
“I'm sorry, Alia,“ batin Fahmi bersalah.
Semenjak kejadian itu. Fahmi menjadi merasa sangat bersalah. Istrinya sudah memberikan kesempatan kedua, namun dia telah membuang kepercayaan yang Alia berikan dengan cara tidur dengan wanita lain.
Bajingan bukan?
Sentuhan menggelora. Begitu memabukkan.
Misella bergerak gelisah menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh Fahmi. Kecupan di atas kulitnya. Sentuhan kilat yang mengatakan kepada Misella bahwa dirinya adalah milik Fahmi. Fahmi mencium perut Misella. Seluruh tubuh Misella bergetar. Kakinya mengejang.
Misella memejamkan kedua matanya sambil menegakkan kepalanya ke langit-langit. Menikmati sensasi yang di rasakan tubuhnya. Tangannya mengepal keras rambut Fahmi layaknya hukuman atas perbuatannya yang membuatnya semakin gila.
Misella ingin menjerit kala Fahmi menyatukan tubuhnya dengan Misella, lelaki itu terus mendesaknya dan hanya desahan yang keluar dari Fahmi. Sedangkan Misella menggigit bibir bawahnya, bukan karena rasa sakit namun karena rasa nikmat tiada tara.
Fahmi meraung. Misella mengalungkan tangan di leher Fahmi, membiarkan milik Fahmi bekerja di mana seharusnya berada. Keduanya saling menatap dengan tatapan sayu, mulut setengah menganga sambil mendesah. Lalu Fahmi juga memainkan bibir Misella dan menggigit bibir bawahnya hingga kaki Misella lemas. Fahmi juga menunjukkan kemampuan bermain lidah dengan handal. Permainan Fahmi semakin membuatnya menggila. Wanita itu menjambak rambut Fahmi masih dengan pagutan liar yang berlangsung.
***
Fahmi terbangun dari tidurnya saat mendengar ponselnya berdering. Perlahan menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya tanpa busana. Dia duduk dengan hati-hati karena takut mengganggu Misella yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Lalu memakai pakaiannya kembali dan melangkah untuk mengambil ponsel di saku jas hitam miliknya. Matanya membelalak seketika setelah membaca panggilan telefon tak terjawab hingga tujuh belas kali dari Alia.
Fahmi menepuk jidatnya. “Oh, shit!” umpat Fahmi. Perasaan bersalah menyelusup dalam hatinya karena telah membuat Alia menunggu dan khawatir. Dirinya bahagia tidur bersama wanita lain, sedangkan istri sahnya menunggunya dengan rasa khawatir.
Benar-benar lelaki brengsek!
Bodoh!
Kenapa tidak memberi kabar terebih dahulu pada Alia. Saking asiknya bercumbu di atas ranjang hingga Fahmi melupakan istrinya. Beberapa menit kemudian, matanya melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan. Oh my God! Sudah jam setengah dua belas.
Fahmi menjambak rambutnya, pandangan beralih ke Misella yang masih terlelap dalam tidur. Di dalam pikirannya, ada dua wanita yang hadir dalam hidupnya. Kedua wanita itu mampu membuat Fahmi jatuh hati. Misella, dia wanita, first love Fahmi. Sedangkan Alia, wanita yang selalu ada untuknya setelah kepergian Misella. Keduanya mempunyai keistimewaan masing-masing.
Dering ponsel berbunyi lagi. Fahmi kira Alia sudah tertidur. Tidak mengherankan lagi, Fahmi pulang larut malam setiap hari, berulang kali mengatakan pada Alia, jangan pernah menunggunya pulang, dan Fahmi menyuruhnya tidur terlebih dahulu. Tetap saja Alia menunggu kepulangan sang suami.
Fahmi segera mengangkat panggilan itu dengan gugup, gelisah, dan overthinking. Apakah Alia marah padanya akan memberikan wejangan, bertanya mengapa belum pulang atau menyuruhnya untuk segera pulang?
Dugaan Fahmi salah. Ternyata Alia bertanya bertanya bagaimana keadaan Fahmi. “Sayang, kamu baik-baik saja, 'kan?”
Fahmi dapat mendengar nada kekhawatiran dari Alia. “Ya, Al. Aku baik-baik saja.”
Diam. Cukup lama Alia diam, tidak memberi balasan. Fahmi pun melakukan hal yang sama.
“Kamu tidur dulu. Jangan menungguku. Satu jam lagi aku pulang.”
“Ada pasien yang operasi, ya? Kamu sudah makan belum?”
“Sudah.” Hanya itu jawabannya.
Tut.
Fahmi segera memutuskan panggilan telefon terlebih dahulu saat melihat Misella terbangun dari tidur dengan setengah nyawa belum terkumpul. Berkali-kali Misella menguap lebar dan matanya terbuka lalu tertutup, menandakan keadaan masih mengantuk.
Fahmi mendekati Misella. “Hey, kok bangun, sih?” Tangan Fahmi mengelus rambut Misella dan mencium keningnya. “Bobo lagi, ya. I love you.”
“Tetap di sini. Jangan pergi,“ gumam Misella dengan suara tak jelas dan mata terpejam.
“Iya, sayang. Aku tidak akan pergi,“ bisik Fahmi.
Lelaki itu terus memandangi paras cantik Misella yang tertidur. Wanita itu benar-benar seperti bidadari yang turun dari khayangan dan sangat didambakan oleh setiap lelaki. Perfect ! Hampir sempurna, tidak ada satupun kekurangan dari segi fisik. Hidung mancung, bibir yang sangat menggoda, mata begitu indah, dan kulit putih bersih.
Akhirnya Fahmi putuskan untuk berada di rumah Misella satu jam lagi. Dia mengurungkan niat untuk pulang ke rumahnya.
“I'm sorry, Alia,“ batin Fahmi bersalah.
Semenjak kejadian itu. Fahmi menjadi merasa sangat bersalah. Istrinya sudah memberikan kesempatan kedua, namun dia telah membuang kepercayaan yang Alia berikan dengan cara tidur dengan wanita lain.
Bajingan bukan?
***
Hari berganti hari, Minggu berganti minggu. Tidak terasa sudah satu bulan.
Malam ini hujan deras mengguyur kota Jakarta. Fahmi turun dari mobilnya, berlari sambil menutupi kepalanya dengan jas hitamnya. Fahmi masuk ke dalam rumah dengan keadaan sedikit basah, melepaskan sepatu pantofel dan memakai sandal rumah yang telah disediakan oleh Alia. Lelaki itu melangkah menuju kamarnya, membuka pelan pintu kamar agar kepulangannya tidak membuat Alia terbangun. Dia segera mengganti pakaian tidurnya untuk segera tidur.
Fahmi melihat Alia tengah tertidur miring. Fahmi menelan saliva memperhatikan tubuh Alia yang hanya memakai lingerie, mempertontonkan punggung mulusnya. Sudah lama sekali Fahmi tak melihat istrinya memakai lingerie. Fahmi menaiki ranjang, membelai pipi Alia dengan lembut, menyelipkan helai rambut ke daun telinga, hal itu membuat Alia terbangun.
“Kamu baru pulang?” tanya Alia dengan suara serak khas orang baru saja tidur. Matanya membuka perlahan.
“Maaf telah membuat kamu menunggu lagi. Lain kali jangan menungguku pulang. Aku takut kamu sakit, Alia.”
Demi apapun. Nada suara Fahmi begitu lembut terdengar di telinga.
Namun ada sesuatu yang menghantam keras dalam hati Alia. Sejak kapan Fahmi mulai mencemaskan dirinya? Ah, apakah itu benar?
“Kamu tak perlu mencemaskan diriku,” balas Alia lalu menelan ludah susah payah untuk mengatakan, “Aku mengerti kamu telah bekerja keras hingga larut malam demi kita.”
“Ya, demi kita atau mungkin demi wanita lain?” lanjut Alia dalam hati.
Andai Fahmi tau betapa dongkolnya hati Alia setelah melihat kiriman foto dari nomor misterius. Alia tahu. Fahmi bekerja keras untuknya, tapi Alia mempunyai insting kuat bahwa dirinya telah dikhianati oleh suami.
Dan kali ini Fahmi sudi untuk menyentuh tubuh Alia. Itu adalah sentuhan yang sudah tidak Alia rasakan lagi semenjak ada perubahan dalam diri Fahmi, kecurigaan perselingkuhan, dan perdebatan hebat hingga Alia memberi kesempatan kedua.
Sejujurnya Alia terkaget-kaget ketika Fahmi membelai pipinya dengan lembut. Maka dari itu dia terbangun dari mimpi buruknya, rupanya sentuhan itu bukan mimpi. Ini nyata! Sangat nyata. Fahmi masih menginginkan tubuhnya.
Alia merasakan napas hangat di lengan tangannya, dia membalikkan badan hingga saling bertatapan. Sorot matanya tidak seperti biasa yang Alia lihat, kali ini sorot mata cukup hangat dan tidak sedingin beberapa hari terakhir.
Fahmi tepat berada di atas tubuhnya, mengecup sekilas bibir Alia. Ah, sudah lama tidak mencicipi bibir dari istrinya itu. “I Miss you,” ucapnya dengan pelan.
Alia tersenyum kecil. Jemarinya menyentuh bibir Fahmi. “Aku lebih merindukanmu. Sangat merindukanmu,” jeritnya dalam hati.
“Aku kira kamu tidak menginginkan aku lagi,” ujar Alia dengan nada menyindir.
Fahmi menggeleng bertanda itu tidak benar. “I want to eat you,” bisiknya tepat di telinga Alia dan dia menggoda Alia dengan berbagai cara.
Awalnya Alia berjanji pada diri sendiri tidak akan tergoda, namun Alia mulai semakin tergoda.
Fahmi dan Alia saling bertatapan seakan untuk melepaskan kerinduan pada malam ini. Dalam hitungan detik.
Satu ...
Dua ...
Tiga ....
Keduanya saling berciuman memperebutkan bibir masing-masing.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
