Gagah with Luna 6-10

0
0
Deskripsi

Sequel EXIT

Cerita tentang perjodohan Laluna Valentine Louis dengan musuh di sekolahnya, Gagah Putra Bratadikara

Ikuti kisah Love and Hate Relationship ala Gagah dan Luna

6. IKATAN DARAH

Luna menarik lengan Fanny menjauh dari Gagah, sedangkan cowok itu terdengar menyalakan motornya dan tidak lama terdengar bunyi mesin bergaung dan ia pun terlihat melaju dengan kencang melewati Luna , sampai angin disekeliling mereka ikut tertiup dan menerpa rambut panjang Luna sampai ia pun berhenti berjalan.

"Lo liat kan kelakuan dia! Bikin naek darah aja!" Teriaknya dengan mata melotot kesal pada Fanny.

"Tenang Lun, lo juga sih pake ngeliatin dia. Dia gak suka kali diliatin lo. Padahal gue juga dari tadi ngeliatin dia dari jauh. Eh yang kena marah malah elo." Kikik Fanny.

"Ini mata gue, gue bebas make sesuka gue!" Tukasnya kesal.

"Asal jangan ketahuan melototin dia kali, ngambek kan dia nya." Gumam Fanny.

Luna mau membalas ucapan Fanny, tapi ponselnya keburu berbunyi, ia  pun dengan cepat langsung mengangkatnya.

"Sayang.." Suara lembut Laura terdengar di sebrang sana.

Luna mulai menarik nafas dan meredakan emosinya mendengar Laura menelpon.

"Mommy sebentar lagi sampai, kamu udah keluar?"

"Udah dari tadi Mom, ini Luna udah di depan gerbang bareng temen." Ujarnya dengan nada dibuat biasa.

setelah menutup telponnya, tidak berapa lama mobil Laura terlihat memasuki Area sekolah.

"Itu mobil Bokap Lo kan?," Luna menoleh, ternyata benar, mobil bmw putih punya Mommynya terlihat berhenti tidak jauh dari Luna sekarang berdiri.

"Itu dibelakangnya mobil Lo fan." tunjuk Luna, Fanny mengangguk mengiyakan.

"Gue duluan yah." Ujar Luna dan berjalan menuju mobilnya yang sudah dibukaan pintunya oleh sopir.

***

"Gimana sekolahnya sayang?" Tanya Laura tepat saat Luna baru menyenderkan punggungnya pada jok  mobil.

"Biasa aja. panas nih mom." gumamnya sambil mengibas ngibaskan tangannya dekat wajah, kemudian melihat temperatur AC di mobilnya. "Pak Coba turunin suhunya lagi. gerah. " Pinta Laura pada sopirnya.

"Baik Non."

Laura hanya tersenyum kemudian memberi perintah. "Jalan pak, kita pergi ke alamat yang saya kasih."

Luna menghembuskan nafas sambil melipat kedua lengannya di perut dan melihat keluar jendela.

"Sayang.."

"Luna males sih mom sebenarnya, kenapa sih mommy dan daddy kekeuh ngejodohin Luna!" Gumamnya dengan nada tajam melotot pada Laura.

Laura mengelus pundak Luna menenangkan.

"Sayang, kamu ketemu dulu sama calon tunangan kamu yah. Baru kamu bisa memutuskannya lagi."

"Tapi Luna gak mau Mom, walaupun ketemu Luna tetep gak mau!" Rengeknya meraih tangan Laura dan mengoyangkannya.

"Kita udah janji ketemu semingguan lagi bareng Calon tunangan kamu."

"Mah, tolong batalin yah. Luna mohon." Timpal Luna tidak menyerah.

"Maaf sayang, yang membuat janji itu Grandpa Chris, mommy atau Daddy tidak bisa menolak."

"Asal kamu tahu, tunangan kamu itu anak yatim piatu, dia hanya tinggal dengan kakek dari ibunya. Apa kamu gak kasian sudah menolak pertemuan sebelum ketemu dengan orangnya?"

Luna terdiam sejenak.

"Setidaknya kamu ketemu dulu yah. Mommy minta sama kamu dengan sangat sayang." Pinta Laura lembut yang tidak bisa ditolak Luna.

Mobil Laura berhenti disebuah butik ternama ibu kota. Butik ini adalah salah satu butik terkenal dunia milik grandma Jane yang juga seorang desainer ternama.

"Ayo masuk." Ajak Laura pada Luna yang terlihat malas. Mereka pun masuk dan disambut pelayan butik disana.

"Nyonya Laura." Manager butik mendekat dan menunduk hormat pada keduanya, silahkan ikuti saya masuk keruangan. Laura tersenyum, dan mengikutinya. "Luna ayo." kembali Laura bersuara. Luna berjalan ogah ogahan masuk kedalam salah satu ruangan yang terdapat disana.

"Laura." laura disambut seorang laki laki kemayu iapun mencium pipi kiri dan kanannya sebagai salam.

"Sam." Jawab Laura.

Pria Kemayu bernama Sam pun memberi jarak dan melirik pada Luna.

"Luna sayang."

"Om, eh tante.." Luna salah tingkah menggelengkan kepalanya pelan. dia bingung akan menyebut desainer neneknya itu sebagai wanita atau Pria. sudah jelas dia pria, terlihat dari jambangnya menyambung dengan bulu dadanya yang lebat, karena pria eh wanita itu memakai baju V-Neck  yang memperlihatkan sebagian tubuh bagian depannya. Wajah Pria itu dipolesi makeup serta anting di kedua telinganya yang memperlihatkan ciri khas seorang wanita." Sam tersenyum nackal.

"Call me Sammy, Honey." Ujarnya dengan manja pada Luna yang dianggukinya canggung. tangan gemulai itu menyentuh pundaknya dan menilik sebagian tubuh Luna.

"Jadi kau akan  menikah sayang, kau bahkan masih sekolah." Ujarnya terdengar sedih.

"Tanyain aja sama mommy kenapa anaknya mau dikawinin." Ketus Luna tanpa canggung mengeluh pada Sam.

"Luna--" Laura menajamkan matanya memperingatkan.

"Iya-iya, ini permintaan Grandpa Chris yang tidak bisa Mommy tolak." sambung Luna

Sam terkekeh dan langsung menarik tangan Luna kedepan Cermin besar diruangan itu. "Jadi Nona Louis, kau ingin mengenakan pakaian seperti apa di pertunanganmu nanti?"

"Tentu saja pakaian yang memperlihatkan tubuh seksi ku." Jawab Luna mantap dengan menatap seluruh tubuhnya lewat cermin yang dimengerti Sam. "Tentu saja itu harus, Puteri keluarga Louis harus terlihat menawan dan mempesona." Sam mengiyakan.

"Tidak, buatkan gaun yang aku pilihkan kemarin Sam." Pinta Laura sambil duduk di sofa dengan anggun. ia meletakkan tas tangannya dimeja dan menoleh pada Luna.

Sam terlihat kecewa, "Maksudmu gaun tertutup berwarna putih itu?" Ujarnya.

Laura mengangguk.

"Tunggu, Tunggu, Gaun apa yang kita bicarakan? Mommy tidak memilihkanku model gaun norak kan?" tanya dengan nada mencela, Luna tidak suka kalau ia memakai baju yang bukan style nya, itu akan merusak image nya.

"Tidak, hanya gaun itu sangat tertutup, Daddy tidak mau kamu memakai pakaian terbuka." Ujar Laura lembut.

DASAR DADDY!!

"My, Karena Luna sudah menyetujui acara pertemuan ini, setidaknya Luna bisa memilih gaun yang akan Luna pakai nanti."

"Maaf sayang."

"My!"

"Ini sudah keputusan Daddy." Ucap Laura tidak ingin dibantah.

"ARGH!" Luna megepalkan kedua tangannya, mengerang dengan menghentakkan sebelah kakinya kesal. Ia berbalik tidak ingin melihat Laura sambil mengerucutkan mulutnya.

"Sam, tolong ukur sekarang, kami harus secepatnya kembali." Pinta Laura mengacuhkan kekesalan Luna padanya.

Sementara Itu..

Gagah memarkirkan motor hitamnya dibasement apartment mewah, ia perlahan membuka helm fullfacenya sambil menghembuskan nafas kasar dan menghirup udara dalam dalam.  kemudian ia menyisir rambutnya yang berantakan dengan sebelah tangan berkali kali agar terlihat sedikit rapih, ia mulai turun dari motor dan berjalan menuju lift penghuni dengan menenteng helm fullfacenya. 

Lift menunjukan lantai 20 dan Gagah turun di lantai itu. Saat ia memasukan kode pintunya dan menarik pegangannya, untuk sejenak ia terdiam menatap pintu putih didepannya.

Tidak lama ia mendorong kasar pintunya sampai terdengar suara bantingan ke seluruh ruangan. Ia nyelonong masuk tanpa mempedulikan sekelilingnya.

"Gagah.." Suara serak seorang Pria memanggilnya.

Gagah tidak mendengar, ia lanjut berjalan melewati dua pria yang melihat kearahnya, dan  salah satunya duduk di sofa.

Gagah meletakkan kasar helmnya diatas meja kitchen island dan langsung berbalik cepat.

"Untuk apa kau kemari?!" Suara berat Gagah memenuhu ruangan serta menatap tajam pada Pria tua yang duduk di sofa. Pria itu perlahan berdiri dan membalikan badannya melihat kearah Gagah dengan wajah tidak bersahabat.

"Ada yang ingin Kakek bicarakan--"

"KAU BUKAN KAKEK KU!" Sentak Gagah cepat tidak terima.

Ternyata pria tua yang mulai mengajaknya berbicara adalah kakeknya.

"Walaupun kau tidak menganggapku kakekmu, tapi aku tetap Ayah dari ibumu dan satu satunya keluargamu Gagah Putera Bratadikara." Gumamnya mendesis.

Gagah menolehkan kepalanya kearah lain tidak ingin melihat wajah kakeknya sambil menaruh tangannya di pinggang.

"Kalau tidak ada keperluan, kau bisa pergi dari sini, aku butuh istirahat." usir Gagah masih membelakangi ke dua pria paruh baya tadi.

Thomas Williams, Pria Tua itu berjalan mendekati Gagah dan berdiri tepat didepannya. "Bulan Depan kau akan menikah dengan cucu dari teman baik Kakek. hanya itu yang ingin kakek ucapkan." 

"APA?!"

"TIDAK!!" Sentak Gagah dengan membolakan matanya shock. Apa-apaan pria tua ini tiba tiba datang ke apartemennya dan menyuruhnya menikah.

Untuk sejenak Thomas melihat wajah Gagah dan terlihat raut emosi. ia pun memanggil asistennya. " Kita Pergi sekarang."

"Aku tidak menyetujui pernikahan ini!" Sentak Gagah ngotot, menyorot tajam pada Pria tua itu.

"Kakek hanya memberitahumu, bukan meminta izinmu Gagah." Ujarnya sambil berbalik berjalan akan pergi menuju pintu

"Apa hak mu bisa menentukan nasibku? kau bukan siapa-siapa, kau hanya pria tua yang kebetulan memiliki ikatan darah denganku!" Tanya Gagah.

"Hak? tentu saja Kakek Berhak atas dirimu, ingat, kakek yang membiayaimu setelah kematian ayahmu yang pengangguran itu. harusnya kau berterimakasih padaku." Sindirnya sambil berjalan kekuar dari apartment.

Gagah yang emosi meraih helm full facenya dengan kasar dan tanpa ragu ia lemparkan ke pintu tempat kakeknya keluar tadi sekuat tenaga.

 

7. PERTEMUAN

Ponsel Luna bergetar sedari tadi. Tapi ia hanya melihat siapa yang menelpon dan mematikannya kembali dalam diam.

"Siapa sayang?" Tanya Laura melirik putrinya.

Mereka masih dalam perjalan pulang dari tempat desainer.

"Temen." Jawab Luna datar, memandang keluar jendela.

"Kenapa gak diangkat saja?"

"Gapapa my, nanti Luna telpon balik kalau udah sampai rumah." Jawabnya tanpa menoleh, dadanya naik kemudian tidak lama nafasnya menghembus pelan.

Ponsel Laura berbunyi dan wanita itu langsung mengangkatnya. "Iya?"

"Aku udah deket rumah Dan. Kenapa?"

Laura melirik pada Luna sekilas dan kembali berbicara pada orang disebrang sana.

"Baiklah." Laura menutup telponnya kemudian memasukannya ke dalam tas.

"Siapa yang telpon my? Daddy?" Tanya Luna penasaran akhirnya menoleh.

"Iya, Mommy harus ke kantor karena ada sesuatu. Setelah menurunkanmu di rumah, mommy akan pergi lagi." Ungkap Laura sambil mengintruksikan sopirnya.

Luna manggut manggut.

Laura menurunkan Luna tepat didepan gerbang rumahnya dan iapun memperingati anak perempuannya itu "jangan kemana mana, kalo butuh sesuatu ada bik Wati."

"Iya iya."

Luna melambaikan tangannya melihat kepergian mobil Laura. Ia langsung masuk kedalam rumah dan melemparkan tasnya ke sofa. ia duduk sambil membuka sepatunya sembarang, sebelah tangan menekan tombol di ponselnya.

"Temenin Gue Please."

"Lun, Gue lagi bareng Nyokap, Gak bisa." bisik Fanny menjelaskan.

"Gak asik lo!"Luna langsung menutup dan menekan nomor lainnya.

"Temenin Gue!" Ucap Luna cepat.

"Apa?! Gue lagi boker bangkek!" Sewot Bima gak nanggung.

"Ih, Najis!" Luna kembali menutup ponselnya dan untuk ketiga kalinya ia menekan nomor ponsel lain.

"Ngapain lo nelpon gue?!" Sahut orang disebrang sana dengan terengah.

"Dimana Lo?"

"Gue? ditempat fitness. kenapa?"

"Temenin Gue jalan." Pinta Luna sambil berjalan menuju kamarnya dilantai dua.

ia menekan tombol speaker, dan melempar ponselnya keatas kasur. "Bukannya tadi lo pergi sama nyokap lo Lun?" Tanya Catra.

Luna membuka baju seragamnya dan melempar asal ke lantai, ia mengambil baju ganti dari dalam lemari kemudian memakainya.

"Iya, tapi nyokap gue pergi. jadi gue bebas sekarang, lo bisa temenin gue kan?" tanya Luna lagi.

Padahal jelas jelas Laura menyuruhnya tidak pergi kemanapun.

"Ayolah temenin gue, gue lagi butuh pelampiasan nih." sekarang Luna mulai memakai hotpantsnya, memoles sedikit makeup di wajah dan tidak lupa lipstick warna nude yang selalu dipakai diatas bibirnya yang seksi. Ia merapihkan lipstik dengan jarinya

"Emang lo mau jalan kemana sih?"

"Ke Camden kek, atau kemana." Jawab Luna. Sekarang ia mengambil tas kecil dan menyampirkannya dipundak. Ia mengambil ponselnya mematikan spekernya kemudian menempelkan ponsel tadi ke telinga. sebelum keluar ia menyempatkan diri melihat riasannya lagi ke cermin.

Perfect! Batinnya sambil tersenyum

"Yaudah entar gue nyusul deh. Gue mandi dulu." Jawab Catra.

Memang Temannya yang satu itu bisa diandalkan."Yaudah gue tunggu, gak pake lama!"

"Bacot! Nyuruh mulu lo kaya emak gue!"

"Sinting! Gue gak inget pernah ngelahirin anak kaya lo!" Luna menutup telponnya kasar dan memasukannya kedalam tas.

Ia berjalan kebawah dan mencari kunci mobilnya ditempat biasa.

"Mau kemana Non?" Tanya Bik Wati dari arah dapur cepat.

"Kerja kelompok." Ceplosnya dan langsung berbalik pergi keluar menyalakan mobilnya.

Bik wati menggelengkan kepalanya pusing. Ini Jam 6 sore dan Luna memakai pakaian mininya. Jelas ia tidak akan kerja kelompok. Seakan Bik Wati tau tabiat Luna.

sementara itu..

Gagah yang kesal karena kedatangan Kakek Tua memutuskan untuk mencari udara segar. Ia masuk kedalam kamar mengambil jacket dan langsung mengenakannya. ia Meraih helmnya dilantai yang tadi sempat ia lemparkan dan keluar dengan membanting pintu unit apartment kasar.

Kaki jenjangnya berjalan pelan menuju lift yang akan mengantarkannya langsung ke tempat parkir.

Ia menaiki motor hitam kesayangannya dan langsung memacu motornya kencang keluar dari kawasan apartment.

Saat Motor hitam Gagah akan berbelok kekiri sebuah mobil putih tiba tiba berhenti didepannya sontak membuat Gagah kaget, ia berusaha menahan laju motornya yang kencang dengan mengerem tapi Akhirnya tabrakan pun tidak dapat dihindari. Motor Gagah mengenai bamper belakang mobil putih itu.

"Ah sial!!" Umpatnya. Gagah turun dengan marah dari motornya kemudian mengetuk kasar kaca pengemudi mobil itu.

"Turun Lo bangsat!" Teriaknya emosi. Sambil membuka kaca helm fullfacenya.

Pintu mobil terbuka, dan keluar seorang perempuan berpakaian mini dari dalamnya.

Perempuan itu menatap tajam pada Gagah sama marahnya.

"Heh, lo pake motor gak liat liat jalan apa?!" Sentaknya.

Gagah berdecak kemudian membuka helm fullfacenya. Terlihat wajah tampannya dengan sorot mata tajam melihat perempuan didepannya. Rambutnya yang berantakan dibiarkan begitu saja diterpa angin malam.

"Elo yang gak bisa pake mobil, kenapa juga lo tiba tiba ngerem mendadak!"

"Gue gak ngerem, gue mau belok, dan Elo yang nabrak gue dari belakang!" elak Luna emosi sambil menunjuk nunjuk Gagah dengan jarinya.

"Dek, kalo mau berantem, tolong mobil sama motornya dipinggirin dulu, ngalangin jalan raya." Ucap seorang warga yang melintas melihat pertengkaran keduanya.

Gagah menelan kata katanya karena disela, akhirnya ia menurut memindahkan motornya dan Luna mengikutinya dari belakang.

Didalam mobil Luna marah menghentakkan kakinya berkali kali . "Sial banget gue ketemu si Gagah dijalan, mana mobil gue pake ditabrak dia!" Sentak Luna kesal.

"Turun Lo!" Kembali Gagah mengetok kaca mobilnya.

Luna mau tak mau turun dan bersandar di pintu mobil dengan kedua tangan terlipat. "Ganti rugi, mobil belakang gue rusak gara gara elo!" ucapnya ketus pada Gagah.

Gagah mendekat, "Motor gue juga rusak gara gara elo!"

Luna melirikan matanya sekilas pada motor hitam Gagah terlihat bagian depan motor itu rusak akibat tabrakan, tapi ia tidak peduli, Gagah yang menabraknnya. Jadi ia tidak bersalah. Pikir Luna.

"Paling kerusakan motor lo gak seberapa dibanding mobil gue! Mobil gue keluaran terbaru hadiah dari bokap, gak mau tau pokoknya lo harus benerin!"

Tiba tiba Dibelakang mereka sebuah mobil towing (mobil derek) mendekat dan berhenti didekatnya.

"Dek, ini motornya?" Tanya orang yang keluar dari mobil itu.

"Iya Pak, bawa ke bengkel biasa. Ini kunci motornya." Gagah menyerahkan kunci dan orang itu mulai menaikan motor Gagah kemudian pergi dari sana.

Luna yang sedari diam hanya bisa melotot tidak habis pikir.

"Entar gue kirim tagihannya ke elo." Ujar Gagah enteng dan datar pada Luna. kemudian ia berjalan masuk kedalam mobil Luna dan duduk disebelah pengemudi.

Luna mengerjapkan matanya berkali kali dan ikut masuk kedalam mobil, ia duduk di kursi pengemudi dan berbalik pada Gagah.

"Trus mobil gue gimana?" tanyanya  kesal dan kesal.

"Ya lo masukin bengkel jugalah, kalo mau bener." jawab Gagah.

"Entar gue kirim tagihannya ke elo." Balas Luna tidak mau kalah.

Gagah tidak menjawab, ia melirikan matanya pada interior mobil Luna.
"Ngapain lo di mobil Gue? Sana keluar." Usir Luna dengan tangan terkibas pelan.

"Mobil lo cuma muat dua orang." Cibir Gagah.

"Ga pernah liat mobil bagus lo?!" Timpal Luna sambil menaikan sebelah alisnya.

Gagah menaruh helmnya dibawah jok dan duduk santai. "Lo gak liat motor gue masuk bengkel. Jadi lo wajib nganterin gue dong." Ucap Gagah berkilah.

"Mobil gue juga rusak! terus apa hubungannya sama lo  naik mobil gue, Turun lo dari mobil gue!" usir Luna tidak menyerah.

"Enggak, mobil lo masih bisa jalan kan? Jadi anterin gue." Ucap Gagah seenaknya.

"Lo kan bisa manggil taxi atau pake gojek. Gue gak sudi semobil sama elo."

"Sama." Jawab Gagah tanpa ekspresi.

"Ya terus ngapain Lo disini--" Gagah membekap mulut Luna yang cerewet dengan tangannya. Sampai Luna meronta ronta, mendorong tangan besar Gagah dari wajahnya sekuat tenaga.

"Heh!! Ngapain Lo sentuh sentuh gue!" Luna mengusap pelan wajahnya. Ia tidak mau tangan kotor Gagah mengenai wajahnya yang selalu ia rawat.

"Bawel banget sih Lo, cepet jalan."

"Enggak!" pekik Luna Kekeuh sambil memajukan bibir seksinya. memberengut.

Gagah terkekeh, "Itu mulut mau gue cium apa?"

Luna sontak kaget, ia memundurkan tubuhnya sampai mentok ke pintu dan menutup mulutnya dengan tangan.

"Awas kalo lo berani macem macem sama gue, gue bakal teriak!" ancam Luna.

Gagah mengangkat kedua tanganya. "Tunggu apa lagi, ayo jalan."

"Ish.. udah numpang nyuruh nyuruh pula." gumam Luna pelan, sambil memutar kunci mobil dan mesinnya pun menyala

Dengan kesal Luna melajukan mobilnya pergi dari sana.

Luna fokus mengemudi tapi tingkat kewaspadaannya tidak menurun sedikitpun pada cowok disebelahnya yang memainkan game di ponselnya sambil tersenyum.

"Gue turunin lo dimana?" tanya Luna melirik kesebelahnya.

Gagah tidak menjawab, ia masih memainkan ponselnya

Luna menghembuskan nafas kasar. 'Gilak ni cowok maen numpang aja di mobil gue! Batin Luna.'

Akhirnya Luna melajukan mobilnya ketujuan semula. Ia berhenti di parkiran salah satu tempat nongkrong anak muda. Orang bilang sih ini tempat minum minum. Tau kan maksudnya.

"Ngapain lo berhenti disini?" Tanya Gagah penasaran mengalihkan pandangannya dari ponsel dan melihat keluar jendela.

Luna melepaskan seatbelt dan membereskan makeup serta pakaiannya. "Gue ada janji." jawabnya datar. kemudian ia keluar dari mobil dengan anggun.

Gagah membuka pintu dan keluar tanpa menutup pintunya menahan Luna. "Gue gak mau masuk kesana." Selaknya.

"Siapa juga yang nyuruh lo ikut gue, nih--" Luna melemparkan kunci mobil kearah Gagah.

"Bawa Mobil gue ke bengkel. Awas jangan lo bawa kabur. Mobil gue mahal!" Ucapnya dengan sombong. Luna berbalik pergi dengan mengibaskan rambutnya kebelakang dan tertiup angin malam.

 

8. PEMUKULAN

Gagah melihat kepergian Luna dengan raut datar terkesan kesal. 'Seenaknya dia nyuruh Gue!'

Sementara itu Luna masuk kedalam dan duduk di sudut ruangan. Luna yang berpakaian mini dan sendirian menarik beberapa perhatian laki laki disana.

Tempat ini makin malam makin ramai. Anak anak muda Jakarta datang kesini untuk berpesta atau hanya sekedar melepas penat. Sama halnya dengan Luna.

Penat? Luna tidak penat karena pelajaran. Dia hanya tertekan dengan tuntutan orang tuanya. Dan Yang datang kesini kebanyakan anak anak dari orang kaya. Mereka tinggal membuka mulutnya meminta transferan pada orang tua atau sudah dibekali kartu kredit sebagai fasilitasnya.

"Nona pesan apa?" Tanya seorang pelayan pria dengan gadget di tangannya.

"Aku lagi nunggu orang, pesen orange juice dulu." Jawab Luna singkat dengan pandangan melihat sekeliling ruangan. Ini bukan malam minggu, jadi tidak terlalu penuh.

"Lama banget si Catra." Gumam Luna.

Tiba tiba, tiga orang pria mendekati mejanya. "Hai, sendiri aja."

"Lagi nunggu temen." Ketus Luna sambil melipat kedua tangannya. Ia kemudian bersandar dengan menyilangkan kakinya terlihat seksi.

Ketiga laki laki itu langsung melotot dan nyengir. "Kita temenin dulu sebelum temen lo datang okay?"

Luna diam, dengan pandangan masih melihat sekeliling. ia tidak menolak tapi ia tidak mengusir mereka juga. Sebenarnya ia tidak peduli.

Akhirnya ketiganya pun duduk disebelah Luna dengan mata tertuju pada paha putih nan mulus didepan mereka

"Kenalan dong, Nama lo siapa? Gue Bobby." Tanya salah seorang laki laki itu.

"Bunga."

"Bagus banget nama Lo, sekolah dimana?" Lanjutnya berfikir bahwa ini akan berakhir sesuai keinginannya.

"Gue Gak sekolah."

"Jadi lo kerja?"

Luna manggut manggut pelan.

Sebelum laki laki itu bertanya kembali. Seorang laki laki lain mendekati mereka.

"Bunga, sorry gue telat."

Luna melotot, Gagah dengan tersenyum mendekatinya. Udah gitu manggil Bunga, bukan Luna.

'Fuck!'

Ketiga laki laki itu menyorot Gagah dengan tajam. "Ini temen lo yang tadi ditungguin?" Tanya salah seorang dari mereka.

Luna alias Bunga mengangguk.

"Sorry telat, tadi mobil gue sempet di tabrak, trus yang nabrak gue cewek barbar gitu. Tapi akhirnya beres juga." Kilah Gagah menyindir sambil tersenyum.

Luna menyipitkan matanya melihat cowok yang masih berdiri menjulang didepannya. 'Maksud lo cewek bar bar itu gue?!' Batin Luna.

"Minuman lo udah gue bayar, ayo pergi." Ajak Gagah.

"Ngapain buru buru? Santai dulu aja disini." Ujar seorang laki laki itu.

Luna diam tidak beranjak. Sebenarnya ia masih ingin disini, lagian ia masih nunggu Catra, tapi malah didatengin cowok cowok brengsek. Mungkin ia akan pindah tempat aja bareng Catra.

'Tu orang mati atau gimana sih? Lama bener datengnya!' Batin Luna tambah kesal.

Ia pun akhirnya mulai berdiri, tapi tangannya malah ditarik laki laki bernama Bobby itu.

Luna kembali duduk karena hilang keseimbangan menyorot tajam pada Bobby.

"Lepasin!" Luna menepis tangan Bobby dari lengannya.

"Sorry Sorry, tapi lo jangan pergi mending temenin kita disini." Ujarnya tersenyum genit pada Luna.

Saat itu juga Gagah menarik Luna kencang sampai membentur tubuhnya.

"Kita ada janji lain." Tukas Gagah pada Bobby kemudian balik berjalan.

Bobby tidak menyerah, ia menarik kembali lengan Luna yang bebas.

"Gue bilang tunggu!"

Didetik itu juga Gagah berbalik, maju dan langsung meninju Bobby tepat di wajahnya. Bobby langsung terkapar di lantai dan melepaskan pegangan tangannya.

Gagah mengibaskan tangannya sakit sambil tersenyum sinis kearah Bobby.

"Rasain!"

Kejadiannya begitu cepat, bahkan Luna tidak sempat berteriak. Ia hanya diam terpaku ditempatnya dengan mata melotot melihat kejadian tepat did epan matanya.

Dengan setengah berlari Gagah menarik Luna keluar dari sana.

Mereka berhenti berlari didepan mobil Luna diparkiran. "Lepasin tangan lo!" Luna menyentakan tangannya dan tangan Gagah pun terlepas.

"Apa-apaan sih lo?" Sentak Luna.

"Harusnya lo berterimakasih sama gue, kalo enggak Lo udah dikerjain sama tu cowok cowok brengsek!" Sindir Gagah.

"Gue gak butuh bantuan lo." jawab Luna sambil mengurut pergelangan tangannya yang sakit.

Gagah melihat pakaian Luna dari atas sampai bawah, "Heh Bunga Bangke, Lo sengaja ya pake baju kaya gitu biar dilirik cowok cowok kaya didalem tadi?" Sindir Gagah.

"Bukan urusan lo!"
"Setiap gue ketemu lo, gue pasti sial!" Sentak Luna melihat pada Gagah yang sekarang mengeluarkan kunci mobil Luna.

Tiba tiba..

"Pada ngapain kalian disini?" Keduanya berbalik dan melihat sosok Catra berjalan menuju mereka dengan cengengesan.

"Heh Setan! lama banget sih datengnya!" Luna tiba tiba membentak Catra yang tidak tau apa-apa.

Catra tentu saja bingung.

"Heh, udah nyuruh dateng, maen marah aja lo. Ada apa sih?" Catra bertanya pada Luna kesal.

"Gah ada apa nih?" Gumamnya pada Gagah. Gagah menaikan kedua bahunya malas menjelaskan.

"Ayo pergi, dimana mobil lo!" Ajak Luna.

"Eh tunggu tunggu, bukannya kita mau masuk kedalem?" Tunjuk Catra pada Cafe didepannya.

"Gak jadi! Si Gagah bikin masalah didalem sana!" Cibir Luna memberengut.

"Catra ayo pergi!" Ajak Luna lagi.

"Itu si Gagah kasian ditinggal sendiri kaya anak ilang. Ajak juga lah."

"Gausah!"

"Terus mobil lo gimana tuh?" Catra melirik pada Luna.

"Biarin si Gagah yang bawa, entar gue jelasin dijalan."

Catra masih belum mengerti dan masih ingin bertanya, tapi ia akan bertanya nanti pada Luna." Gah gue nganter Luna duluan." Catra menaikan sebelah tangannya yang di balas Gagah.

Di mobil, Luna menjelaskan kejadian dipenabrakan dan Cafe tadi. Akhirnya Catra mengerti. "Jadi si Gagah nabrak lo dan mau masukin mobil lo ke bengkel?"

"Dianya gak mau, ya gue paksalah." Ujar Luna.

"Terus kita jadi mau kemana nih? Balik aja atau--"

"Gue belum mau pulang."

Catra manggut manggut, "Yaudah kita lanjuttt--" sorak Catra.

Keesokan paginya...

"LUNA!!"

"LUNA!!"

"Brug.. brug.. brug.."

suara merdu ibunya terdengar menggema keseluruh ruangan.

"Laluna Valentine Louis! Buka pintunya atau mommy dobrak!" Teriak Laura didepan pintu kamar puterinya.

Danny menyusul Laura kelantai dua.

"Pelan pelan sayang." Danny menenangkan Laura sesampainya dideoan pintu

Laura berbalik menghadap Danny. "Anak kamu pulang pagi, dengan keadaan setengah mabuk Danny!"

"Anak kita Laura, Anak kita." Danny meralat dengan kata kata penekanan.

"Ini Bukan waktunya bercanda Danny, Luna itu perempuan, kau jangan selalu memanjakannya. Lagipula kenapa kelakuannya persis kaya kamu sih!" Ujar Laura kesal.

"Tentu saja Luna mirip Aku, lagian Aku yang nanam Saham." Ceplos Danny yang dibalas cubitan Laura di lengan suaminya itu. Danny mengaduh pelan.

Ia pun menghembuskan nafas,"Kalo masih wajar ya gapapa sayang." Jawab Danny santai.

"Pulang pagi dan mabuk itu sudah tidak wajar Danny! Laura masih 17 tahun."

Ceklek!! Tiba tiba pintu terbuka menampilkan muka bantal Luna sambil menguap lebar.

"Kenapa Mommy sama Daddy bertengkar didepan kamar Luna? Brisik tau." Ujarnya serak setengah sadar.

"LUNA!!" Teriak Laura kesal.

Beberapa jam kemudian..

Luna yang sudah berpakaian sekolah rapih duduk santai di ruang makan dan memakan sarapannya tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Luna,--"

"Bentar my, Luna masih pusing. Percuma mau marahin juga gak bakal masuk." Tukas Luna.

Kata kata Laura yang sudah diujung lidah akhirnya tidak keluar dari mulutnya. Ia menelan kembali sambil mengelus dadanya berkali kali. 'Luna benar benar mirip Danny dari segi sifat dan karakternya.' Batin Laura.

"Dimana mobil kamu Luna, Daddy tidak melihatnya lagipula tadi pagi satpam melihatmu diantar teman kamu?" Tanya Danny melirikan sudut matanya.

"Dibengkel Dad, semalam ditabrak orang gila." Ceplos Luna.

Laura terkesiap kaget. "Tapi kamu gapapa kan nak? Kenapa kamu gak cerita sama Mommy?"

"Pasti Mommy sama Daddy marah, Luna jadi males. Lagian Luna gapapa, mobilnya doang yang rusak."

"Luna, kalau ada apa apa. Kamu harus cerita sama Mommy Daddy. Kami kan jadi khawatir. Terus semalam kenapa kamu bisa mabuk? Untung teman kamu itu bisa jagain kamu dan memulangkan kamu dengan selamat sampai rumah."

Luna diam, ia mengambil gelas air putih dan menghabiskannya.

"Tau gak Luna kaya gitu kenapa?"

Laura dan Danny saling melempar pandang.

"Itu gara gara Mommy sama Daddy mau jodohin Luna! Luna masih muda My, Luna masih pengen maen! Luna gak mau terikat pernikahan sama siapapun!" Sentak Luna.

"Luna--" gumam Danny.

"Keputusan kalian yang membuat Luna jadi kaya gini--" sentak Luna, berdiri dan berbalik pergi dari sana.

Danny mendesah. "Situasi Kita terjepit diantara Daddy Chris dan anak sendiri." Keluh Danny pada Laura.

****

Ting Tong! Ting Tong!

Seorang Pria berdiri didepan pintu unit apartment Gagah. Dan tidak lama pintu pun terbuka.

"Apa?!"

Sentak Gagah pada orang didepannya. Ia berbalik masuk dengan menggaruk kepalanya Terlihat jelas ia baru saja bangun. Gagah tidak menutup pintunya, Membiarkan orang itu masuk.

"Maafkan saya menganggu anda." Ucap Sekertaris Kakeknya itu.

"Ada perlu apa pagi pagi kesini?" Gagah mengambil gelas dan menekan tombol dispensernya, mengisi gelas kosongnya dengan air putih.

"Apa anda kecelakaan? Motor anda masuk ke bengkel."

"Gue diserempet mobil." jawab Gagah dengan suara serah, tenggorokannya kering.

"Apa anda terluka? Kita bisa tuntut orang yang melakukannya pada anda." Ujar Pria itu tersengar cemas.

Gagah menggeleng pelan sambil meminum air putihnya tandas.

"Gak perlu, biar gue yang nyari perhitungan sendiri sama dia."

Pria itu terdiam sejenak. Dan Gagah melirikan sudut matanya.

"Kalo lo udah beres, cepat keluar dari sini. Gue mau sekolah." Gagah mengusir terang terangan.

Pria itu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celana dan menaruhnya diatas meja.

"Karena motor anda rusak, Tuan menyuruh saya memberikan ini pada anda."

"Apa itu?" Tanya Gagah sambil berbalik.

"kunci mobil." Jawabnya.

"Mobil?" Beo Gagah memiringkan kepalanya.

"Mobilnya sudah ada di parkiran, anda tinggal memakainya. Saya pamit Gagah. Selamat Pagi." Ujarnya tenang dan keluar dari unit apartment Gagah.
 

9. RUNAWAY

"Cat gue nebeng lo yah."
Luna membereskan buku-bukunya kedalam tas. Dan menentangnya disebelah pundak.

"Mobil lo belum bener?"

Luna menggeleng.

"Kenapa lo gak minta anterin cowok lo aja sih?"

"Gak ah. Yuk!" Ajak Luna.

Di ambang pintu terlihat Vano sudah berdiri dan bersender menunggu Luna keluar dari kelasnya.

"Sayang, pulang aku yang antar yah." Vano menghampiri Luna yang berhenti berjalan.

"Tuh cowok lo jemput." Tunjuk Catra pakai dagunya pada Vano." Mobil si Luna masuk bengkel, jadi dia dianter jemput macem anak SD sama nyokapnya." Terang Catra pada Vano.

Vano mengalihkan pandangan pada Luna. "Kok kamu gak bilang aku sih sayang? Padahal aku bisa anter jemput kamu lho."

"Hmm." Luna melotot pada Catra dan senyum terpaksa pada Vano. 

"Yaudah, Anter cewek lo Van." Catra mendorong pundak Luna.

Vano tersenyum kemudian meraih tangan Luna dan menariknya menuju parkiran. Dikejauhan Luna melihat Gagah yang mendekati motor hitamnya, Luna menyentak tangan Vano dan berjalan cepat menghampiri Cowok tinggi itu.

"Motor lo udah bener?" Tanya Luna menilik pada Motor hitam itu.

Gagah yang baru akan memakai helmnya, mengurungkan niat dan menurunkannya kembali. Ia menoleh datar pada wanita yang datang disebelahnya. "Kenapa emangnya? oiya, besok gue kirim tagihannya. lo jangan lupa bayar." Jawab Gagah tanpa rasa bersalah.

"Gue bukan nanyain tagihan motor butut lo, mana mobil gue?" Tanya Luna.

Gagah mengernyit tersinggung, padahal motornya seharga mobil Luna.

Tiba tiba Vano mendekat dan berdiri dibelakang pacarnya.

"Kenapa sayang?" Tanya Vano sambil melirik pada Gagah.

Luna tidak mengindahkan Vano. ia kembali bertanya pada cowok didepannya yang sudah mengenakan helm, terlihat akan pergi.

"Tunggu!" Luna menarik jaket yang dikenakan Gagah, menahannya.

"Mobil gue mana?!" Sentak Luna lagi.

"Dibengkel, kan lo yang nyuruh gue masukin bengkel." Jawab Gagah.

"Ya terus mana? ini udah 5 hari masa belum bener?!"

"Tauk.. gue mau pergi, lepasin tangan lo dari jaket gue."

"Enggak! jawab dulu dibengkel mana gue mau ambil." Tanya Luna lagi dengan nada kesal.

Gagah yang sudah menyalakan mesin motornya langsung melajukan motornya kencang keluar dari parkiran sekolahnya, membuat Luna mundur selangkah kebelakang.

"Brengsek!!" Teriaknya.

"Sayang ada apa?" Tanya Vano.

"Mobil gue dibawa dia."

"Mobil kamu di curi cowok itu?!" Tanya Vano polos

Haduuhhh.

"udah gausah dipikirin, kita pergi aja." Ujar Luna menarik tangan Vano menuju mobilnya. Dan didalam mobil Vano mendapatkan penjelasan Luna tentang mobilnya.

"Sayang, kamu mau makan dulu atau kita langsung pulang?" Tanya Vano.

"Anterin gue pulang deh." JAwab Luna malas.

"Okay."

Tidak lama ponsel Luna bergetar dan ia pun langsung mengangkatnya.

"Lun, lo dimana?" Tanya Adit

"Di jalan pulang."

"Gabung bareng kita sini."

Tumben si Adit ngajak nongkrong. Batin Luna

"tumben lo, Ada angin apa ngajak gue?" 

"Anak basket pada ngumpul, Muka mereka ditekuk semua Suram banget. gue ngeri." Ujar Adit bergidik.

"Ya terus lo nelpon gue nyuruh kesana mau ngapain? ngusir setan?"

"Ya kalo ada lo kan suasana jadi lebih berwarna, gak jantan semua gini. lo kan betina. hehehe." ceplos Adit.

Luna diam berfikir sejenak.

"Yaudah Gue kesana, tungguin."

"Asekkkk."

Vano menurunkan Luna diparkiran sebuah cafe ternama.

"Sayang aku temenin ya?" Tawar Vano dari dalam mobilnya.

"Gausah, lo pulang aja, nanti gue ketemu temen kok disini, gue cuma bentar."

"Kalo cuma bentar, aku tunggu, nanti aku anter pulang."

"lo balik aja deh Van, nanti gue tinggal minta temen nganterin pulang. gampang."

Vano menekuk wajahnya sedih. padahal ia sudah senang akan mengantarkan Luna pulang kerumahnya. tapi kali ini gagal lagi.

Luna menyadari raut muka Vano yang kecewa. Ia akhirnya terpaksa melakukan hal yang tidak perlu.

"sebagai gantinya, Besok lo jemput gue yah, kayanya besok sopir gue gak bisa nganterin sekolah." Ujar Luna tersenyum manis.

Vano menaikan wajahnya melihat Luna dengan sumringah, ia senang saat Luna membutuhkannya. contohnya seperti mengantar jemput pacar mandirinya itu.

"Okay, aku jemput kamu besok pagi." Jawab Vano.

Luna membalas senyuman Vano dan melambaikan tangannya. setelah itu Vano melajukan Mobilnya pergi.

Luna menelpon Adit saat masuk kedalam Cafe.

"Gue baru masuk." Ucap Luna sambil mengedarkan pandangannya kepenjuru Cafe mencari keberadaan Aditya.

Dari kejauhan, Adit melambaikan tangan yang dibalas Luna. Ia pun menutup ponselnya sambil berjalan mendekti meja Adit.

"Sini Lun, duduk disebelah gue." Adit menarik satu kursi kosong yang ia letakkan tepat disebelahnya.

Luna mendekat dan duduk dikursi itu.

"Untung lo bisa datang. mau pesen apa Lun?" Tawar Adit menyerahkan buku menu kehadapan Luna.

setelah memesan, Luna mulai mengobrol dengan para cowok disana. entah kenapa Luna lebih senang atau tepatnya nyaman kalau berkumpul dengan teman laki lakinya dibanding teman perempuan. Luna berfikir teman perempuannya terlalu ribet dan berisik saat mereka nongkrong di cafe seperti ini. makanya dia hanya mempunyai Fanny sebagai teman perempuannya.

"dari mana aja lo?" Tanya seorang teman Adit pada cowok yang baru datang dan duduk di kursi kosong diujung meja.

"Abis nelpon." jawab cowok itu.

Luna menoleh saat mendengar nada suara datar dan dalam yang tidak asing ditelinganya itu. 

Sial, Luna lupa kalau Gagah juga anak basket.

Gagah dengan sudut matanya melirik sekilas pada Luna, dan Luna pura pura tidak melihatnya.

"telpon dari cewek lo?" Tanya temannya.

Gagah tidak menjawab ia mengambil gelas minum dan menyesapnya.

"si Gagah kan lagi deket sama Sinta."

"Sinta mana?" tanya yang lain.

"Sinta temen kelasnya, Cewek cantik nan bohay dari kelas 3.1."

"Yang anak pejabat itu?"

temen Gagah manggut manggut mengiyakan.

Luna terdiam, kenapa ia jadi mendengarkan cowok bergosip. 

"Jadi Gah, lo jadian ma Sinta itu?" tanya teman disebelah Gagah penasaran.

Gagah menaikan sebelah sudut bibirnya. "Enggak, tapi dia nelponin terus." Jawab Gagah terkesan bangga.

"Susah ya jadi cowok ganteng, lagian disekolah kita gak bisa liat cowok jomblo bening dikit, cewek cewek langsung maen hap hap aja." ceplosnya.

Temannya menyenggol. "Lo kira makanan, main hap hap aja kaya saipul jamil." 

"Udah gausah ngomongin bang ipul, kita cowok semua disini. ngeri gue." kikik yang lain

Gagah tidak menimpali, ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Gue balik ya."  pamit Gagah pada temannya, kemudian melihat pada Adit serasa pamit. 

"Dit, gue mau balik aja." Ucap Gagah dan Luna bersamaan. semua orang pun melihatnya bergantian.

"Janjian pulang kalian?" Kekeh Adit sambil nunjuk keduanya.

Luna diam, ia mulai berdiri. 

"Tunggu Lun, lo kan gak ada yang nganterin," tanya Adit, kemudian melihat pada Gagah. " Gah, lo anterin Luna kerumahnya."

"Kenapa gue?" Tanya Gagah terkesan enggan.

"Lo kan cowok, lagian lo mau pulang juga kan jadi bareng aja?" saran Adit membuat Luna memandang kesal pada Adit.

"Lo juga cowok, kenapa gak lo anterin aja si Luna. kenapa musti Gue." gumam Gagah.

"Gue kan masih disini, lagian gue masih mau ngomongin acara lain." Paksa Adit.

"gue bisa balik sendiri kok." potong Luna. "Gue balik ya, bye." Luna berbalik pergi dan tidak melirik sedikitpun pada Gagah.

"Gah anterin cepet, ini udah malam." ujar Adit lagi.

"masih sore." Gagah membalas ucapan Adit.

"dia cewek Gah.." Adit mulai kesal.

"Gue tau, gue masih bisa liat dia pake rok." jawabnya datar.

"Ya lo anterin bego."

"Enggak." kekeuh Gagah, ia mulai berjalan menjauh.

"Pokoknya lo anterin yak." teriak Adit maksa dari kejauhan saat Gagah berbelok dan tidak terlihat lagi.

Luna keluar dan berdiri didepan pintu Cafe, ia mencoba menelpon Laura, tapi tidak diangkat. Ia pun melihat jam yang ada di ponselnya. "masih jam 8." gumamnya.

Luna mulai membuka aplikasi dan memutuskan memesan taksi online untuk  mengantarkannya pulang. sedangkan Gagah melewati Luna dengan santai seakan mereka tidak saling mengenal.

"Eh, lo kan yang dicafe waktu itu? Bunga?" Seorang laki laki menghampiri Luna keluar dari dalam Cafe.

 Luna berbalik dan melihat wajah laki laki yang mengajaknya ngobrol dengan seksama.

"Siapa yah?" Tanya Luna tidak kenal.

"Lo Lupa sama gue?! Gue Bobby, temen cowok lo mukul gue waktu itu!"

Luna membolakan matanya, ia baru ingat sekarang. ini kan si Bobby yang dipukul Gagah.

'Kenapa juga gue ketemu cowok ini disini!' Batin Luna.

"Nunggu siapa lo disini? mana cowok lo itu?" Bobby makin mendekat pada Luna dengan senyun menyeringai, ia terlihat menyeramkan.

"Gue gak nunggu siapa-siapa." Jawab Luna tak gentar. Ia memusatkan matanya pada Bobby, tidak ingin terlihat terintimidasi

"Kalau gitu, lo mau nemenin gue kan." Ujarnya.

Luna langsung berfikir akan masuk kembali kedalam cafe karena Adit dan yang lainnya masih berada didalam sampai keadaannya aman dan Bobby tidak menganggunya lagi.

Tapi Sebuah tangan menariknya dan ia pun mengikuti orang yang berlari itu.

"Hei! Mau kemana kalian!!" Teriak Bobby.

Luna hanya mendengar samar teriakan Bobby dibelakangnya, ia masih berlari sampai tiba di parkiran motor.

"Naik!" Perintah Gagah.

Eh.

"Naik!"

Luna ragu, tapi ia takut Bobby menyusul mereka.

Terlihat Gagah mulai mengenakan helmnya dan menaiki motor hitamnya. Yang Diikuti Luna dari belakang. Ia memutuskan untuk pergi dulu dari tempat ini.

"Pegangan!" Ujar Gagah sambil menyakak mesin motornya.

"Enggak!"

"Lo jatuh gue gak mau tanggung jawab ya!"

Saat itu juga Luna langsung melingkarkan tangannya kedepan dengan erat. Dan Gagah melajukan motornya kencang.

 

10. PERTEMUAN KELUARGA 1

Motor Gagah melaju kencang membelah ibu kota. Sedangkan tangan Luna melingkar kuat berpegangan pada perut Gagah dibelakangnya.

Luna memiringkan kepalanya dan menempel pada tubuh Gagah, ia pun berteriak dari belakang.

"Ini udah jauh! Turunin gue!" Pinta Luna sambil berteriak karena suaranya tertiup angin.

Gagah tidak bergeming, ia malah menerobos lampu merah dan berbelok di perempatan dengan kencang.

"Gagah Stop!!" Teriak Luna takut.

Luna berfikir Gagah tidak mendengarnya karena  ia mengenakan Helm. Luna pun berinisiatif menarik Jacket yang dikenakan cowok itu sebagai tanda bahwa ia sedang berinteraksi.

"Gagah turunin gue ish!" Teriaknya lagi dengan suara serak berharap Gagah mendengarnya.

Luna tidak memakai Helm dan rambut panjangnya berkibar diterpa angin malam.

Karena masih belum berhenti, Akhirnya Luna mengetuk helm cowok itu berkali kali. Gagah sedikit hilang konsentrasi karena mendapat gangguan. Padahal laju motornya sedang dalam kecepatan tinggi. Dan motornyapun sedikit bergoyang.

Tidak lama Ia menepi dipinggir jalan raya. Kemudian membuka helmnya kasar dan menoleh kebelakang.

"Lo liat kan gue lagi pake motor?"

Luna kala itu mendapat teriakan dari Gagah tidak terima dan langsung turun dari motornya dengan wajah tersinggung.

"Gue gak buta! Gue udah teriak dari tadi minta lo turunin, tapi lo nya gak denger suara gue!" Sentak Luna kesal.

"Tapi gausah kaya gitu caranya, lo nyari mati banget sih." Kesal Gagah, matanya menyorot tajam pada Luna yang memberengut.

"Udah ah, gue capek ngomong sama lo, gue balik." Luna melengos akan berbalik pergi dari sana.

"Eh tunggu. Dimana rumah lo? Gue anter." Cegah Gagah meraih tangan Luna menahan kepergiannya. Yang dikibaskan cewek itu segera.

"Gausah, gue bisa pulang sendiri."

"Kalo udah deket gue anter." Ujarnya.

"Gak perlu, gue gak mau nunjukin rumah gue sama lo. Entar gue diteror lagi."

"Pede lo!"

Luna mengambil ponselnya didalam tas dan menelpon Laura.

"Mom--" panggil Luna, akhirnya ponsel Laura diangkat juga.

"DIMANA KAMU LUNA!!" Teriak Laura.

Ngiiinggg....

Luna menjauhkan ponselnya dari telinga dengan mengernyitkan dahinya mendengar suara merdu ibunya ditelpon.

"Mom, gausah teriak, Luna bisa budeg ih." Gumam Luna berbicara di telpon.

Sedangkan Gagah yang tidak jauh dari tempat Luna berdiri, hanya bisa melihat datar interaksi Luna dengan ponselnya.

"Jam berapa ini? Kenapa kamu belum pulang? Dan kenapa Mommy telpon hape kamu tidak diangkat dari tadi?!" Tanya Laura tidak sabaran.

"Nanya nya satu satu mom, biar Luna gak pusing." Sanggahnya.

Terdengar helaan nafas Laura. "Dimana kamu sekarang? Nanti pak Asep jemput." Ujarnya lebih tenang.

Luna mengedarkan pandangannya melihat sekeliling yang bisa dijadikan patokan.

"Kayanya ini mini Market yang mau ke komplek rumah kita." Gumam Luna.

"Yaudah tunggu disitu, Pak Asep mommy suruh jemput kamu sekarang."

"Iya mom"

Luna menghembuskan nafas lelah dan memasukan ponselnya lagi kedalam tas setelah Laura memutuskan sambungan telponnya.

Kemudian Ia melirik pada Cowok yang masih nangkring diatas motor hitamnya. Dan Sekarang cowok itu malah mengeluarkan rokok dan menyalakannya dengan tenang di pinggir jalan.

Iapun mendekat. Dan Gagah melirik karena menyadarinya.

"Gue udah nelpon rumah, bentar lagi dijemput. Lo bisa balik sekarang." Ujar Luna pelan.

Gagah menyesap dan menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Gue gak nungguin elo, gue lagi ngerokok." Jawab Gagah dingin.

Luna jadi malu sendiri dengan ucapannya, ia kira tadi Gagah sedang menunggunya. Ia pun diam tanpa menimpali.

Sedangkan Gagah menjatuhkan puntung rokoknya yang tinggal sedikit lagi kebawah dan menginjaknya dengan ujung sepatu. Ia mengambil ponsel dari saku celananya.

Disana Gagah melihat ada satu pesan masuk ke ponselnya.

'Besok. Jam 6. Hotel Ritz Carlton. Pakai pakaian rapih.'

Pesan itu dikirim oleh asisten pribadi kakeknya.

Raut wajah Gagah yang tadinya datar berubah seketika . Luna yang melihatnya jadi penasaran. Apa Gagah mendapat pesan dari Sinta yang tadi dibicarakan temannya.

Seketika ia menggetok kepalanya pelan. 'Untuk apa ia harus penasaran tentang Gagah.' Batinnya

Ingat Luna, setiap lo berurusan sama cowok itu, lo pasti sial. Lo harus jauhin dia, seperti dia itu penyakit mematikan. Virus Corona. Jaga jarak aman agar tidak tertimpa sialnya. Luna berbicara pada dirinya sendiri tapi matanya jelas melihat kearah Gagah.

"Gausah liat liat, entar lo suka lagi sama gue." Sungut Gagah tanpa melihat Luna. Ia masih fokus mengetikan sesuatu di ponselnya dan menyadarkan  lamunan Luna.

"Dih GR, Gue gak liat elo kok, gue liat mobil dijalan banyak banget." Luna berkilah, kepalanya ia tolehkan kekiri dan kanan canggung. Ia malu karena membuat alesan yang tidak masuk akal soalnya ketauan memperhatikan Gagah.

Gagah berdecak.

Kemudian sebuah Mobil Alpard hitam menepi tepat didekat mereka. Dan sebelah kaca mobilnya diturunkan, dan terlihat pria paruh baya dari dalamnya.

"Non Luna." Panggil pria itu dengan wajah cemas.

"Mang Asep." Balas Luna ramah.

"Masuk non saya disuruh jemput non oleh Nyonya." Mang Asep membukakan pintu mobil otomatis untuk Luna. Luna pun mendekat dan menaikan sebelah kakinya keatas pijakan.

Luna berhenti sejenak, "Gue udah dijemput, lo gak balik Gah?" Toleh Luna pada Gagah yang masih diam tidak bergerak ditempatnya. Wajah tanpa ekspresinya melihat kearah lain.

"Kan Gue bilang, Gue itu lagi gak nungguin Elo." Ujar Gagah kedua kalinya.

Sialan! Luna merutuki mulutnya sendiri. Kan si Gagah udah bilang tadi dia gak nungguin elo Luna bego! Ngapain lo musti laporan ma tu cowok sengak!

Luna kesal pada dirinya sendiri. ia masuk tanpa menoleh lagi dan pergi meninggalkan Gagah dipinggir jalan sendirian tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi.

Setelah kepergian Luna. Gagah menghembuskan nafas lelah. Bisa bisanya kakek tua itu melanjutkan rencana tanpa memikirkan perasaannya.

"Cih. Sejak kapan kakek tua itu bisa memikirkan perasaannya." Keluh Gagah sambil memakai helm fullface.

Dia hanya menginginkan seorang penerus, bukan seorang cucu dari darah dagingnya sendiri.

Keesokan harinya..

"Luna dimana bik?" Cari Laura pada Bik Wati yang menaruh makanan diatas meja.

"Non Luna sedang berenang Nyonya." Lapor pembantunya.

Laura kemudian berjalan menuju taman belakang rumahnya dan melihat puterinya itu sedang mengeringkan rambut dipinggir kolam.

"Sayang.." panggil Laura sambil mendekat.

"Apa my?" Luna melihat Laura menghampirinya.

"Ayo kita siap siap."

"Mau kemana? Luna gak ikut ya. Lagi males." Ujarnya santai masih dengan handuk dikepalanya.

"Bukannya Mommy udah bilang malam ini kita bertemu dengan calon tunangan kamu."

Luna membatu.

"ENGGAK! KAPAN? MOMMY GAK BILANG APA-APA SAMA LUNA!" Teriaknya sambil menoleh cepat pada Laura. Mata Luna membola sempurna karena kaget.

"Yasudah Mommy bilang sekarang." Ujar Laura sambil mengangkat kedua bahunya tidak merasa bersalah.

"Ih Mommy apa-apaan sih Luna gak mau ah." Rengeknya.

"Pokoknya kamu cepat mandi, bajunya udah mommy siapkan dikamar. Dandan yang cantik ya sayang."

"Enggak. Luna gak dandan aja udah cantik, apa lagi dandan." Ujarnya kepedean.

Laura hanya tersenyum.

"Kalau gitu dandan natural aja ya sayang. Asal jangan polos polos amat."

"My, Luna gak mau."

"Ini cuma acara makan malam biasa."

"Tapi nanti Luna bakal ketemu cowok itu dong."

"Yaiyalah sayang, kan kita memang mau mengenalkan kamu sama calon tunangan kamu itu. Aduh mommy lupa namanya siapa.. Galih? Galuh? Ganjar? " Laura mengerutkan dahinya mengingat nama laki laki calon tunangan anaknya.

"Namanya aja norak gitu. Pasti anaknya juga norak." Timpal Luna.

"Gak boleh gitu sayang, inget ya kamu harus baik sama dia jangan galak galak. Jangan bikin mommy dan daddy malu didepan teman grandpa Chris." Laura mewanti wanti.

Luna diam tidak menjawab, dikepalanya ia sudah memikirkan berbagai cara untuk menghindari atau lebih tepatnya kabur dari pertemuan ini. Walaupun Dengan Cara biasa atau kasar sekalipun.

***

"Luna, apa kau sudah siap?" Laura membuka pintu kamar Luna perlahan.

Laura melihat Luna masih duduk di depan meja riasnya, ia mengoleskan lipstik peach di bibir seksinya. Laura melihat make up Luna yang natural dan ia pun bernafas lega.

"Bentar my."

"Ayo, Daddy udah nunggu dibawah tuh." Ajak Laura di ambang pintu sambil menilik pakaian yang dikenakan puterinya itu.

"Iya iya sabar." Luna berdiri dan mengambil tas tangan yang senada dengan warna baju.

"Udah, yuk." Ajak Luna.

Didalam mobil Luna gugup setengah mati. Sekarang ia diperjalanan menuju hotel keluarganya.

Tidak lama ponsel didalam tasnya bergetar. Ternyata temannya menelpon.

"Ya?"

"Dimana Lo? Kita mau maen, ini kan malam minggu."

"Gue gak ikut, ada acara."

"Acara apa? Sok sibuk banget lo?"

"Acara Keluarga!" Bisik Luna pada Catra yang asal ceplos.

"Keluarga cemara?!" Kikik Catra.

Luna jadi tambah gugup karena takut ketauan temannya. Ia pun memutuskan ponselnya setelah menjawab.

Mobil mereka memasuki lobby hotel dan ketiganya pun turun disana.

"Apa Om Thomas sudah datang?" Danny melihat jam di pergelangan tangannya dan bertanya pada Eddie. Sekertaris dan asisten pribadinya serta teman dekatnya yang menghampiri dilobby.

"Belum boss." Jawab Eddie yang sudah terlebih dulu sampai untuk mempersiapkan tempat.

Eddie kemudian menyapa Laura dan Luna.

"Malam Luna, kamu terlihat cantik sekali hari ini." Sapa Eddie basa basi pada anak bosnya yang sudah ia kenal dari kecil.

"Makasih om, om juga ganteng tapi sayang belum nikah nikah." Balas Luna dengan nada bercanda.

Eddie tertawa mendengarnya, "setelah kamu menikah om bakal nyusul deh."

Luna menggeleng pelan, "amit amit skip dulu deh."

Eddie kembali tertawa.

Danny kemudian berdeham, "Kalau begitu kita masuk terlebih dulu." Ujar Danny, kemudian ia meraih pinggang istrinya yang terlihat sangat cantik malam ini.

"Nanti Luna nyusul kedalam." Potong Luna.

Laura mengangguk dan tersenyum pada Danny. suaminya masih romantis seperti dulu.

Tiba tiba sentuhan Danny turun dari pinggang ke arah bawah menyentuh bokong Laura.

"Danny! Jaga tanganmu!" Bisik Laura menoleh tajam pada suaminya. Sekuat  mungkin ia menahan tangan Danny yang mulai menyusuri tubuh bagian belakangnya itu.

Danny terkekeh. "Kau sangat cantik malam ini." Bisiknya serak.

Laura menggelengkan kepalanya pelan. 'Dasar Mesum!' Batinnya.

Luna yang masih berdiri didepan Lobby ragu untuk masuk kedalam.

Tanpa ia sadari, sebuah mobil hitam berhenti dan dari dalamnya turun seorang kakek dan laki laki muda tampan dengan jas yang sangat pas di tubuh tingginya.

Untuk sesaat mereka berdiri sangat dekat. "Jaga sikapmu Gagah, kakek tidak mau kamu membuat kekacauan." Gumamnya dingin.

Gagah yang tidak peduli, tidak membalas peringatan kakeknya. Ia malah mengedarkan pandangannya dan melihat sosok perempuan yang sangat ia kenal.

"Kita bisa masuk sir." Sekertaris Thomas mempersilahkan.

"Silahkan.."

Thomas terlebih dulu berjalan.

"Gagah ayo kita masuk.." ajak sekertaris kakeknya itu.

"Kalian duluan, nanti aku menyusul." Ucapnya.

Thomas berhenti berjalan dan menoleh kebelakang."jangan macam-macam Gagah, apa kamu mau kabur?"

"Ck, tenang aja, Aku tidak akan kabur." Timpal Gagah mendesis kesal. "Aku hanya ingin menemui temanku." Gagah memasukan sebelah tangannya kedalam saku dan berjalan mendekati Luna yang masih berdiri diujung Lobby.

Thomas kembali berbalik dan berjalan masuk tanpa melihat siapa yang akan ditemui cucunya karena ia meeasa sudah terlambat.

"Lagi apa lo disini?" Tanya Gagah tiba tiba berjalan mendekati Luna yang melamun.

Luna berbalik dan melihat siapa yang menyapanya.

"Elo Gah." Sentak Luna kaget. Ia melihat Gagah dan pakaian yang dikenakannya. Terlihat aneh karena sangat rapih. Jas warna hitam serta kemeja hitam didalamnya.

Begitupun dengan Gagah, ia menilik Luna dari atas sampai bawah. Perempuan itu mengenakan dress warna putih yang sangat minim. Ciri khasnya.

"Ngapain lo disini?!"

"Gue yang nanya duluan." Potong Gagah.

"Ini kan hotel punya Bokap, gue lagi makan malam keluarga." Jawabnya.

"Terus lo ngapain disini? Pake pakaian gitu pula? Ngantor lo jam segini?" Cibir Luna.

"Gue ada acara keluarga juga."

"Ohhh.. Yaudah, lo masuk aja." Usir Luna dengan mengibaskan tangannya. Tadi padahal ia sudah mengumpulkan keberaniannya untuk kabur.

Tiba tiba ponsel Luna dan Gagah bunyi bersamaan.

"Ya my?"

"Dimana kamu? Om Thomas udah dateng ini."

"I-iya Luna masuk sekarang." Cicitnya sambil menutup sambungannya. Akhirnya Luna mengurungkan niat kaburnya setelah Laura menelpon.

"Masuk Gagah." Perintah Kakeknya tegas ditelpon pada Gagah.

"Iya." jawab Gagah sambil menutup telponnya bersamaan dengan Luna.

Dengan terpaksa Luna melangkahkan kakinya masuk kedalam Hotel diikuti Gagah dibelakangnya.

Luna sedikit menoleh. "Lo jangan ngikutin gue." Gumam Luna risih.

"Gue udah bilang ada acara keluarga disini kan." Timpal Gagah.

Untuk sesaat beberapa orang dan staff disana memperhatikan keduanya yang berpakaian rapih seperti sepasang kekasih.

Luna kemudian memasuki restoran yang di sambut seorang pelayan. "Non Luna, anda sudah ditunggu di ruang VIP." Ucap salah satu pelayan yang mengenali Luna sebagai puteri pemilik hotel ini.

Sedangkan Gagah terlihat bertanya pada pelayan yang sama.

Tanpa menunggu Gagah, Luna berbelok dan sampai di depan ruangan yang dimaksud, ia mengetuk dan membuka pintunya. Terlihat orang tuanya dan seorang pria paruh baya seumuran Grandpa Chris duduk berhadapan.

Laura tersenyum. "Luna sayang kenapa kamu lama sekali, cepat duduk sini nak." Panggil mommynya.

Luna tersenyum canggung, tidak lama seseorang ikut masuk kedalam ruangan, Luna pun menolehkan kepalanya kesamping begitupun dengan orang tuanya.

Seorang pemuda seumurannya masuk kedalam ruangan dan berdiri tepat di sebalah Luna, dan ia sangat tahu siapa pemuda itu.

"Ngapain lo disini?" Tanya Luna pelan.

Gagah tidak menjawab, perasaannya tidak enak. saat itu juga ia mengalihkan pandangannya dari Luna  pada Kakeknya yang duduk disana. Seraya bertanya meminta penjelasan.

Tapi ia sendiri sudah tahu jawabannya.

Gagah memejamkan matanya dan menghembuskan nafas berat. Sial!! Sial!! Batin Gagah.

Thomas mulai berbicara dengab suara berat, "Perkenalkan ini cucu saya Gagah Putera Bratadikara. Calon suami puteri anda." Jelas Kakek itu pada Danny dan Laura yang membuat Luna mundur beberapa langkah kebelakang karena shock.

"Apa??!"
 

Bersambung…

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Gagah With Luna
Selanjutnya Gagah with Luna 11, 12, 13, 14, 15
1
0
Lanjutan dari WattpadSequel EXIT Warning 18+Cerita tentang perjodohan Laluna Valentine Louis dengan musuh di sekolahnya, Gagah Putra BratadikaraIkuti kisah Love and Hate Relationship ala Gagah dan Luna
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan