Bab 2 - Bayangan dari Masa Lalu

1
1
Deskripsi

Demi mengungkap arti simbol misterius di TKP, Azric menemui Eliora Vencrest—mantan penyihir yang diasingkan setelah sihir dilarang di Ravenmire. Pertemuan itu membawanya pada nama yang selama ini hanya menjadi bisik-bisik dalam legenda: Sarkanith. Apa yang sebenarnya disegel oleh masa lalu? Dan siapa yang berusaha membangunkannya kembali?

📌 Jawaban dari pilihan di akhir Bab 1:

Azric memilih untuk menemui seorang informan bayangan—mantan penyihir yang pernah diasingkan.

👉 Pilihan ini membawanya pada jejak masa lalu yang telah lama dikubur… dan pada rahasia yang mungkin seharusnya tetap tersembunyi.

➡️ Dan begitulah, jejak pertama Azric membawanya menembus kabut Distrik Utara, menuju nama yang pernah ia sumpahi tak akan ia datangi lagi…

 

=====

 

Kabut pagi masih menggantung rendah di atas jalanan berbatu Ravenmire saat Azric berjalan menyusuri lorong sempit di Distrik Utara. Tak banyak orang yang berani melangkah ke daerah ini, terutama setelah banyak pengasingan dilakukan puluhan tahun lalu. Dinding-dinding retak rumah tua di sekitarnya seperti memandangi setiap langkahnya dengan mata tak terlihat.

 

Hari ini, Azric tak mencari petunjuk di reruntuhan atau di tubuh korban. Ia mencari seseorang—seseorang yang telah lama menghilang dari peta kota, tapi tidak dari ingatannya. Namanya Eliora Vencrest. Dulu ia dikenal sebagai penyihir hebat, namun setelah sihir dilarang, Eliora menghilang seperti bayangan di balik kabut hukum.

 

Langkah Azric berhenti di depan sebuah bangunan setengah roboh. Gerbang kayunya tertutup lumut dan suara deritannya menyambut saat didorong terbuka. Bau tanah lembap dan dupa terbakar langsung menusuk hidungnya. Di dalamnya, ruangan remang-remang itu dipenuhi simbol-simbol tua yang tergurat di dinding.

 

“Eliora,” panggil Azric perlahan.

 

Butuh beberapa detik sebelum sosok berjubah kelabu muncul dari balik tirai lusuh. Wajahnya tertutup sebagian oleh kerudung, tapi matanya—tajam dan penuh kenangan pahit—menatap langsung ke mata Azric.

 

“Kau seharusnya tidak ke sini,” ucap Eliora datar, namun penuh makna. “Bahkan penyelidik sepertimu takkan bisa menyelamatkan diri jika terlalu dalam menyingkap masa lalu.”

 

“Aku butuh jawaban,” balas Azric. “Ada simbol yang muncul di TKP. Aku tahu kau bisa membantuku mengartikan—dan mungkin menghentikannya sebelum terlambat.”

 

Eliora mendekat perlahan, lalu mengeluarkan gulungan tua dari balik rak kayu berdebu. Simbol yang tergurat di TKP memang ada di sana—terpatri di tengah halaman yang menguning oleh waktu.

 

“Itu lambang Sarkanith,” gumam Eliora. “Satu-satunya sihir pemanggil yang pernah digunakan untuk… membuka celah antara dunia kita dan bayangan di baliknya.”

 

Azric menegang. “Apa maksudmu dengan bayangan?”

 

Eliora menatapnya tajam. “Bukan semua yang dilarang karena jahat. Ada yang dilarang karena terlalu kuat untuk dikendalikan.”

 

Hening menyelimuti ruangan. Di luar, kabut mulai bergulir seolah mendengar percakapan mereka.

 

“Eliora… jika seseorang mencoba memanggil Sarkanith, apakah itu berarti mereka… mencoba membangkitkan sesuatu dari balik batas sihir?”

 

Wajah Eliora memucat. Ia berjalan ke sudut ruangan, membuka laci tua, dan menunjukkan sebuah cermin kecil retak di bagian tengah.

 

“Beberapa dari kami… percaya roh penjaga terakhir belum mati. Hanya tersegel. Dan ada orang yang ingin membangunkannya. Mungkin demi kekuasaan. Mungkin demi balas dendam.”

 

Azric menarik napas dalam. Suara Eliora seakan membuka pintu-pintu baru dalam pikirannya. Ini lebih dari sekadar pembunuhan. Ini tentang kekuatan yang tersembunyi, dan seseorang yang cukup berani—atau cukup gila—untuk membebaskannya.

 

“Aku akan membantumu sekali ini,” kata Eliora. “Tapi setelah ini… jangan pernah kembali.”

 

Azric mengangguk. Ia tahu konsekuensinya.

 

Tepat sebelum ia melangkah keluar dari rumah Eliora, wanita itu berbisik, “Dan Azric… jika kau benar-benar ingin mengungkap semuanya… kau harus menemui Ordo Bayangan. Mereka tidak pernah mati. Mereka hanya menunggu waktu yang tepat.”

 

Di kejauhan, lonceng kota berdentang.

 

Dan Ravenmire… perlahan bersiap menghadapi badai yang lama tertidur.

 

Langit di atas kota mulai menggelap, bukan oleh malam, tetapi oleh awan hitam yang muncul perlahan seperti noda pekat di kanvas langit. Azric berdiri di tepi jalan, menatap ke kejauhan, memikirkan kata-kata terakhir Eliora. Ordo Bayangan. Nama itu seperti bisikan yang selama ini menempel di bayang-bayang sejarah kota—tidak tercatat dalam arsip resmi, namun hidup dalam cerita rakyat dan mimpi buruk para penjaga lama.

 

Ia memutuskan kembali ke pusat kota, menyusuri jalanan berbatu yang mulai sepi. Toko-toko tutup lebih awal hari ini, seolah kota merasakan ancaman tak kasat mata. Beberapa warga menatap Azric dari balik jendela, namun segera menarik tirai begitu mata mereka bertemu.

 

Di tengah perjalanannya, langkah Azric terhenti. Di dinding bangunan tua, ia melihat coretan yang baru—masih segar, seperti baru ditorehkan beberapa jam lalu. Simbol yang sama. Sarkanith.

 

Ia meraba permukaannya. Lembab. Masih basah oleh tinta atau darah. Ia tak yakin. Tapi satu hal pasti—pelaku dari semua ini sedang bergerak. Dan lebih dekat dari yang ia perkirakan.

 

Suara langkah tergesa terdengar di belakangnya. Azric berbalik, hanya untuk menemukan seorang anak kecil berdiri mematung. Bocah laki-laki dengan mata besar yang memancarkan ketakutan.

 

“Kau… penyelidik?” tanya anak itu dengan suara gemetar.

 

Azric menunduk. “Ya. Kenapa?”

 

“Ada seseorang… yang bilang padaku untuk memberimu ini.” Anak itu merogoh kantongnya dan menyerahkan secarik kertas kecil. Saat Azric membukanya, matanya membesar.

 

Tertulis dengan tinta hitam dan goresan tajam:

 

“Jangan cari yang terkubur, jika kau tak siap ikut dikubur bersama mereka.”

— O.B.

 

Azric meremas kertas itu. Ordo Bayangan mulai bermain.

 

=====

 

Malam itu, Azric kembali ke rumahnya yang berada di lantai atas toko buku tua milik pamannya. Ruangan itu sempit, tapi penuh catatan, peta, dan simbol yang ia susun selama bertahun-tahun. Di tengah meja, ia bentangkan peta Ravenmire dan mulai menandai lokasi-lokasi tempat simbol Sarkanith ditemukan: reruntuhan di Selatan, dinding di Distrik Utara, dan sekarang, dekat rumahnya sendiri.

 

Pola itu mulai membentuk lingkaran.

 

Di titik pusat lingkaran itu—bekas tanah kosong bekas menara penyihir tua yang dihancurkan puluhan tahun lalu.

 

Dan di situlah semuanya mungkin akan berakhir… atau dimulai.

 

Tiba-tiba, ada ketukan pelan di jendela. Azric segera meraih belatinya dan mendekat perlahan. Saat tirai dibuka, tak ada siapa-siapa.

 

Kecuali sebuah simbol kecil terukir di kaca dari luar—terlihat seperti dicakar oleh kuku atau pisau. Simbol itu berdenyut samar, seolah hidup.

 

Azric menarik napas panjang. Waktu tak lagi di pihaknya. Ia tahu, jika ingin menghadapi ini, ia tak bisa berjalan sendirian. Ia butuh bantuan. Tapi siapa yang bisa ia percaya, jika bahkan bayangan kota mulai bergerak?

 

=====

 

Azric menatap simbol yang tergores di kaca. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia membalikkan badan, bersiap memeriksa seluruh ruangan, saat tiba-tiba—ledakan kecil mengguncang lantai bawah.

 

Rak buku di belakangnya bergetar hebat, beberapa buku jatuh berserakan. Api menyala di tangga kayu yang menghubungkan lantai atas dengan bawah. Tanpa pikir panjang, Azric menyambar mantel panjangnya dan menyelipkan belati ke ikat pinggang. Ia berlari menuju jendela belakang dan meloncat ke atap bangunan sebelah.

 

Dari atas, ia melihat dua sosok bertopeng—berjubah hitam pekat, tubuh mereka nyaris menyatu dengan bayangan malam. Mereka berdiri di depan toko, salah satunya memegang tongkat pendek yang mengeluarkan asap hijau samar.

 

“Pemburu bayangan…” gumam Azric. Ia pernah membaca tentang mereka. Agen Ordo Bayangan yang ditugaskan untuk melacak dan menghabisi siapa pun yang terlalu dekat dengan rahasia mereka.

 

Salah satu dari mereka menoleh ke arah atap, mata mereka bertemu. Sekejap kemudian, sosok itu melompat ke arah Azric—tanpa suara—tanpa aba-aba.

 

Azric menghindar tepat waktu, berguling ke sisi kiri atap, namun si penyerang cepat. Tongkatnya berubah menjadi pisau hitam memanjang dan langsung menebas ke arah Azric. Mereka bertarung di atas genteng licin, saling tukar serangan dan tangkisan dalam diam, hanya suara dentingan senjata dan nafas berat yang terdengar.

 

Azric mundur sedikit, lalu menendang papan kayu ke arah lawannya—cukup untuk memberi celah. Ia berlari menuju sisi bangunan dan melompat turun ke lorong sempit di bawah, mendarat keras di genangan air hujan.

 

Sosok bertopeng mengejarnya dari atas, tapi Azric sudah lebih dulu bergerak. Ia menyusuri gang sempit, berbelok ke kanan—dan hampir bertabrakan dengan sosok lain. Tapi kali ini… bukan musuh.

 

“Azric?” suara itu menyapa dengan nada mendesak. Kael, seorang penjaga muda yang pernah dilatih Azric sendiri.

 

“Cepat! Mereka mengejarku,” ujar Azric cepat.

 

Kael mengangguk, lalu mengangkat tangan. Sebuah suar merah menyala ke langit—sinyal darurat penjaga. Dalam hitungan detik, dua penjaga lain muncul dari sisi lorong dan menghadang para pemburu bayangan.

 

Satu di antara mereka melemparkan bola kecil bercahaya ke tanah—ledakan cahaya menyilaukan semua mata. Saat para penjaga terganggu, sosok bertopeng menghilang secepat mereka muncul.

 

Nafas Azric masih tersengal. “Mereka mengincarku… bukan hanya untuk memperingatkan. Mereka ingin aku berhenti. Atau mati.”

 

Kael menatapnya serius. “Kau harus bicara pada Komandan. Ini lebih besar dari kasus biasa.”

 

Azric menggeleng. “Tidak. Aku tak bisa melibatkan yang lain… belum. Tapi aku akan mengungkap semuanya. Bahkan jika harus bertarung sendirian.”

 

Di kejauhan, lonceng kota berdentang lagi.

 

Namun kali ini, dentangnya terdengar seperti peringatan.

 

=====

 

📌 Pilih Jalan Azric!

 

Setelah diserang langsung oleh anggota Ordo Bayangan, Azric tahu waktunya makin sempit. Apa langkahnya selanjutnya?

 

A. Kembali ke kantor penjaga dan meminta akses ke ruang rahasia berisi arsip-arsip sihir terlarang.

B. Menyusup ke reruntuhan menara tua di pusat lingkaran simbol dan mencari apakah benar segel masih utuh.

C. Mencoba menghubungi tokoh tua di Selatan kota yang pernah dituduh sebagai pemuja kegelapan—dulu musuh, mungkin sekarang satu-satunya sekutu.

 

🗳 Tulis pilihanmu di komentar!

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Azric Veylmoor
Selanjutnya Bab 3 - Reruntuhan yang Terkunci
1
1
Di balik simbol kuno yang tersebar di jalanan Ravenmire, Azric dan Kael menyusup ke reruntuhan menara yang terlupakan. Sisa-sisa Ordo Bayangan bersembunyi di sana, dan jejak kekuatan lama mulai bangkit kembali. Namun, di tengah kegelapan dan bahaya, tumbuh secercah koneksi tak terduga antara dua jiwa yang sama-sama dikucilkan. Ketika batas antara musuh dan sekutu mulai kabur, Azric harus menentukan siapa yang bisa ia percaya… sebelum semuanya terlambat.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan