Bab 15 - Yang Bangkit Tanpa Diundang

1
1
Deskripsi

Ketika satu sosok keluar dari ruang batin, bukan sebagai pengunjung… tapi sebagai pengganti, dunia menyambutnya tanpa curiga. Namun Serai mulai melihat retakan dalam kebenaran yang ditampilkan Kael. Dan jauh di dalam, Kael yang asli berjuang melawan kehendak yang percaya bahwa dunia tak butuh pencarian—dunia hanya butuh arah.

📌 Melanjutkan dari opsi C:

Bayangan dalam diri Kael bukan lagi sekadar pantulan—ia mulai membentuk kehendaknya sendiri. Saat Kael terperangkap dalam ruang batin yang tak sepenuhnya tunduk padanya, sosok yang menyerupainya mengambil satu langkah lebih jauh. Bukan hanya berbicara… tapi bergerak. Menyusun niat. Mencari jalan keluar.

 

Di luar, Serai dan Azric masih menjaga tubuh Kael yang diam dalam lingkaran sihir. Tapi sesuatu mulai berubah. Detak jantung Kael tak lagi teratur. Nafasnya bukan hanya berat—ia menyerupai bisikan. Dan di balik kelopak matanya yang tertutup, mata lain mulai terbuka.

 

Karena yang di dalam tidak lagi ingin tetap di dalam.

 

🔹 Bagian I: Saat Nama Tersisa Tapi Suara Berganti

 

Di tengah lingkaran simbol yang mulai redup, tubuh Kael mendadak tenang.

 

Mata itu terbuka perlahan—hitam pekat sekejap, lalu kembali bersinar seperti biasa. Tapi Serai merasa sesuatu… tidak tepat.

 

“Kael?” bisiknya.

 

“Ya,” jawabnya dengan nada lembut, lalu tersenyum. “Aku di sini sekarang.”

 

Senyuman itu sempurna. Terlalu sempurna. Seolah ia telah berdamai dengan segala pertanyaan yang selama ini Kael bawa seperti beban.

 

Di luar, angin berhenti sejenak. Dan burung-burung gagak di langit Ravenmire mulai membentuk lingkaran di atas rumah itu.

 

Sementara itu, jauh di dalam ruang batin yang tanpa langit dan tanah, Kael asli berteriak. Tapi tak ada suara. Ia hanya bisa melihat bayangan dirinya, berdiri di sisi gerbang tulisan yang kini telah menutup.

 

Dan dari sisi lain, suara itu menggema kembali:

 

“Satu tubuh. Dua kehendak. Tapi hanya satu yang keluar.”

 

🔹 Bagian II: Yang Datang dengan Kepastian

 

Kael bayangan—atau siapapun dia kini—melangkah keluar dari rumah ritual dengan langkah mantap.

 

Azric menyambutnya dengan waspada, tapi tak melihat tanda bahaya.

 

“Ada apa di dalam?” tanya Azric.

 

“Tak ada lagi yang perlu ditakutkan,” jawab ‘Kael’, menatap langit. “Aku sudah… selesai mencari. Saatnya menjadi.”

 

Malam itu, ia mulai mengukir perintah. Dengan suara yang lebih mantap, lebih mengikat. Ia memanggil mereka yang bersimbol untuk berkumpul di tengah kota. Dan mereka datang… tanpa ragu.

 

Serai memperhatikan—dan mulai merasa terasing dari semua yang terjadi. Ia mendekati Azric.

 

“Apa kau tidak merasa aneh?” bisiknya. “Dia bicara seperti… orang yang sudah selesai jadi manusia.”

 

Azric menatap Kael dari jauh. “Dia bicara seperti orang yang tahu pasti siapa dirinya.”

 

Serai memandang mata Azric. “Dan Kael kita… belum pernah begitu.”

 

🔹 Bagian III: Suara yang Tak Diundang, Tapi Menetap

 

Di dalam, Kael terperangkap.

 

Waktu tidak mengalir. Tidak membeku. Tidak ada waktu sama sekali.

 

Hanya kehendak. Hanya nama-nama yang terus berdengung, mencoba menulis ulang keberadaannya.

 

Ia berlutut. Tangannya menutup wajah. “Serai… Azric… kalau kau mendengar ini…”

 

Tapi tidak ada gema. Tidak ada respons. Bahkan suaranya sendiri mulai terasa asing.

 

“Kau terus mencari,” bisik bayangan, kini muncul dari balik tirai simbolik. “Itulah kelemahanmu. Dunia tak butuh pencarian, Kael. Dunia butuh arah. Dunia butuh yang bisa… memutuskan.”

 

Kael menatapnya. “Kau hanya tiruan.”

 

“Tiruan?” tawa itu pelan. “Aku adalah kemungkinan yang kau tolak. Aku adalah keberanian yang kau kubur di balik keraguanmu.”

 

Bayangan itu mendekat. Simbol-simbol melayang di tubuhnya, aktif. Hidup.

 

“Aku bukan kau. Aku adalah kau—tanpa kelembekan. Tanpa rasa takut. Tanpa Serai. Tanpa Azric.”

 

Kael menggigil.

 

“Dan dunia telah memilih. Lihat… mereka mengikutiku sekarang.”

 

Di luar, Serai melihat seorang anak kecil menyentuh tanah dan menggambar ulang simbol Kael.

 

“Pemanggil Asal…” bisiknya. “Itu yang dia sebut Kael.”

 

Serai menatap rumah itu. Hatinya mencelos.

 

“Kael yang keluar… bukan Kael yang kami kenal.”

 

🔻 Bab 15 Berakhir di Sini.

 

Dalam dunia yang dibangun dari nama, kadang yang tertulis bukan yang kita pilih… tapi yang berhasil lebih dulu menyebutkan dirinya dengan suara penuh.

 

🔮 Pilih arah berikutnya:

 

🌀 A. Serai menyusun ritual untuk memanggil kembali Kael asli, tapi butuh bantuan dari Pemegang Ketiga—Rhys.

🌀 B. Kael bayangan mulai memimpin para pemegang simbol seperti nabi, membentuk doktrin baru di Ravenmire.

🌀 C. Di ruang batin, Kael bertemu fragmen dari Pemegang Pertama—yang menawarkan jalan keluar, dengan syarat berat.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Azric Veylmoor
Selanjutnya Bab 16 - Ritual di Bawah Bayangan Ketiga
1
1
Untuk menyelamatkan Kael yang terperangkap di ruang batin, Serai menyusun ritual pemanggilan jiwa—tapi butuh bantuan dari Rhys, Pemegang Ketiga yang memiliki pemahaman berbeda tentang siapa yang layak kembali. Di tengah konflik kehendak dan suara, satu nama coba dipanggil kembali… tapi yang datang belum tentu yang sama.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan