
Lyla tidak berminat menikah. Namun, siapa sangka ia harus terjebak dalam pernikahan dengan sahabatnya sendiri?
"You're a jerk, Hanan."
"And you're trapped with this jerk in a marriage, sweetheart."
©Claeria
Di tengah aroma manis yang memenuhi ruangan, Lyla menahan napasnya. Keningnya sedikit berkerut sementara tangannya dengan hati-hati menekan piping bag berisi krim. Ia tengah memberikan sentuhan terakhir pada red velvet cupcake buatannya dengan membentuk hiasan di atas tiap kue.
Bagi Lyla, mencoba menu baru adalah ritual favoritnya di tengah rutinitasnya sebagai seorang pemilik kafe. Sejak awal mendirikan Orphic, ia sengaja membangun dapur pribadinya di bagian belakang gedung, tempat ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk menciptakan menu baru. Well, Orphic tentu harus selalu berinovasi dan menyajikan menu baru agar pelanggan tidak bosan, bukan?
Belakangan ini, Lyla bahkan semakin semangat berkreasi, mencoba berbagai menu baru mulai dari roti, cake, minuman, appetizer, bahkan menu utama. Tentu saja ini tidak lepas dari peran Hanan sebagai panelisnya.
Sejak menikah, Lyla mendapatkan partner baru yang dapat ia andalkan untuk mencicipi semua eksperimennya. Tadi pagi saja ia sudah membekali Hanan dengan kimbab. Tidak seperti biasanya, kali ini Lyla membuat kimbab yang digulung dengan telur di bagian luar. Gadis itu juga menambahkan daging bulgogi sebagai isiannya. Padat, penuh dengan protein, sesuai selera Hanan.
Teringat bekal suaminya itu, Lyla menaruh piping bag, mencuci tangannya yang lengket karena krim, dan meraih ponselnya. Ia baru saja hendak menghubungi Hanan dan menanyakan pendapat pria itu tentang bekalnya ketika jemarinya terhenti. Bibir Lyla merekah membentuk senyuman melihat notifikasi di layar ponselnya.
Bagaimana bisa Hanan seperti baru saja membaca pikirannya?
Hanan Johanssen
Bekalnya enak banget
Aku suka tekstur telur di luarnya
Isian dagingnya masih juicy, terus gurih
Makasih ya La
Lyla Nathania
Semoga suka ya Hanan
Cuma bisa bikin yang simple soalnya tadi takut telat
Hanan Johanssen
Wow yang begini tuh simple ya?
Anak-anak aja pada muji bekal aku abis2an tadi
Katanya aku pasti beli dari restoran
Lyla Nathania
Kok mereka bisa liat?
Hanan Johanssen
Soalnya aku pamerin ke semua orang waktu makan di kantin pabrik tadi HAHAHA
Lyla Nathania
Ngapain dehhh
Emangnya nggak malu?
Hanan Johanssen
Kenapa malu? Aku flexing lah
Istri aku perhatian dan pinter masak
Ketika menyadari bahwa ia sudah tersenyum terlalu lebar ketika membaca pesan terakhir dari Hanan, Lyla langsung berdeham dan menepuk-nepuk pipinya sendiri.
Apa-apaan ini? Tidak seharusnya ia merasa senang dan bangga hanya karena pujian dari Hanan!
Berhasil mengulum senyumnya, Lyla kembali beralih pada pesan baru yang muncul di layar ponselnya.
Hanan Johanssen
Ngomong2 nanti pulang jam berapa?
Nggak bawa mobil kan? Aku jemput ya
Lyla Nathania
Ngapain jemput, bisa naik taksi online
Hanan Johanssen
Mau ngajak pacaran
Dinner bareng di luar
Atau kamu lebih milih dijemput abang taksi dibanding Abang Hanan?
Tidak ingin suaminya menggerutu seharian karena kalah saing dengan supir taksi, Lyla akhirnya menerima tawaran Hanan. Benar saja, malam itu mobil SUV hitam milik Hanan sudah muncul di parkiran Orphic tepat jam setengah tujuh.
Hanan yang masih mengenakan kemeja kerja yang kini sudah digulung lengannya hingga ke siku menyambut istrinya itu dengan senyuman lebar. Membalas senyuman Hanan, Lyla masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku penumpang. Gadis itu sedang mengencangkan sabuk pengaman ketika suara Hanan mengalihkan fokusnya.
"Taraaa!"
Mata Lyla membulat ketika ia mengangkat wajah dan menemukan sebuah buket bunga berukuran besar disodorkan di hadapannya.
"Cantik bangettt! Ini buat aku, Hanan?" pekik Lyla penuh semangat.
"Iya dong. Masa buat si Ochi atau Ichsan?" Hanan terkekeh.
Dada Hanan tampak mengembang bangga kala melihat Lyla tak berhenti memandang kagum buket bunga mawar berwarna pink dan putih itu. Rupanya usaha Hanan menyempatkan diri untuk mampir sejenak di toko bunga tadi tidak sia-sia. Senyum lebar Lyla membayar lunas semuanya.
"Dalam rangka apa kasih bunga begini?"
"Dalam rangka keinget kamu suka bunga mawar," jawab Hanan santai.
"Thank you..."
"Suka nggak?"
Lyla mengangguk kuat-kuat. "Suka banget!"
"Kalau suka, cium dong," Hanan menyodorkan wajahnya kepada Lyla dan menunjuk pipi kirinya.
Sayangnya, Lyla langsung mendorong wajah Hanan menjauh sambil mengernyit tidak suka. "Ih, malesin! Ternyata ada maunya!"
Hanan tertawa lalu balas mencubit gemas pipi sang istri yang kini langsung berceloteh melayangkan protes.
Ah, Hanan lupa. Lyla sudah mengenalnya terlalu lama, trik seperti tadi itu tidak akan mempan untuknya. Tapi tidak apa-apa, untuk saat ini bisa melihat Lyla tersenyum karenanya saja sudah cukup bagi Hanan.
Ya, sudah cukup.
Setidaknya untuk saat ini.
***
Lyla meletakkan sepotong daging dan sesendok nasi putih di atas daun selada. Ia membungkusnya lalu memasukkannya ke dalam mulut sebelum mendesah penuh nikmat. Setelah berdiskusi sepanjang jalan tadi, Hanan dan Lyla akhirnya memutuskan untuk makan malam di Gyukaku, yang terletak tidak begitu jauh dari Orphic. Usia mereka memang sudah bertambah, tetapi makanan favorit mereka tidak berubah sejak dulu. Jika diminta memilih seafood, ayam, atau sapi, Hanan dan Lyla pasti akan kompak memilih daging sapi.
Tengah menguyah daging wagyu yang terasa begitu lembut, sebuah pertanyaan melintasi kepala Lyla. "Hanan, aku penasaran deh," Lyla melirik Hanan sekilas dan bertanya. "Kita kan udah hampir sebulan jadi suami istri, gimana perasaan kamu setelah nikah sama aku?"
"Seru, rasanya kayak sleepover kita waktu zaman SD, tapi setiap hari," jawab Hanan sembari membalik daging di atas panggangan, menimbulkan bunyi mendesis yang ramai.
"Emangnya kamu nggak bosan? Nggak kangen clubbing sama minum lagi?"
"Surprisingly, nggak. Toh di rumah sekarang ada temannya, bisa nonton film bareng, ngobrol sambil nyemil, jadi rasanya nggak bosan."
Lyla mengangguk tanda ia mengerti.
Sembari menyesap teh dingin di gelasnya, diam-diam gadis itu melirik ke arah Hanan lagi. Sesungguhnya ada sesuatu yang ingin ia tanyakan kepada suaminya itu, tetapi Lyla meragu. Apakah hal itu pantas untuk ditanyakan?
Setelah berpikir untuk beberapa saat, Lyla akhirnya menggigit bibirnya. Dengan hati-hati, ia bertanya dengan suara dikecilkan, agar hanya Hanan yang bisa mendengarnya. "Kalau... soal seks, gimana?"
Sepertinya Lyla memilih waktu yang tidak tepat karena Hanan baru saja menelan sepotong daging. Ia langsung tersedak hebat dan terbatuk-batuk.
"Seriously, La?!" pekik Hanan tertahan ketika batuknya sudah mereda. Oh, astaga! Ia tidak pernah menyangka Lyla akan menyinggung topik yang satu itu!
"Aku cuma penasaran aja. Kamu kan udah puasa beberapa bulan ini. I don't know, maybe you feel cranky atau apa gitu karena nggak dapat jatah," Lyla mengerjapkan matanya tanpa dosa.
"Ya jujur aja aku kepengen lah! Siapa juga yang nggak kepengen? Tapi aku bakal tetap pegang janji aku ke kamu. Aku nggak akan nyari orang lain dan nggak akan maksa kamu kalau kamu nggak mau," jelas Hanan. Pria itu terdiam sesaat sebelum kedua matanya mendadak berbinar menatap Lyla. "Kenapa? Kamu mau, La?"
"Nggak! Aku nanya doang, bukan berarti aku mau tidur sama kamu!"
"Yah... Aku kira kamu udah berubah pikiran sejak kita tidur sekamar," bahu Hanan merosot lemas.
"Dasar mesum!" ejek Lyla salah tingkah. Gadis itu buru-buru mengambil jepitan miliknya dan menaruh beberapa potong daging di atas panggangan, tidak ingin Hanan menyadari wajahnya yang mungkin kini telah memerah.
Hanan terkekeh. Kalau digoda seperti ini saja bisa membuat pipi Lyla memerah, sepertinya masih butuh waktu lama bagi mereka untuk dapat melakukan kegiatan panas di atas ranjang. Tampaknya Hanan masih harus banyak bersabar.
"Oh iya, La. Besok Sammy ngajakin aku sama Joshua ke Meat Bar. Aku boleh pergi nggak?" Hanan mengalihkan topik pembicaraan.
"Tumben minta izin? Biasanya kamu cuma kasih info aja mau ke mana dan ngapain," tanya Lyla dengan kedua alis terangkat.
"Kali ini minta izin soalnya bakal minum juga. Kan aku udah janji ke kamu kalau bakal stop minum."
Lyla menatap Hanan sejenak lalu mengangkat bahunya. "Kalau di Meat Bar kamu nggak akan minum sampai mabuk, kan? One or two glasses of wine with meat is fine."
"Nggak bakal mabuk kok, janji," Hanan mengacungkan jari kelingkingnya. "Nggak bakal genit sama cewek juga."
Mendengar kalimat yang terakhir, Lyla mendengus. "Yakin? Kalau ada cewek seksi godain kamu, gimana?"
"Aku bakal pamer ini," Hanan mengangkat tangan kirinya, memamerkan cincin yang melingkari jari manisnya. Dengan satu tangan di dada seolah sedang mengambil sumpah, Hanan menegaskan. "Aku sekarang cuma mau digodain sama Lyla Nathania."
"Siapa juga yang bakal godain kamu?!"
"Kenapa kamu nggak coba? Kan udah punya bahannya?" Hanan lalu tersenyum jahil. Ia mencondongkan tubuhnya dan mengedipkan sebelah matanya menggoda. "The black lingerie will do just fine."
"Hanan, apaan sih?! Mending kamu diem terus makan aja deh!" semprot Lyla panik. Gadis itu buru-buru mengambil potongan daging dari piringnya dan menyodorkannya ke mulut Hanan, membuat tawa sang suami meledak.
Tidak mau disemprot Lyla, Hanan akhirnya menurut dan memakan daging yang disodorkan.
Ah, kalau bisa menggoda Lyla seperti ini setiap hari, sepertinya Hanan benar-benar tidak butuh bantuan alkohol, club, dan wanita lain lagi untuk menghibur diri.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰