suara granat dan tembakan terus bersahutan. Anak-anak kecil berlari ketakutan dan para wanita yang sedang beribadah di shaf wanita tak luput dari penyerangan.

Para aktivis muslimah Palestina dianiaya. Bahkan tentara Zionis tidak segan-segan melakukan penyiksaan dan penahanan pada pemuda Palestina di Sultan Sulaiman, Yerusalem.

"Astaghfirullah hal adzim .... Innalillahi wa innailaihi raaji'un."   Ajeng menyeka air mata setiap membaca postingan yang diunggah oleh relawan Indonesia di Palestina.

Hatinya hancur ketika melihat gambar seorang pemuda terbaring lemah dengan kedua mata terbalut kapas putih bernodakan darah. Pria yang berasal dari Jenin, Palestina itu terkena tembak tepat mengenai indera penglihatannya.

"Ya Allah ..." lirih Ajeng menahan sesak di dada.

Air mata yang Ajeng teteskan untuk saudara seimannya di Al-Quds belum kering. Namun, pembaharuan postingan dilakukan oleh banyak media nasional dalam beranda akun media sosialnya.

GAZA DISERANG!

Rudal pesawat tempur Zionis menghujani pemukiman warga sipil di Gaza. Ratusan korban luka-luka dan puluhan jiwa melayang. Seorang anak laki-laki kehilangan ayah dan kakaknya di waktu yang bersamaan. Gadis kecil berusia 5 tahun kehilangan ayah dan ibunya. Suara tangis keluarga korban membuat suasana rumah sakit Indonesia di Gaza Utara semakin mencekam.

"Kenapa mereka tega banget sih ..." ucap Ajeng di sela-sela isakan tangisnya.

"Mbak Ajeng!!!"

"Mbak Ajeng!!!"

Ajeng tidak menghiraukan teriakan adik bungsunya dari luar kamar. Dia masih meratapi nasib kiblat pertama umat Islam dan kota penuh berkah diserang orang-orang tak beradab.

BLAR!

Pintu kamar Ajeng terbuka. Tampak anak perempuan berusia 13 tahun dengan wajah kusut siap mengadukan keluh kesahnya. 

"Mbak Ajeng! Itu lho Mas Dimas makan nastarnya!!! Kue itu kan buat kita lebaran!" adu Dita.

Aduh ... adik-adikku opo meneh (apa lagi), sih? Air mata Ajeng mendadak surut. Dia memutarkan kedua bola matanya lalu keluar kamar. Dua adiknya berulah lagi. Apalagi kalau bukan perkara kue nastar.

"Pelit banget sih!" balas Dimas.

"Nanti pas lebaran kita nggak punya kue! Emang Mas Dimas punya uang buat beli? Haa?!" timpal Dita.

"Kalian itu kalau nggak berantem kok kayaknya ada yang kurang, sih?!" Ajeng mengambil toples nastar dalam pelukan Dita untuk diletakkan kembali ke atas meja.

"Lihat tuh, Mbak! Nastarnya tinggal separuh!" tunjuk Dita pada toples.

"Lha, moso aku salah, Mbak? Ada kue kan buat dimakan, tho?" bela Dimas dengan logat medhok khas Jogjanya.

Ajeng geleng-geleng kepala dan melipat kedua tangan di dada.

"Tahun iki (ini) aku nggak punya baju baru! Masa kue lebaran juga nggak ada?!" keluh Dita.

"Lebay!!!" Dimas memeletkan lidah mengejek Dita.

"Mbak!!!" rengek Dita mendekati Ajeng dan memeluk lengan kanan kakak sulungnya.

"Mbok wes tho (udahlah), Dit. Nastarnya kan masih sisa," ucap Ajeng seraya melerai.

Dimas melihat adiknya ditegur Ajeng tertawa penuh kemenangan.

"Mbak! Mas Dimas ngejek!" rengek Dita lagi.

"Terus kamu juga Dimas! Nastar ini tuh pemberian dari penumpangnya bapak. Bapak aja belum makan, kamu kok udah makan duluan?"

Dita gantian memeletkan lidahnya mengejek Dimas.

"Aku ngeleh (lapar), Mbak," bela Dimas.

"Yo makanan di dapur kan ada, Dim," jawab Ajeng.

"Aku bosen! Buka puasa kok pakai nasi putih sama tempe goreng terus! Paling mewah sayur lodeh!"

Ajeng menghela napas. "Ya Rabb Ya Kareem ...." Ajeng mengelus dadanya berulang. Sabar, Ajeng, sabar. Ingat pesan ibu, batin Ajeng mengingat wasiat mendiang ibunya untuk selalu lemah lembut pada kedua adiknya.

"Iyo, Mbak. Ngopo sih kita makannya pakai nasi putih sama tempe goreng terus selama puasa ini? Mana aku nggak dibeliin baju baru lagi," ungkap Dita mengeluarkan unek-uneknya. Dia sudah tidak tahan melihat status media sosial teman-temannya sedang pergi ke pusat perbelanjaan.

Ajeng tak bergeming mendengar keluhan adik-adiknya. Dia berjalan ke arah tikar lalu duduk bersila di atasnya. Dimas dan Dita bingung dengan tingkah Ajeng.

"Apa? Lihat-lihat Mbak Ajeng? Lenggah kene (duduk sini)! titah Ajeng tanpa ekspresi.

Dimas bangkit dari dipan berbahan kayu rotan untuk duduk di bawah, begitupun Dita. Setelah remaja berusia 14 dan 13 tahun itu duduk, sebuah sentilan mendarat pada kening keduanya.

"Aduh!!!" pekik Dimas dan Dita bersamaan.

"Sakit, ndak?" tanya Ajeng tegas.

Tanpa dijawab, sebenarnya Ajeng sudah tahu kalau sentilannya lumayan menyakitkan. Terlihat dari Dimas dan Dita menggosok kasar kening mereka masing-masing. Dimas dan Dita menunduk seperti anak kecil yang dihukum oleh ibunya.

Ajeng mendengus lalu merebahkan diri di atas tikar. Hal ini membuat kedua adiknya kembali saling pandang karena bingung. Mereka hafal dengan tingkah laku sang kakak. Kalau sudah berbaring seperti ini, tandanya Ajeng ingin memberikan wejangan melalui cerita.

"Kok bengong?" Ajeng menatap kedua adiknya bergantian. Dimas dan Dita segera berbaring mengapit Ajeng.

Tiga pasang mata itu menatap ke langit-langit rumah. Genting rumah berbahan tanah liat tanpa plafon sebagai lapisan adalah pemandangan mereka. Hawa dingin menjalar di punggung mereka, meski telah beralaskan tikar. 

"Kalau Mbak Ajeng mendongeng, kalian mau dengar?" Tanpa harus ditanya, Dimas dan Dita tentu saja mengangguk. Dongeng Mbak Ajeng yang sering mereka sebut dengan 'dongeng Diajeng' sudah menemani malam-malam sepi mereka tanpa kehadiran sosok ibu sejak kecil.

"Tapi, janji jangan ada yang ketiduran," ucap Ajeng sedikit melotot pada Dimas.

"Kalau ada yang ketiduran, besok nggak dapat jatah makan sahur!" goda Ajeng.

"Mbak!!!" jerit adik-adiknya membuat Ajeng tersenyum jahil.

"Dimas, Dita ... kalian tahu nggak apa yang terjadi di Palestina dua hari yang lalu sampai hari ini?"

Ajeng menoleh pada Dimas, namun adik laki-lakinya menggeleng.

"Dik Dita?" tanya Ajeng, tapi Dita juga menggeleng.

Ajeng mengembuskan napas perlahan-lahan."Mbak Ajeng akan mengisahkan pada kalian tentang mereka yang merayakan bulan Ramadhan dan lebaran di Palestina. Mau dengar?"

Dimas yang awalnya memang sudah mulai mengantuk kembali melebarkan kedua mata. Tubuhnya yang lunglai seakan tersengat aliran listrik dan menjadi bugar seketika. Dimas mengangguk cepat.

"Mau, Mbak!" seru Dita antusias.

Ajeng menggenggam tangan adik-adiknya. "Kisah ini berjudul 'Idul Fitri untuk Husain dan Khadijah'."

Seperti biasa Dita menyandarkan kepalanya pada bahu Ajeng mencari kenyamanan, sedangkan Dimas berfokus menatap lampu redup yang menggantung di atas ruang tengah. Suara lembut Ajeng dengan logat Jawa yang cukup kental berpadu dengan suara jangkrik sawah, menceritakan kisah-kisah hebat penuh perjuangan dari bumi Palestina.

***

Introduction from Author

Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh, halo semuanya. Seperti yang kalian ketahui, bahwa pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan kemarin Palestina kembali diserang. Hal ini membuat aku sulit untuk menaikkan mood melanjutkan atau merevisi karya-karya yang lain. Entah kenapa, tiba-tiba jari-jari dan pikiranku menuangkan sebuah ide yang terangkum dalam sebuah cerita, yang akhirnya aku beri judul "Dongeng Diajeng".

Aku ucapkan selamat datang pada cerita yang dibuat secara mendadak dengan tempo yang sesingkat-singkatnya. Tulisan ini dipersembahkan untuk saudara-saudaraku di Palestina dan untuk kalian para pembaca yang rela meluangkan waktu demi lebih memahami kondisi di sana.

Selamat membaca dan ambil nilai kebaikan sebanyak-banyaknya ❤

-Berliana Kimberly-

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya DONGENG DIAJENG - EPS 2
1
0
Dalam episode ini, Ajeng mulai mengisahkan pada adik-adiknya tentang kakak-beradik Hasan dan Husain yang sangat menginginkan baju lebaran, tetapi mimpi mereka harus hancur karena rudal-rudal tanpa belas kasih yang menghujani Gaza.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan