
Perempuan itu berdiri, berjalan pelan dengan susah payah satu langkah demi satu langkah. Dia hendak menjawil ponsel miliknya di atas nakas di dekat ranjang bayi yang kosong. Karena si empunya lebih betah bersarang di bawah ketiak ibunya dan melakukan drama seperti tadi.
Benny:
Ya, syukurlah.
Dua alis Ayudia berkernyit. Kenapa balasan seorang ayah seperti ini?
Bulir air mata turun tanpa rencana. Dia berjongkok di ujung ruangan sambil terisak. Pelan sekali, takut membangunkan bayi yang baru saja tertidur....
Perempuan itu berdiri, berjalan pelan dengan susah payah satu langkah demi satu langkah. Dia hendak menjawil ponsel miliknya di atas nakas di dekat ranjang bayi yang kosong. Karena si empunya lebih betah bersarang di bawah ketiak ibunya dan melakukan drama seperti tadi.
Benny:
Ya, syukurlah.
Dua alis Ayudia berkernyit. Kenapa balasan seorang ayah seperti ini?
Bulir air mata turun tanpa rencana. Dia berjongkok di ujung ruangan sambil terisak. Pelan sekali, takut membangunkan bayi yang baru saja tertidur. Benny tak merasakan susah payah hamil seperti dirinya, melahirkan dengan kontraksi hebat belasan jam, menyusui dengan puting lecet, atau untuk berjalan normal saja rasanya sulit, seperti digerayangi silet di area bawah tubuh.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
