Selanjutnya
Teratai Kedua 10-12
Teratai Kedua Part 10-12***part 10 (Teratai Kedua) [Jika ada waktu pulanglah! Ada hal penting yang harus kamu ketahui.]Spontan Rudi menoleh ketika ibunya muncul di balik pintu.“Rud, bagaimana kalau kita juga bikin kerupuk Teratai?” *** Tera menghempaskan bokongnya ke ujung ranjang Evan. Mengapa ia tidak bisa bebas dari mimpi buruk laki-laki. Dulu Arbain, sekarang Sanad. Ia mengerang frustasi.Tiba-tiba tatapannya tertuju pada sebuah cermin besar yang menempel di dinding. Ia mendekati cermin itu, lalu mematut diri. Benarkah dirinya seperti Putri Marino? Ia tersenyum mengejek. Namun, ia mengakui dirinya memang banyak berubah. Ah, mungkin telah berubah seratus persen. Kulitnya sudah pasti bukan kulit gosong lagi. Rambut pendeknya menjadi panjang, lalu dikasih warna brown black. Penampilannya jadi feminim, karena sebelumnya terbiasa memakai celana, bahkan sering mengenakan celana tiga perempat. Ia bertanya-tanya seandainya dulu seperti ini, mungkinkah Arbain setia padanya? Atau dengan penampilannya sekarang, mungkinkah ia mendapat perhatian dari seorang laki-laki? ***Part 11 (Bahagiaku di Sini) “Ini …?” Bastiah mengeluarkan satu bungkus.“Iya. Acil Nurul edarkan dengan mengambil pasaran yang sebelumnya milik Rudi. Seringai senyum licik terbit di bibir Kembang. Ceritanya setia, mana? Malah bikin produk sendiri. Awas saja, kamu Rud! Kamu pikir aku bisa diam?!”***Keane sengaja melambatkan laju mobilnya. Dari kejauhan ia sudah melihat Rudi mendekati Tera yang duduk di depan gedung sekolahan Evan. “Tuan?!” “Biarkan saja. Kita pantau dari sini,” titah Sanad, tanpa mengalihkan perhatiannya dari Tera dan Rudi. Rudi mendekat, Tera masih asik mengukir tanah dengan kayu ranting yang entah ia dapatkan di mana. Terlihat Tera tersentak ketika menyadari kehadiran Rudi. “Benar, kamu Tera kan?” “Maaf, kamu siapa?” Tera pura-pura tidak mengenali.“Benar, kamu Tera. Suaramu memang Tera. Tatapanmu juga. Kamu mungkin bisa mengubah penampilanmu, tapi aku akan tetap mengenalimu.”Tera berdiri. Tera menengok ke kiri dan ke kanan.“Ikut aku,” ucap Tera setelah yakin tidak ada Keane. Tera membawa Rudi ke samping sebuah bangunan yang sepi. “Kenapa kemari?”“Aku ingin membawamu pulang.” Tera tersenyum miris. “Setelah kau curi resep Teratai, apa aku masih bisa mempercayaimu?!”***Part 12 (Elang)Di Bangkau.Seorang pemuda berkulit putih memasuki halaman rumah Tera yang berbentuk jembatan. Bangkau wilayah rawa. Rata-rata rumah panggung dengan halaman berupa jembatan dari papan. “Assalamu ‘alaikum.” “Wa alaikum salam. Elang?! Kamu pulang? Kok tiba-tiba pulang? Ada apa?” cecar Kembang panik. Kak Tera mana? tanya Elang sambil masuk rumah dengan menenteng ranselnya.“Datang-datang langsung nanyain Tera? Tanyain ibu dulu kek,” protes Kembang.“Kak Tera mana?” ulang Elang dengan suara meninggi. “Dia sedang pergi,” kilah kembang.“Ke mana?”