KILAU

36
0
Deskripsi

BrightWin a l t e r n a t e Universe Commissioned by

@rustysilhouette

Grandma fall ill and everyone in shambles.  Ruby suffering from blood cancer and never tell anyone. She died. After her funeral. A family lawyer came and read Ruby's will that her company will fall into the hands of her grandson Mikhael Lin, with one condition. Mikha have to marry Kilau Kelanasurya, her foster child who he took care from the street since Kilau only 15 years old. 

Content Warning : Contains explicit sex scene.

9 tahun yang lalu Kilau Kelanasurya hanyalah anak jalanan yang bertahan hidup dengan menjadi pencopet dan pencuri. Daerah operasionalnya adalah sebuah pusat perbelanjaan besar di bilangan Jakarta Selatan. Ia memilih mall tersebut karena pengunjungnya yang kebanyakan orang-orang berduit yang bisa menjadi incarannya. Juga karena letaknya tak jauh dari kolong jembatan layang tempat Kilau tinggal sebagai anak jalanan.

Ia tidak ingat lagi siapa kedua orangtuanya, atau kenapa Kilau kecil ditinggalkan begitu aja di kolong jembatan bising yang dekat sekali dengan sebuah terminal bus tersebut. Kilau tidak pernah mengenal sosok ibu, ia hanya ingat sosok samar seorang laki-laki yang mengatakan kepadanya untuk menunggu di bawah kolong jembatan itu sementara ia mencari makan untuk Kilau.

Tentu saja, lelaki itu tidak pernah kembali. Seorang gelandangan menemukannya menangis sendirian dipojokan. Kelaparan dan kehausan. Kilau menjerit meminta “Bapak” yang waktu itu mengatakan akan mencari makan untuk cepat kembali.

Kilau tidak tahu berapa usianya pada saat itu. Mungkin usia sekolah dasar. Gelandangan itu hanya memberitahukan bahwa namanya Kilau Kelanasurya, dari secarik kertas yang tersimpan pada saku celana warna hijau tua yang ia kenakan. Kertas itu juga berisikan permintaan maaf dan memohon kepada siapapun yang menemukan Kilau untuk merawatnya. Sejak saat itu Kilau mengikuti kemanapun si gelandangan pergi, sampai pria kurus kering itu jengkel dan mengusirnya.

Kilau lalu mengikuti jejak sang gelandangan mengumpulkan botol bekas air mineral dan gelas plastik yang banyak berserakan disekitar terminal bus. Lalu membersihkannya dan menjualnya kepada pengepul. Uang yang ia dapatkan tidak banyak, terkadang hanya cukup untuk membeli mi instan dan makan tiga hari sekali.

Sebelum seorang ibu asuh mengubah hidupnya, perut Kilau selalu dalam keadaan lapar. Belum lagi bahaya abuse yang harus ia hadapai dari orang dewasa disekitarnya. Kilau merasa beruntung ia tidak pernah mengalami pelecehan seksual. Teman-temannya sesama anak jalanan tak seberuntung dirinya.

Tapi bukan berarti ia terbebas dari kejamnya hidup dijalan. Selain, an eye for an eye yang telah menjadi moto hidupnya selama menjad anak jalanan, Kilau kecil juga berubah menjadi orang yang beringas, liar dan tak kenal kasih sayang untuk bisa bertahan hidup.

Survival.

Hanya itu yang menjadi tujuan hidupnya. Termasuk belajar mencuri dan mencopet dari orang dewasa disekitarnya. Awalnya ia direkrut komplotan pencopet dan harus menyetor sejumlah uang setiap harinya. Tapi siksaan fisik yang ia terima ketika tidak sanggup menyetor uang kepada kepala komplotan, membuat Kilau bertekad untuk mengumpulkan uang banyak agar bisa bertahan hidup sendiri, hal ini berarti Kilau harus meninggalkan kolong jembatan itu.

Hidupnya berubah ketika pada suatu hari Kilau melewati sebuah mobil mewah yang terparkir di parkiran basement mall tempatnya beroperasi. Di dalam mobil mewah tersebut ia melihat sebuah tas tergeletak begitu saja dengan resleting terbuka. Dari luar kaca mobil, Kilau bisa melihat ada sebuah dompet, sebuah laptop dan ponsel pintar di dalam tas tersebut.

Pikiran bahwa mungkin ia akhirnya bisa makan hari itu setelah puasa selama dua hari dan hanya minum kopi terlintas dalam benaknya. Ia juga berharap bisa bertahan hidup beberapa bulan dengan isi tas tersebut. Dengan lihai ia mengeluarkan penggeris besi dari dalam tas punggung kusam miliknya. Tapi naas baginya, Kilau tidak mengetahui kecanggihan mobil mewah keluaran terbaru. Mobil itu tentu tidak bisa dibuka menggunakan penggaris yang di selipkan diantara kaca mobil.

Alarm mobil berbunyi kencang.

Tiga orang sekaligus membekuknya dengan cara menendang perutnya sampai ia mengeluarkan darah dari mulutnya. Kilau hanya berkata “lapar” ketika ia jatuh tersungkur dengan wajah mencium aspal. Kilau tidak tahu siapa yang melayangkan pukulan terakhir tepat pada rahangnya. Yang ia ingat wajah seorang wanita setengah baya yang tatapannya tidak dapat Kilau tebak. Memandangnya lekat sebelum akhirnya dunia Kilau menjadi gelap gulita.

Wanita itu bernama Ruby Lin.

Mikha mengedarkan pandangannya pada wajah-wajah orang yang tidak ia kenal di ruangan itu. Bau dupa yang bercampur dengan bunga melati menyelimuti penciumannya. Kerumunan yang tampak asing di pojok ruangan sepertinya adalah kerumanan karyawan House of Ruby. Sebuah butik perhiasan terkenal milik Nainainya, Ruby Lin.

Di ujung ruangan tampak teronggok peti mati Nainai. Kayu jati, perunggu dan lapisan emas pada handlenya mengisyaratkan status sosial Nainai di mata masyarakat. Keluarga Lin pertama kali dikenal sejak Anthony Lin suami Ruby, merancang cincin kawin yang dikenakan keluarga bangsawan asal United Arab Emirates.

Sepeninggalan Anthony yang biasa Mikha panggil sebagai Yeye. Ruby meneruskan bisnis suaminya. Kini selain merancang, ia memiliki pabrik manufakturing sendiri untuk mewujudkan hasil rancangannya menjadi perhiasan. House of Ruby, sudah membuka butik mewah di beberapa negara di Asia dan Timur Tengah “House of Ruby” serta pabrik perhiasan milik pribadi, Ruby Lin Manufacturing Pte Ltd.

Ditengah wajah-wajah asing disekelilingnya, Mikha tampak mengamati sosok jangkung dengan tubuh berbalut jas serba hitam yang membuatnya terlihat sangat gagah. Mikha tahu dialah Kilau Kelanasurya, anak angkat Ruby yang dipungut Nainainya dari jalanan.

Selain bahwa Kilau mantan anak jalanan, tidak ada lagi yang ia tahu soal latar belakang Kilau. Karena itulah, Mikha memiliki ketidaksukaan yang nyata terhadap kehadiran Kilau, apalagi kedua orangtua Mikha tampak menyambut kehadiran Kilau dalam keluarga mereka dengan sangat baik.

Mikha mengeryit ketika wajah tampan Kilau tampak sangat terpukul dalam kesedihan atas kematian Nainai. Kesedihan mendalam itu bahkan melebihi kesedihan Mikha sendiri sebagai cucu satu-satunya Nainai.

Ketidaksukaan menggelegak dalam diri Mikha ketika para pelayat menghampiri orangtua Mikha — Joseph Lin dan Anna Lin serta Kilau untuk mengucapkan bela sungkawa. Para pelayat pastinya tidak familiar dengan wajah Mikha, karena selama ini ia hidup dan besar di luar negeri dan jarang sekali menampakan batang hidungnya pada acara-acara perusahaan Ruby Lin.

Mikha hanya menghabiskan masa kecilnya di Jakarta sampai ia lulus sekolah dasar. Setelah itu, ia dimasukan ke sekolah asrama di Singapura sampai lulus SMA dan hanya bertemu kedua orangua serta Nainainya saat libur sekolah. Ketika hendak mengambil jurusan musik di New York dan mengejar passionnya di bidang musik klasik, Mikha terganjal restu orangtua, terutama Nainai yang menginginkan Mikha menempuh sekolah bisnis.

Saat masih bersekolah di Singapura itu ia sudah diperkenalkan oleh sosok Kilau. Manusia ceria dan bubbly yang kerap tersenyum lebar hingga gusi-gusinya terpampang nyata itu, sudah membuat Mikha jengkel bukan kepalang sejak pertama bertemu.

Mengapa bisa ada orang seceria dan sehappy itu? Mikha merasa bahwa senyum dan gelak Kilau dihadapan orangtua dan Nainainya merupakan senyum dan gelak palsu.

Nainainya, begitu bangga pada Kilau. Lulusan cum laude sekolah Management dan Bisnis dari Universitas ternama di Australia itu kini memegang posisi sebagai CEO House of Ruby, tangan kedua Nainai, orang kepercayaannya.

Mikha yang berusia beberapa tahun lebih muda dari Kilau, diharapkan bisa mengikuti jejak Kilau, sekolah bisnis sampai S2 lalu kembali ke Jakarta untuk menggantikan Ruby sebagai Presiden Direktur, dan bekerja bersama Kilau. Ia tidak tahu apakah dirinya akan sanggup meneruskan S2, kini lulus S1 saja sudah membuat ia merasa bagai terseok-seok dengan hati dan fisik terluka sepanjang menamatkan kuliahnya.

Tapi karena ayahnya, sudah mewanti-wanti kalau House of Ruby harus jatuh ke tangan seorang Lin atau Mikha harus menikahi seseorang dengan bibit, bebet dan bobot mumpuni yang akan menjalankan perusahaan keluarganya itu. Pasalnya baik Joseph maupun Anna tidak bisa menjadi successor perusahaan milik Ruby. Keduanya kini tinggal di Korea Selatan karena jabatan Joseph sebagai Duta Besar dan profesi Anna yang merupakan seorang novelis fiksi terkenal.

Maka kedua orangtuanya menaruh seluruh kepercayaan kepada Mikha untuk bisa menggantikan neneknya. Beban itu membuatnya harus mengugurkan impiannya menjadi pianis.

Mikha yang semenjak kecil dibesarkan dalam lingkungan sekolah asrama yang ketat dan penuh aturan dengan filosofi untuk mematuhi kehendak orangtua yang sudah tertanam pada dirinya, tentu saja tidak bisa menolak.

Dengan berat hati. Ia mendaftar ke sekolah Bisnis di Kuala Lumpur, sampai 4 tahun lamanya ia menempuh kuliah S1 dan kini ketika Mikha sudah lulus ia hanya tinggal menunggu jadwal wisudanya. Sebelum ia sempat mempersembahkan ijasah Bachelor of Business Administrationnya, Nainai tiba-tiba berpulang secara mendadak.

Keluarganya tidak pernah tahu kalau Nainai mengidap penyakit kanker darah. Hanya butuh waktu tiga tahun Nainai dalam kesakitan, hingga akhirnya hari ini ia berpulang.

Mikha tentu saja sangat sedih. Bukan karena Nainainya itu dekat dengannya, tapi karena ia merasa sangat asing dan jauh dengan wanita bertangan besi itu. Yang Mikha tahu, Nainai adalah sosok yang galak dan kaku.

Sesi video call Mikha bersama Nainai yang biasa dilakukan setiap Jum’at sore selalu diwarnai dengan gempuran pertanyaan soal sekolah dan nilai-nilainya, Nainai tidak pernah bertanya soal apakah ia bahagia atau tidak, atau apakah Mikha kangen keluarganya di Jakarta.

Sesi itu juga biasa di hadiri sosok Kilau yang duduk atau berdiri di belakang Nainai, menjadi backgroud secara tidak sengaja. Terkadang ia berseliweran dengan baju kasual dan kaki telanjang dan rambut basah sehabis mandi. Mikha menaruh kecurigaan bahwa Kilau adalah sugar baby peliharaan Nainai dan bukan anak asuhnya.

Dan kini, sang sugar baby tampak sebagai orang yang paling terpukul dari kepergian Nainai. Bahkan melebihi cucu Nainai sendiri. Mikha hampir merasa lega bahwa akhirnya ia bisa terbebas dari cengkraman Nainai dan beban yang harus ditanggungnya memimpin sebuah usaha butik perhiasan milik Nainainya. Mungkin dengan sedikit rengekan kepada kedua orangtuanya, ayahnya mau mengabulkan keinginan Mikha untuk menekuni musik klasik, terutama piano.

Ia tidak peduli siapa yang akan mengurus perusahaan Nainai, lagi pula ia sama sekali tidak tertarik dengan perhiasan!

“Mikha, antar dulu ini teh hangat untuk Kiki. Dia ada di kamarnya.” Anna berkata ketika Mikha baru saja keluar kamar. Rambutnya masih basah dengan air yang menetes-netes pada ujung poninya yang sekarang sudah hampir menutup mata.

Wajah Anna tampak lelah setelah seharian menjadi host bersama suaminya di rumah duka. Kantong mata wanita cantik itu tampak menonjol. Mikha kemudian memeluknya dan mengecup pipinya singkat. Mikha tahu, ibunya itu juga sangat terpukul dengan kepergian Nainai.

Setelah Anna membalas kecupannya dengan sebuah remasan pelan di bahu Mikha, anak itu akhirnya menghempaskan tubuhnya di kursi ruang makan. Mika kemudian menutup kepalanya yang masih basah dengan handuk seperti kerudung. Sambil tangannya sibuk mengutak-atik ponselnya.

Anna menggeleng melihat kelakuan Mika, tangannya tengah mengaduk 4 cangkir teh berwarna sangat pekat. Teh Oolong kegemaran Nainai.

“Mikha…” Anna menegurnya dengan sabar.

“Mama aja yang antar.” Mikha berkata mengangkat kedua bahunya.

Keluarga Lin baru saja pulang dari krematorium tempat jenazah Nainai dikremasi. Besok mereka akan bersama-sama menyimpan abu Nainai di sebuah rumah abu keluarga yang dimiliki keluarga Lin, rumah abu itu sudah dipersiapkan sejak kematian Yeye. Lokasinya menjadi satu dengan sebuah memorial park mewah yang terletak di Karawang, Jawa Barat.

“Nak, it’s time for you to get to know him. Dia tangan kanan sekaligus anak asuh Nainai. Sekarang Nainai sudah enggak ada, kamu yang akan ambil alih House of Ruby. Dan kamu akan banyak minta pertolongan Kiki nantinya.”

He’s Nainai sugar baby.” Ujar Mikha acuh.

”Don’t talk like that, she’s your Dad’s mother.”

Mikha diam saja. Tapi perasaan bersalah menghantam Mikha seperti sembilu yang ditusukan pada dadanya ketika wajah Ayahnya muncul. Pria yang sudah berusia lebih dari setengah abad itu tampak kehilangan pegangan. Being the only child of a highly successful parents pasti tidak mudah.

Mikha mengalaminya saat ini, tapi orangtuanya tidak pernah menuntunya macam-macam atau terlalu ketat menjaga pergaulan Mikha, ia masih bisa bebas clubbing atau bersenang-senang selama kuliahnya lancar, berbeda dengan cara Nainai dan Yeye membesarkan ayahnya. Mikha tau itu.

“Kiki sangat sedih.” Ujar ayahnya seraya menyerumput tehnya saat ia ikut duduk di meja makan keluarga. Sudah lama sekali sejak ayahnya datang dan tinggal di rumah kecilnya di Jakarta. Rumah yang kini hanya ditempati oleh Nainai dan Kilau. Apalagi sejak post terbaru ayahnya di Korea Selatan, ayahnya bahkan tidak bisa pulang saat perayaan Natal tahun lalu.

“Papa mengabaikan fakta bahwa Papa sendiri juga sedih?” Tanya Mikha.

Joseph tersenyum, lalu dengan suara serak khas orang yang habis menangis ia berkata, setengah berbisik. “Mikha, I have been having my mother’s love my whole life, I had her for 55 years, I had her love and tender care, I was handled by her tigress hands when it comes to my education. Kiki jadi anak asuh Nainai waktu dia 15 tahun and now he’s only 25, he got to have something close to a mother’s love for only 10 years. So, my sadness is nothing…nothing compare to Kiki’s sadness right now.”

“Nak…” Anna menyela melihat perubahan raut ayahnya yang seperti hendak menangis kembali. Disodorkannya secangkir teh panas mengepul dihadapan Mikha. “Go give this to him.” katanya sabar.

Mikha akhirnya bangkit, lalu menjatuhkan handuk yang bertengger dikepalanya di atas kursi. Mengambil cangkir teh dari tangan ibunya dengan memegang tatakannya menggunakan dua tangan.

“And be nice.” Imbuh Anna tepat sebelum tubuh Mikha menghilang dari pandangannya.

Mikha berdehem dan menata poninya yang basah dan lembab sebelum mengetuk pintu kamar Kilau. Ia lalu meraba kerah bajunya. Sudah lurus dan rapih.

Di depan pintu terdapat gantungan dengan tulisan “Kiki’s Room” yang terbuat dari gabus styrofoam yang di cat dengan cat akrilik berwarna pelangi. Mikha mengeryit melihatnya, seperti hasil karya anak sekolah dasar yang di simpan karena alasan sentimentil.

”What a foolish looser” batin Mikha, ujung bibirnya membentuk seringai. Ia mendengus dan mengacak lagi rambutnya. Kaget dengan dirinya sendiri yang ingin tampil proper dihadapan Kilau.

Setelah lima menit termangu dan membatin di depan pintu, Mikha akhirnya mengetuk pintu bercat krem tersebut. Tapi tak ada balasan, sampai akhirnya ia menggedor-gedor pintu itu dengan tak sabaran.

Kemudian pintu terbuka dan sebuah wajah sangat tampan dengan senyum lebar menyambutnya di balik pintu, “Sabar dong Bunny “ katanya terengah. “Gue di kamar mandi, jadi gak kedengeran ada yang ngetok pintu.”

Mulut Mikha terbuka lebar melihat sosok Kilau. Ia hanya mengenakan celana sweatpants hitam yang menggantung rendah di pinggulnya. Tubuhnya telanjang, basah dan berkilat. Ototnya tampak berbentuk pada bagian bahu, lengan, dada dan perutnya yang kotak-kotak. Lalu wajahnya. Matanya bulat besar, bibirnya meliuk dengan rahang tegas yang terpahat. Ada beberapa bekas luka di wajah Kilau. Mikha tak berani bertanya kenapa ada luka codet di ujung bibir dan alisnya, mungkin itulah jejak masa lalu Kilau sebagai anak jalanan.

Mikha menelan ludah, tapi buru-buru melengos ketika Kilau menarik cangkir teh di tangannya.

“Masuk Bun.” Katanya mengapit lengan Mikha dan membawanya memasuki sarang sugar baby Nainainya itu.

”Stop calling me that.” Ujar Mikha angkuh seraya menyipitkan matanya. Ia masih dapat melihat bengkak besar di kedua kantung mata Kilau. Kesedihan yang menyayat terlihat pada sorot matanya, tapi senyum Kilau melebar dan tampang jahilnya yang biasa tetap tersaji dihadapan Mikha seperti sebuah topeng abadi.

Oops, ok deh Sorry. Soalnya gue sering denger Nainai manggil lo Bunbun kalo kalian lagi video call.”

It’s a nickname from my mom because of my bunny teeth when I was a kid and Nainai refused to let it go when I am already an adult. Only her ever call me that and I hate it, even when my parents never call me Bunbun anymore since I am in junior highschool.”

Kilau mengangguk dari balik cangkir tehnya yang kini sudah tinggal setengah. Ia mendecakan bibirnya. Kemudian meletakan cangkir di atas nakas. “Thanks for the tea mate.” Katanya dengan bahasa Inggris berlogat Australia.

“Are you always like this?” Mikha mengibaskan tangannya, dagunya terangkat tinggi.

“Like what?”

”Going around the house naked? I get that you are Nainai’s boy toy.” Mikha memutar bola matanya. ”But she’s not here anymore, you can wear your clothes now.”

Suara tawa Kilau membahana mendengarnya, ”Boy toy??” Katanya dengan wajah memerah dan tubuh yang menekuk menahan tawa. “Yang bener aja dong Bunbun. Gue? simpenannya Nainai? hey listen sweetheart, abu Nainai aja sekarang masih hangat di dalam gucinya, lu sebagai cucu satu-satunya kok bisa sih ngomong gitu soal nenek lu sendiri? gue paham kalo Nainai bilang lu anak yang engga mudah untuk ditangani, tapi gue enggak nyangka lu sepicik ini.” Kilau berkata. Bahasa Inggris berlogat Australiaya yang seksi, berganti bahasa kasar khas anak jalanan. Tubuh yang beberapa senti lebih pendek dari tubuh 185 cm milik Mikha, kini terasa menjulang dan mendominasi, Kilau terus merangsek maju sambil terus mengoceh sampai Mikha harus mundur dan punggungnya menabrak pintu.

Sekujur tubuh Mikha bergetar, dadanya berdebar hebat, tapi bukan — ia gemetaran bukan karena takut akan lelaki yang lebih tua tiga tahun darinya itu, tapi karena tubuh kilau dan wajahnya yang hanya berjarak beberapa inci darinya membuat Mikha tidak nyaman.

”Don’t tell me you’re his real anak asuh. Both of you can’t fool me.” Ujar Mikha mengejek, dagunya kembali terangkat. Di dorongnya dada Kilau sampai pria itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Saat itulah, Mikha mengambil kesempatan untuk buru-buru berbalik dan berlari keluar kamar Kilau, sebelum pergi ia menarik lepas styrofoam “Kiki’s Room” yang tergantung di depan pintu dan membuangnya ke tempat sampah.

“Ki? Kiki ikut ke San Diego Hills kan?” Tanpa mengetuk pintu, Joseph tiba-tiba sudah muncul dari balik pintu ruang kerja Nainai yang memang tidak Kilau tutup rapat. Kilau tengah menatap kolam ikan Koi kesayangan Nainai yang terdapat tepat di luar jendela ruang kerjanya.

“Iya Pak, saya ikut. Biar saya saja yang nyetir.” Ujar Kilau sembari tersenyum getir.

Pagi itu keluarga Lin sarapan bersama di meja makan, tapi Kilau tidak bisa ikut karena harus melakukan zoom meeting dengan Chief Finance Officer House of Ruby, yang tengah mengikuti pameran Inhorgenta Fair di Munich, Jerman.

Inhorgenta adalah Sebuah platform pertemuan tahunan bagi pelaku industri jewellery dan gemstone yang seharusnya dihadiri Nainai dan Kilau — sayangnya karena musibah yang terjadi, pameran itu hanya di hadiri oleh CFO House of Ruby.

Tapi meeting tadi tidak menghasilkan laporan berarti untuk Kilau karena kepalanya dipenuhi masalah lain yang tiba-tiba menyergapnya tanpa bisa ia cegah tadi malam.

Mikhael Lin.

Kilau tidak hanya dikagetkan interaksinya dengan Mikha diawali dengan sangat buruk. Dari mulai anak itu yang menuduh Kilau sebagai ”boy toy” neneknya sendiri, sampai gantungan styrofoam bertuliskan “Kiki’s Room” yang hilang dan kemudian ia temukan di tempat sampah.

Gantungan itu hasil karya Kilau saat ia dan Ruby merayakan kelulusan Kilau dari homeschooling kejar paket A & B yang setara dengan SD dan SMP. Gantungan itu Ruby sendiri yang menempelkanya di pintu kamar Kilau, ketika anak itu dikirim meneruskan sekolah SMA di sebuah sekolah asrama di Bogor. Ruby bilang, gantungan itu menjadi pertanda bahwa kamar ini akan selalu menanti kepulangan Kilau ke rumahnya saat ia lulus SMA nanti.

Walau Kilau tahu, benda itu seperti sampah diantara segala kemewahan kediaman Ruby Lin yang lebih pantas di sebut mansion, tapi benda itu menjadi pengingat bagi Kilau dari mana ia berasal. Yaitu kolong jembatan, dimana dahulu Kilau tidur dan bernaung dari panas hujan menggunakan kardus styrofoam bekas lemari es yang ia pungut dari halaman belakang sebuah mall.

Jadi ketika Kilau mendapati Mikha telah membuangnya, Kilau merasa sangat sedih.

“Mikha bersikap tidak sopan sama kamu ya Ki?” Tanya Joseph, membuyarkan lamunan Kilau.

“Hmm? oh enggak kok Pak.” Kilau menggeleng, “Jadi kita berangkat jam berapa? abunya sudah dimasukan ke mobil?” Tanya Kilau mengalihkan pembicaraan dari sosok yang semalaman membuatnya tidak bisa tidur.

“Masih ada waktu dua jam lagi.” Joseph berkata, lalu menunjuk sofa kulit warna burgundy yang terdapat di tengah ruangan, “Bisa kita ngomong serius sebentar Ki? tapi saya masih tunggu pengacara Mama dulu. Jack bilang dia sudah dekat, mungkin sebentar lagi sampai.”

“Om Jackson?” Kilau lalu berjalan cepat dan duduk di depan Joseph.

“Jack bilang, Mama bikin surat wasiat waktu pertama kali dia tahu dia kena kanker darah.”

Kilau menundukan kepalanya, malu dan takut menatap Joseph Lin yang berbicara di depannya bak singa yang terluka.

“Saya masih tidak bisa percaya Mama enggak bilang siapa-siapa dia sakit. How come? saya anaknya sendiri tidak diberi tahu? Yang tahu cuma pengacaranya si Jackson Hutapea itu, dan dia harus tanda tangan NDA untuk engga membocorkan kondisi Mama ke siapapun. Penyesalan saya satu-satunyanya cuma itu. Sampai akhir hayatnya pun Mama tetaplah hanya ibu yang keras kepala.”

“Pak saya minta maaf.”

“Loh kenapa? kamu juga tidak tahu kan soal kondisi Mama?”

“Enggak Pak, saya juga gak tau, tapi Nainai sering minta diantar ke RS Gleanegles di Singapura, dan saya sama sekali enggak menaruh curiga. Saya tahunya Nainai cek kesehatan biasa, Saya benar-benar gak tahu kalau rumah sakit itu rumah sakit yang banyak didatangi pasien kanker. This is how stupid I am Pak. Makanya saya minta resign. Bapak harus ngerti kenapa saya enggak pantas lagi pegang jabatan CEO di House of Ruby.”

“Kamu engga bisa resign Ki.”

Kening Kilau berkerut heran mendengarnya, “Apakah karena hutang saya sudah di sekolahkan sampai master di Australia dan hidup enak bersama Nainai selama ini belum cukup terbayar?” Ujarnya pelan. “Saya harus mengabdi pada House of Ruby sampai mati?”

“Ki, bukan begitu. Listen, we really have to wait for Jack to explain my Mother’s last will. Saya belum tahu apa isinya, tapi Jack diminta Mama untuk membacakan wasiatnya itu dihadapan saya dan kamu. Bukan dihadapan istri dan anak saya. Tapi kamu Ki. Kamu bahkan bukan anak adopsi, kamu gak pernah di adopsi Mama secara hukum, kamu cuma anak asuhnya, tapi saya yakin di surat wasiat itu ada nama kamu, karena Jack secara spesifik minta ada kamu saat dia membacakan surat wasiat itu. That’s why I know how important you are for my mother. Also, beside my Mom’s last will, I also need you. Next week saya dan istri harus sudah kembali ke Seoul, tugas saya sebagai Duta Besar tidak bisa ditinggal terlalu lama. Sementara Mikha akan kembali ke Kuala Lumpur untuk menunggu acara wisudanya, saya ingin kamu temani dia, kami akan datang saat wisuda lalu beberapa hari kemudian akan antar Mikha ke Jakarta untuk kemudian menetap disini, di Jakarta, dirumah ini bersama kamu Ki. Saya ingin dia ada di bawah mentoring kamu sebelum dia mengambil alih jabatan Nainai sebagai President Direktur. Itulah sebabnya saya tidak bisa mengizinkan kamu untuk resign sekarang. Nainai still need you, we still needs you.”

”What?”

“Mikha tidak bisa langsung ambil jabatan Presiden Direktur begitu saja tanpa bekerja dari bawah dulu, kamu bisa jadikan Mikha asistenmu dulu.”

“Tapi…”

Tok! Tok! Tok!

Joseph mengangkat tangannya. “We will talk again later.” Katanya final, Joseph lalu bangkit dan berjalan cepat untuk membuka pintu.

Seseorang pria bertubuh tegap muncul mengenakan setelah jas three-pieces yang rapih serta sapu tangan berwarna coklat yang menyembul dari saku jasnya.

Kilau tersenyum kepada Jackson Hutapea, pengacara House of Ruby yang juga mengurusi masalah legal keluarga Lin sejak suaminya masih hidup. Pria paruh baya itu juga yang mengeluarkan Kilau dari penjara anak-anak saat ia dahulu kedapatan hendak mencuri tas berisi barang berharga milik Ruby.

Pria itu yang meyakinkan Ruby untuk menitipkan Kilau di Panti Rehabilitas Anak milik pemerintah selama enam bulan sebelum akhirnya Ruby menawarkan untuk membiayai Kilau bersekolah secara homeschooling di rumahnya.

Dahulu pria asal Sumatera Utara itu mendampingi Kilau saat pertama memasuki sekolah asrama putra tempat Kilau menempuh sekolah menengah. Ia yang juga menemani Kilau membuat buku tabungan pertamanya. Orang yang menandatangani pengambilan rapornya, sampai menandatangi izin ketika sekolah Kilau mengadakan karyawisata ke Pulau Dewata.

Jack sudah seperti ayah yang tidak pernah ia miliki. Dahulu kilau sempat bercita-cita menjadi pengacara seperti Jack, ia tahu sebanyak apa gaji pria itu, pekerjaannya dibayar menggunakan sistem per jam. Tapi, tentu saja ia urung mengambil kuliah hukum ketika Ruby mengatakan membutuhkan bantuannya untuk mengurus House of Ruby. Ia lalu memutuskan untuk mengambil kuliah Bisnis dan Management serta Marketing Management untuk kuliah masternya, dan tidak pernah menyesalinya sampai sekarang sudah mengambil keputusan itu.

“Kiki!! apa kabar kau lae?” Jack memeluk Kilau erat saat sosok kilau muncul dari balik tubuh Joseph. “Kecilan badan kau?” Tanya Jack sambil meremas-remas lengan Kilau, “Ingat Nak, Buk Ruby masih perlu kau, walau sekarang dia sudah tiada, tadi dia masih perlu kau, jadi jaga badanmu supaya sehat selalu, makan yang banyak biar gemukan kau.”

“Baik bos!!” Kilau berkata, tangannya memberi hormat sebelum mengapit lengan Jack dan membawanya duduk di sofa.

“Abang mau minum apa?” Tanya Joseph ketika akhirnya Jackson duduk dihadapannya.

Jackson berdecak, lalu membasahi bibirnya yang agak kehitaman. “Punya cerutu kan kau Josh? pairingnya mesti sama minuman yang radak keras. “

“Astaga Pak, baru pukul 11 pagi ini.” Kilau bersiul.

“Gak lah, becanda aku. Gimana kalau mimosa aja, anggap aja kita lagi brunch gitu.”

Joseph tertawa. Lalu mengangguk saat Kilau menatapnya meminta persetujuan. Ia lalu beranjak menuju sudut ruangan dimana terdapat intercom yang tersambung ke dapur, Kilau lalu memesan 3 gelas mimosa, minuman cocktail yang mencampur champagne dengan jus jeruk dingin.

Ia lalu kembali ke sofa, mendapati Joseph dan Jackson sedang menyulut api pada ujung cerutu masing-masing. Ketika anak itu duduk kembali, Joseph menawarinya sebatang, tapi Kilau menolaknya dengan halus. “Sudah berhenti merokok Pak.” Katanya tersenyum.

“OK” Jackson menyela, seraya mengeluarkan sebuah dokumen dari tas briefcase yang ia bawa. "Kalian sudah siap mendengar surat wasiatnya?”

“Surat wasiat ini dituliskan oleh Ibuk sendiri pada tanggal 10 Februari 2020, tiga tahun yang lalu.”

“Jadi sudah selama itu Mama mengidap kanker darah?”

“Betul Pak. Ibuk rutin berobat ke Dharmais dan sesekali di rujuk ke Gleanegles juga, kalau ke Singapura pasti mintak antar sama Kiki, ya kan Ki?”

Kilau mengangguk. Tapi ia tidak berkata apa-apa lagi. Tubuhnya terasa sangat tegang. Dalam hati ia berdoa bahwa namanya tidak ada dalam surat wasiat itu.

Tapi tapi harapannya pupus ketika akhirnya Jackson mulai membacakan surat wasiat dan namanya disebutkan beberapa kali.

“Apabila saya meninggal dunia saya ingin dikremasi, lalu abu saya disatukan dengan abu suami saya. Selanjutnya anak saya Joseph yang akan memutuskan apabila abu saya dan suami akan di larung atau disimpan.” Jackson menghela nafas sementara Joseph terlihat menunduk, setitik airmata merebak pada manik matanya yang kecoklatan.

“Seluruh harta kekayaan saya dan suami, baik yang berupa uang di bank, investasi saham, logam mulia, perhiasan maupun tanah dan rumah akan saya serahkan sepenuhnya kepada anak saya satu-satunya Joseph Lin.”

“Kepada Joseph anaku, agar memberikan seperempat bagian harta itu kepada menantuku Anna. Kemudian agar Joseph memberikan sebuah rumah dan tanah yang saya tempati di Jalan Kendal, Menteng Jakarta Pusat, sebuah vila milik saya di Seminyak Bali, sebuah apartemen saya di Clove Garden, Singapura, dua buah mobil pribadi saya, sedan BWM dan Toyota Alphard, serta uang sebesar 21 Milyar kepada anak asuh saya Kilau Kelanasurya (Kiki) —Semua dokumen-dokumen rumah dan mobil yang diperlukan dan buku tabungan ada dalam brangkas di ruang kerja saya di rumah, Jackson tau nomor passwordnya.”

“No..” Kilau berbisik. Ia sungguh tidak menginginkan harta apapun diturunkan Ruby kepadanya. Mendadak matanya terasa perih. Airmata merebak. Tapi Kilau menahannya sekuat tenaga untuk tidak menangis dihadapan Joseph dan Jackson.

“Terakhir, untuk Kilau Kelanasurya. Memalui surat wasiat ini Nainai meminta dan memohon Kiki untuk bisa menikahi cucu Nainai Mikha.”

Disini, leher Kilau hampir patah karena ia memutarnya seketika kearah Jackson. Matanya melotot kaget.

“Nainai tahu, Mikha bukan orang yang mudah untuk didekati dan dipahami hati dan pikirannya. Ia anak yang sangat menjaga jarak, Nainai tahu ia kecewa dengan Nainai karena sudah memberikan beban yang berat sebagai pewaris House of Ruby. Tapi dengan kehadiran Kiki sebagai pendampingnya, Naiani yakin kalau Kiki bisa mengubah itu semua.”

“Bloody hell? Are you freakin serious?” Kilau mulai berdiri dan berjalan mondar-mandir dengan kalut.

“Ki, dengarkan dulu sampai selesai.” Joseph berkata, mencoba untuk membuat Kilau tidak panik.

Kilau berhenti, dengan kedua tangan di pinggang, wajahnya tegang “Lanjutkan Om.”

“Apabila kalian berdua mau menikah, melalui surat wasiat ini, Nainai menunjuk Mikha sebagai Presiden Direktur dan Kiki sebagai CEO. Nainai juga memberikan kuasa kepada Mikha untuk menunjuk orang lain menjadi Presiden Direktur apabila Mikha tidak mau menduduki jabatan tersebut. Nainai juga akan memberikan perusahaan manufaktur perhiasan, Ruby Lin Manufacturing Pte Ltd beserta aset-asetnya, yaitu 18 butik House of Ruby yang tersebar di Asia, Eropa, Amerika dan Timur Tengah kepada Mikha. Dengan syarat, semua pemindahan kepemilikan perusahaan secara legal menjadi milik Mikha harus dilakukan saat ulang tahun pernikahan Kiki dan Mikha memasuki usia 3 tahun tanpa cerai. Perusahaan dan aset-asetnya akan resmi menjadi milik Mikha.”

Jackson akhirnya menengadahkan wajahnya dari dokumen yang ia baca, ketika tak ada yang berkomentar. Pengacara senior itu lalu kembali melanjutkan.

“Apabila Mikha menolak untuk menikah dengan Kilau, ia tetap boleh menduduki jabatan sebagai Presiden Direktur, akan tetapi perusahaan tersebut harus dijadikan perusahaan terbuka (Tbk.) sehingga nantinya House of Ruby tidak menjadi milik keluarga Lin lagi tapi menjadi milik publik. Demikian surat wasiat ini saya buat secara sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.”

“She’s crazy..” Bisik Joseph akhirnya.

“An arrange marriage!!?” Anna memekik ketika akhirnya Joseph selesai menceritakan isi surat wasiat Ruby kepada istri dan anaknya itu.

“Well, a forced marriage more like?” Kilau berkata, sambil dengan tawa cerianya yang biasa.

Selepas memindahkan abu Nainai ke dalam guci abu suaminya yang sudah lebih dahulu wafat—yang di simpan di rumah abu San Diego Hill— Joseph, Anna, Mikha dan Kilau lalu kembali ke Jakarta dan langsung makan siang di sebuah restoran Chinese Food yang berada di dalam Hotel Mulia. Wajah Anna yang tadinya mendung sepanjang berada di San Diego Hills tiba-tiba sekarang berubah excited.

“Just like Kinanti dan Yuval.” imbuh Anna dengan mata berbinar, menyebutkan dua tokoh dari salah satu novel romansa hasil karyanya.

“My life isn’t a romance novel Mom!” Sementara Mikha menjatuhkan sumpitnya, ekpresinya penuh horor, seperti ia baru saja melihat hantu yang sangat menyeramkan. “Please tell me you’re kidding? I have to marry her sugar baby?? NO WAY!” Mikha berkata sengit sambil menggeram. Ia menusukan sumpit pada sepotong bakpao salted egg dihadapannya seperti menusukan belati tepat di jantung Kilau.

Kalau saja Kilau tidak sedang menahan kesal sampai rahangnya bergemeletuk karena lagi-lagi Mikha menyebutnya sugar baby, ia pasti sudah tertawa terbahak melihat wajah Mikha yang terlihat seperti kelinci yang terluka.

Mata sipitnya membulat lucu, gigi kelincinya ia pamerkan bak sepasang taring macan. Mikha sama sekali tidak terlihat menakutkan, amarahnya membuat tampangnya berubah semakin lucu.

“Mikha, for the last time, Kiki bukan seperti yang kamu tuduhkan.” Anna menyela. “Kami tidak membesarkan kamu untuk menjadi anak yang jahat seperti ini Mikha.”

“Jahat? Nainai dan surat wasiat bodohnya itu yang jahat. How can I marry a stranger? I don’t care about her company, Kiki can have it all if he wants.”

“Papa enggak bisa membiarkan begitu saja perusahaan yang sudah Nainai bangun dari nol sampai sudah sebesar ini di ambil alih orang lain Mikha. Kalau House of Ruby dibuat sebagai perusahaan terbuka, siapapun yang memiliki saham terbanyak akan memiliki kuasa penuh atas segala kebijakan perusahaan. Dia bisa mengobrak-abrik semua yang sudah Nainai bangun selama ini. Her blood and tears, her legacy.”

“Jadi Papa mau mengorbankan kebahagiaan Mikha?”

“It’s not that bad. Look at Kiki, he’s very handsome, he’s smart and Nainai absolutely adored him. Bagaimana Mikha bisa langsung mencap kalau Kiki gak bisa membuat Mikha bahagia? Witing tresno jalaran soko kulino, kalau kata orang Jawa. Cinta datang karena terbiasa. Mama yakin kalian sangat cocok berumah tangga.”

“Apa karena latar belakang gue sebagai anak jalanan, Bunny?”

“If you call me that one more that.” Mikha menatapnya sengit. Kulit wajah pria yang usianya terpaut tiga tahun lebih muda dari Kilau itu sudah sewarna tomat. Kilau sampai khawatir kalau Mikha sebentar lagi bisa demam tinggi karena amukannya belum reda juga sejak mereka pulang dari restoran. “Dan siapa yang mengizinkan kamu masuk ke kamarku begitu saja?” Mikha berkata, kali ini ada getar yang Kilau curigai sebagai tangis tertahan pada nada suaranya.

“Pak Joseph yang mengizinkan, and technically this is my house now as stated on Nainai last will.

Mikha mengeluarkan geraman kembali, tapi ia tidak mengatakan apa-apa.

“Mikha…” Kilau akhirnya berkata dengan nada suara yang sangat serius. Ia kemudian duduk di tepi tempat tidur, disebelah Mikha.

Mikha tidak pernah melihat ekspresi serius Kilau seperti ini sebelumnya. Jadi dia hanya diam sambil menggeser tubuhnya, tidak ingin duduk berdekatan dengan Kilau.

“Gue tahu kesempatan gue untuk bisa bikin lu suka sama gue itu nol besar. Zero. Alias seperti pungguk merindukan bulan. Gue gak tau apa yang ada di pikiran Nainai ketika ngide buat persyaratan kayak gitu disurat wasiatnya. Tapi bokap lu bener Bun—I mean..Mikha…dia bener. Jangan sampai House of Ruby jatuh ke tangan orang lain yang enggak ngerti value dan prinsip Nainai. Nama besar brand House of Ruby jadi taruhannya. Kita sekarang sudah setingkat dengan Harry Winston, Tiffany n Co atau Cartier, bahkan bisa bersaing dengan brand-brand besar itu. If not for Nainai, please marry me for your Dad, he’s an only child just like you, dia pasti ingin karya ibunya tetap berada di tangan anaknya sendiri. It’s only for three years. After our 3rd anniversary you can divorce me. Besides….just like Ibu Anna bilang…..gue ganteng, pinter dan gue juga hebat, hasil kepemimpinan gue sebagai CEO bisa lu liat di laporan perusahaan, gue sanggup menaikan revenue Ruby sebanyak 300% selama setahun belakangan ini, semenjak Nainai mengangkat gue jadi CEO. Gue calon suami yang cukup bisa dibanggakan gue jamin kagak malu-maluin dibawa kondangan.

Mata Mikha mendelik, sekali lagi dengan tampang yang terlihat lucu dan menggemaskan. Kilau mendesah melihatnya.

“Lu tuh kenapa sih tegang banget kayak layangan kalo anginnya kenceng. Santai dikit lah. Tiga tahun waktu yang enggak lama. Tau-tau kelar dah pernikahan mainan kita. Gue jamin.”

“Stop. Are you crazy?”

Maybe I am crazy tapi Nainai is crazier…" Kilau menyeringai, berusaha mencairkan suasana. "Bunny, gue udah janji sama Pak Joseph, bokap lu udah berharap banget gue akan….”

“Kamu mau menikahi aku begitu saja? gak ada perlawanan sama sekali?”

Well you’re not bad yourself. You’re cute Bun.” Kilau mengangkat bahunya. “Walau gue masih kesel pajangan di pintu gue lu buang, tapi lu udah gue maafin. Semenjak pajangan itu enggak ada lagi, gue sudah bisa menerima kepergian Nainai, selama ini gue menyalahkan diri gue sendiri yang enggak peka kalau Nainai sakit. Dan sekarang akhirnya gue bisa menerima kalau semua ini takdir yang berada diluar kuasa gue.”

Keduanya lalu terdiam.

“The sex will be amazing I promise.” Kilau berbisik.

“Who’s talking about sex at all?” Mikha mendesis marah.

Well, kalo kita menikah ya kita bakalan gituan kan? gue jamin lu puas, gak bakalan nyesel, bahkan gue berani jamin lu bakalan pengen terus…”

Mikha tertawa. Tawanya penuh rasa frustasi. “How come Nainai said you’re a genius CEO? you’re a pervert.”

“Duh sakitnya tuh disini.” Kilau meremas bagian sebelah kiri dadanya. “Kenapa sih? lu udah gede kan? 22 tahun udah ngerti ngeseks kan? wajar kalau orang menikah ngeseks.”

“Stop saying ngeseks for God sake!”

Kilau akhirnya tertawa, ia lalu bangkit dan berdiri dihadapan Mikha. Sebelah tangannya terulur, telapak tangannya yang hangat menangkup rahang dan pipi Mikha dan membuat pria kelahiran Februari itu menengadah menatap Kilau yang berdiri menjulang. Sinar lampu kamar Mikha membuat kepalanya seperti dikelilingi lingkaran halo.

“Marry me Bunbun…” Katanya mengusap pipi Mikha degan ibu jarinya.

“Fuck you!” Jawab Mikha sambil mendesis dan berusaha mencaplok ibu jari Kilau dengan taring kelincinya.

Anna : Please be patient with Bunny.

Kilau : I will.

Anna : Do you like him?

Kilau : Yes I do. He’s lovely.

Anna : He throw away your precious “Kiki’s Room” door hang.

Kilau : It’s ok. It’s not a big deal. I shud hv throw it away long time ago.

Anna : Kamu sudah bucin ya.

Kilau : Um maybe. Maybe I like him alot. Sy suka cowok imut yg judes.

Anna : Ew, selera kamu aneh.

Anna : But I will help you.

Kilau : How?

Anna : Just wait and see…

Kilau : Hahaha oke. Waiting.

Anna : and Kiki…

Kilau : Ya bu?

Anna : Can you call me Mama?

Kilau : Yes Mama.

Anna : Good boy :)

Sebulan sejak kepergian Nainai, keluarga Lin akhirnya kembali kepada kesibukan mereka masing-masing. Joseph dan Anna kembali ke Seoul. Kilau kembali sibuk bekerja, menjabat dua tugas sekaligus, sebagai Plt. Presiden Direktur dan sebagai CEO.

Lalu Mikha kembali ke Kuala Lumpur, menghabiskan sisa visa belajarnya sembari menunggu wisuda yang akan dilaksanakan dua minggu lagi.

Seharusnya, atas permintaan Joseph Kilau ikut dengannya ke Kuala Lumpur. Tapi Mikha menentangnya habis-habisan, ia tidak mengerti kenapa Kilau harus menemaninya? selama ini ia selalu tinggal sendirian, sejak Sekolah Menengah Pertama. Sekarang setelah Nainai berpulang, ia seakan-akan menjadi anak yang butuh ditemani? Tentu saja Mikha menolak dengan tegas.

Selama satu bulan menjadi pengangguran Mikha akhirnya punya waktu untuk menekuni kembali hobi lamanya, yaitu bermain piano. Walau kini, jemarinya terasa sudah kaku, tapi piano bisa membuat ia melupakan fakta bahwa Kilau masih menunggu jawabannya soal wasiat Nainai yang mengharuskannya menikah dengan Kilau.

Mikha tidak habis pikir bagaimana Kilau bisa menyetujui perjodohan itu. Perjodohan atau pemaksaan, Mikha tidak tahu yang mana yang lebih tepat. Tapi yang lebih mengherankan bagi Mikha adalah bagaimana kedua orangtuanya mendukung keputusan Kilau. Bukankah selama ini mereka tidak terlalu mengenal siapa Kilau? Atau Mikha yang tidak tahu sudah sejauh mana hubungan orangtuanya dengan Kilau.

Sampai ketika orangtuanya datang ke Kuala Lumpur untuk menghadiri wisudanya, Papanya kembali mempertanyakan keputusan Mikha. Mikha tentu saja langsung mencecar alasan kenapa Papanya setuju dengan ide gila Nainai yang tertuang dalam surat wasiatnya.

Alasan yang diutarakan Papanya membuat Mikha tertegun. Joseph dan Anna mendukung pernikahan Mikha dan Kilau bukan hanya karena tidak ingin peninggalan mediang ibunya jatuh ke tangan publik. Tapi karena Papanya itu ingin pengorbanan Mikha selama ini menempuh pendidikan tinggi tidak menjadi sia-sia.

Kemudian, tanpa menjelaskan lebih lanjut, ayahnya itu mengatakan kalau ia tahu siap Kilau, dan bahwa Kilau orang yang pantas untuk bersanding dengan Mikha.

//

Di bulan keenam setelah kepergian Nainai Mikha mulai resah.

Mikha sadar sepenuhnya bahwa Kilau sangat good looking, smart, kind, funny and her mother —being a romance novelist—is in love with the idea of the matchmaking between Kilau and Mikha.

Mikha merasa kini ia hampir luluh. He’s single dan Kilau—katanya—juga single. Jadi sebenarnya tidak ada yang perlu Mikha khawatirkan, so many people get married out of convenience for mutual benefit. Apalagi di dunia bisnis keluarga, hal seperti ini sudah lumrah dilakukan. Seperti yang Kilau bilang, ia bisa menceraikan Kilau, tepat dihari ulang tahun pernikahan mereka yang ke-3.

Easy peasy right?

Tapi kini Mikha dilanda kerisauan, setelah satu bulan, tak pernah sekalipun Kilau menghubunginya. Tapi ia juga tidak bisa menyalahkan Kilau. Bagaimana ia bisa menghubungi Mikha kalau saat ia kembali ke Kuala Lumpur, Mikha pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan lelaki 25 tahun itu.

“But he can ask my number from Papa? Apa dia enggak mau tahu bagaimana jawabanku soal perjodohan ini?Mikha mengerucutkan bibirnya, teringat wajah tengil Kilau malam itu yang meyakinkan dirinya untuk mau menikah dengan CEO muda itu.

Well, gak ada salahnya kamu yang hubungi dia duluan Mikha.

Mikha menatap nanar gawainya. Jempolnya sudah akan menekan call nomor telepon Kilau yang ia dapatkan dari Anna. Mikha tidak pernah meminta nomor telepon pria seperempat abad itu, mind you. Tapi Anna yang memaksanya untuk menyimpan nomor Kilau. “Just in case, kamu butuh bantuan dia.” Begitu alasan ibunya.

Setelah termenung beberapa lama menatap deretan nomor Indonesia, Mikha akhirnya mengurungkan niatnya di detik-detik terakhir. Gengsi! runtuknya dalam hati. Ok mungkin kalau kirim chat gak akan terlalu gengsi kan?

Lagi-lagi Mikha menimbang-nimbang. Tapi lagi-lagi, dengan frustasi iya batal mengirimkan pesan singkat. Sejuta alasan ia tanamkan dalam hatinya sendiri. Malu, gengsi, takut, amit-amit, nanti dikira suka, dan bermacam alasan lainnya.

Satu alasan yang ia tidak mau akui ikut berjumpalitan di dalam kepalanya. Mendadak Mikha ingin tahu apa yang tengah pria itu lakukan sekarang, a month after his supposed “mother figure” was not with him anymore. Is he still sad? how does he eat and sleep alone in that super big three-storey mansion? just with two maids and one driver, and a garderner that came once a week. Is he gets lonely? like Mikha sometimes gets really lonely in weekends, when all his friends from school gather with their families at home.

Mikha menghela napas. Mengusir perasaan khawatir yang bersarang di dadanya dan membuatnya menjadi sulit tidur beberapa waktu belakangan ini. Pikiran seperti, apakah Kilau bisa masak sendiri? or he will always order take aways. Lalu apakah trauma masa kecilnya yang ditinggalkan di jalanan akan kembali merangkak naik dan mengganggu tidurnya seperti monster?

Mikha tidak mengerti kenapa perasaan khawatir itu kini merenggut hari-harinya yang biasanya tidak pernah dihinggapi pikiran tentang Kilau. Apakah ide konyol Nainai yang “memaksanya” menikah dengan Kilau telah membuat dirinya yang selama ini kesepian dan hubungan percintaannya yang selalu kandas selama ini telah membuat kepalanya berkabut dan mendamba sesuatu yang lain dari sosok Kilau?

Dan Mikha sangat takut, ia sangat takut….kalau rasa khawatir dan hatinya yang mendamba dihubungi duluan oleh Kilau berubah menjadi rasa suka yang sia-sia. Karena ia tahu, Kilau tidak akan pernah tertarik dengan orang seperti dirinya. Ia tahu Kilau hanya memandangnya sebagai anak kecil yang disuapi memakai sendok emas semenjak lahir. Mikha tahu dari cara Kilau memperlakukannya, yang tidak pernah marah walau Mikha memperlakukan pria itu seenaknya, tetap memanggilnya dengan panggilan sayang “Bunny”—di mata Kilau he’s just a kid that he have to babysit in order to repay what his Nainai have done to him.

Papa : Mikha, kapan kamu kira-kira bisa langsung membantu Kiki? Om Jack bilang Kiki bekerja dari pagi sampai malam utk mempersiapkan House of Ruby menjadi perusahaan Tbk. Terus setiap hari selama tiga bulan ini. He’s in the brink of collapase if you didn’t help him, you guys need each other.

Mikha : After my graduation next week. I will come to Jakarta and start working.

Papa : How about the wedding? please baby….my baby Mikha, are you going to let go of my parents hard work just like that?

Mikha : I….ok Papa.

Papa : Ok? Thank you Mikha, we are blessed to have you as our son. Will it be fine if the wedding being held next month?

Mikha : Next month? no no, Mikha mau menikah dengan Kiki, tapi aku punya satu syarat. I want to get to know him first, after I am ready, I will let you know when we are going to get married.

Sore setelah selesai dengan meeting ke empatnya hari itu, Kilau bergegas kembali ke ruangannya. Belum sempat ia duduk, kepala sekretarisnya muncul dari balik pintu. “Pak, Ibu Anna menghubungi di line satu.”

“Thanks Fon.” Jawabnya kepada sang sekretaris, Kilau menghela napas panjang sebelum menerima panggilan tersebut.

Seluruh tubuhnya terasa sangat lelah. Setelah tiga bulan berkutat dengan hand-over tugas President Direktur ke tangannya, Kilau masih harus disibukan dengan tugasnya sebagai CEO. Dan kini ia mulai mengurus keperluan proses perusahaan menjadi public company.

“Halo?” Katanya dengan suara serak.

“Kiki? kok suranya lemes banget? sudah makan Nak?”

Kilau terdiam, ia lupa kapan terakhir ia makan proper meal semenjak keluarga Lin sudah meninggalkan Jakarta tiga bulan lalu.

“Kiki?”

“Oh..hmm makan..sudah Ma.” Katanya berbohong, padahal sejak pagi ia hanya minum kopi. Sudah lima gelas sejak ia bekerja pukul delapan pagi tadi sampai sekarang pukul lima sore. Ia ingat hanya sempat makan snack kecil seperti kacang dan crackers yang disediakan setiap kali ia mengikuti rapat.

“Hmm, benar Kiki sudah makan? jangan bekerja terlalu keras sampai mengabaikan kesehatan kamu ya Ki, ingat kamu masih punya janji sama Nainai untuk menikahi Mikha. Kamu harus sehat Nak.”

“I-iya Ma, saya agak gak enak badan, nanti saya pulang cepat dan langsung makan beneran.”

“Okay.”

“Gimana kabar Mama dan Papa?” Tanya Kilau kemudian.

“Oh, sampai lupa…kabar Mama sangat bahagia hari ini. Mama nelfon kamu karena Mama sudah dapet EO di Jakarta yang nanti bisa mengurus pernikahan kalian. Walau Mikha belum bilang hari pernikahannya kapan, tapi Mikha sudah mau di boyong ke Jakarta selesai wisuda, dia bilang setelah kalian mengenal satu sama lain dengan baik, kalian bisa langsung menikah.”

Wait…wait! menikah? oh right, Kilau hampir lupa dengan isi surat wasiat itu. Tapi Mikha sudah setuju? Sejak kapan….

“Mikha setuju Ma?”

“Iya…memangnya Mikha belum bilang sama kamu?”

“Bilang apa?”

“Kalian komunikasi gak sih selama tiga bulan ini?”

Kilau menggeleng. Tapi tentu saja Anna tidak bisa melihatnya.

“Kalian gak komunikasi sama sekali?.”

“I have my mind occupied with work, I am sorry.”

Oh sweetie, don’t be sorry. Setelah ini Mama kasih nomor HP Mikha ya. Silahkan kamu diskusikan dengan Mikha. Karena dia sudah bilang setuju menikah denganmu ke Papanya, tapi dengan syarat dia mau kenal kamu lebih dekat dulu. Remember that I said I will help you? Nah Mama ada ide PDKT yang jitu. Guarantee to make Mikha fall in love with you. Gimana kalau Kiki kasih hadiah ke Mikha tiket konser Lang Lang di Bern saat libur Natal dan Tahun Baru nanti?”

“Lang Lang?”

“YES!!! dia pianis favorit Mikha, tiket konser dia biasanya sulit didapatkan dan langsung sold out, jadi kamu harus cari cara supaya bisa mendapatkan tiket ini. Mikha pasti akan senang sekali. Selain kalian bisa berlibur berdua ke Swiss sambi nonton konser, kalian juga bisa mengenal satu sama lain selama liburan? oke kan ide Mama?”

Kilau : Hei Bunbun, it's been three months, I miss you Bunny.

Mikha : Who is this?

Kilau memutar bola matanya saat membaca pesan balasan dari Mikha.

Kilau : Calon suami mu Bun

Mikha : You crazy mother f

Kilau : Apa salah aku :(

Kilau : Mama bilang kamu setuju menikah denganku?

Mikha : Yes, but after we getting to know each other more.

Kilau : Why? toh cuma buat 3 tahun terus cerai kan? you don't have to know what my fav food or my fav colours, shit like that.

Mikha : Three years is a longtime I have to endure. At least I have to know what to expect.

Kilau : I do snore when I sleep tired btw.

Mikha : We will sleep separated. I want my own room.

Kilau : NDAK MAU, KIKI MAU BOBOK SAMBIL SNUGGLIE SAMA BUNBUN.

Mikha : SINTING!

Mikha melempar gawainya ke tempat tidur, kemudian berteriak sambil membekap mulutnya dengan bantal. Bukan karena ketikan sinting yang dikirimkan Kilau, tapi bagian bawah perutnya yang mendadak hangat dan tergelitik membayangkan ia akan tidur setiap hari sambil dipeluk kehangatan tubuh seorang Kilau. Dan Mikha merasa dirinyalah yang sudah mulai tidak waras.

Mikha menunggu dengan sebentuk hati yang terasa mengganjal di tenggorokannya disebelah pilar besar di depan gate kedatangan Internasional Bandara Soekarno Hatta.

Sejak pagi, ia sudah mematut diri di depan kaca sambil mencoba berbagai jenis style pakaian yang pantas dikenakannya untuk kepulangannya ke Indonesia. Kali ini Mikha akan kembali for good dan besok ia akan memulai kehidupan barunya di Jakarta.

Walau pada akhirnya Mikha melempar jauh-jauh pakaian yang terlalu resmi dan memilih mengenakan celana dan atasan training Prada dengan sepatu keds, ia tetap merasa malu sendiri karena sudah heboh berdandan hanya untuk naik pesawat dan bertemu dengan Kilau lagi setelah sekian lama.

Mikha sudah menunggu Kilau yang akan datang menjemputnya ke bandara sejak 5 menit yang lalu. Tapi ia masih sabar menunggu, ia tahu kalau Kilau memang sangat sibuk semenjak ditinggal Nainai. Tapi Kilau sendiri yang ngotot ingin menjemputnya, padahal Mikha sudah mengatakan akan naik taksi saja.

Setelah kurang lebih 10 menit berlalu, sosok Kilau akhirnya datang di kejauhan. Kemeja putih bergaris biru yang ia kenakan digulung sampai ke sikunya. Tubuhnya tinggi dan kurus. Bahkan dari jauh Mikha menyadari Kilau terlihat lebih kurus dari terakhir mereka bertemu, sekitar tujuh bulan yang lalu. Saat kematian Nainai yang tiba-tiba membuat kehidupannya jungkir balik.

“Hey Bunny.” Kilau berkata dengan napas yang terengah, ia sepertinya lari dari lapangan parkir, mungkin tak ingin membiarkan Mikha menunggu terlalu lama. “Sorry telat, di tol macet banget.” Katanya lagi.

“Minum dulu.” Mikha berkata, menyodorkan sebotol air mineral yang tinggal setengah.

Kilau memandang uluran tangan Mikha, tak percaya dengan gesture baik yang diberikan lelaki dihadapannya itu.

“Sooner or latter we are getting married, gak usah kaku gitu, it’s not like we like each other, remember pernikahan ini out of convenience. We are mutually agreed that after three years, I will file for a divorce. But at least before we get married, we need to get to know each other first, a basic stuff.” Ujar Mikha sambil mendelik.

“Oh wow, stupid me….” Kilau berkata, tapi tidak menyelesaikan kalimatnya.

“What?”

“Nevermind.”

“No..what? tell me?”

“Aku kira setelah perbincangan panjang kita di telepon maupun melalui chat. Karena kamu bilang kamu menerima perjodohan kita. Aku kira kamu akhirnya berubah, aku kira kamu sudah sedikit suka sama aku or at least engga benci lagi, but no…you’re still hate me.”

Mikha tertawa. “Sejak kapan kamu pakai aku-kamu? biasanya gue-lu?”

Wajah Kilau menghangat, ia menggaruk bagian belakang kepalanya. Kemudian mengangkat kedua bahunya acuh. “Bawa dua koper ini aja?” Tanya Kilau menunjuk dua koper ukuran besar dibelakang Mikha.

Si manis bertampang judes itu kemudian mengangguk.

“Ok kamu tunggu sini, aku ambil mobil dulu.” Kilau berkata seraya berjalan mundur, sebelum akhirnya berbalik dan kembali berlari ke tempat parkir.

Mikha hanya memutar bola matanya.

Diperjalanan kembali ke rumah Nainai yang kini hanya ditempati Kilau, keduanya terdiam. Benar saja, jalanan Jakarta siang itu cukup macet, bahkan di jalan tol yang seharusnya bebas hambatan.

Setelah lama dalam kesunyian, Kilau akhirnya berdehem, lalu tangannya menyalakan musik yang ia sambungkan dari spotify pada gawainya. Tak lama kemudian Piano Sonata no.16 in C major karya Lang Lang membahana di dalam mobil.

Kepala Mikha sontak berputar menatap Kilau yang tersenyum ke arahnya. “Aku dengerin dia terus tiap hari, gara-gara Mama bilang dia pianis kesukaan kamu.”

“Really?” Mikha terbahak.

“Yes, she even give me this idea to get you a Lang Lang New Year’s concert ticket in Bern. But she said the ticket is very difficult to find and if I get it, it is guarantee to make you fall in love with me.”

Dada Mikha berdebam mendengarnya. Apalagi aksen English-Australia Kilau yang sangat seksi itu kembali muncul.

“Your Mom is a great novelist indeed.”

Tawa Mikha semakin membahana, perutnya sampai tertekuk dan dahinya menyentuh dashboard mobil. “She’s weird as hell, she love this—our arrange married shit. Her romance novel brain really excited with the idea.”

“Hus jangan bilang kayak gitu soal Mama. She’s nice and very kind.”

Mikha menarik napas panjang dan berhenti tertawa. “So, kamu gak kebagian tiketnya kan? aku dengar tiketnya sold out hanya dalam 5 menit. Aku gak ikut war karena harga tiketnya mahal. Belum lagi tiket pesawat ke Bern saat high season, belum lagi biaya akomodasinya. So….”

“Oh I get it. Aku ikut war saat tiketnya resmi di buka, aku bangun jam 3 pagi, masuk ke webnya dan ternyata dapet antrian, di depan aku sudah ada sekitar 100 antrian, jadi ketika aku dapat giliran aku panik dan buru-buru gak liat lagi tiket apa yang aku beli. Indeed it’s so freaking expensive. Tapi aku belum beli tiket pesawat dan penginapan, kita bisa pesan bareng nanti sampai rumah, aku gak tau kamu pengennya nginep di hotel atau di vila.”

WAIT..WAITTT!!! kamu dapet tiket konser tahun baru Lang Lang di SWISS????”

“Um yes, for us, I bought two.”

“WHAT??” Mikha terlonjak dari kursinya, dadanya berdebar tak karuan, kalau saja tidak ada seat belt yang menahan tubuhnya, saat ini ia mungkin saja sudah melompat ke atas pangkuan Kilau. “Tell me you trolling me?”

“Aku serius, kamu buka aja ponsel aku, buka aplikasi gmail, disitu ada online voucer tiketnya, nanti bisa kita tukarkan dengan tiket fisik saat kita sudah sampai di Bern, sehari sebelum konser.”

Mikha buru-buru menyambar ponsel milik Kilau yang berada di dashboard tengah. Ia lalu membuka aplikasi email, dan benar saja mendapati ada sebuah email berisi voucher konser Lang Lang dalam bentuk attachement PDF.

“KIKI??”

“YES BUNNY!!!”

You’re crazy!! YOU BOUGHT VVIP TICKET!!! the seats is in the front, we can even see Lang Lang skin pore in HD! how come you’re so freaking lucky, kamu ikutan war sekali dan langsung dapet.”

Kilau tertawa.

“This doesn’t mean that I fall in love with you!” Ujar Mikha ketika keduanya sampai di bandara Internasional Zurich. “My love is not as cheap as one concert ticket mind you.”

Kilau memutar bola matanya, “Yes sir! tapi kamu harus tahu, tiketnya enggak murah.”

“SALAH SENDIRI KAMU DENGERIN IDE MAMA??? EMANG SIAPA YANG MINTA?

"Whatever! you know what I mean! Bukan soal harganya, tapi kan kamu pengen kita kenal lebih dekat, Mama bilang liburan bareng bisa jadi salah satu cara.”

“Right!”

Kota Zurich sore itu sedang dingin-dinginnya. Namun, suhu yang berada di minus 5 derajat celcius tidak membuat suasana bandara menjadi sepi. Ketika, Kilau dan Mikha selesai dengan bagian imigrasi, mereka keluar melalui pintu kedatangan dan disambut oleh ramainya lalu-lalang orang dan koper-koper besar. Orang-orang ini Mikha taksir kebanyakan adalan turis yang akan berlibur. Mulai dari libur natal sampai libur tahun baru. Atau juga turis seperti dirinya, yang akan menonton konser Lang Lang dengan agenda tambahan mengunjungi resort ski seperti Zermatt atau Gunung Titlis..

Mikha tahu, menyetujui ide ini dari Anna berarti membiarkan ibunya berfanatasi liar soal hubungan Mikha dengan Kilau. Tapi karena Mikha sudah menginginkan nonton Lang Lang secara live sejak ia masih remaja dan sedang giat-giatnya berlatih piano, Mikha tidak bisa menolak rencana ini. Lagipula mungkin Anna ada benarnya juga, ia bisa mengenal Kilau lebih jauh sambil berlibur bersama.

Maka seminggu sebelum keberangkatan, Mikha sudah mengobrol dengan Anna, meminta saran ibunya yang seorang romance novelist itu kegiatan apa saja yang Mikha dan Kilau dapat lakukan di Bern—well selain nonton konser—agar Mikha bisa mengetahui sifat dan prilaku asli seorang Kilau. Sebelum nanti ia menikah dengan CEO muda itu.

Anna, tentu saja excited luar biasa Mikha mau berdiskusi dengannya. Anna bahkan mengajukan diri untuk menyusun daftar itineray Mikha dan Kilau selama berada di Swiss.

Dan hal ini baru disadari Mikha sebagai suatu tindakan yang salah karena……

“My mom booked two days ski camp on Zermatt, in a holiday cabin uphill with only one bedroom!! is she insane? she really put me in her one-bed-room trope romance novel!” Mikha berteriak nyaring sambil menatap layar gawai miliknya dengan nanar. Langkahnya terhenti.

Keduanya sedang berjalan menuju departure station Bandara Zurich untuk melanjutkan perjalanan menuju Bern menggunakan kereta cepat. “She just forwarded our itinerary.” Mikha melambaikan gawai itu pada Kilau. “Letting her planned our holiday is a mistake.”

“Wow! udah lama gak main ski!” Langkah Kilau ikut terhenti dengan tiba-tiba, kedua koper di tangannya berdecit. “Aku mungkin bisa ikut kelas intermediate, aku sudah pernah ikut ski camp di Korea untuk kelas beginner…jadi”

Kamu bisa main ski?” Tanya Mikha mengangkat dagunya. “Please tell me something yo can’t do Kilau? you can’t be this…THIS…”

“Perfect?”

Mikha memutar bola matanya, “Ok whatever, Skiing is not important, but one bed room…”

“That’s not important either.” Jawab Kilau, “Aku bisa tidur di sofa. Masalahnya kamu gak bisa main ski sama sekali kan?”

“sleep on the sofa and freezing to death?” Jawab Mikha mendengus, menghindari pertanyaan Kilau. Karena ya, dia tidak bisa bermain ski dan enggan mengakuinya pada calon suaminya itu.

Konser Lang Lang yang diadakan di Standttheater Bern, Switzerland berlangsung selama dua jam penuh dengan dua kali intermission. Yang Kilau tidak tahu dari sebuah konser musik klasik, pemegang tiket VVIP mendapatkan box private di bagian depan panggung, satu box hanya terdiri dari 6 sampai 10 seats saja, dengan complimentary free flow champagne, sliced fruits platter, canapé serta meat and cheese charcuterie yang membuat Mikha tampak menjadi sangat relaks dan bahagia dengan perut kenyang.

Selesai konser anak itu kemudian tampak menunjukan tanda-tanda sedikit mabuk. Wajahnya sangat sumringah dengan senyum yang tidak lepas menghias wajahnya. Kedua pipi Mikha juga tampak bersemu merah, dan yang paling membuat perasaan Kilau jungkir balik adalah Mikha yang mendadak sangat manja dan terus bergelayut pada lengannya seperti bayi Koala.

So??? gimana kamu senang?” Tanya Kilau ketika keduanya menuruni tangga menuju lobi gedung konser.

Senyum Mikha mengembang from ear to ear. “Seneng bangettt!” katanya. Kedua matanya menyipit dengan pipi menggembung lucu. Gigi kelincinya menyembul.

Kilau tentu merasa gemas melihatnya. Ia tertawa. “Mau balik ke hotel sekarang?” Tanya Kilau, “Atau kamu mau makan dulu? Kalau malam ini kamu masih mau main di sekitaran Bern. Besok kita enggak usah buru-buru ke Zermatt, masih ada waktu sampai waktu check-out.” Ujar Kilau, memandang Mikha yang bergelayut pada lengannya.

Tangan Kilau terulur ke dahi lelaki Februari itu, ingin memeriksa suhu tubuh Mikha, ia curiga mungkin Mikha demam karena sejak tadi anak itu sama sekali tidak seperti biasanya yang selalu menjaga jarak dengan Kilau.

“Hmm I want to eat burger. A big fatty cheesy burger and soda.” Ujar Mikha merengek. Wajahnya merah bak kepiting rebus.

“Kamu masih lapar? Sepanjang konser tadi kamu ngemil terus padahal.” Ujung bibir Kilau tertarik membentuk senyum.

Mikha hanya mengangguk. "Laperrrr" katanya masih dengan nada merajuk.

"Alright, gak bisa dibiarkan ini seorang Mikhael Lim sampai kelaparan, kita cari restoran burger ok?"

Keduanya kemudian mengendarai sebuah taksi, Kilau bertanya pada supir dimana restoran yang menyediakan burger terenak di Bern. Supir itu mengatakan bahwa mereka beruntung karena restoran The Butcher Aarbergergasse terletak tak jauh dari gedung tempat konser berlangsung.

"Kalian harus coba goat cheese burger khas kota ini." Kata pria dengan janggut dan kumis lebat yang mengingatkan Kilau akan Santa Claus itu.

Di dalam taksi, supir itu kemudian menyetel musik yang tidak Kilau kenali, tapi Mikha langsung berteriak girang dan mulai bernyanyi dengan suara keras sambil berjoget riuh dibangkunya.

"You’re so funny when you’re drunk." Bisik Kilau ketelinga Mikha, hingga Mikha dapat merasakan hangatnya hembusan napas Kilau dan wangi tubuh kilau. Entah apa yang terjadi, tubuh Mikha tiba-tiba menegang. Dengan desah tertahan ia berkata.

"Tau gak apalagi kebiasaan aku kalau minum alkohol?” Mikha berkata cekikikan.

"Huh?"

"Aku biasanya horny kalo lagi mabuk, HAHAHAHA." Mikha terbahak, matanya menyipit lucu.

"Mikha!" Mau tak mau Kilau juga ikut tertawa, hatinya berdebar tak karuan menyaksikan kini wajah Mikha yang sewarna krimson makin mendekat pada wajahnya. "Mi...kha..." bisik Kilau, tenggorokannya tercekat. Ketika Mikha merangkak kepangkuannya seperti kucing.

"But I am not that drunk, I am just....tipsy probably, but why...I feel like...so hot..like animal in heat.." Mikha berkata, bibirnya hanya beberapa senti saja dari bibir Kilau. Keluruh tubuh Mikha sudah menempel erat pada tubuh Kilau.

"You're gonna regret this tomorrow." Balas Kilau, matanya mendadak sendu, kupu-kupu mengepakan sayap dan menjejak dengan riuh di bagian bawah perutnya.

"I don’t care..." Mikha semakin mendekat, jaraknya mungkin hanya satu inci dengan bibir Kilau.

"Mi…”

“Shhh…”

Kemudian bibir itu akhirnya menempel, hanya sedikit, tapi Kilau bisa merasakan halus dan empuknya tekstur bibir Mikha. Ia juga bisa mencium wangi dessert wine yang menguar dari mulut Mikha.

Tapi ketika lelaki Desember itu hendak memperdalam ciuman Mikha, supir taksi tiba-tiba berhenti dan berteriak nyaring..."WE ARE HERE!"

Kilau dan Mikha sama-sama kaget mendapati bagaimana posisi mereka saat itu. Mikha sampai refleks mendorong tubuh Kilau sebelum ia buru-buru meluncur turun dari pangkuan Kilau dan keluar dari taksi.

Setelah dipersilahkan duduk, keduanya kemudian mulai memesan makanan dalam diam, Mikha memesan goat cheese burger sementara Kilau memesan spicy burger.

Kemudian keduanya makan dalam diam. Sambil memandangi suasana kota Bern menjelang natal yang terlihat sangat indah dari balik kaca jendela. Keduanya duduk berhadap-hadapan dalam sebuah booth kulit warna merah marun. Diluar kerlap-kerlip lampu natal yang menghiasi setiap toko dan bangunan menjadi pemandangan yang cantik.

Malam itu tak banyak orang yang makan bersama mereka di dalam restoran, mungkin karena malam natal, orang biasanya lebih memilih untuk mengadakan jamuan makan malam keluarga di rumah.

Ditengah kesunyian yang cukup awkward, tiba-tiba salju turun dengan deras, wajah Mikha seketika cerah, melihat keluar jendela sambil bergumam, "Snow falling at night looks so beautiful."

"Indeed," Jawab Kilau pelan, "Nainai juga menyukai musim salju, kami sempat berlibur ke negara empat musim beberapa kali saat akhir tahun. Waktu pertama kali merasakan salju, aku langsung jatuh cinta pada musim dingin. Nainai bilang mungkin karena aku lahir di bulan Desember, saat musim dingin."

“I love winter too.” Ujar Mikha seperti bergumam.

Setelah selesai makan, Mikha ngotot membayar makan malam keduanya. Dengan alasan, seluruh perjalan termasuk tiket konser dan biaya liburan mereka di Bern dan Zermatt semuanya dibayar oleh Kilau. Akhirnya lelaki seperempat abad itu mengalah dan membiarkan Kilau membayar makan malamnya.

Sesampainya di hotel, ketika Mikha hendak masuk ke kamar mandi, Kilau menahan tangannya. “Hey, kayaknya kita harus ngomong soal kejadian di taksi tadi. Kamu sudah sober kan sekarang?”

Mikha menunduk, memandangi ujung chelsea boots yang ia kenakan. “Sorry” katanya dengan suara serak. “It’s the alcohol…or not.”

“Pardon?”

“Aku enggak mabuk Ki.” Mikha berkata tak sabaran. “Well, maybe just a little bit tipsy, but I know what I’m doing, I am still aware all of it….tapi penolakan kamu justru yang bikin semuanya jadi awk…

Suara Mikha terbungkam. Tiba-tiba, Bibir Kilau sudah menempel pada bibirnya. Awalnya Mikha hanya bisa merasakan sesuatu yang empuk dan dingin, kemudian manis buah ceri dari cherry cola yang tadi Kilau minum mencecap indera perasanya.

Lalu desir aneh merangkak naik dari dasar perutnya sampai ke dadanya ketika lidah Kilau menjamah masuk. Hangat dan basah, ujung lidah itu menjumpai gigi geligi Mikha satu persatu sebelum mulutnya menghisap dan mengulum bibirnya sampai bagian selatan Mikha terasa tersengat listrik.

“Ahh…Kiki..hng.” Mikha mengerang, tubuhnya kemudian diangkat. Kedua kakinya segera mengait pada pinggang Kilau sementara bibir keduanya masih terus saling melumat dalam ciuman yang semakin panas.

Mikha tidak tahu bagaimana awalnya. Tapi kini ia sudah berada diatas meja wastafel panjang yang terdapat didalam kamar mandi hotel. Jemari Kilau melucuti satu-persatu pakaiannya. Coat bulu dombanya, syal chasmere, sepatu boots, celana jeans, kemeja, sweater dan dalaman heath-tech. Banyak sekali lapisan baju yang Mikha kenakan, sekarang semuanya sudah terhampar berantakan di lantai kamar mandi.

Dihadapannya Kilau sedang melucuti pakaiannya sendiri, sampai ia telanjang bulat.

Napas Mikha sontak memburu, tanpa ia bisa cegah, kedua pahanya membuka begitu aja ketika Kilau mendekat dan berdiri diantara kedua kakinya, setelah ia menyalakan air panas untuk mengisi bathtub. “Let’s have a bath, I am cold.”

“Sure.” Mikha berkata, tertawa pelan.

“But first, I want to suck you…while waiting for the water to fill the tub.”

“Are we really going to?”

“Yes?”

“Fucking?”

Kilau berdecak, “Make love honey.”

“We are not married…..”

“YET! we will, as soon as you want it, if you want to get married tomorrow let’s have it.” Ujar Kilau cepat. Kedua tangannya berada di pinggangnya yang ramping. Tubuh tingginya tampak menjulang, penisnya berat dan keras, mengacung tegak ke arah perutnya.

“So it’s fucking not make love.”

Kilau tertawa, “Whatever you want to call it. I am hard as fuck. Don’t say that you change your mind or I will have blue balls tomorrow.”

Mikha terbahak, lalu ia meluncur turun dari atas meja wastafel. Di dekapnya Kilau sambil berjinjit. Napasnya yang hangat mengenai wajah Kilau. “Well, who’s horny now?”

“Me.” Ujar Kilau pasrah.

“Alright, ok…suck me now…please.” Katanya sambil mengedipkan kedua bulu matanya menggoda.

“Until how long are you going to suck my dick?” Mikha berkata, suaranya terdengar seperti orang mengantuk. Keduanya kini duduk telanjang di dalam bathtub. Mikha duduk pada pinggiran bathtub sementara Kilau berlutut dihadapannya. Air hangat beraroma sandalwood merendam sebagian tubuhnya.

Kilau sudah memberinya blowjob sejak 5 menit yang lalu. Orgasme Mikha berada di ujung tanduk, tapi Kilau tak juga memberinya izin untuk melepas kenikmatan yang perlahan jadi membuatnya frustasi.

“Gak sabaran banget.” Ujar Kilau sambil melepaskan penis Mikha dari dalam mulutnya —Bibir Kilau terlihat merah dan basah oleh air liur, begitu pula penis Mikha. Keras, mencuat dan telihat sangat licin. “Kamu balik hadap sana deh, I’ll prepare you first.” Kilau berkata, mengambil posisi di tengah-tengah bathtub.

Mikha patuh berdiri, lalu mengambil posisi menungging. Kemudian Kilau mengecup punggung telanjang Mikha dan menggosoknya dengan spons berbusa perlahan.

“Before I forgot, don’t say anything about this to my mom, she’ll be weirdly thrill…”

“On our sexcapade?”

“Don’t say sexcapade thats sounds cheap.”

“Well, you are the one who called this as fuck instead of make love.”

“Shut uhh..hngg ahhhh Kiki….please…”

Kilau menyeringai, dua jemarinya yang licin dan penuh busa sabun tiba-tiba sudah terbenam di dalam lubang anal Mikha. Keluar masuk dan bergerak-gerak mencari titik kenikmatannya di dalam sana.

Kedua lutut Mikha menekuk, matanya terpejam. Kuku jemarinya yang menggengam pinggiran bathtub mulai memutih karena ia mencengkeram sekuat tenaga. Kenikmatan menggelegak dan menyergapnya bertubi-tubi, jemari Kilau di dalam sana memijat prostatnya. “Please..I want more.” Katanya.

“Kiss me.” Kilau berkata, dan Mikha memalingkan wajahnya ke arah Kilau yang berada di belakangnya. Tangannya terjulur menggapai belakang kepala Kilau, kemudian menciumnya.

“Hnggg baby” Kilau memperdalam ciuman itu, tangannya memegang leher Mikha yang terekspose dengan posisi menengadah. Lidahnya menjilati bibir Mikha, his cute thick lips. Mulut Mikha membuka memberi akses. Kilau menghisap lidahnya. Perlahan-lahan ciuman itu mulai memanas.

Kilau menurunkan tangannya dari leher Mikha, kemudian perlahan bergerak meraba puting Mikha yang mengeras lalu memelintirnya. “Ahhh” Mikha melepaskan ciumannya lalu berbalik, memanjat ke atas pangkuan Kilau dengan posisi masih membelakangi. Punggungnya melengkung dan kedua tangannya memegang belakang leher Kilau.

Kilau menggapai penis Mikha yang ujungnya sudah dipenuhi cairan bening precum. Ia kemudian mengocoknya sangat-sangat pelan.

“Ahhh Kiki….” Mikha mendesah.

“Do you want to come?” Katanya

“Yess…pleaseee” Mikha mulai menggelinjang dipangkuan Kilau, pantatnya menggosok-gosok penis Kilau yang keras dan berurat.

“Then come honey….I give you the permission” bisiknya sambil mengisap area dibelakang telinga Mikha hingga memerah.

Mikha mengerang mencapai puncak orgasmenya. Menghentakan belakang kepala Kilau kedepan dan bibirnya yang berusaha menggapai bibir Kilau, ingin menciumnya.

Mikha mencapai puncak dengan gemetar hebat dan Kilau yang juga mencapai puncaknya hanya dengan gesekan penisnya dengan bokong Mikha yang menghimpit kejantanannya. Ia memuncak, bergelinjang mengendarai orgasmenya sambil mengigit bibir Mikha hingga pecah.

Setelah keduanya turun dari ketinggian mereka. Mikha menghela napas, lalu keduanya keluar dari bathtub menuju shower booth, Dengan rambut acak-acakan, bibir merah dan terluka, mata yang mengantuk dan fucked out. Mikha tersenyum memeluk Kilau di bawah pancuran air hangat.

“Kiki….”

“Yes?”

“Now put that thing inside me.” Katanya, menunjuk kejantanan Kilau yang masih keras, walau ia baru saja orgasme beberapa menit yang lalu. Mikha kemudian mengambil posisi, menungging sambil tangannya berpegangan pada keran shower.

Poros lubang anal Mikha terlihat merah, lembut dan membuka sedikit. Kilau tak berkata apa-apa lagi, kedua tangannya meremas pipi bokong Mikha sambil menariknya, memperlihatkan cincin otot berkerut itu sebelum kemudian menyapukan lidahnya disana.

“Ahhh…damn..hng..”

Lidah Kilau menusuk dan bergerak naik turun, kemudian mulutnya menghisap kuat-kuat bagian berkerut yang penuh syaraf sensitif itu sehingga kedua paha Mikha bergetar hebat.

“Fuck!”

“Oh yes, I will..do just like that!” Ujar Kilau, meraih olive oil yang terdapat pada rak lalu melumuri penisnya sambil memijatnya beberapa saat. Ketika akhirnya lelaki itu memasuki lubang hangat milik Mikha, kakinya tak sanggup lagi untuk berdiri. Mikha terjatuh, punggungnya bersandar pada dada Kilau. Posisi ini membuat kejantanan Kilau terbenam kian dalam dan langsung mengenai prostatnya.

“Ah hnggg….”

“Bunny is it good?” Kilau berkata, menarik penisnya keluar setengah dan menghentaknya kembali masuk. Ia kemudian bergerak maju mundur, ujung penisnya menghantam prostat Mikha bertubi-tubi.

Mikha yang sudah lemas merasakan orgasmenya yang kedua akan memuncak. Dengan berpegangan pada kedua tangan Kilau yang memeluk dadanya, Mikha mulai menggerakan bokongnya. Tumbukan kedua gerakan itu membuat kenikmatan luar biasa menyengat keduanya. Kilau orgasme dengan spontan, karena hebatnya orgasme yang ia rasakan, Kilau sampai berjinjit seraya bokongnya terus menghentak maju mundur seperti piston, dan tubuh Mikha ikut terangkat.

Puncak putih yang lebih muda pun menyeruak, spermanya meluncur sampai mengenai tembok di hadapannya, tubuh Mikha bergelinjang menikmati orgasmenya yang sangat luar biasa. Napasnya memburu seraya bibirnya menggapai bibir Kilau. Keduanya berciuman, sambil terus menikmati orgasme keduanya yang bagai tak berkesudahan.

Setelah malam panas mereka di Bern, keesokan harinya Kilau dan Mikha naik kereta cepat menuju Zermatt. Anehnya sepanjang perjalanan keduanya sama-sama banyak terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Mikha tahu di dalam hatinya mulai tumbuh rasa suka kepada Kilau, atau mungkin ia sudah menyukai Kilau jauh sebelum ini, tapi Mikha takut mengakuinya. Apalagi, awalnya ia menentang perjodohan gila yang disyaratkan almarhum Nainainya itu.

Begitu juga dengan Kilau. Kini, ia sudah yakin benar kalau ia memang menyukai Mikha. Cowok menyebalkan, tinggi hati dan paling sombong yang pernah Kilau kenal, dihadapannya kini mulai terbuka layer demi layer kulit yang membungkusnya seperti lapisan kulit bawang.

Mikha yang ia kenal dalam beberapa hari ini adalah anak yang manis, ceriwis dan lucu. Kilau merasa hampir pasti bahwa rasa sukanya yang dahulu sudah berubah menjadi cinta. Dan ia tidak sanggup membayangkan bahwa ia harus melepaskan Mikha ketika pernikahan mereka nanti mencapai usia tiga tahun.

The eventual divorce is on the horizon, even if right now they’re not married yet.

Setelah sampai di penginapan berupa mountain lodge yang akan mereka tempati selama dua malam, Mikha sempat melakukan video call dengan kedua orangtuanya. Kilau duduk di atas tempat tidur yang lagi-lagi hanya ada satu, sambil pura-pura sibuk dengan gawainya. Padahal sudut matanya terus mengawasi interaksi keluarga Lin.

“Something happened right? you look cuter more than usual and so so glowing.” Anna berkata, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum simpul. Matanya bercahaya dan penuh dengan godaan.

Anna please, tone it down a little, kamu gak lihat ada Kiki dibelakang.” Joseph berkata, mencubit pipi istrinya dengan sayang.

Setitik kehampaan muncul pada hati Kilau melihat kemesraan orangtua Mikha, ia yang tidak pernah mengenal orangtuanya, mendadak menjadi sangat sedih. Entah mengapa.

“Hey.”

Kilau tidak tahu berapa lama ia termenung sambil memandangi ponselnya yang menampilkan video kucing lucu dari Youtube yang tadi ia tonton sambil menguping pembicaraan Mikha dengan orangtuanya.

Ternyata, sesi video call itu sudah selesai dan Kilau masih menonton video lucu yang seharusnya membuat itu tersenyum itu dengan mata berkaca-kaca.

“Ki?”

“Hm?”

“Why are you sad watching funny cat video.”

“Oh..” Kilau tersentak, buru-buru mematikan ponselnya. “Nothing.” Katanya.

“Do you miss Nainai?”

Kilau menggeleng.

“Can you tell me what she is like?” Tanya Mikha, menghempaskan diri di samping Kilau.

“Dia galak. Hampir kejam. Helicopter mom yang gemar melakukan mikro-management. And she’s not even my real mother.” Kilau menghela napas panjang, “But she’s the only mother figure I know.” Katanya berbisik. Setitik airmata jatuh dari mata kanannya, mengalir pada pipi Kilau yang cekung dengan rahangnya terpahat.

“Hey….you’re still grieving, just let it all out.” Mikha bergeser dan memeluk Kilau. Kehangatan sontak melingkupi tubuh Kilau.

Bahu Kilau mulai berguncang dalam pelukan Mikha. Kematian Nainai sudah hampir lewat setahun yang lalu, tapi melihat kemesraan orangtua Mikha tadi, tiba-tiba membangkitkan rasa sedih yang teramat dalam diri Kilau. Ia kini benar-benar sendirian di dunia ini. Sebatang kara.

“I am glad that…she’s…trying to make us fall in love and get married, trying to make us become real family….she knows that, if she can’t survive her sickness, I will be completely alone. And you know what? I am thankful, even if, you are mine for only three years.”

“….”

“Mungkin sudah takdir ku selalu ditiggal orang-orang yang aku sayangi. Lelaki yang wajahnya sekarang sudah menjadi fragment mimpi berupa bayangan putih seperti awan. I know at some point in my life, as a kid, I must be love that man. And then Nainai, bagaimanapun strict dan kerasnya ia mengasuhku sebagai ibu asuh, aku bisa merasakan ketulusannya. She must be lonely, dan berusaha menggantikan kamu dengan mengangkatku sebagai anak asuhnya.”

Pada titik itu, air mata Mikha sudah ikut jatuh berderai. Ia lalu membenamkan wajahnya pada leher Kilau. Ia tidak tahu mengapa dahulu ia tidak dekat dengan neneknya. Dan sekarang ia sangat-sangat menyesal dan ingin sekali mengenal wanita bertangan besi itu.

“And then you happened Mikha.” Kilau melepaskan pelukannya. Ia kemudian memandang lurus pada pemuda tampan dihadapannya. “I like you, since the first time I saw you on the video call with Nainai. Weekly video call kalian sangat aku nanti-nantikan. Just so I can see your beautiful face, when you’re still high school student in Singapore until you’re at uni in Kuala Lumpur. Wajah kamu yang selalu memberengut ketika Nainai menanyakan nilai-nilai sekolah kamu dan memaksa kamu untuk melaporkan kegiatan ekstrakulikuler yang bejibun. Dibalik wajah kamu yang poised and stucked up. I know you are so kind and nice, If I were you, dengan beban seberat itu dipundak kamu, I will hate my grandma too..If I ever have one.”

Mikha tertawa mendengarnya. Hatinya terasa seperti tumpukan salju diluar sana, rapuh dan bisa mencair kapan saja.

If we are getting merried, I will try to fill that emptiness in your heart. Aku enggak janji bisa menjadi orang yang tepat buat melakukan itu, tapi aku akan berusaha.” Mikha tiba-tiba berkata. “Kamu anak yang baik, now I know why Nianai berusaha menjebak aku untuk menikahi kamu.”

“Menjebak?” Kilau akhirnya tertawa. Kedua matanya yang basah berkilat.

“She is! But….I am okay now, at least the sex will be good as hell.”

“Wow, I knew you’ll only use me for sex.”

“Not my fault I like guy with big dick, and turned out you are big. I thank Nainai for that at least.”

“Jeezz Mikhael Lin!” Pura-pura marah, Kilau mendorong Mikha sampai ia berbaring telentang diatas tempat tidur. Ia kemudian naik ke atas tubuh Mikha dan menyergap tubuhnya dengan kedua siku bertumpu disebelah wajah Mikha.

“I am just kidding don’t hurt me!”

“I will NEVER hurt you, unless hurting you to make you feel good, Bunny.”

Mikha memutar bola matanya. “So…Kiki you have a crush on me since we are teenager?”

“Hmm yes, and I think I already in love with you now.”

“Ok.”

“Ok? that’s it?” Kilau berkata, pura-pura terluka.

“Well…..maybe I lov…I mean I like you too now, just a little bit, tiny tiny bit. You seems like a genuine and good person. I want to know and I want to love my grandma, get to know her from you Kiki. So, let’s get married and try it for three years, help me runs Nainai’s—our company until it become very successful, and give me lot’s of orgasm and see what happened.”

Kilau tertawa, “That’s so easy. If you don’t know, House of Ruby is already successful worldwide and I guarantee, after I give you three orgasm in-a-row, you will love me to hell and back.”

“Prove it!” Mikha menantangnya, memandang Kilau yang berada diatasnya sambil mengigit bibir.

“Oh game on!” Kilau berseru seraya mulai melucuti pakaiannya. “We will stay married, after three years right?”

“Mayyyybeeee….” Bisik Mikha tertawa, seraya mengecup bibir Kilau lembut.

"Please..."

"Plase what?" Mikha tertawa. "Kita belum menikah kenapa kamu udah ketakutan gitu?"

"Aku gak mau cerai." Kilau merengek.

"HUUUH kamu sendiri yang waktu itu bilang and I quote 'cuma tiga tahun, setelah anniversari kita yang ke tiga kamu bisa ceraikan aku." Mikha berkata, mencibirkan bibirnya. "Bullshit."

"Yes I am bullshitting, please promise me now you are not going to divorce me before our wedding next month."

"Siapa bilang pernikahanya bulan depan?"

"MIKHAEL LIN!" Kilau berkata pura-pura marah. Tubuhnya yang sekarang telanjang sepenuhnya mulai menindih tubuh Mikha. "Please bunny...don't leave me."

Mikha memutar bola matanya, lalu dengan pura-pura kesal ia mengerucutkan bibirnya "Ya udah kalo maksa!" Katanya, memalingkan wajahnya.

"YAY I WON!!!" Kilau berteriak, "I want 5 kids" Katanya sebelum mencium bibir Mikha dan melumatnya. Tanpa membiarkan Mikha menjawab perkataannya itu karena bibirnya sudah keburu di lumat oleh Kilau.

Dalam hati, Mikha hanya bisa mengumpat. "Sinting!" sebelum akhirnya membalas ciuman kekasihnya dengan sama bernafsunya.

FIN

Foniks7

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Lemon Bundt Cake
5
0
Happy Birthday Atlas!Content Warning : NSFW bxb
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan