Bahagia Pasca Cerai part 8-10

0
0
Deskripsi

Eva memutuskan untuk mencari solusi terkait permasalahan rumah tangganya, ia masih bimbang untuk bercerai dari Tama, suaminya.

Part 8

PoV Syasya

๐Ÿ’ž๐Ÿ’ž๐Ÿ’ž
"Yeyeye akhirnya aku punya pacar, Aku seneng banget, bahagia. Akhirnya nggak jomblo lagi."

Wajahnya oke, enggak pelit juga, pas pertama ketemu. Aku nggak matre kok, tapi kalau dikasih tas bermerk, ya Aku nggak nolaklah.

Kesan pertama ketemu calon pacarkan harus yang baik-baik, ya kan? masak iya Aku langsung main terima gitu dibeliin, iya nggak lah, harus jaga image dulu dong.

Pura- pura nggak mau tapi mau, haha.

Setiap hari Aku diantar jemput Mas Tama, kalau dia nggak sibuk survey mobil ke luar kota.

Aku beruntung sekali punya pacar Mas Tama, dia orangnya nggak pelit. Tas bermerk, skin care, baju, Aku nggak minta, tapi dibeliin.

Gimana nggak makin cinta sama dia kalau kayak gini.

Belum lagi kalau weekend, pasti deh kita jalan bareng, nonton, shopping ke Mal, pokoknya asal bersamanya kemanapun saja Aku bahagia. Aku seneng banget, ada yang perhatian sama aku.

Dulu sebelum kenal Mas Tama, tiap pulang sekolah atau libur sekolah aku kerja sampingan, jadi tukang cuci baju di kompleks perumahan sebelah kostku.

Tapi setelah kenal Mas Tama, ia melarangku bekerja, karena ia penginnya berduaan terus sama Aku. Semua kebutuhanku dipenuhinya.

Hua Aku terharu.

Betapa perhatian, sayang dan cintanya dia sama Aku.

Aku akan membuat Mas Tama hanya mencintaiku, karena sulit sekali mencari lelaki yang benar-benar cinta  padaku.

Nasibmu Sya.

Aku bukan anak orang kaya, untuk bisa sekolah saja, orang tuaku rela menjual kambing ternak mereka demi membayar sekolahku.

Mereka ingin Aku bersekolah yang tinggi, agar tidak bernasib seperti mereka. Aku pindah ke Semarang untuk bersekolah.  Untuk membayar kostku, Aku nyambi kerja apa saja.

Kalo Aku nggak sekolah di Semarang, mungkin Aku akan menikah muda seperti teman- temanku di kampung.

Hidup dengan uang pas- pasan membuatku tak pernah melakukan perawatan wajah, terlebih krim - krim perawatan wajah dan sejenisnya yang berharga ratusan ribu hingga jutaan.

Kulitku yang putih bersih terlihat kusam karena seringkali kepanasan sepulang sekolah. Aku beruntung mengenal keluarga Wati karena mereka tidak mempedulikan fisikku.

Dari perkenalan melalui Wati, Aku bisa mengenal Mas Tama, kakak Wati satu-satunya.

Pria yang kutaksir berusia 30 tahunan itu bisa menerimaku apa adanya, bahkan setiap bulan dia memberikan uang saku bulanan untukku. Oh serasa aku menjadi ratunya.

Meski selisih usia kami lebih dari 10 tahun, tapi bagiku tak masalah, karena pria idamanku adalah pria dewasa.

Saat lulus SMU, Aku merasa hubunganku dengan Mas Tama yang sudah kami jalani setahun lamanya akan berujung ke pernikahan.

Ternyata, Ia sudah memiliki anak dan istri. Oh Tuhan, kukira dia lajang, bahkan anaknya sudah tiga. Tapi nggak masalah, Aku rela jadi istrinya yang kedua, toh lelaki boleh menikahi 4 wanita.

Aku cinta mati sama Mas Tama. Aku ikhlas menjadi yang kedua, asal dia tetap cinta sama Aku.

Bila perlu Aku akan meminta bantuan Mbah Jarwo, dukun di kampungku yang memiliki ajian susuk pemikat agar Mas Tama tetap sayang dan cinta padaku kalau perlu, kusingkirkan istri pertamanya, biar Aku menjadi satu-satunya ratu di hati dan rumah Mas Tama.

Saat Mas Tama membawaku ke rumahnya, aku tercengang.

'Wah enggak salah pilih pacar Aku, cakep, kaya, enggak pelit lagi.' Batinku berucap senang, senyumku pun terkembang.

Aku tak menyangka rumah Mas Tama semewah itu.

Aku membayangkan akan menjadi ratu di istana Mas Tama dan ratu di hatinya, enggak sabar aku jadinya. Wow, Luar biasa sekali impianku.

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ

Part 9
๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜๐Ÿ’˜

Setelah membaca buku-buku inspirasi dari tokoh idolanya. Eva menyusun strategi untuk bertahan hidup.

'Aku harus kuat demi anak-anak, Aku mandiri, Aku berpenghasilan, masih muda, cantik, menjadi janda bukan hal yang buruk bukan?

Akan Aku tunjukkan pada Mas Tama cara balas dendam yang terbaik, Aku bisa bahagia dan sukses tanpamu, Mas!'

Sementara ini usaha puding yang Eva rintis terpaksa dihentikan dan Eva memilih untuk fokus pada usaha toko online perkakas dapur.

Eva tak ingin membuang energinya untuk bersedih hati. Untuk itulah ia harus bangkit dan kuat demi anak-anaknya. Eva mencoba memikirkan bisnis lain yang dapat ia jalani di luar jam kerjanya.

Kemampuannya menawarkan barang tak diragukan lagi karena selama ini ia masih terus melakukan promosi lewat online.

Sementara setiap hari kemampuan komunikasinya dengan berbagai kalangan di rumah sakit juga terasah.

Untuk itulah, Eva yang suka berbisnis dan bertemu banyak orang  memutuskan untuk bergabung menjadi staf marketing agen umroh milik salah satu temannya.

Kesibukannya mengajak banyak orang untuk umroh tidak membuatnya melupakan urusan anak-anaknya. Sedangkan untuk urusan Tama, Eva tak ingin lagi berlarut-larut dalam kesedihan.

Meski seringkali ia masih mengirim pesan pada Tama dan seringkali pula pesannya tak digubris Tama. Eva terus mencoba peduli pada suaminya, karena status keduanya masih suami-istri.

Melihat pesan- pesan yang dikirimkan dan telponnya tak pernah mendapatkan respon dari Tama. Eva mencoba untuk tak ambil pusing.

'Terserahlah Pa, mau direspon atau nggak telpon Mama yang penting Mama udah bersikap baik ke Papa. Mama mendingan pusing mikirin anak-anak daripada mikirin Papa.'

Demi sehat jiwanya, Eva memilih mengisi waktunya dengan kesibukan baru. Mengurus para calon-calon tamu- tamu Allah yang akan pergi beribadah umroh dan haji.

Ia berharap lelahnya menjadi pensyiar Baitullah mampu mengantarkannya pergi beribadah umroh atau haji suatu saat nanti.

Sembari mengisi kesibukannya, ia masih menanti itikad baik Tama untuk memperbaiki sikapnya.

Bila tak ada perubahan sikap dari Tama, bukan tak mungkin perceraian menjadi solusi.

Eva berharap tak terjadi perceraian pada pernikahannya. Ia tak ingin anak-anaknya terluka karena perceraian kedua orang tuanya.

Tapi bila kondisi ini berlarut-larut dan berefek pada kesehatan mental dirinya dan anak-anaknya, Eva memutuskan lebih baik dirinya mundur atau berpisah dari Tama.

'Kalau kayak gini terus, lebih baik segera kuurus perceraianku. Semoga Allah meridhoi keputusanku.'

*****

Saat tengah bekerja, seorang teman mengajarkan Eva cara menyadap aplikasi hijau pasangan untuk mengetahui kejujuran dan kesetiaan pasangan.

"Eh Mbak udah pernah nyadap hp suami Mbak belum sih?" tanya Maura suatu hari pada Eva saat keduanya bekerja 1 shift.

"Belum pernah."

"Yah Mbak, kok belum pernah sih,
coba disadap aja hp suami Mbak, kalau perlu pasang GPS di mobil biar ketauan kemana perginya suami Mbak."

"Oh gitu ya, tapi Aku nggak tau caranya."

"Sini kucoba."

Eva lalu menyerahkan gawainya pada Maura.

Setelah mengunduh aplikasi itu, Maura menunjukkan hasilnya pada Eva.

Membaca isi chat Tama pada banyak perempuan membuat keduanya membelalak membacanya.

"Ini nggak bisa dibiarkan Mbak! GPS di mobil Mbak kudu cepet dipasang!" usul Maura.

Eva mengangguk menyetujui usulan Maura tersebut.

Dari hasil penyadapan itu, Eva mendapatkan alamat kost Lena dan alasan suaminya tak pernah pulang.

Berbekal informasi itu, Eva, Maura dan beberapa teman Eva ikut serta dalam melakukan pengintaian kost Zeta secara diam-diam.

Eva penasaran karena ini pertama kali baginya melakukan pengintaian. Saat pertama kali melakukan, Eva dan teman-temannya tak menemukan apapun.

Namun Eva tak putus asa, ia tetap berkali-kali melakukan pengintaian. Sembari mengirimkan pesan ke Tama, untuk menanyakan kapan Tama pulang. Eva mengawasi gerak- gerik Tama dari tempat tersembunyi.

Pesan itu tak pernah terbalas, karena Tama tengah sibuk bermesraan dengan Zeta. Bersama teman-temannya, Eva mengintai kost itu hingga tengah malam.

Setelah beberapa kali melakukan pengintaian ia mendapatkan hasil.

Malam itu ia melihat Tama dan Zeta, bergelanyut mesra layaknya pasangan suami istri masuk ke kost Lena dan Tama baru keluar dari kost itu esok paginya.

Tak tahan melihat kemaksiatan yang dilakukan suaminya. Eva harus segera bertindak.

Ia mengirimkan pesan pada Zeta untuk tak mengganggu keharmonisan keluarganya.

Pesan itu pun jua tak digubris Zeta

Menggunakan cara yang halus, ternyata tak bisa menjadi solusi. Langkah selanjutnya Eva ambil, bersama kedua temannya ia melabrak Zeta dan Tama di kost Zeta. Sebelumnya, Eva nekat mendobrak pintu kamar Zeta.

Setelah pintu kamar Zeta terbuka.

"Ya Allah Mas Tama!" Teriak Eva yang geram.

๐Ÿ’”๐Ÿ’”๐Ÿ’”

Part 10

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ

'Mungkin jika Mas Tama nggak menduakan aku, Aku nggak akan tahu rasanya bahagia karena bisa membantu banyak orang bisa haji dan umroh.' Eva mencoba mengambil hikmah dari kejadian bersama suaminya.

Mengurus calon -calon tamu Allah yang akan berangkat haji dan umroh membuat hati Eva bahagia. Selain dapat bersilaturahmi dengan banyak orang. Eva dapat melihat kondisi lain di sekitarnya yang bahkan mungkin lebih berat darinya, sehingga membuatnya mudah empati dan selalu bersyukur.

Ia bersyukur dipertemukan dengan agen umroh itu, karena hal itu juga memotivasinya untuk rajin menabung dan menyegerakan umroh atau haji bila telah mampu.

"Semoga Allah memampukan Aku untuk bisa segera umroh dan haji." Pinta Eva dalam tiap do'anya.

Eva sangat ingin umroh saat ini, mencari ketenangan batin dan kekhusu'an beribadah. Namun, kondisi keluarganya saat ini tidak memungkinkan ia untuk meninggalkan anak-anaknya dalam jangka waktu yang lama.

Ia bertekad setelah proses perceraiannya selesai, ia berencana membawa ketiga anaknya untuk beribadah umroh.

Untuk itulah, ia kini tengah mencari penghasilan tambahan guna mewujudkan rencananya itu.

"Mudah- mudahan tahun depan tabunganku cukup untuk bisa berangkat umroh sekeluarga." gumam Eva.

*****

Setelah Eva dan anak-anaknya pindah ke rumah baru mereka. Eva dan anak-anaknya harus beradaptasi dengan lingkungan baru.

Tetangga di lingkungan baru, meski tak tahu kondisi latar belakang Eva, mereka tetap ramah dan menganggap Eva layaknya anggota keluarga baru mereka.

Mengetahui pekerjaan Eva adalah seorang bidan di rumah sakit, para tetangga mengaku siap bila harus menjaga anak Eva yang ditinggal bekerja bahkan satpam kompleks perumahan juga mengaku siap membantu Eva menjaga rumahnya.

Saat sedang memilih sayur di tukang sayur, Bu RT menghampirinya.

"Mbak Eva kalau jaga malam bilang ya, biar nanti rumahnya kami jagakan."  

"Baik Bu, Terima kasih."

Tetangga baru Eva juga membuka pintu rumahnya untuk anak-anak Eva, sehingga ketiganya tidak kesepian saat tak ada Eva di rumah.

Ketiga anaknya merasa lebih bahagia dan tenang, karena mereka menemukan banyak teman baru dan lingkungan yang agamis, sehingga anak-anak Eva- pun juga mengikuti kebiasaan mereka untuk rajin shalat ke masjid dan ikut TPA saat sore hari.

Eva bersyukur mendapatkan rumah baru, ia bisa menata kembali hidupnya dan membangun kembali bisnisnya yang sempat terganggu karena masalah rumah tangganya.

*****

Setelah urusan Eva dan Zeta selesai, Eva memantapkan diri untuk mengurus perceraiannya di Pengadilan Agama Kota Semarang.

"Bismilah Ya Allah, ridhoi keputusanku Ya Allah." Eva bergumam sembari mengatur napasnya. Setelah tenang, ia melangkah keluar dari mobilnya menuju ke pengadilan agama.

Bukan hal yang mudah bagi Eva untuk sampai di titik pengadilan.

Eva terus menerus memohon pada sang Maha pembolak - balik hati agar memberikan hidayahNya pada Tama. Selain itu, Eva juga memohon petunjukNya agar tak salah langkah mengambil keputusan berat dalam hidupnya dan hidup ketiga putranya.

Meski harus merasakan sakit hati akibat luka yang ditorehkan suaminya. Eva harus tetap kuat demi buah hatinya. Eva yakin ada Allah yang selalu menolongnya dalam menghadapi ujian hidupnya.

*******

Selain mengurus pindah rumah, Eva juga mengurus kepindahan sekolah anak-anaknya. Ia tak ingin karena masalah perceraian orang tuanya berdampak pada pendidikan anak-anaknya.

Eva memutuskan memasukkan anak-anaknya ke sekolah dasar Islam terpadu yang terletak di dekat rumah barunya.

Lokasi rumah yang dekat dengan rumah sakit, memudahkan Eva untuk mengontrol anak-anaknya.

Untuk menyembuhkan trauma pada anak-anaknya. Eva terus mendampingi mereka, membawa ketiganya berkonsultasi dengan psikolog dan psikiater. Eva yang terluka hatinya merasa trauma berat dengan pernikahan.

'Fokus Eva sama anak-anak, jangan mikir nikah lagi dulu. Bahagiakan dirimu serta anak-anakmu,' monolog batin Eva.

Ia terus - menerus melakukan zikir agar hatinya tenang, selain itu ia juga menjalani terapi psikologis untuk mengatasi traumanya.

Tak mudah bagi Eva untuk tetap kuat mendampingi anak-anaknya, bila hatinya terluka dan psikisnya trauma. 

Seringkali saat terlintas pikiran mengenai masa lalu, ia menangis tersedu-sedu di kamarnya. Trauma membuatnya sering melamun dan tidak fokus saat bicara.

Allah sayang padanya, menitipkan tiga buah hati yang selalu menguatkan dan memeluknya saat menangis dan terluka.

Ketiganya selalu menemani dan terus mengajak Eva bercerita agar Eva kembali tersenyum. Eva berupaya sekuat tenaga menyembuhkan luka batinnya dan luka batin anak-anaknya.

***

Demi cintanya pada keluarga Eva bahkan rela menggunakan sebagian gajinya untuk membayar cicilan rumah. Sayangnya, Tama kurang bersyukur memiliki istri sebaik Eva, hingga memilih perempuan lain. Hal ini membuat Eva menghentikan pembayaran cicilan rumah itu, demi menagih tanggung jawab Tama.

Eva beserta ketiga anaknya memilih keluar dari rumah itu dan pindah ke perumahan lain tanpa sepengetahuan Tama dan keluarganya.

Adanya surat pemberitahuan dari bank yang datang ke rumahnya terkait tunggakan cicilan rumah, membuat Tama melotot melihat nominalnya.

"Hah, Aku dapat uang darimana?"

"Arggh." Erang Tama yang pusing karena banyak masalah muncul menghadangnya.

Proses perceraiannya dengan Eva, Zeta yang hamil karenanya serta penghasilan dari penjualan mobilnya yang menurun drastis, hingga beberapa bulan lamanya ia belum berhasil menjual satupun mobil membuat Tama kesulitan membayar cicilan rumah.

Tama yang kalut dan panik karena terus dikejar-kejar oleh pihak bank, akhirnya stress.

Ia mengganti nomor teleponnya, pihak bank pun tak mau kalah, setelah mendatangi rumah keluarga Tama, akhirnya Tama menyerah kalah, ia tak bisa mempertahankan rumah itu.

Pihak bank menyegel rumah itu dan memasang tulisan sita bank di depan rumah itu. Rumah itu akhirnya disita bank karena Tama tak mampu melunasinya.

*****

Setelah Eva memutuskan keluar dari rumah itu, Tama pun kembali ke rumah Bu Astuti dan Zeta kembali ke kampungnya.

Eva tak lagi peduli dengan kondisi suaminya dan memutuskan kontak komunikasi. Demi kelancaran proses perceraiannya, Eva meminta bantuan seorang pengacara yang mendampinginya selama proses untuk berkomunikasi dengan Tama.

Selama mengurus perceraian, Tama tak pernah hadir di persidangan, hal ini memudahkan dilakukannya putusan perceraian dari hakim.

Didampingi Maura sebagai saksi di persidangan, proses perceraian Eva berlangsung lancar.

Saat hakim menawarkan mediasi, Eva menolak, karena ia telah melakukan sebelumnya dan enggan baginya membuka pintu rujuk untuk suaminya.

Eva telah mantap bercerai, meski harus menyandang gelar janda, ia tak peduli. Yang terpenting baginya, ia harus kuat dengan berbagai fitnah, cobaan dan ujian dengan gelar barunya.

Surat putusan cerai telah Eva terima, hak asuh ketiga anaknya jatuh ke tangan Eva, pembagian harta gono-gini tidak dilakukan karena semua aset atas nama Eva. Sehingga tidak ada hak Tama didalamnya.

Eva tersenyum penuh bahagia melangkah keluar dari gedung pengadilan agama. Ia menghampiri Maura yang setia mendampinginya. Eva menunjukkan surat akta cerainya pada Maura.

"Akhirnya ya Mbak," ucap Maura yang turut lega mengetahui proses perceraian Eva telah ketok palu.

"Yuk makan, Aku lapar."

"Siap Mbak," ucap Maura yang duduk di bangku kemudi. Keduanya lalu menuju ke restoran ayam goreng yang berada di dekat pengadilan.

Sejujurnya Eva tak ingin kisah masa lalunya terulang kembali pada anak-anaknya,  ia terlahir dari keluarga yang tak utuh. Ayah dan Ibunya berpisah saat Eva berusia 6 bulan, hingga Eva tak mengenal sosok Ayah. Setelah ibunya menikah lagi, barulah Eva merasakan kedekatan dengan ayah barunya.

 Pengkhianatan yang dilakukan Tama sulit ditolerir oleh Eva. Hingga jalan perceraian harus dipilihnya.

Status janda membuatnya harus menjadi ayah dan ibu untuk anaknya.
Meski berat, ia tak ingin ada dendam pada Tama dan Zeta, ia pun telah memaafkan keduanya.

๐Ÿ’”๐Ÿ’”๐Ÿ’”

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya Bahagia Pasca Cerai part 11-13
0
0
Eva memutuskan untuk bercerai dari Tama, suaminya. Selain menjual beberapa asetnya, Eva dan ketiga putranya memilih pindah dari rumahnya, demi mengobati luka batin akut sikap Tama.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan