Epilog - Di Balik Bayangan

0
0
Deskripsi

Seminggu telah berlalu sejak malam yang mengerikan itu, dan desa yang sunyi seolah telah kembali pada ketenangan lamanya. Namun, bagi Haris, ketenangan itu tidak pernah benar-benar terasa nyata. Setiap kali dia menutup mata, suara-suara dari masa lalu, bayangan-bayangan yang pernah menghantui rumah itu, terus bermain di dalam pikirannya. Meski arwah Farhan telah dibebaskan, ada sesuatu yang masih terasa hilang. Sesuatu yang tidak akan pernah sepenuhnya terhapus.

Haris memutuskan untuk meninggalkan...

Seminggu telah berlalu sejak malam yang mengerikan itu, dan desa yang sunyi seolah telah kembali pada ketenangan lamanya. Namun, bagi Haris, ketenangan itu tidak pernah benar-benar terasa nyata. Setiap kali dia menutup mata, suara-suara dari masa lalu, bayangan-bayangan yang pernah menghantui rumah itu, terus bermain di dalam pikirannya. Meski arwah Farhan telah dibebaskan, ada sesuatu yang masih terasa hilang. Sesuatu yang tidak akan pernah sepenuhnya terhapus.

Haris memutuskan untuk meninggalkan rumah tua itu. Tidak peduli seberapa banyak keheningan yang ada, tempat itu telah terhubung terlalu dalam dengan sesuatu yang gelap. Meskipun rumah itu sekarang terasa kosong dari kekuatan gaib, dinding-dindingnya masih menyimpan kenangan akan tragedi yang pernah terjadi di sana. Kenangan yang tidak akan pernah benar-benar bisa dihilangkan.

Hari ini, Haris kembali untuk terakhir kalinya. Dia berdiri di ambang pintu rumah, menatap ruang tamu yang sekarang tampak lebih terang di bawah sinar matahari pagi. Tidak ada lagi bayangan yang melayang di dinding, tidak ada lagi langkah kaki yang terdengar dari lantai atas. Rumah itu sepi, lebih sepi dari sebelumnya, seolah-olah akhirnya bisa bernapas kembali setelah bertahun-tahun terperangkap dalam kegelapan.

Haris berjalan masuk, mengelilingi rumah itu untuk terakhir kalinya. Setiap sudut ruangan mengingatkannya pada malam-malam yang penuh ketakutan, pada ritual yang mereka lakukan bersama Maya. Bayangan Farhan, entitas jahat, dan bisikan-bisikan yang dulu menghantui pikirannya kini hanya menjadi ingatan samar, seperti mimpi buruk yang perlahan-lahan memudar.

Namun, meski begitu, ada satu pertanyaan yang terus mengganggu pikirannya.. apakah benar semua ini sudah berakhir?

Maya tidak pernah kembali ke rumahnya setelah malam ritual itu. Setelah memastikan Farhan telah bebas, dia menghilang dari desa, seolah-olah menghilang begitu saja. Haris mencoba mencarinya, tetapi tidak ada yang tahu di mana dia berada. Mungkin Maya akhirnya menemukan kedamaian setelah bertahun-tahun disiksa oleh rasa bersalah, atau mungkin dia masih berjuang untuk menerima apa yang telah dia lakukan.

Haris tidak tahu pasti. Yang dia tahu hanyalah bahwa desa ini, rumah tua ini, dan bayang-bayang yang menyelimutinya akan selalu menjadi bagian dari dirinya.

Di ujung jalan, seorang agen properti sedang berdiri, menunggu Haris untuk menyelesaikan pengecekan terakhir sebelum rumah ini dijual. Haris berjalan keluar, menutup pintu dengan hati-hati, seperti menutup bab terakhir dari sebuah buku yang penuh dengan tragedi.

“Apa Anda yakin tidak ingin tinggal di sini lebih lama?” tanya agen properti itu dengan ramah. “Tempat ini tenang sekali, jauh dari hiruk-pikuk kota.”

Haris tersenyum tipis, namun tidak mengatakan apa-apa. Bagaimana dia bisa menjelaskan semua yang terjadi di tempat ini? Bagaimana dia bisa mengatakan bahwa rumah ini pernah menjadi penjara bagi arwah yang terjebak, bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari dunia ini yang pernah menguasainya? Tidak, rumah ini bukan untuk dia, bukan untuk siapa pun yang mencari kedamaian.

“Saya yakin,” jawab Haris akhirnya. “Tempat ini... sudah cukup lama buat saya.”

Agen itu mengangguk dan berbalik, berjalan menuju mobilnya. Namun, sebelum Haris mengikuti, dia menatap ke arah jendela besar di lantai atas.. jendela yang menghadap kebun belakang, di mana dulu dia melihat bayangan Farhan untuk pertama kalinya.

Dan di sana, di balik jendela itu, untuk sesaat... Haris hampir bisa melihat sesuatu. Sebuah bayangan samar. Namun kali ini, dia tahu itu bukan bayangan anak kecil, bukan Farhan. Bayangan itu tidak berbentuk, hanya muncul sebentar, seolah-olah mengingatkan bahwa sesuatu masih mengintai di balik gelap.

Haris menggelengkan kepalanya, menganggap itu hanya imajinasinya saja. Dia berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan rumah itu selamanya.

Namun jauh di dalam dirinya, Haris tahu.. bayang-bayang tidak pernah benar-benar hilang. Mereka hanya menunggu. Menunggu untuk muncul lagi, ketika waktu yang tepat tiba.

Dan siapa pun yang menghuni rumah ini berikutnya... mereka mungkin tidak akan seberuntung dia.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
HorrorJendela
Sebelumnya Bab 7 - Menjadi Bagian dari Bayangan
0
0
Malam itu, Haris menunggu di ruang tamu dengan jantung yang berdetak kencang, seperti genderang yang terus menghantam dadanya. Lilin-lilin yang ditempatkan di setiap sudut ruangan menyala dengan nyala api yang bergetar, membuat bayang-bayang di dinding menari liar, seolah mengikuti tarian kegelapan yang perlahan merasuk ke dalam rumah tua ini. Suasana semakin tegang, dan setiap detik terasa seperti mengulur waktu, menunggu bencana yang pasti akan datang.Pintu depan berderit, dan suara langkah kaki Maya terdengar mendekat. Haris menoleh dan melihat wanita itu berdiri di ambang pintu, wajahnya tampak lebih pucat dari sebelumnya. Wajah yang penuh tekad, tapi dengan ketakutan yang tak terucapkan. Maya membawa mangkuk air dan seikat daun kering di tangan kanannya, benda-benda yang dia katakan diperlukan untuk ritual terakhir ini.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan